Anda di halaman 1dari 22

Disaster

victim
identification
Kelompok 4 – K3KL D
Our team

Muhammad Azizah Putri yasmin


Salman khalishah rahmadiani
1810713077 1810713122 1810713131
Our team

Calviano ramadhani prakoso Shela ayu melina

1810713135
1810713133
01 Scene PROCESSING

02 POST - MORTEM
Table of contents
03 ANTE - MORTEM

04 RECONCILIATION

05 DEBRIEFING
Apa itu dvi?

Disaster Victim Identification (DVI)  merupakan suatu prosedur untuk mengidentifikasi


korban mati yang diakibatkan oleh bencana massal yang secara ilmiah dapat
dipertanggungjawabkan dan mengacu pada standar baku Interpol.

Proses DVI menggunakan bermacam-macam metode dan teknik. Interpol telah menentukan
adanya Primary Identifiers yang terdiri dari analisis sidik jari, rekam analisis kedokteran
gigi forensik, dan analisis DNA, sedangkan Secondary Identifiers terdiri atas medical
data (M), property (P) dan photography (PG).

(Prawestiningtyas, 2009; Interpol, 2014)


Scene
processing
Fase Pertama
Pada fase pertama, tim awal yang datang ke TKP Pada korban mati diberikan label
melakukan pemilahan antara korban hidup dan
sebagai penanda. Label juga
korban mati untuk mengamankan barang bukti yang
dapat mengarahkan pada pelaku apabila bencana berguna untuk membantu proses
yang terjadi merupakan bencana yang diduga terjadi penyidikan selanjutnya.
akibat ulah manusia.

Selanjutnya, untuk memastikan secara seksama


Label ini harus memuat informasi pencarian dan dokumentasi fotografi, tim recovery dan
tim pemeriksa, lokasi penemuan, tim identifikasi korban akan membutuhkan peta area
dan nomor tubuh/mayat. bencana yang akurat.
Tugas Tim recovery  & pengambilan barang bukti:

1. Mengidentifikasi dan mencatat lokasi ditemukannya tubuh jenazah.


2. Memaparkan, mengungkapkan dan mengambil tubuh jenazah.
3. Menandai tubuh jenazah dengan suatu barang bukti atau memasang nomor dimana hal tersebut dapat
dibaca dengan jelas dan tidak mudah dihapus.
4. Menempatkan secara terpisah dan nomor khusus untuk setiap tubuh jenazah.
5. Mendokumentasikan lokasi penemuan.
6. Membuat dokumentasi fotografi tubuh jenazah untuk data tim recovery dan pemeriksaan kedokteran
forensik.
7. Memasangkan nomor recovery pada sisa tubuh jenazah.
8. Menempatkan tubuh jenazah dalam kantong, memasangkan nomor recovery pada bagian luar kantong
lalu menyegel kantong tersebut.
9. Memindahkan tubuh jenazah dan membawanya ke Recovery Command Center.
10. Menyiapkan dan mengumpulkan dokumen recovery  dan dokumen pengiriman ke Recovery Command
Center.
Post - mortem

FASE KEDUA
Post - mortem
Post Mortem dalam proses DVI
merupakan fase pemeriksaan mayat.
Fase ini dapat berlangsung bersamaan
dengan fase pertama dan fase ketiga.
Pada fase ini, para ahli identifikasi,
dokter forensik dan dokter gigi
forensik melakukan pemeriksaan
untuk mencari data postmortem
sebanyak-banyaknya.
Data yang digunakan?

Berikut data post – portem yang dapat digunakan untuk proses


pemeriksaan:

● Sidik jari
● Pemeriksaan gigi dan seluruh tubuh
● Pemeriksaan barang yang melekat pada mayat

*Data tersebut nantinya akan dimasukkan ke dalam pink form


berdasarkan standar Interpol.
Kegiatan yang dilakukan :

1. Menerima jenazah/potongan jenazah dan barang bukti dari unit TKP.


2. Mengelompokkan kiriman tersebut berdasarkan jenazah utuh, tidak utuh, potongan jenazah dan barang-
barang.
3. Membuat foto jenazah.
4. Mengambil sidik jari jenazah/korban dan golongan darah.
5. Melakukan pemeriksaan korban sesuai formulir interpol DVI postmortem (PM) yang telah tersedia.
6. Melakukan pemeriksaan terhadap properti yang melekat pada jenazah.
7. Pemeriksaan antropologi forensik : pemeriksaan fisik secara keseluruhan, dari bentuk tubuh, tinggi badan,
berat badan, tatoo, hingga cacat tubuh dan bekas luka yang terdapat di tubuh korban/jenazah.
8. Pemeriksaan odontologi forensik : pemeriksaan bentuk gigi dan rahang yang merupakan ciri khusus pada
setiap manusia (tidak ada profil gigi yang identik pada 2 orang yang berbeda).
9. Membuat rontgen foto jika diperlukan.
10. Mengambil sampel DNA
11. Menyimpan jenazah yang sudah diperiksa.
12. Melakukan pemeriksaan barang-barang kepemilikan yang tidak melekat di jenazah yang ditemukan di TKP.
13. Mengirimkan data-data yang telah diperoleh kepada unit pembanding data.
Ante - mortem

FASE KETIGA
ANTE - MORTEM

Fase ante-mortem adalah fase Data yang diminta yaitu:


Apabila tidak ada data sidik
pengumpulan data antemortem
• Pakaian terakhir yang dikenakan, DNA korban maka dilakukan
dimana ada tim kecil yang
• Ciri-ciri khusus (tanda lahir, tato, tahi pengambilan sampel darah dari
menerima laporan orang yang
lalat, bekas operasi, dsb) keluarga korban.
diduga menjadi korban. • Data rekam medis dari dokter
keluarga dan dokter gigi korban, Data Ante Mortem diisikan ke
Tim akan meminta masukan data • Data sidik jari dari pihak berwenang dalam yellow form berdasarkan
sebanyak-banyaknya dari • Sidik DNA apabila keluarga standar Interpol
keluarga korban memilikinya.

*Setelah terkumpul data antemortem yang cukup dan terpercaya pada orang hilang tertentu, data terkait akan diperiksa dengan
cermat dan jika batas yang diperlukan dalam mencocokkan data postmortem, data kemudian ditransfer ke Pusat Rekonsiliasi
untuk ditinjau proses identifikasinya. (Interpol, 2014)
reconciliation
Fase Keempat
1. 2.
Seseorang dinyatakan teridentifikasi Namun apabila hasilnya tidak
pada fase Reconciliation apabila
memuaskan, maka akan dilakukan
setelah selesai dilakukan proses
proses identifikasi lebih lanjut
identifikasi, telah didapatkan hasil
memuaskan
Kegiatan yang dilakukan apabila hasil data
tidak memuaskan:

1. Mengkoordinasikan rapat penentuan identitas korban mati antara Unit TKP,


Unit Postmortem dan Unit Antemortem;
2. Mengumpulkan data korban yang dikenal untuk dikirim ke rapat rekonsiliasi;
3. Mengumpulkan data tambahan dari Unit TKP, Unit Postmortem dan
Unit Antemortem untuk korban yang belum dikenal;
4. Membandingkan data Antemortem dan Postmortem;
5. Check and re-check hasil Unit Pembanding Data;
6. Mengumpulkan hasil identifikasi korban;
7. Membuat sertifikat identifikasi, surat keterangan kematian untuk korban yang
dikenal dan surat lainnya yang diperlukan;

*Publikasi yang benar dan terarah oleh Unit Rekonsiliasi sangat membantu
masyarakat untuk mendapatkan informasi yang terbaru dan akurat.
debriefing
FASE KELIMA
debriefing

Pada fase ini, semua orang yang Hal yang berkaitan dengan
terlibat dalam proses identifikasi pelaksanaan proses identifikasi
berkumpul untuk melakukan
Fase ini dilakukan 3-6 bulan korban bencana antara lain:
evaluasi terhadap semua hal yang
setelah proses identifikasi berkaitan dengan pelaksanaan
selesai. proses identifikasi korban
Sarana, prasarana, kinerja,
bencana prosedur, serta hasil
identifikasi
Hal yang dibahas saat debriefing

1. 2. 3.
Hal apa yang dapat terus Hal apa yang bisa Kesulitan apa yang ditemui
dilakukan di masa yang ditingkatkan dan hal apa dan apa yang harus dilakukan
akan datang, yang tidak boleh terulang jika mendapatkan masalah
lagi di masa datang, yang sama di kemudian hari
Daftar pustaka
Biddokkes Polda Riau. 2017. Disaster Victim Identification (DVI). Diakses melalui

tautan https://biddokkespoldariau.org/dokpol/dvi pada tanggal 18 April 2021

Safitry, Oktaviani & Hengky. 2012. ‘Identifikasi Korban Bencana Massal: Praktik
DVI Antara Teori dan Kenyataan’, Indonesian Journal of Legal and Forensic
Sciences, vol. 2, no, 1, hh. 5-7
Thank you!
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai