Oleh :
Baginda Asyraf Hasibuan 120100342
Febrina Fajria 120100160
Janette Golda Meir Putri 120100336
Candys Libio 120100210
Marizka Jasmine 120100054
Arvind Qumar a/l Thivakaran 120100436
Pembimbing :
2
DISASTER VICTIM
IDENTIFICATION (DVI) INTERPOL
DI INDONESIA :
Pengukuran Unit-unit
Kegawatan Operasional
8
TAHAPAN (FASE-FASE)
PENANGANAN DVI :
1. Initial Action at the Disaster Site (THE
SCENE)
2. Collecting Post Mortem Data
(POSTMORTEM)
3. Collecting Ante Mortem Data (ANTE
MORTEM)
4. RECONCILIATION
5. Returning to the Family (DEBRIEFING)
9
FASE I (THE SCENE)
1. Keluasan TKP : pemetaan jangkauan bencana
dan pemberian koordinat untuk area bencana.
2. Perkiraan jumlah korban.
3. Keadaan mayat.
4. Evaluasi durasi yang dibutuhkan untuk
melakukan DVI.
5. Institusi medikolegal yang mampu merespon dan
membantu proses DVI.
6. Metode untuk menangani mayat.
7. Transportasi mayat.
8. Penyimpanan mayat
9. Kerusakan properti yang terjadi. 10
• Memblokir pandangan situs bencana untuk orang yang tidak
berkepentingan, misalnya dengan memasang police line.
• Menandai gerbang untuk masuk ke lokasi bencana.
• Menyediakan jalur akses yang terlihat dan mudah bagi yang
berkepentingan.
• Menyediakan petugas yang bertanggung jawab untuk
mengontrol siapa saja yang memiliki akses untuk masuk ke
lokasi bencana.
• Periksa semua individu yang hadir di lokasi untuk menentukan
tujuan kehadiran dan otorisasi.
• Data terkait harus dicatat dan orang yang tidak berwenang harus
meninggalkan area bencana.
13
THE SECONDARY
METHODS OF
IDENTIFICATION
14
15
16
17
b. Metode Ilmiah
Penandaan dan mengantongi tubuh,
Sidik jari,
Patologi forensik, dan
Kedokteran gigi forensik. Mayat-mayat itu, tentu
saja, didinginkan baik sebelum dan setelah
prosedur, dan kemudian dibalsemkan setalah itu
dipulangkan.
18
THE PRIMARY
METHODS OF
IDENTIFICATION
19
Sidik jari
(Fingerprints)
Data
Primer
20
Data
Primer
DATA GIGI GELIGI
21
Data
Primer
DNA
22
FASE III (ANTE MORTEM)
Pada fase ini dilakukan pengumpulan data mengenai jenazah
sebelum kematian. Data ini biasanya diperoleh dari keluarga
jenazah maupun orang yang terdekat dengan jenazah. Data
yang diperoleh dapat berupa foto korban semasa hidup,
interpretasi ciri – ciri spesifik jenazah (tattoo, tindikan, bekas
luka, dll), rekaman pemeriksaan gigi korban, data sidik jari
korban semasa hidup, sampel DNA orang tua maupun
kerabat korban, serta informasi – informasi lain yang relevan
dan dapat digunakan untuk kepentingan identifikasi,
misalnya informasi mengenai pakaian terakhir yang
dikenakan korban.
23
Data Ante Mortem
24
FASE IV (RECONCILIATION)
Pada fase ini dilakukan pembandingan data post mortem
dengan data ante mortem. Ahli forensik dan profesional lain
yang terkait dalam proses identifikasi menentukan apakah
temuan post mortem pada jenazah sesuai dengan data ante
mortem milik korban yang dicurigai sebagai jenazah.
Apabila data yang dibandingkan terbukti cocok maka
dikatakan identifikasi positif atau telah tegak. Apabila data
yang dibandingkan ternyata tidak cocok maka identifikasi
dianggap negatif dan data post mortem jenazah tetap
disimpan sampai ditemukan data ante mortem yang sesuai
dengan temuan post mortem jenazah.
25
FASE V DEBRIEFING
1. Check dan recheck hasil kerja dari unit
pembanding data.
2. Menyatakan hasil identifikasi korban
(teridentifikasi atau tidak).
3. Membuat surat keterangan kematian untuk korban
(mati) yang sudah teridentifikasi dengan surat-
surat lain yang diperlukan.
4. Menerima keluarga korban untuk serah terima
korban dan barang-barang korban.
5. Publikasi yang benar dan terarah (team
identifikasi) kepada masyarakat agar mendapat
informasi yang terbaru dan akurat.
26
PEMULIHAN DAN
PENGUMPULAN BUKTI
Karena sejumlah besar
Pemulihan tubuh/bagian
unit organisasi sering
tubuh dan menyimpan
operasi ini dalam sangat berbeda terlibat
bukti/barang pribadi
kebanyakan kasus dalam proses ini,
yang ditemukan di lokasi
mulanya kacau dan komunikasi dan
bencana merupakan
tidak terorganisir koordinasi fungsi dan
langkah pertama dalam
tanggung jawab sangat
proses identifikasi korban
sulit.
28
I. Pemulihan dan pengumpulan bukti
/ pelestarian prosedur
Pencocokan bagian tubuh yang terpisah harus dilakukan hanya oleh ahli
medis forensik berwenang, dan bukan oleh personil pemulihan/rekoveri.
Lebih umum, itu harus dihindari dan setiap bagian tubuh harus diberi
label. Ahli medis dan gigi harus di tempat untuk membantu polisi dalam
mengumpulkan bagian-bagian tubuh dan khususnya tulang dan gigi.
Selama operasi pemulihan, personil seharusnya tidak mencari bukti
identitas atau menghilangkan objek-objek dari pakaian korban
(pengecualian: tim koleksi bukti, di sini dokumentasi menyeluruh harus
dilakukan) atau tempat benda-benda tersebut dalam korban pakaian.
Seharusnya jelas selama operasi pemulihan bahwa kondisi tubuh dapat
berubah dengan cepat karena pengaruh eksternal (cuaca, dll); sampel
DNA (dari seluruh darah) harus diperoleh dari korban sebelum dimulainya
operasi pemulihan. (Sebuah perintah yang sesuai harus dikeluarkan oleh
komandan Tim Pemulihan dan Koleksi Bukti)
29
II. Titik Pengumpulan (Collection Points)