Anda di halaman 1dari 52

DISASTER VICTIM

IDENTIFICATION
DISASTER

DVI

5 FASE DVI

DVI DI
INDONESIA &
DUNIA
PENDAHULUAN

Identifikasi korban
meninggal merupakan
Angka kejadian hak korban agar dapat
Kondisi geografis
bencana yang dikembalikan kepada
Indonesia yang rawan
merenggut nyawa keluarga dan dikubur
bencana
semakin meningkat secara layak sesuai
dengan keyakinannya
semasa hidup
Tujuan Umum
• Untuk mengetahui suatu prosedur dalam mengidentifikasi korban
meninggal akibat bencana yang dapat dipertanggungjawabkan secara sah
oleh hukum dan ilmiah sesuai standar internasional

Tujuan Khusus
• Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam mengidentifikasi korban
akibat bencana
• Untuk mengetahui tahap-tahap dalam proses identifikasi korban akibat
bencana
• Untuk memahami pelaksanaan identifikasi dalam setiap tahap
• Untuk mengetahui teknik interpretasi data dan menetapkan hasil
identifikasi korban bencana
BENCANA

Menurut Kamus Besar


Bahasa Indonesia

sesuatu yg menyebabkan
(menimbulkan)
kesusahan, kerugian,
atau penderitaan,
kecelakaan, bahaya
NATURAL
DISASTER

MAN MADE
DISASTER
RAWAN
BENCANA

GEOGRAFI DEMOGRAFI
Identifikasi korban mati =
Hak Asasi Manusia

Dasar Hukum Identifikasi Korban Bencana

• Pasal 120 ayat 1 KUHAP

• Pasal 133 ayat 1 KUHAP

• Pasal 82 dan 118 UU No. 36 Tahun 2009


Tentang Kesehatan

• UU Nomor 2 Pasal 14 h tahun 2002


DISASTER VICTIM IDENTIFICATION
DEFINISI DVI
Prosedur untuk mengidentifikasi korban mati akibat bencana yang
dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah dan sah oleh hukum
serta mengacu kepada standar baku Interpol DVI Guideline
TIM DVI NASIONAL

TIM DVI TIM DVI


TIM DVI TIM DVI
Regional III Regional
Regional I Regional II
Surabaya IV
Medan Jakarta
Makassar

TIM DVI TIM DVI TIM DVI TIM DVI


Provinsi Provinsi Provinsi Provinsi
Penatalaksanaan korban mati mengacu pada:

Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan


Kapolri No. 1087/Menkes/SKB/IX/2004 dan No. Pol
Kep/40/IX/2004 Pedoman Pelaksanaan Identifikasi
Korban Mati pada Bencana Massal
5 Fase DVI
Fase TKP – The Scene

Fase Post Mortem – The Mortuary

Fase Ante Mortem – Ante Mortem Information


Retrieval

Fase Rekonsiliasi – Reconciliation

Fase Debriefing
Prinsip Kerja  Team Work
FASE I
TKP / The Scene
Dilaksanakan oleh tim DVI unit TKP dengan aturan umum sebagai berikut:

Tidak diperkenankan seorang pun korban meninggal yang dipindahkan dari lokasi,
sebelum dilakukan olah TKP aspek DVI

Label anti air dan anti robek harus diikat pada setiap tubuh korban untuk
mencegah kemungkinan tercampur atau hilang

Semua perlengkapan pribadi yang melekat di tubuh korban tidak boleh dipisahkan

Untuk barang‐barang kepemilikan lainnya yang tidak melekat pada tubuh korban
yang ditemukan di TKP, dikumpulkan dan dicatat

Identifikasi tidak dilakukan di TKP, namun ada proses kelanjutan yakni masuk
dalam fase kedua dan seterusnya
Rincian yang harus dilakukan pada saat di TKP adalah sebagai berikut:
• Membuat sektor‐sektor atau zona pada TKP
• Memberikan tanda pada setiap sektor
• Memberikan label orange (human remains label) pada jenazah dan
potongan jenazah, label diikatkan pada bagian tubuh / ibu jari kiri
jenazah
• Memberikan label hijau (property label) pada barang‐barang pemilik yang
tercecer
• Membuat sketsa dan foto setiap sektor
• Foto mayat dari jarak jauh, sedang dan dekat beserta label jenazahnya
FASE II
Post Mortem / The Mortuary
Kegiatan pada fase 2 sebagai berikut:

Menerima jenazah/potongan jenazah dan barang bukti dari unit TKP


Mengelompokkan kiriman tersebut berdasarkan jenazah utuh, tidak utuh,potongan jenazah dan
barang‐barang
Membuat foto jenazah

Mengambil sidik jari korban dan golongan darah

Melakukan pemeriksaan korban sesuai formulir interpol DVI PM yang tersedia

Melakukan pemeriksaan terhadap properti yang melekat pada mayat

Melakukan pemeriksaan gigi‐geligi korban

Membuat rontgen foto jika perlu

Mengambil sampel DNA

Menyimpan jenasah yang sudah diperiksa


Melakukan pemeriksaan barang‐barang kepemilikan yang tidak melekat di mayat yang ditemukan di
TKP
Mengirimkan data‐data yang telah diperoleh ke unit pembanding data.
Pengenalan secara visual

Pemeriksaan Luar

Pemeriksaan Dalam

Pemeriksaan Gigi

Identifikasi Genetik
POST MORTEM FORM
FASE III
Ante Mortem – Ante Mortem
Information Retrieval
Kegiatan Pada Fase 3 sebagai berikut

Menerima keluarga korban

Mengumpulkan data‐data korban semasa hidup seperti foto dan lain-lainnya yang
dikumpulkan dari keluarga terdekat yang kehilangan anggota keluarganya dalam
bencana tersebut

Mengumpulkan data‐data korban dari instansi tempat korban bekerja,


RS/Puskesmas/Klinik, dokter pribadi, dokter yang merawat, dokter‐dokter gigi
pribadi, polisi (sidik jari), catatan sipil, dll
Data‐data Ante Mortem gigi‐geligi :
Data‐data Ante Mortem gigi‐geligi adalah keterangan tertulis atau gambaran dalam kartu
perawatan gigi atau keterangan dari keluarga atau orang yang terdekat
Sumber data‐data Ante Mortem tentang kesehatan gigi diperoleh dari :
klinik gigi RS Pemerintah, TNI/Polri dan Swasta
lembaga‐lebaga pendidikan Pemerintah/TNI/Polri/Swasta
Praktek pribadi dokter gigi

Mengambil sampel DNA pembanding

Apabila diantara korban ada warga Negara asing maka Data‐data Ante Mortem dapat
diperoleh melalui perantara Set NCB Interpol Indonesia dan perwakilan Negara asing
(kedutaan/konsulat)

Memasukkan data‐data yang ada dalam formulir Interpol DVI AM

Mengirimkan data‐data yang telah diperoleh ke Unit Pembanding Data


ANTE MORTEM FO
RM
FASE IV
Rekonsiliasi
Kegiatan pada fase 4 sebagai berikut :

Mengkoordinasikan rapat‐rapat penentuan identitas korban mati antara Unit TKP,


Unit Post Mortem dan Unit Ante Mortem

Mengumpulkan data‐data korban yang dikenal untuk dikirim ke Rapat Rekonsiliasi

Mengumpulkan data‐data tambahan dari Unit TKP, Unit Post Mortem dan Unit Ante
Mortem untuk korban yang belum dikenal

Membandingkan data Ante Mortem dan Post Mortem

Check and Recheck hasil Unit Pembanding Data

Mengumpulkan hasil identifikasi korban

Membuat sertifikat identifikasi, surat keterangan kematian untuk korban yang


dikenal dan surat‐surat lainnya yang diperlukan
Publikasi yang benar dan terarah oleh Unit Rekonsiliasi sangat membantu
masyarakat untuk mendapatkan informasi yang terbaru dan akurat
FASE V
Debriefing
Kegiatan pada fase 5 sebagai berikut:

Melakukan analisa dan evaluasi terhadap keseluruhan proses


identifikasi dari awal hingga akhir

Mencari hal yang kurang yang menjadi kendala dalam operasi


DVI untuk diperbaiki pada masa mendatang sehingga
penanganan DVI selanjutnya dapat menjadi lebih baik

Mencari hal yang positif selama dalam proses identifikasi untuk


tetap dipertahankan dan ditingkatkan pada operasi DVI
mendatang.
Metode Identifikasi
Metode Dahulu
• Visual
Metode Sederhana • Properti
• Dokumentasi

• Sidik Jari
• Serologi
Metode Ilmiah • Odontologi
• Antropologi
• Biologi

Identifikasi dengan
Tehknik
superimposed
Metode Sekarang
Metode Identifikasi Metode Identifikasi
Primer Sekunder
• Sidiki Jari • Medik
• Gigi geligi • Properti
• DNA
Prinsip dari proses identifikasi adalah membandingkan data-data
tersangka korban (ante mortem) dengan data dari korban yang
tak dikenal (post mortem), semakin banyak kecocokan semakin
tinggi nilainya

Dalam pelaksanaannya untuk prinsip identifikasi adalah


terdapat kecocokan satu data primer dan atau dua data
sekunder
DVI Process

The Challenge is to match all the


Yellow AM’s to the Pink PM’s
Pusat Identifikasi
Pusat Identifikasi Bagian
Berkas Dewan Identifikasi
Pusat Identifikasi Bagian Bagian Pelepasan Jenazah
Fotografi
Pusat Identifikasi Bagian
Sidik Jari
Pusat Identifikasi Bagian
Medis
Pusat Identifikasi Bagian
Gigi
AnalisiS DNA
PASCA IDENTIFIKASI
• perbaikan atau rekonstruksi
tubuh jenazah
Setelah korban
• pengawetan jenazah (bila
teridentifikasi
sedapat mungkin
memungkinkan)
dilakukan
perawatan• jenazah
perawatan sesuai agama
korban
yang meliputi
antara•lain:
memasukkan dalam peti
jenazah
Kemudian jenazah diserahkan kepada keluarganya oleh

petugas khusus dari Tim Unit Rekonsiliasi berikut surat‐

surat yang diperlukan pencatatan yang penting pada

proses serah terima jenazah antara lain:


 tanggal (hari, bulan, tahun) dan jamnya
 nomor registrasi jenazah
 diserahkan kepada siapa, alamat lengkap penerima,

hubungan keluarga dengan korban


 dibawa kemana atau akan dimakamkan di mana.
Pada prinsipnya, tim identifikasi pada korban
massal tetap berada dibawah koordinasi Badan
Penanggulangan Bencana seperti : Badan
Penanggulangan Bencana Daerah yang telah
terbentuk di Provinsi diketuai oleh Gubernur dan
instansi terkait seperti : Kepolisian Daerah, Dinas
Kesehatan Tk.I, Dinas Perhubungan, Dinas Sosial,
Palang Merah Indonesia dan instansi lainnya serta
Bakorlak, Satkorlak dan Satlak.
Korban yang tidak teridentifikasi dapat disebabkan :
1. keadaan jenazah yang ditemukan dalam kondisi:
a. mayat membusuk lanjut, tergantung derajat pembusukannya dan
kerusakan jaringannya, atau mayat termutilasi berat dan
kerusakan jaringan lunak yang banyak maka metode identifikasi
yang digunakan sidik jari bila masih mungkin atau dengan ciri
anatomis dan medis tertentu, serologi, DNA atau odontologi
b. mayat yang telah menjadi kerangka, identifikasi menjadi terbatas
untuk sedikit metode saja yaitu: serologis, ciri anatomis tertentu
dan odontologi
2. tidak adanya data antemortem, tidak adanya data orang hilang atau
sistem pendataan yang lemah
3. jumlah korban yang banyak, baik pada populasi yang terbatas
ataupun pada populasi yang tak terbatas.
TSUNAMI
PESAWAT SUKHOI SUPER JET
BOM JW MARRIOT
KESIMPULAN
• DVI (Disaster Victim Identification) adalah suatu definisi yang diberikan
sebagai sebuah prosedur untuk mengidentifikasi korban mati akibat
bencana yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan sah oleh
hukum serta mengacu kepada standar baku Interpol DVI Guideline
• Dasar Hukum Identifikasi Korban Bencana di Indonesia adalah Pasal 120 ayat
1 KUHAP, pasal 133 ayat 1 KUHAP, sesuai pada pasal 82 dan 118 UU Nomor
36 tahun 2009 Tentang Kesehatan dan PP Nomor 32 tahun 1996.
• Proses DVI meliputi 5 fase, dimana setiap fasenya mempunyai keterkaitan
satu dengan yang lainnya, yang terdiri dari ‘The Scene’ (TKP), ‘The Mortuary’
(Post-mortem), ‘Ante Mortem Information Retrieval’ (Ante-mortem),
‘Reconciliation’ (Rekonsiliasi) and ‘Debriefing’.
• berdasarkan standar Interpol untuk proses identifikasi pada DVI telah
ditentukan metode identifikasi yang dipakai yaitu :
• Metode identifikasi primer (sidik jari, gigi geligi, dan DNA)
• Metode identifikasi sekunder (medik dan properti)
• Prinsip dari proses identifikasi adalah dengan membandingkan data‐data
korban (data Post Mortem) dengan data dari keluarga (data Ante Mortem),
semakin banyak kecocokan akan semakin baik dan penentuannya dilakukan
pada rapat rekonsiliasi.
SARAN
• Kepada Tim Identifikasi hendaknya sering dilakukan pelatihan tentang
program identifikasi agar lebih terlatih dan profesional dalam
menangani proses identifikasi korban masal.
• Polisi hendaknya mempunyai data forensik (ante mortem) yang lengkap
untuk membantu masyarakat korban bencana dalam rapid
identivication. jadi tidak ada lagi korban bencana alam yang tidak
teridentifikasi.
• Prosedur kerja tim dissater victim identification harus sesuai dengan
prosedur yang telah disepakati.
• Praktisi DVI perlu bekerjasama dengan lembaga-lembaga lain seperti
militer, pemadam kebakaran, petugas ilmiah dan ahli radiologi untuk
menyelesaikan tugas dengan aman dan efektif.
• Dilakukannya kesepakatan bersama antara beberapa ahli hukum dengan
Tim DVI untuk berdiskusi dari situasi dan kondisi bencana.

Anda mungkin juga menyukai