Anda di halaman 1dari 16

REFERAT

KERACUNAN METANOL

Disusun Oleh :
1. Rizki Hapsari N. G1A 209160
2. Ratna Juwita G1A 209179
3. Yosefin R. G1A 209161
4. Desty Dwianti G1A 209175
5. Hananingtyas Idasa G1A 209180

Pembimbing : dr. Zaenuri SH, Sp. KF, Msi.Med

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN
MEDIKOETIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
Periode 6 September – 17 Oktober 2010

1
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipresentasikan pada


Hari/tanggal : ........................Oktober 2010

REFERAT
KERACUNAN METANOL

Disusun Oleh :
1. Rizki Hapsari N. G1A 209160
2. Ratna Juwita G1A 209179
3. Yosefin R. G1A 209161
4. Desty Dwianti G1A 209175
5. Hananingtyas Idasa G1A 209180

Telah disetujui dan disahkan :


Pembimbing

dr. Zaenuri SH, Sp. KF, Msi.Med


NIP. 19700925.200003.1.001

2
DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN JUDUL .......................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………..............
BAB II.TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................
BAB III. PEMBAHASAN ..............................................................................
KESIMPULAN ...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... ..

3
BAB I
PENDAHULUAN

Metanol (CH3OH ;metyl alkohol; carbinol; alkohol kayu) diperoleh dari


distilasi destruktif kayu, merupakan alkohol yang paling sederhana, dengan rumus
kimia CH3OH, berat molekul 32,04, titik didih 64,5 C (147 F), bersifat ringan, mudah
menguap, tak berwarna, mudah terbakar, beracun dan berbau khas. Metanol
digunakan sebagai bahan penambah bensin, bahan pemanas ruangan, pelarut industry,
pada larutan fotokopi, serta sebagai bahan makanan untuk bakteri yang memproduksi
protein. Keracunan metanol sering terjadi di Negara kita dan dapat menyebabkan
meningkatnya morbiditas dan mortalitas. Metanol paling banyak dijumpai dalam
rumah tangga dalam bentuk “canned heat” atau cairan pembersih kaca mobil.1,3
Metanol dapat diabsorbsi ke dalam kulit, saluran pernafasan atau pencernaan
dan didistribusikan ke dalam cairan tubuh. Mekanisme utama metanol di dalam
tubuh manusia adalah dengan oksidasi menjadi formaldehida, asam format dan CO 2.
Metanol juga dapat disingkirkan dengan membuat muntah, dan dalam jumlah kecil
diekskresikan melalui pernafasan, keringat, dan urin. Metanol tidak dapat diikat
dengan karbon.2
Pada manusia kepekaan khusus terhadap keracunan metanol mungkin
disebabkan oleh produksi metabolit format dari metanol yang membutuhkan folat dan
bukan oleh metanolnya sendiri atau formaldehid, suatu metabolit antara.2
Manifestasi dari keracunan metanol adalah muntah, sakit kepala, nyeri ulu
hati, dyspneu, bradikardia dan hipotensi. Bisa terjadi delirium kemudian pasien akan
segera menjadi koma. Asidosis metabolik sangat khas terjadi pada keracunan
metanol, yang disebabkan karena terbentuknya asam format yang merupakan
metabolit dari metanol yang telah mengalami metabolisme di dalam hati. Toksisitas
yang spesifik yaitu kerusakan pada retina. Penglihatan kabur, pelebaran pembuluh
darah diskus optikus selalu mendahului kematian yang disebabkan oleh gagal nafas.2

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metabolisme Metanol


Metanol dapat diabsorbsi kedalam tubuh melalui saluran pencernaan, kulit
dan paru-paru. Metanol didistibusikan secara luas dalam cairan tubuh dengan volume
distribusi 0,6 L/kg. Metanol secara perlahan dimetabolisme di hati. Sekitar 3% dari
metanol diekskresikan melalui paru atau diekskresi melalui urin.3
Metanol beracun melalui dua mekanisme. Pertama metanol yang telah masuk
kedalam tubuh baik melalui, menelan menghirup atau diserap melalui kulit dapat
menekan saraf pusat seperti yang terjadi pada keracunan etanol. Kedua metanol
beracun setelah mengalami pemecahan oleh enzim alkohol dehidrogenase di hati
menjadi asam format dan formaldehida. Dosis yang berbahaya dapat terjadi bila
seseorang terekspos terus menerus terhadap uap metanol atau cairan metanol tanpa
menggunakan pelindung. Dosis yang mematikan adalah 100-125 ml (4 fl oz).4
Cara kerja metanol sama dengan cara kerja etanol. Metanol lebih bersifat
toksik dibandingkan dengan etanol. Toksisitas metanol semakin meningkat
disebabkan oleh stukturnya yang tidak murni. Metanol diekskresikan secara lambat di
dalam tubuh dan kemudian secara kumulatif metanol dapat bersifat toksik di dalam
tubuh. Selama penelanan metanol secara cepat diabsorbsi dalam traktus
gastrointestinal dan dimetabolisme dihati. Pada langkah pertama dari degradasi,
metanol diubah menjadi formaldehid oleh enzim alkohol dehidrogenase. Reaksi ini
lebih lambat dari reaksi kedua, oksidasi dari formaldehid menjadi asam format oleh
enzim aldehid dehidrogenase. Oksidasi ini berlangsung cepat sehingga hanya sedikit
formaldehid yang terakumulasi dalam serum. Hal ini menjelaskan latensi dari gejala
antara penelanan dan timbulnya efek. Waktu paruh dari formaldehid adalah sekitar 1-
2 menit.1,3
Asam format kemudian dioksidasi menjadi karbondioksida dan air oleh
tetrahidrofolat. Metabolisme dari asam format sangat lambat sehingga dapat

5
terakumulasi di dalam tubuh yang menimbulkan asidosis metabolik. Asam format
juga menghambat respirasi seluler sehingga terjadi asidosis laktat.5
Kecepatan absorbsi dari metanol tergantung dari beberapa faktor, dua faktor
yang paling berperan adalah konsentrasi metanol dan ada tidaknya makanan dalam
saluran cerna. Metanol dalam bentuk larutan lebih lambat diserap dibanding dengan
metanol yang murni dan adanya makanan dalam saluran cerna terutama lemak dan
protein akan memperlambat absorbsi metanol dalam saluran cerna. Setelah
diabsorbsi, metanol didistribusi ke seluruh jaringan dan cairan tubuh kecuali jaringan
lemak dan tulang, disini konsentrasi metanol paling rendah. Konsentrasi metanol di
dalam darah mencapai maksimum kira-kira setengah sampai satu jam setelah metanol
dikonsumsi. Konsentrasi metanol di dalam otak setelah tercapai keseimbangan adalah
lebih sedikit dibanding dengan konsentrasi di dalam darah.5
Metanol yang telah diabsorbsi, dimetabolisme di dalam tubuh di hepar melalui
proses oksidasi. Secara normal, tubuh dapat memetabolisme 10 gms metanol murni.
Jika dikonsumsi berlebihan, konsentrasi metanol dalam darah akan meningkat dan
orang tersebut akan mulai menunjukkan keluhan dan gejala keracunan alkohol,
kecuali orang tersebut telah mengalami toleransi terhadap metanol. Metanol dalam
jumlah yang maksimum yaitu 300 ml metanol murni, dapat dimetabolisme dalam
tubuh dalam 24 jam. Keracunan metanol dapat menyebabkan gangguan pada hepar
dan ginjal.1

6
Gambar 1. Metabolisme Metanol
2.2 Manifestasi Klinis
Gejala awal yang timbul setelah keracunan metanol adalah gejala yang terjadi
karena depresi sistem saraf pusat seperti sakit kepala, pusing, mual, koordinasi
terganggu, kebingungan dan pada dosis yang tinggi tidak sadarkan diri dan kematian.
Gejala awal ini lebih ringan dari yang terjadi pada keracunan etanol.4
Bila gejala awal telah dilalui rangkaian kedua dari gejala, terjadi 10-30 jam
setelah paparan awal terhadap metanol. Akumulasi asam format pada saraf optik
dapat menyebabkan penglihatan kabur. Hilangnya penglihatan secara total dapat
disebabkan oleh berhentinya fungsi mitokondria pada saraf optik dimana terjadi
hiperemi, edema dan atropi saraf optik. Demielinisasi saraf optik juga dapat terjadi
karena penghancuran mielin oleh asam format. Akumulasi asam format didalam
darah dapat menyebabkan asidosis metabolik. Interval antara masuknya racun sampai
timbulnya gejala berhubungan dengan volume metanol yang tertelan. Kadar metanol
dalam darah mencapai puncaknya setelah 30-90 menit. Dosis letal minimal adalah 1
mg/kg bb. Asidosis merupakan faktor primer dari keracunan metanol dan depresi dari
sistem saraf pusat adalah faktor yang minor.4,5,

7
Ketika metabolime metanol telah berlangsung asidosis metabolik dengan
anion gap yang berat akan terjadi. Asidosis metabolik yang berat yang berhubungan
dengan gangguan penglihatan adalah tanda dari keracunan metanol. Pasien biasanya
mengalami penglihatan kabur, penglihatan ganda, atau perubahan dari persepsi
warna. Bisa juga terjadi pengecilan lapangan pandang dan terkadang kehilangan
penglihatan secara total. Tanda khas dari disfungsi penglihatan termasuk dilatasi
pupil dan hilangnya reflek pupil.3
Tanda dan gejala lebih lanjut dapat terjadi pernafasan dangkal, sianosis,
takipneu, koma, kejang, gangguan elektrolit dan perubahan hemodinamik yang
bervariasi termasuk hipertensi dan cardiac arrest. Dapat juga terjadi gangguan
memori yang ringan sampai berat, agitasi yang dapat berlanjut menjadi stupor dan
koma sejalan dengan memberatnya asidosis. Pada kasus yang berat dapat terjadi
kematian. Pasien yang bertahan dapat menderita gejala sisa seperti kebutaan yang
permanen atau defisit neurologis yang lain.
2.3 Penatalaksanaan Keracunan Metanol
Keracunan metanol berat biasanya dijumpai pada pecandu alkohol kronis dan
mungkin tidak dapat dikenal kecuali dijumpai gejala-gejala yang khas pada sejumlah
pasien. Karena metanol dan metabolit formatnya merupakan toksin yang lebih kuat
dari etanol, maka penting bahwa pasien yang keracunan metanol dikenali dan diobati
secepat mungkin.2
Gejala awal yang penting dari keracunan metanol ialah gangguan visual,
sering kali dijelaskan sebagai “berada dalam badai salju”. Gangguan visual
merupakan keluhan umum epidemis keracunan metanol. Keluhan penglihatan kabur
dengan kesadaran relative baik merupakan suatu petunjuk kuat untuk keracunan
metanol. Dalam kasus-kasus berat, bau formaldehid tercium melalui pernafasan dan
urin. Timbul bradikardia, koma yang lama, kejang, dan asidosis yang menetap.2
Hasil pemeriksaan fisik pada keracunan metanol biasanya tidak spesifik.
Midriasis yang menetap merupakan tanda keracunan berat. Atropi saraf optik
merupakan tanda lanjut. Penyebab kematian dalam kasus fatal ialah berhentinya
pernafasan secara mendadak. Merupakan hal yang sangat perlu untuk menentukan

8
kadar metanol dalam darah secepat mungkin bila diduga suatu keracunan metanol.
Bila dugaan klinik keracunan metanol cukup kuat, pengobatan tidak boleh terlambat.2
Kadar metanol lebih dari 50 mg/dL, merupakan indikasi mutlak untuk
hemodialis dan pengobatan dengan etanol meskipun kadar format dalam darah
merupakan indikasi yang lebih baik. Hasil laboratorium tambahan termasuk asidosis
metabolik dengan peningkatan anion gap dan osmolar gap. Etilen glikol, paraldehid,
dan salisilat juga dapat menyebabkan anion gap. Penurunan serum bilirubin
merupakan gambaran yang seragam dari keracunan metanol berat. Toksisitas etilen
glikol biasanya menyebabkan eksitasi susunan saraf pusat, peningkatan enzim-enzim
otot, dan hipokalsemia tetapi tidak ada gejala visual. Keracunan salisilat dapat segera
ditentukan dari kadar salisilat dalam darah.2
Pengobatan pertama untuk keracunan metanol, seperti pada keadaan kritis
keracunan, ialah untuk menyelenggarakan pernafasan, dengan melakukan trakeotomi
bila perlu. Muntah dapat dibuat pada pasien yang tidak koma, tidak mengalami
kejang, dan tidak kehilangan reflex muntah. Bila salah satu dari kontraindikasi ini
ada, maka harus dilakukan intubasi endotrakeal dan bilasan lambung dengan selang
berdiameter besar setelah saluran nafas terlindungi.2
Ada tiga cara yang spesifik untuk keracunan metanol berat; penekanan
metabolism oleh alkohol dehidrogenase untuk pembentukan produk-produk
toksiknya, dialisis untuk meningkatkan bersihan metanol dan produk toksiknya, serta
alkalinasi untuk menetralkan asidosis metabolik.2
Karena etanol berkompetisi untuk alkohol dehidrogenase, yang bertanggung
jawab untuk memetabolisme metanol menjadi asam format, perlu untuk menjenuhkan
enzim ini dengan etanol yang kurang toksik. Metabolism etanol yang dicirikan
tergantung pada dosis dan variabilitas yang disebabkan oleh asupan etanol kronis
memerlukan pemantauan yang berulang-ulang untuk meyakinkan konsentrasi alkohol
yang tepat. Etanol diberikan secara intravena sebagai larutan 10%. 4-Metilpirazol,
suatu penghambat alkohol dehidrogenase yang kuat, dapat berguna sebagai
penunjang dalam keracunan metanol bila tersedia penuh untuk digunakan manusia.
Akhir-akhir ini, obat ini tergolong sebagai orphan drug.2

9
Dengan dimulainya prosedur dialisis, maka etanol akan hilang dalam dialisat.
Dialisis direkomendasikan untuk pasien yang mengalami gangguan penglihatan,
kadar metanol dalam darah 50 mg % atau lebih, menelan lebih dari 60 ml metanol
dan asidosis berat yang tidak dapat dikoreksi dengan bikarbonat.2,3
Alkalinisasi adalah terapi yang paling lama dipakai bertujuan untuk mengatasi
asidosis dan diperlukan dosis yang sangat besar dari sodium bikarbonat. Karena
sistem-sistem yang bergantung pada folat bertanggung jawab dalam oksidasi
pembentukan asam format menjadi CO2 pada manusia, maka mungkin berguna untuk
memberikan asam folat kepada pasien-pasien yang keracunan metanol, meskipun
belum pernah diuji secara lengkap dalam uji klinik.2,6

2.4 Penampakan Postmortem


Pada keracunan metanol dapat terjadi perubahan akut sekunder akibat
hipoksia/iskemia pada substansia grisea berupa edema serebri dan injuri neuronal
akut. Pada seseorang yang mengalami keracunan metil alkohol selama beberapa hari
atau beberapa minggu akan menunjukkan pola kerusakan otak yang khas yaitu
nekrosis putamen bilateral, terutama mengenai bagian lateral dari nuclei. Pada
beberapa kasus dapat juga ditemukan nekrosis hemoragik yang melibatkan centrum
semiovale, khususnya bagian subkortikal. Selain itu dapat juga terjadi kerusakan pada
substansia alba dan putamen.7
Penampakan klasik dari perdarahan dan nekrosis putamen akut adalah khas
pada keracunan metanol. Perdarahan yang banyak sampai meluas ke sistem ventrikel
berkorelasi dengan heparinisasi sistemik selama dialisis. Jika pasien dapat bertahan
selama fase akut dari penyakit ini akan terjadi resorpsi jaringan putamen yang
mengalami infark selama perdarahan menjadi suatu rongga kistik di dalam nuclei dari
putamen, beberapa dari pasien ini dapat mengalami sindrom Parkinson.7

10
Kelainan lain yang mungkin terjadi pada keracunan metanol adalah nekrosis
dan perdarahan pada substansia alba. Lesi pada substansia alba ini kurang spesifik
pada keracunan metanol. Penampakan postmortem pada keracunan metanol yang
kronis yaitu perubahan morfologik otak yang menyeluruh yaitu atropi kortikal dan
subkortikal. Lobus frontal adalah bagian otak yang paling peka, disini akan terjadi
kerusakan dan penyusutan bagian otak tersebut, gejala yang timbul yaitu berupa
gangguan eksekutif seperti kemampuan untuk merencanakan dan menyelesaikan
masalah.7

2.5 Penampakan Patologi


Pada keracunan metanol akan tampak hiperemi dan inflamasi dengan bercak-
bercak perdarahan pada lambung dan duodenum. Pada paru-paru akan tampak
kongesti dan odema. Pada otak dan meningen akan terjadi kongesti. Pada mukosa
kantung kemih terjadi kongesti, dan pada ginjal menunjukkan adanya degenerasi
tubular. Pada jantung terjadi degenerasi vacuolar pada sel-sel jantung.1
Temuan patologis yang mencirikan adanya suatu intoksikasi metanol adalah
neuropati optik dan nekrosis putamen bilateral dengan atau tanpa nekrosis. Lesi pada
mata meliputi destruksi dari sel-sel ganglion retina, edema. Nekrosis pada putamen
dapat dilihat pada pasien yang dapat bertahan lebih dari 24 jam. Daerah nekrosis juga
dapat dilihat pada substansia alba pada pasien yang bertahan lebih dari beberapa hari.
Nekrosis putamen bilateral atau perdarahan dapat diidentifikasi dengan CT scan atau
MRI.8

11
Gambar 2 CT scan pada hari ke lima menunjukkan adanya perdarahan pada
putamen.9

12
Gambar 3 CT Scan Pre –(A) dan Post kontras (B) pada hari ke 24 menunjukkan
Hilangnya volume putamen secara bilateral dan adanya lesi putamen dan
subkortikal.9

13
Gambar 4 fotografi fundus 2 bulan setelah intoksikasi metanol memperlihatkan
atropi optik dengan cakram optik yang terlihat glaucomatous dan penyempitan
lingkaran neuroretina dengan 0,9 cup pada (a) mata kanan, dan 0,7 cup pada (b)
mata kiri.10

2.6 Diagnosis
2.6.1 Pemeriksaan lab
Pemeriksaan lab pada ginjal didapatkan rendahnya kadar bikarbonat serum
karena terjadi asidosis metabolik. Peningkatan anion gap disebabkan karena
peningkatan kadar laktat dan keton, hal ini dapat terjadi kemungkinan karena
akumulasi asam format. Dapat juga terjadi peningkatan osmolar gap, hal ini bukan
merupakan temuan yang spesifik karena menunjukkan adanya suatu larutan
dengan berat molekul rendah seperti etanol, alkohol lain, mannitol, glisin, lemak
atau protein. Diagnosis definitive dari keracunan metanol dapat dilihat dari
peningkatan kadar metanol serum yang dapat diukur dengan gas chromathography
namun hal ini tidak berkorelasi dengan tingkat keracunan dan merupakan
indikator yang baik untuk prognosis.5
2.6.2 Imaging
CT scan dapat menunjukkan perubahan karakteristik dari nekrosis
putamen bilateral dengan derajat perdarahan yang bervariasi. Namun lebih sering
hasil CT scan normal. MRI adalah metode imaging yang lebih sensitive dalam
mendiagnosa keracunan metanol. Pada keracunan metanol yang baru berlangsung
selama empat minggu, MRI telah dapat menunjukkan adanya perubahan pada
putamen dan juga lesi yang berwarna putih pada lobus frontal atau oksipital. MRI
dapat digunakan untuk membedakan keracunan metanol dengan kondisi lain
seperti hipoglikemik dan keracunan karbonmonoksida.5
Temuan patologis paling karakteristik setelah keracunan metanol adalah
adanya daerah nekrosis pada putamen, dimana juga terdapat perdarahan dengan
derajat yang bervariasi. Gambaran ini bisa terlihat pada pasien yang bertahan
setelah 24 jam, nekrosis juga dapat terlihat pada substansia alba pada pasien yang
bertahan lebih dari beberapa hari.8

14
BAB III
PEMBAHASAN

KESIMPULAN

Keracunan metanol merupakan suatu keracunan yang menimbulkan


kegawatan medis yang akut, dan sering terjadi di negara kita yang dapat
menyebabkan morbiditas dan bahkan kematian. Metanol mempengaruhi berbagai
sistem organ di dalam tubuh. Metanol dapat diabsorpsi ke dalam kulit, saluran
pernafasan atau pencernaan dan didistribusikan ke dalam cairan tubuh.
Mekanisme utama metanol di dalam tubuh manusia adalah dengan oksidasi
menjadi formaldehid, asam format, dan CO2.
Metanol mempengaruhi berbagai sistem organ di dalam tubuh. Gejala
awal berupa depresi sistem saraf pusat seperti sakit kepala, pusing, mual,
koordinasi terganggu, kebingungan dan pada dosis yang tinggi tidak sadarkan diri
dan kematian. Gejala lebih lanjut berupa gangguan penglihatan, asidosis sampai
dapat terjadi pernafasan dangkal, sianosis, takipneu, koma, kejang, gangguan
elektrolit dan perubahan hemodinamik yang bervariasi termasuk hipertensi dan
cardiac arrest.
Ada tiga cara yang spesifik untuk keracunan metanol berat; penekanan
metabolism oleh alkohol dehidrogenase untuk pembentukan produk-produk
toksiknya, dialisis untuk meningkatkan bersihan metanol dan produk toksiknya,
serta alkalinasi untuk menetralkan asidosis metabolik
Pada keracunan metanol dapat terjadi perubahan akut sekunder akibat
hipoksia/iskemia pada substansia grisea berupa edema serebri dan injuri neuronal
akut. Pada seseorang yang mengalami keracunan metil alkohol selama beberapa
hari atau beberapa minggu akan menunjukkan pola kerusakan otak yang khas
yaitu nekrosis putamen bilateral, terutama mengenai bagian lateral dari nuclei.
Pada beberapa kasus dapat juga ditemukan nekrosis hemoragik yang melibatkan
centrum semiovale, khususnya bagian subkortikal. Selain itu dapat juga terjadi
kerusakan pada substansia alba dan putamen.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Modi’s Medical Jurisprudence and Toxicology. In : Alcohol Intoxication 18th


edition.
2. Bertram G Katzung (1998), Alkohol. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi VI,
EGC, hal .369-379.
3. “Methanol Poisoning Overview”. Available from: http://www.antizol.com/
mpoisono.htm (Accesed: 2010, Oct 1).
4. “Methanol”. Available from: http//www.wikipedia.com/ (Accesed: 2010, Oct
1).
5. “Methanol Intoxication”. Available from: http://www.emedicine.com/
NEURO/topic217.htm (Accesed: 2010, Oct 1).
6. “Methyl Alcohol Poisoning”. Available from :
http://www.jpgmonline.com/article.asp?
issn=00223859;year=1984;volume=30;issue=2;spage=69;epage=74;aulast=Ra
vichandran (Accesed: 2010, Oct 1).
7. “Final Diagnosis Methanol Poisoning”. Available from :
http://path.upmc.edu/divisions/neuropath/bpath/cases/case53/dx.html
(Accesed: 2010, Oct 1).
8. “Methanol Intoxication with Putaminal and White Matter Necrosis: MR and
CT findings”. Available from : http://www.ajnr.org/cgi/reprint/16/7/1492.pdf
(Accesed: 2010, Oct 1).
9. “CT and MR Imaging Findings in Methanol Intoxication”. Available from:
http://www.ajnr.org/cgi/reprint/27/2/452.pdf (Accesed: 2010, Oct 1).
10. “Ocular manifestasions and MRI findings in a case of methanol poisoning”.
Available from: http://www.nature.com/eye/journal/v19/n7/fig_tab/
6701641f2.html?url=/eye/journal/v19/n7/full/6701641a.html#figure-title
(Accesed: 2010, Oct 1).

16

Anda mungkin juga menyukai