Anda di halaman 1dari 39

STATIN

1. Farmakologi
Ada beberapa jenis statin yang tersedia saat ini, yaitu:
atorvastatin, fluvastatin, lovastatin, pitastatin, pravastatin,
simvastatin, dan rosuvastatin. Rosuvastatin memberikan efek
penurunan LDL yang paling tinggi diikuti oleh atorvastatin,
simvastatin, pitastatin, lovastatin, pravastatin, dan fluvastatin yang
paling rendah. Efikasi kebanyakan statin lebih baik bila diberikan
pada malam hari karena bertepatan dengan biosintesis kolesterol
endogen dalam tubuh. Atorvastatin dan rosuvastatin memiliki
waktu paruh yang lebih panjang dan memiliki efek penurunan LDL
yang lebih besar sehingga dapat diberikan tanpa bergantung
dengan waktu. Pemberian statin dua kali sehari memberikan efek
penurunan LDL yang sedikit lebih tinggi, yaitu 2%-4%,
dibandingkan dengan pemberian satu kali sehari, namun
perbedaan ini sangat jarang memberikan perbedaan klinis yang
penting. Bioavailabilitas lovastatin dapat diperbaiki bila diberikan
bersama makanan, oleh karena itu, pemberian lovastatin
direkomendasikan bersama makan malam. Namun, ternyata ini
juga tidak terlalui memberikan perbedaan klinis yang nyata.
Setiap statin memiliki perbedaan dalam hal kemampuan
permeabilitas jaringan dan farmakokinetika. Meskipun semua statin
dapat memasuki sel-sel hati melalui transport aktif atau pasif,
statin hidrofilik seperti pravastatin dan rosuvastatin kurang dapat
memasuki sel-sel non-hepatik, sedangkan statin lipofilik seperti
atorvastatin, fluvastatin, dan simvastatin lebih mudah masuk ke
sel-sel hepatik maupun non-hepatik (vaskuler) melalui difusi pasif.
Perbedaan ini terlihat memberi perbedaan juga dari segi efek
samping yang dihasilkannya, tapi di waktu yang bersamaan
membuat mereka lebih memiliki efek pleiotropik (Page and Nappi,
2013; Zhou and Laio, 2010).
2. Penggunaan Klinis
Statin adalah obat penurun lipid paling poten yang digunakan
hingga saat ini karena statin mampu mempengaruhi semua profil

1
lipid dalam plasma, yaitu menurunkan kadar kolesterol LDL sebesar
22%-60%, trigliserida 15%-45%, dan meningkatkan kolesterol HDL
5%-8%. Kemampuan statin ini bergantung pada dosis dan bersifat
linier (lihat Tabel 6.). Dosis rendah menghasilkan efek penurunan
LDL yang substansial, dan setiap peningkatan dosis sebesar dua
kali lipat dari dosis harian akan memberikan tambahan efek
penurunan LDL rata-rata sebesar 6%-7%. (Page and Nappi, 2013)
Banyak uji klinis telah membuktikan bahwa statin dapat
menurunkan mortalitas PJK. Namun, mekanisme kerja yang komplit
untuk menunjukkan manfaat ini masih belum diketahui dengan
jelas, tapi tampaknya sangat erat kaitannya dengan penurunan
kadar kolesterol LDL plasma dan banyak yang percaya bahwa
manfaat ini adalah class effect sehingga dapat diaplikasikan
untuk semua statin. Selain potensinya, statin juga memiliki profil
keamanan yang baik sehingga statin direkomendasikan oleh NCEP
III sebagai obat pilihan pertama sebagai penurun kolesterol dan
menurunkan resiko PJK. (Page and Nappi, 2013).
Tabel 1. Kemampuan penurunan LDL plasma di antara berbagai jenis statin
berdasarkan dosis (Page and Nappi, 2013)

Dosis Penurunan Dosis Penurunan


Nama Statin Harian LDL (%) Nama Statin Harian LDL (%)
(mg) (mg)
Atorvastatin 10 39 Pravastatin 10 22
20 43 20 32
40 50 40 34
80 60 80 37
Fluvastatin 20 22 Rosuvastatin 10 46
40 24 20 52
80 34 40 55
Lovastatin 20 24 Simvastatin 5 26
40 34 10 30
80 40 20 38
Pitastatin 1 32 40 41
2 36 80 47
4 43

3. Mekanisme Penurunan Kolesterol


Statin menghambat secara kompetitif kerja enzim -hydroxy--
methylglutaryl-CoA (HMG-CoA) reductase yang mengkonversi HMG-
CoA menjadi asam mevalonat dalam jalur biosintesis kolesterol
endogen. Berkurangnya pembentukan kolesterol ini membuat hati

2
dengan cepat meningkatkan regulasi (upregulation) LDL dengan
memperbanyak pembentukan reseptor LDL, LDL dari sirkulasi
diambil untuk pembentukan kolesterol sehingga meningkatkan
pembersihan partikel-partikel LDL dari dalam darah. Efek
penurunan trigliserida didapat melalui dua cara, yaitu:
meningkatkan pembersihan partikel-partikel VLDL dan VLDL
remnant dari sirkulasi sistemik (melalui upregulation reseptor LDL)
dan mengurangi sekresi VLDL dari hati. Semua statin memiliki
kemampuan menurunkan kadar trigliserida dalam darah.
Kemampuan penurunan trigliserida ini berhubungan dengan
efektivitas penurunan LDL-nya. Oleh karena itu, statin dengan efek
penurunan LDL yang besar juga memiliki efek penurunan
trigliserida yang besar, dan bagi pasien akan semakin
memperbesar persentase penurunan trigliseridanya dari nilai
baseline. (Page and Nappi, 2013)

3
Gambar 1. Jalur biosintesis kolesterol endogen (Page and Nappi,
2013)

4. Efek pleiotropik
Efek pleiotropik adalah efek lain yang dimiliki oleh suatu obat di
luar dari efek utamanya. Penghambatan statin terhadap
pembentukan asam mevalonat memberi konsekuensi berupa
penghambatan sintesis isoprenoid intermediet seperti
farnesylpyrophosphate (FPP) dan geranylgeranylpyrophosphate
(GGPP) yang berada di jalur bawah dari pembentukan asam
mevalonat. Isoprenoid intermediat ini bertindak sebagai komponen
lipid pelengkap untuk proses modifikasi post-translasional dari
protein-protein intraseluler seperti nuclear lamins, Ras, Rho, Rac,
dan Rap. Penghambatan terhadap protein-protein yang bergantung
pada isoprenoid ini menghasilkan beberapa efek biologi yang
berkontribusi sebagai manfaat tambahan bagi statin. Manfaat
tambahan inilah yang kemudian dikenal sebagai efek pleiotropik
statin. Efek pleiotropik statin yang telah diketahui adalah
memperbaiki disfungsi endotelium, memiliki efek antiinflamasi dan
antioksidan, dan stabilisasi plak. (Zhou, 2010; Davignon, 2004)

Gambar 2. Aksi biologi dari isoprenoid (Zhou, 2010)

Perbaikan fungsi endotelium


Disfungsi endotelium adalah manifestasi awal dari aterosklerosis.
Disfungsi endotelium menyebabkan terganggunya sintesis,
pelepasan, dan aktivitas nitrit oksida (NO) yang merupakan
mediator penting bagi fungsi endotelium. Fungsi statin dalam

4
memperbaiki disfungsi endotelium sebagian berkaitan dengan
kemampuannya dalam menurunkan kadar LDL plasma, sebagian
lagi tidak. Statin dapat melakukan upregulation enzim nitric oxide
synthase (eNOS) endotelium, mencegah terjadinya downregulation
eNOS oleh LDL setempat karena LDL memiliki kemampuan
meningkatkan kadar caveolin-1, yaitu inhibitor utama aktivitas
eNOS. Kerja statin dalam memodulasi eNOS dilakukan melalui
beberapa mekanisme:
a) Mengganggu proses isoprenilasi Rho oleh GGPP sehingga
mencegah translokasinya ke membran sel tempat dimana Rho
GTPase akan mengatur aktivitas eNOS secara negatif. Rho
membutuhkan proses isoprenilasi untuk dapat berikatan secara
kovalen dengan membran sel vaskuler dalam cell-signaling
pathways untuk kemudian menghasilkan efek disfungsi
endothelium (lihat Gambar 11).
b) Meningkatkan stabilitas eNOS dengan cara memperpanjang
waktu paruh eNOS messenger RNA (mRNA) sehingga
meningkatkan bioavailabilitas NO.
c) Memacu aktivasi serine/threonine kinase Akt (protein kinase B) di
dalam sel endotelium, melalui upregulation jalur PI3K
(phosphatidylinositol-3-kinase) sehingga meningkatkan fosforilasi
substrat Akt eNOS endogen dan meningkatkan produksi NO.
d) Mengurangi jumlah Caveolin-1. Caveolin-1 adalah protein
membran integral yang berikatan dengen eNOS di dalam caveola
sehingga menghambat pembentukan NO secara langsung.
e) Meningkatkan heat shock proteins (HSP90) yang bertindak
sebagai pengawal molekul (memfasilitasi aktivitas jangka
panjang dari eNOS) dan menurunkan produksi reactive oxygen
species (ROS) yang menginaktivasi NO.
Terakhir, statin memberikan efek perbaikan disfungsi endotelium
yang tidak berkaitan dengan efek penurunan kolesterol, yaitu
menginduksi terjadinya angiogenesis melalui mobilisasi, proliferasi,
migrasi dan kemampuan bertahan hidup dari sel-sel progenitor
endotelium (endothelial progenitor cells=EPCs). Namun, efek ini
hanya terlihat pada kadar statin yang rendah saja, sedangkan pada

5
kadar tinggi statin memberikan efek antiangiogenik. (Rohilla, 2011;
Zhou and Liao, 2010; Davignon, 2004).

Gambar 3. Regulasi siklus Rho GTPase dan upregulation eNOS oleh


statin
(Zhou and Liao, 2010)

Efek statin pada perbaikan fungsi endotelium menghasilkan


vasodilatasi sehingga memperbaiki perfusi ke arteri. Pengobatan
jangka pendek dengan statin terbukti dapat memperbaiki disfungsi
endotelium dan meningkatkan perfusi miokardium. Pada pasien
dengan hiperkolesterolemia, pemberian fluvastatin selama 6-12
minggu secara signifikan meningkatkan perfusi miokardium pada
daerah iskemik sebesar 30% (p<0,005).
Efek antioksidan
Metabolit hidroksi dari atorvastatin, tapi bukan senyawa induknya,
menghambat oksidasi LDL dan VLDL juga HDL. Tambahan pula,
metabolit ini merupakan 70% metabolit atorvastatin yang terdapat
di dalam plasma. Metabolit ini dapat menangkap radikal bebas
yang berkontribusi pada oksidasi lipoprotein. Statin juga secara
tidak langsung berpengaruh pada mekanisme oksidasi normal
dalam tubuh dengan cara menjegal kemampuan makrofag untuk
mengoksidasi lipoprotein, namun mekanisme efek ini masih dalam
tahap penelitian.
LDL teroksidasi adalah partikel bermuatan negatif, kemungkinan
karena glikasi dan kandungan asam sialiknya yang abnormal. LDL
bermuatan negatif ini bersifat toksik terhadap sel. Pada pasien tipe
familial hypercholesterolemia, pengobatan dengan simvastatin 40

6
mg/hari secara signifikan dapat menurunkan proporsi LDL
bermuatan negatif pada 3 bulan (29%, p<0,0002) dan 6 bulan
terapi (21%, p<0001) terapi. Selama periode 6 bulan terapi
simvastatin, jumlah kolesterol yang ditransportasikan dalam bentuk
LDL bermuatan negatif secara bertahap menurun, mencapai
penurunan keseluruhan sebesar 60%. Namun demikian, perubahan
dalam parameter lipid terlihat lebih awal, yaitu pada satu bulan
terapi. Data ini menunjukkan bahwa terapi statin jangka panjang
pada manusia dapat menurunkan progresivitas sifat aterogenik dari
LDL bermuatan negatif. (Davignon, 2004)
Selain itu, statin juga melemahkan produksi radikal bebas di dalam
sel otot polos pembuluh darah yang dimediasi oleh Angiotensin II
melalui penghambatatn terhadap aktivitas nicotinamide adenine
dinucleotide oxidase yang dimediasi oleh Rac1 dan downregulating
ekspresi reseptor Angiotensin I. Statin juga meningkatkan ekspresi
dari tissue-type plasminogen activator dan menghambat ekspresi
endothelin-1 yang merupakan vasokonstriktor poten dan mitogen.
(Rohilla, 2011).
Efek antiinflamasi
Statin menghambat MHC-II (major histocompatibility complex class
II), yaitu aktivator limfosit-T, ekspresi pada dinding endothelium dan
monosit-makrofag melalui penghambatan promoter IV dari class II
transactivator. Statin juga menurunkan ekspresi dan aktivasi CD40
(regulator poten dari respon imun), dan menurunkan kadar hs-CRP
(high sensitivity C-reactive protein) yang merupakan marker klinis
dari proses inflamasi. Sebuah studi penelitian, yaitu CARE
(Cholesterol and Recurrent Events) Trial, statin secara signifikan
mampu menurunkan kadar hs-CRP selama periode 5 tahun. Hasil
yang sama juga diperoleh oleh studi AFCAPS/TexCAPS (Air
Force/Texas Coronary Atherosclerosis Prevention Study) yang
menunjukkan bahwa penurunan kadar hs-CRP oleh statin dapat
dicapai dalam masa follow up selama satu tahun. Lebih lanjut lagi,
uji PRINCE (PRavastatin INflammation/CRP Evaluation) juga
mengkonfirmasi peran nyata statin dalam mengurangi kadar hs-

7
CRP pada populasi preventif primer dan sekunder. Temuan-temuan
ini semakin menunjukkan peran nyata statin dalam menurunkan
inflamasi vaskuler dan sistemik. (Rohilla, 2011).
Stabilisasi plak
Stabilisasi plak ateroklerosis didapat melalui kombinasi efek statin
dalam menurunkan kadar lipid dan menghambat reaksi inflamasi
yang terjadi di dalam plak sehingga berkontribusi pada
berkurangnya ukuran plak dan inti lipid (lipid core) serta menjaga
keutuhan fibrous cap. Namun demikian, perubahan pada ukuran
plak terjadi melalui periode waktu yang panjang dan cukup minimal
untuk dinilai melalui angiografi. Sepertinya, manfaat klinis dari
penurunan kadar lipid disebabkan oleh menurunnya akumulasi
makrofag di dalam lesi aterosklerotik dan penghambatan produksi
MMP (matrixmetalloproteinases) oleh makrofag yang teraktivasi
sehingga apoptosis sel dapat dikurangi. Efek stabilisasi plak ini
mengurangi kecenderungan plak untuk ruptur sehingga
menurunkan insiden terjadinya sindrom koroner akut seperti infark
miokard. (Zhou and Liao, 2010; Liao and Laufs, 2005; Pella et al,
2005; Davignon, 2004)
Efek statin terhadap jantung
Hipertropi jantung merupakan respon adaptif jantung dalam
menghadapi kelebihan beban kerja jantung (overload). Protein-
protein kecil yang terikat GTPase seperti Ras, Rho, dan Rac serta
stress oksidatif terlibat dalam respon hipertropi ini. Hasil uji pada
binatang percobaan menunjukkan bahwa NADPH oxidase tipe
fagosit adalah sumber pembentukan ROS (radical oxygen species)
di dalam miokardium. NADPH oxidase ini terbentuk sebagai respon
jantung terhadap overload, peregangan, Angiotensin II, dan
stimulasi adrenergik. Di dalam sel-sel otot jantung (kardiomiosit),
tiga dari lima komponennya, yaitu: p40phox, p47phox, dan p67phox,
berada di dalam sitosol membentuk sebuah kompleks sedangkan
dua komponen lainnya, p22phox dan gp91phox, berikatan dengan
membran sel. Beberapa stimulus dapat membawa pada terjadinya
fosforilasi dari komponen-komponen sitosol ini (aktivasi) yang
membuat keseluruhan kompleks sitosol ini kemudian bermigrasi ke

8
membran. Rac 1 dan Rap dibutuhkan untuk aktivasi tersebut.
Selama aktivasi, Rac 1 berikatan dengan GTP kemudian bersama
kompleks sitosol tadi bermigrasi ke membran. Migrasi inilah yang
mengaktifkan NADPH oxidase dan kemudian membentuk ROS.
Statin memiliki mekanisme antioksidan, yaitu menghambat proses
terbentuknya ikatan antara Rac1 dengan GTP melalui
penghambatan pembentukan geranylgeranylpyrophosphate (GGPP)
dimana GGPP diperlukan untuk proses geranylgeranylation dari Rac
1 supaya Rac 1 bisa berikatan dengan GTP. Penghambatan ini
membuat aktivasi NADPH oxidase tidak terjadi sehingga ROS tidak
terbentuk dan hipertropi jantung dapat dicegah. (Zhou and Liao,
2010; Liao and Laufs, 2005)
5. Keamanan
Sebagian besar pasien dapat mentoleransi efek samping statin.
Gejala efek samping yang umum dialami pasien adalah sakit
kepala, mialgia (tanpa perubahan CPK), dan gejala-gejala saluran
cerna seperti: dispepsia, flatus, konstipasi, dan nyeri abdomen.
Gejala-gejala ini sifatnya ringan dan terapi statin dapat dilanjutkan.
Efek samping statin yang perlu mendapat perhatian adalah
peningkatan enzim transaminase hati, miopati dan rabdomiolisis.
(Page and Nappi, 2013)
Statin dapat meningkatkan kadar enzim transaminase hati
hingga lebih dari 3 kali nilai batas atas normal. Efek samping ini
terjadi pada 1%-1,5% pasien dan berhubungan dengan dosis. Kadar
enzim transaminase dapat kembali normal secara spontan
meskipun terapi statin masih dilanjutkan, demikian juga bila terapi
statin dihentikan terlebih dahulu. Setelah normal, pemberian statin
dapat dilakukan kembali (rechallange), baik dengan statin yang
sama ataupun berbeda. Bila saat rechallange obat statin itu dapat
ditoleransi dengan baik oleh pasien, maka terapi dapat dilanjutkan.
Namun bila enzim transaminase hati kembali meningkat, maka
evaluasi lebih lanjut harus dilakukan untuk mencari penyebab
potensial lainnya. Laporan dari The National Lipid Association Statin
Safety Task Force merekomendasikan beberapa hal di bawah ini:

9
f) Bila selama terapi statin kadar ALT atau AST meningkat 1-3 kali
batas atas nilai normal, maka obat statin tidak perlu dihentikan.
g) Bila selama terapi statin kadar ALT atau AST meningkat hingga
lebih dari tiga kali batas atas nilai normal, monitor pasien dan
ulangi pengukuran nilai ALT atau AST, terapi statin tidak perlu
dihentikan.
h) Bila selama terapi statin kadar ALT atau AST pasien terus
meningkat atau bila ada bukti objektif lebih lanjut yang
menunjukkan telah terjadi kerusakan hati (seperti: hepatomegali,
jaundice, bilirubin direk meningkat, gejala-gejala lain yang
berhubungan), maka terapi statin sebaiknya dihentikan.
Perkiraan insiden terjadinya kerusakan hati pada pasien yang
menggunakan statin adalah 1/1 juta orang/tahun. Bukti lain juga
menunjukkan bahwa pasien dengan penyakit hati kronis, penyakit
perlemakan hati non-alkoholik, atau steatohepatitis non-alkoholik
dapat menerima terapi statin dengan aman dan dapat memperbaiki
tes fungsi livernya. (Page and Nappi, 2013)
Toksisitas otot adalah efek samping lain dari statin yang juga
harus mendapat perhatian. Miositis didefinisikan sebagai timbulnya
gejala-gejala seperti: nyeri, perih, atau lemas pada otot dan
peningkatan kadar CPK serum hingga lebih dari sepuluh kali nilai
batas atas normal. Efek samping ini terjadi pada 0,1%-1% pasien
dan berhubungan dengan dosis. Mialgia (nyeri otot atau kelemahan
otot tanpa peningkatan CPK) terjadi pada 5% pasien. Pemeriksaan
rutin CPK tidak diperlukan kecuali bila pasien telah mengeluhkan
gejala-gejala seperti miositis tadi. Jika terdapat miositis,
penelusuran riwayat penyakit pasien harus dilakukan dengan hati-
hati untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab lain, seperti
trauma atau akibat aktivitas fisik yang meningkat. Jika tidak
terdapat penjelasan terhadap temuan yang terjadi dan kadar CPK
telah meningkat lebih dari sepuluh kali nilai batas atas normal,
maka terapi statin sebaiknya dihentikan dahulu sampai kadar CPK
kembali normal. Kadang-kadang, gejala mialgia terasa mengganggu
atau tidak dapat ditoleransi oleh beberapa pasien, bahkan saat nilai

10
CPK-nya normal, atau meningkat tapi kurang dari 10 kali nilai batas
atas normal. Pada keadaan ini, terapi statin juga sebaiknya
dihentikan. Setelah gejala-gejala tersebut hilang, terapi statin dapat
dimulai kembali dengan dosis yang sama atau dikurangi atau
menggunakan statin yang berbeda dengan semula. Pemberian
statin berselang sehari atau sekali seminggu sudah pernah
digunakan pada pasien yang tidak dapat mentoleransi statin akibat
miopati. Miositis lebih memungkinkan terjadi pada konsentrasi
sistemik statin yang tinggi dan pada saat terdapat kondisi lain yang
memprovokasi terjadinya miositis, seperti: hipotiroid, trauma, atau
flu-like syndromes. Miositis juga dilaporkan lebih sering terjadi pada
saat statin digunakan bersama gemfibrozil atau bersama obat lain
yang diketahui dapat meningkatkan kadar statin dalam darah,
seperti golongan makrolida (misal: eritromisin). Miositis bersifat
reversibel, dapat kembali normal bila statin dihentikan.
Seperti terlihat pada jalur biosintesis kolesterol, penghambatan
terhadap pembentukan mevalonat juga dapat menghambat
pembentukan ubikuinon (koenzim Q10). Koenzim Q10 berperan
dalam transport elektron seluler dan sintesis energi sehingga
diperlukan untuk fungsi otot. Penghambatan terhadap koenzim Q10
oleh statin beresiko menimbulkan miopati. (Page and Nappi, 2013)
Rabdomiolisis termasuk salah satu efek samping serius dari
statin yang pernah membuat salah satu dari statin, yaitu
cerivastatin ditarik dari peredaran oleh FDA. FDA telah mengamati
faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko tokisistas pada otot
akibat cerivastatin, yaitu: pasien lanjut usia (terutama wanita),
pasien dengan ukuran tubuh yang kecil, penurunan fungsi ginjal,
penyakit multi organ, dan penggunaan berbagai obat terutama
yang diketahui berinteraksi dengan statin. Saat ini FDA
merekomendasikan dosis awal rosuvastatin untuk orang asia adalah
5 mg karena uji farmakokinetik menunjukkan terjadinya
peningkatan kadar sistemik rosuvastatin hingga dua kali lipat pada
pasien asia. FDA juga memperingatkan bahwa dosis simvastatin

11
lebih dari 80 mg beresiko menimbulkan rabdomiolisis dibandingkan
dosis yang lebih rendah. Dosis lebih rendah sebaiknya
dipertimbangkan pada pasien yang secara bersamaan memiliki
faktor resiko terjadinya miopati dan menggunakan obat-obat yang
dapat berinteraksi dengan statin.
Efek samping lain yang juga pernah dilaporkan selama terapi
statin adalah mioglobinuria, dan nekrosis tubular akut. Sebagian
besar kasus ini terjadi pada dosis statin yang tinggi, pasien dengan
gangguan fungsi ginjal atau hati, pasien lanjut usia, atau saat statin
digunakan bersamaan dengan obat lain yang berinteraksi dengan
statin. (Page and Napi, 2013)

6. Interaksi
Interaksi statin dengan obat lain meningkatkan kadar statin
dalam darah atau meningkatkan pembentukan metabolit aktif yang
beresiko menimbulkan miositis. Metabolisme statin yang
bergantung pada sistem isoenzim cytochrome (CYP) membuat
statin rentan berinteraksi dengan obat lain yang bersifat inhibitor
atau substrat kompetitif terhadap sistem enzim ini. Contoh statin
yang dimetabolisme melalui CYP3A4 adalah lovastatin, simvastatin,
dan atorvastatin (dalam tingkat yang lebih rendah). Fluvastatin
dimetabolisme melalui CYP2C9. Rosuvastatin adalah statin yang
paling sedikit dimetabolisme melalui CYP2C9 (10%). Pitavastatin
dimetabolisme secara marginal melalui CYP2C9 dan CYP2C8.
Metabolit utamanya dalam plasma adalah lakton yang dibentuk
melalui glukuronidasi oleh uridine-5-diphospho-
glucuronosyltransferase 1A3 dan 2B7. Pravastatin mengalami
isomerisasi di usus menjadi metabolit yang relatif inaktif. Adanya
variasi dalam metabolisme saluran cerna ini ikut mempengaruhi
efek penurunan LDL dari pravastatin.
Beberapa obat yang diketahui menghambat sistem enzim
CYP3A4 adalah antifungi azol (itrakonazol, ketokonazol, dan
mikonazol), penghambat kanal kalsium (diltiazem dan verapamil),
antibiotik makrolida (eritromisin dan klaritromisin), inhibitor

12
protease (ritonavir), dan antidepresan (nefazodon). Obat-obat yang
merupakan substrat sistem enzim CYP3A4 adalah benzodiazepin
(alprazolam, midazolam, triazolam), penghambat kanal kalsium
(diltiazem), karbamazepin, kisaprida, siklosporin, estradiol,
felodipin, loratadin, kuinidin, dan terfenadin. Bila substrat-substrat
ini digunakan bersamaan dengan simvastatin atau lovastatin (dan
dalam tingkat yang lebih rendah: atorvastatin), kadar statin dalam
darah akan meningkat karena terjadi inhibisi kompetitif terhadap
enzim CYP3A4, resiko miositis pun akan meningkat. Inhibitor enzim
CYP2C9 adalah alprenolol, diklofenak, heksobarbital, tolbutamid,
dan warfarin. (Page and Nappi, 2013).
Penggunaan statin bersamaan dengan obat-obat tersebut di
atas sebaiknya dihindari. Bila pasien sedang membutuhkan terapi
dalam jangka pendek dengan salah satu obat di atas, maka statin
sebaiknya dihentikan selama periode tersebut dan dimulai kembali
saat periode waktu tersebut telah selesai. Jika salah satu obat yang
berinteraksi tersebut harus digunakan dalam jangka waktu yang
panjang (misal: siklosporin), maka sebaiknya dipilih dosis efektif
statin terendah sambil dilakukan monitoring ketat terhadap gejala-
gejala pada otot. Lebih lanjut, pasien yang sedang diobati dengan
siklosporin menunjukkan paparan statin yang sangat tinggi dalam
darah karena selain berperan sebagai inhibitor CYP3A4 dan
CYP2C9, siklosporin juga mengganggu transport statin ke dalam
hati melalui P-glikoprotein dan organic anion-transporting
polypeptide. Terakhir, polimorfisme nukleotida tunggal dalam gen
SLCO1B1 yang mengkode organic anion-transporting polypeptide
telah diidentifikasi sebagai faktor penyebab lain yang
meningkatkan resiko miositis karena statin. Pengkodean genotip
pada varian ini dapat membantu mengidentifikasi pasien yang
beresiko tinggi mengalami miositis karena statin. (Page and Nappi,
2013).
Interaksi lain yang juga penting untuk diperhatikan adalah
penggunaan gemfibrozil bersama statin untuk mengobati pasien

13
dengan kadar kolesterol dan trigliserida yang tinggi dalam darah.
Pemberian statin bersama gemfibrozil dapat meningkatkan resiko
miositis karena gemfibrozil mengganggu proses glukuronidasi statin
sehingga mengganggu klirens statin di ginjal. Interaksi ini dapat
meningkatkan kadar statin dalam darah hingga 2-4 kali lipat dan
terjadi pada semua statin kecuali fluvastatin. Namun, interaksi ini
tidak terjadi pada fenofibrat sehingga fenofibrat dapat dipilih untuk
digunakan bersama statin pada pasien tersebut di atas. (Page and
Nappi, 2013)
Lovastatin dan rosuvastatin dapat memperpanjang INR
(International Normalized Ratio) pada pasien yang sedang
menerima terapi warfarin, namun efek ini tidak ditunjukkan oleh
pravastatin. (Page and Nappi, 2013)
Apapun faktor resiko yang dialami pasien, tetap disarankan
untuk selalu menggunakan statin dalam dosis efektif terendah,
menghindari penggunaan obat-obat yang berinteraksi dengan
statin atau menggunakannya dengan monitoring pasien yang ketat,
dan tidak terlalu menakuti pasien dengan efek samping-efek
samping tersebut karena kejadian efek samping ini sangat jarang
terutama bila statin digunakan dengan cara bijaksana. (Page and
Nappi, 2013).
Interaksi obat berdasarkan DIH 2013:
A. Atorvastatin
Metabolism/Transport Effects Substrate of CYP3A4 (major),
P-Glikoprotein, SLCO1B1; Note: penilaian terhadap status
substrat mayor/minor dilakukan berdasarkan interaksi obat
potensial yang relevan secara klinis; Inhibits CYP3A4 (weak), P-
Glikoprotein.
Avoid concomitant use of atorvastatin with:
Bosutinib, Conivaptan, Cyclosporine (sistemik), Asam Fusidat,
Gemfibrozil, Pimozide, Posaconazole, Red Yeast Rice, Silodosin,
Telaprevir, Tipranavir, Topotecan, Vincristine (liposomal).
Increased effect/toxicity
Obat yang dapat dinaikkan level/efeknya oleh atorvastatin:

14
Aliskiren, Aripiprazole, Bosutinib, Daptomycin, Digoxin, Diltiazem,
Everolimus, Ketoconazole (sistemik), Lomitapide, Midazolam,
Pazopanib, P-glikoprotein/ABCB1 substrates, Pimozide,
Prucalopride, Rivaroxaban, Silodosin, Topotecan, Trabectedin,
Verapamil, Vincristine (liposomal).
Obat yang dapat meningkatkan level/efek atorvastatin:
Amiodarone, Bezafibrate, Boceprevir, Cobicistat, Colchicine,
Conivaptan, Cyclosporine (sistemik), Inhibitor CYP3A4 (moderat),
Inhibitor CYP3A4 (kuat), Cyproterone, Danazol, Dasatinib,
Diltiazem, Dronedarone, Eltrombopag, Fenofibrate, Fenofibric
Acid, Fluconazole, Fusidic Acid, Gemfibrozil, Grapefruit juice,
Itraconazole, Ivacaftor, Ketoconazole (sistemik), Antibiotika
Makrolida, Mifepristone, Niacin, Niacinamide, -P-
glikoprotein/ABCB1 Inhibitors, Posaconazole, Protease Inhibitor,
Quinine, Red Yeast Rice, Sildenafil, Telaprevir, Tipranavir,
Verapamil, Voriconazole.
Decreased Effect
Obat yang dapat diturunkan level/efeknya oleh atorvastatin:
Dabigatran etexilate, Lanthanum.
Obat yang dapat menurunkan level/efek atorvastatin:
Antasida, Bexarotene (sistemik), Bile acid sequestran, Bosentan,
Inducer CYP3A4 (kuat), Deferasirox, Efavirenz, Etravirine,
Fosphenytoin, P-glikoprotein/ABCB1 Inducers, Phenytoin, derivat
Rifamycin, St Johns Wort, Tocilizumab.
Ethanol/Nutrition/Herb Interaction
Ethanol: potensial meningkatkan kejadian efek samping pada
hati. Managemen: hindari konsumsi etanol yang berlebihan.
Makanan: konsentrasi atorvastatin dalam serum dapat
ditingkatkan oleh grape fruit juice. Managemen: hindari asupan
grape fruit juice dalam jumlah besar (>1 quart/day) secara
bersamaan. Red yeast rice mengandung 2,4 mg lovastatin per
600 mg rice.
Herbal/Nutraceutical: St Johns Wort dapat menurunkan kadar
atorvastatin.
B. Fluvastatin
Metabolism/Transport Effects Substrate of CYP2C9 (minor),
CYP2D6 (minor), CYP3A4 (minor), SLCO1B1; Note: penilaian

15
terhadap status substrat mayor/minor dilakukan berdasarkan
interaksi obat potensial yang relevan secara klinis; Inhibits
CYP1A2 (weak), CYP2C8 (weak), CYP2C9 (moderate), CYP2D6
(weak), CYP3A4 (weak).
Avoid concomitant use of Fluvastatin with:
Asam fusidat, Gemfibrozil, Pimozide, Red Yeast Rice.
Increased effect/toxicity
Obat yang dapat dinaikkan level/efeknya oleh fluvastatin:
Aripriprazole, Carvedilol, substrat CYP2C9, Daptomycin,
Lomitapide, Pazopanib, Pimozide, Trabectedin, Antagonis Vitamin
K.
Obat yang dapat meningkatkan level/efek fluvastatin:
Amiodarone, Bezafibrate, Colchicine, Cyclosporine (sistemik),
Cyproterone, Eltrombopag, Fenofibrate, Fenofibric Acid,
Fluconazole, Fusidic Acid, Gemfibrozil, Mifepristone, Niacin,
Niacinamide, Red Yeast Rice.
Decreased Effect
Obat yang dapat diturunkan level/efeknya oleh fluvastatin:
Lanthanum.
Obat yang dapat menurunkan level/efek fluvastatin:
Antasida, Cholestyramine Resin, Etravirine, Fosphenytoin,
Peginterferon alfa-2b, Phenytoin, derivat Rifamycin.
Ethanol/Nutrition/Herb Interaction
Ethanol: potensial meningkatkan kejadian efek samping pada
hati. Managemen: hindari konsumsi etanol yang berlebihan.
Makanan: mengurangi kecepatan absorpsi tapi tidak luasnya
(cakupan) absorpsi. Red yeast rice mengandung 2,4 mg
lovastatin per 600 mg rice.
C. Lovastatin
Metabolism/Transport Effects Substrate of CYP3A4 (major),
P-glikoprotein; Note: penilaian terhadap status substrat
mayor/minor dilakukan berdasarkan interaksi obat potensial
yang relevan secara klinis; Inhibits CYP2C9 (weak), CYP3A4
(weak).
Avoid concomitant use of Lovastatin with:

16
Boceprevir, Cyclosporine (sistemik), Inhibitor CYP3A4 (strong),
erythromycin (sistemik), Asam Fusidat, Gemfibrozil, Lomitapide,
Mifepristone, Pimozide, Protease Inhibitor, Red Yeast Rice,
Telaprevir.
Increased effect/toxicity
Obat yang dapat dinaikkan level/efeknya oleh Lovastatin:
Aripriprazole, Daptomycin, Diltiazem, Pazopanib, Pimozide,
Trabectedin, Antagonis Vitamin K.
Obat yang dapat meningkatkan level/efek Lovastatin:
Amiodarone, Bezafibrate, Colchicine, Cyclosporine (sistemik),
Inhibitor CYP3A4 (moderat), Inhibitor CYP3A4 (strong),
Cyproterone, Danazol, Dasatinib, Diltiaze, Dronedarone,
Erythromycin (sistemik), Fenofibrat, Fenofibric Acid, Fluconazole,
Fusidic Acid, Gemfibrozil, Grapefruit juice, Ivacaftor, Lomitapide,
Antibiotika Makrolida, Mifepristone, Niacin, Niacinamide, P-
glikoprotein/ABCB1 Inhibitor, Protease Inhibitor, Quinine,
Ranolazine, Red Yeast Rice, Sildenafil, Telaprevir, Ticagrelor,
Verapamil.
Decreased Effect
Obat yang dapat diturunkan level/efeknya oleh Lovastatin:
Lanthanum.
Obat yang dapat menurunkan level/efek Lovastatin:
Antasida, Bosentan, Inducer CYP3A4 (strong), Deferasirox,
Efavirenz, Etravirine, Fosphenytoin, P-glikoprotein/ABCB1
Inducers, Phenytoin, Derivat Rifamycin, St Johns Wort,
Tocilizumab.
Ethanol/Nutrition/Herb Interaction
Ethanol: potensial meningkatkan kejadian efek samping pada
hati. Managemen: hindari konsumsi etanol yang berlebihan.
Makanan: Makanan menurunkan bioavailabilitas extended-
release tablet Lovastatin dan meningkatkan bioavalilabilitas
immediate-release tablet Lovastatin. Konsentrasi Lovastatin
dalam serum dapat ditingkatkan oleh grapefruit juice.

17
Managemen: hindari asupan grape fruit juice dalam jumlah besar
(>1 quart/day) secara bersamaan. Red yeast rice mengandung
2,4 mg lovastatin per 600 mg rice.
Herbal/Nutraceutical: St Johns Wort dapat menurunkan kadar
Lovastatin.
D. Pitavastatin
Metabolism/Transport Effects Substrate: -
Avoid concomitant use: -
Increased effect/toxicity: -
Obat yang dapat dinaikkan level/efeknya oleh pitavastatin: -
Obat yang dapat meningkatkan level/efek pitavastatin: -
Decreased Effect
Obat yang diturunkan level/efeknya oleh pitavastatin: -
Obat yang dapat menurunkan level/efek pitavastatin: -
Ethanol/Nutrition/Herb Interaction
Ethanol: potensial meningkatkan kejadian efek samping pada
hati. Managemen: hindari konsumsi etanol yang berlebihan.
Makanan: konsentrasi statin dalam serum dapat ditingkatkan
oleh grape fruit juice. Managemen: hindari asupan grape fruit
juice dalam jumlah besar (>1 quart/day) secara bersamaan. Red
yeast rice mengandung 2,4 mg lovastatin per 600 mg rice.
Herbal/Nutraceutical: St Johns Wort dapat menurunkan kadar
statin.
E. Pravastatin
Metabolism/Transport Effects Substrate of CYP3A4 (minor),
P-glikoprotein, SLCO1B1; Note: penilaian terhadap status
substrat mayor/minor dilakukan berdasarkan interaksi obat
potensial yang relevan secara klinis; Inhibits CYP2C9 (weak),
CYP2D6 (weak), dan CYP3A4 (weak).
Avoid concomitant use of Pravastatin with:
Asam fusidat, Gemfibrozil, Pimozide, Red Yeast Rice.
Increased effect/toxicity
Obat yang dapat dinaikkan level/efeknya oleh pravastatin:

18
Aripiprazole, Cyclosporine (sistemik), Daptomycin, Lomitapide,
Paroxetine, Pazopanib, Pimozide, Trabectedin, Antagonis Vitamin
K.
Obat yang dapat meningkatkan level/efek pravastatin:
Bezafibrate, Boceprevir, Colchicine, Cyclosporine (sistemik),
Darunavir, Eltrombopag, Fenofibrate, Fenofibric Acid, Fusidic
Acid, Gemfibrozil, Itrakonazole, Niacin, Niacinamide, P-
glikoprotein/ABCB1 Inhibitor, Red Yeast Rice.
Decreased Effect
Obat yang diturunkan level/efeknya oleh pravastatin:
Lanthanum.
Obat yang dapat menurunkan level/efek pravastatin:
Antasida, Bile Acid Sequestran, Efavirenz, Fophenytoin,
Nelfinavir, P-glikoprotein/ABCB1 Inducers, Phenytoin, Derivat
Rifamycin, Saquinavir.
Ethanol/Nutrition/Herb Interaction
Ethanol: konsumsi etanol yang berlebihan dapat meningkatkan
risiko kerusakan hati.
Makanan: Red yeast rice mengandung 2,4 mg lovastatin per
600 mg rice.
Herbal/Nutraceutical: St Johns Wort dapat menurunkan kadar
statin.
F. Rosuvastatin
Metabolism/Transport Effects Substrate of CYP2C9 (minor),
CYP3A4 (minor), SLCO1B1; Note: penilaian terhadap status
substrat mayor/minor dilakukan berdasarkan interaksi obat
potensial yang relevan secara klinis.
Avoid concomitant use of Rosuvastatin with:
Asam fusidat, gemfibrozil, Red Yeast Rice.
Increased effect/toxicity
Obat yang dinaikkan level/efeknya oleh Rosuvastatin:
Daptomycin, Pazopanib, Trabectedin, Antagonis Vitamin K.
Obat yang dapat meningkatkan level/efek Rosuvastatin:

19
Amiodarone, Bezafibrate, Colchicine, Cyclosporine (sistemik),
Dronedarone, Eltrombopag, Fenofibrate, Fenofibric Acid, Fusidic
Acid, Gemfibrozil, Itraconazole, Niacin, Niacinamide, Protease
Inhibitors, Red Yeast Rice.
Decreased Effect
Obat yang diturunkan level/efeknya oleh Rosuvastatin:
Lanthanum.
Obat yang dapat menurunkan level/efek Rosuvastatin: Antasida.
Ethanol/Nutrition/Herb Interaction
Ethanol: hindari konsumsi etanol yang berlebihan karena
potensial menimbulkan efek pada hati.
Makanan: Red yeast rice mengandung 2,4 mg lovastatin per
600 mg rice.
Herbal/Nutraceutical: St Johns Wort dapat menurunkan kadar
statin.
G. Simvastatin
Metabolism/Transport Effects Substrate of CYP3A4 (major),
SLCO1B1. Note: penilaian terhadap status substrat mayor/minor
dilakukan berdasarkan interaksi obat potensial yang relevan
secara klinis; Inhibits CYP2C8 (weak), CYP2C9 (weak), CYP2D6
(weak).
Avoid concomitant use of Simvastatin with:
Boceprevir, Cyclosporine (sistemik), Inhibitor CYP3A4 (strong),
erythromycin (sistemik), Fusidic Acid, Gemfibrozil, Mifepristone,
Protease Inhibitor, Red Yeast Rice, Telaprevir.
Increased effect/toxicity
Obat yang dinaikkan level/efeknya oleh Simvastatin:
Aripriprazole, Daptomycin, Diltiazem, Pazopanib, Trabectedin,
Antagonis Vitamin K.
Obat yang dapat meningkatkan level/efek Simvastatin:
Amiodarone, Amlodipine, Bezafibrate, Boceprevir, Colchicine,
Cyclosporine (sistemik), Inhibitor CYP3A4 (moderate), Inhibitor
CYP3A4 (strong), Cyproterone, Danazol, Dasatinib, Diltiazem,

20
Dronedarone, Eltrombopag, Eruthromycin (sistemik), Fenofibrate,
Fenofibric Acid, Fluconazole, Fusidic Acid, Gemfibrozil, Grapefruit
juice, Green tea, Imatinib, Ivacaftor, Lomitapide, Antibiotika
Makrolida, Mifepristone, Niacin, Niacinamide, Protease Inhibitor,
Quinine, Ranolazine, Red Yeast Rice, Sildenafil, Telaprevir,
Ticagrelor, Verapamil.
Decreased Effect
Obat yang diturunkan level/efeknya oleh Simvastatin:
Lanthanum.
Obat yang dapat menurunkan level/efek Simvastatin:
Antasida, Bosentan, Inducer CYP3A4 (strong), Deferasirox,
Efavirenz, Etravirine, Fosphenytoin, Phenytoin, Derivat
Rifamycin, St Johns Wort, Tocilizumab.
Ethanol/Nutrition/Herb Interaction
Ethanol: potensial meningkatkan kejadian efek samping pada
hati. Managemen: hindari konsumsi etanol yang berlebihan.
Makanan: konsentrasi simvastatin dalam serum dapat metingkat
bila diminum bersama grapefruit juice. Managemen: hindari
asupan grape fruit juice dalam jumlah besar (>1 quart/day)
secara bersamaan. Red yeast rice mengandung 2,4 mg
lovastatin per 600 mg rice.
Herbal/Nutraceutical: St Johns Wort dapat menurunkan kadar
simvastatin. Managemen: hindari St Johns Wort.

7. Kontraindikasi
Statin dikontraindikasikan penggunaannya pada:
a) Hipersensitivitas terhadap statin atau komponen yang
terkandung dalam formulasi.
b) Penyakit liver aktif.
c) Peningkatan serum transaminase yang persisten dan tidak dapat
dijelaskan.
d) Kehamilan.
e) Menyusui. (APA, 2013)

8. Peringatan/Perhatian

21
a) Penyebab sekunder dari hiperlipidemia harus ditetapkan
sebelum memulai terapi statin.
b) Atorvastatin tidak pernah diuji untuk digunakan pada pasien
yang abnormalitas lipid utamanya adalah kenaikan kilomikron
(Fredrickson Tipe 1 dan V).
c) Hasil tes terhadap fungsi hati harus diperoleh sebelum memulai
terapi statin, kemudian dapat diulangi jika ada indikasi secara
klinis.
d) Dapat menyebabkan disfungsi hepar.
e) Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan tingkat konsumsi
alkohol yang tinggi atau pernah memiliki riwayat penyakit hati.
f) Penggunaan statin tidak direkomendasikan pada pasien dengan
penyakit hati aktif atau memiliki peningkatan serum
transaminase yang persisten yang tidak ada penjelasannya.
g) Dianjurkan untuk melakukan monitoring selama terapi statin.
h) Pasien dengan riwayat stroke hemoragik mungkin dapat
mengalami peningkatan resiko mengalami stroke hemoragik
kembali saat menggunakan statin.
i) Rabdomiolisis yang diikuti dengan gagal ginjal akut dapat terjadi.
Resiko berkaitan dengan dosis dan meningkat bila digunakan
bersamaan dengan obat-obat penurun lipid lainnya yang dapat
menyebabkan rabdomiolisis (derivat asam fibrat atau niasin
pada dosis 1 g/hari) atau obat-obat lain yang merupakan
inhibitor poten CYP3A4 (amiodaron, klaritromisin, eritromisin,
itrakonazol, ketokonazol, nefazodon, grapefruit juice dalam
jumlah besar, verapamil, atau inhibitor protease seperti
indinavir, nelfinavir, atau ritonavir). Yakinkan hal ini dengan
memberikan pasien dosis efektif terendah terlebih dahulu. Jika
penggunaan bersama obat klaritromisin atau kombinasi inhibitor
protease (seperti lopinavir/ritonavir atau ritonavir/saquinavir)
tidak dapat dihindari, lakukan penyesuaian dosis. Jangan
gunakan bersamaan dengan siklosporin, gemfibrozil, tipranavir +
ritonavir, atau telaprevir.
j) Monitor dengan ketat bila statin digunakan bersamaan dengan
obat lain yang juga dapat menimbulkan miopati. Pertimbangkan
dengan baik risiko versus manfaat bila hendak

22
mengkombinasikan statin dengan obat-obat tersebut. Hentikan
penggunaan statin bila kadar CPK meningkat secara bermakna
(>10 kali batas atas nilai normal) atau jika suspect/terdiagnosis
miopati.
k) Pabrik merekomendasikan penghentian sementara penggunaan
statin saat pasien menjalani pembedahan mayor elektif, kondisi
medik atau surgical yang akut, atau mengalami kondisi akut atau
serius karena predisposisi gagal ginjal (sepsis, hipotensi, trauma,
kejang yang tidak terkontrol). Namun demikian, berdasarkan
bukti studi klinis terbaru, terapi statin sebaiknya dilanjutkan
pada periode peri-operatif kecuali risikonya melebihi manfaat
kardiovaskulernya.
l) Gunakan dengan hati-hati pada pasien lanjut usia karena pasien
ini rentan mengalami miopati. Immune-mediated necrotizing
myopathy (IMNM), sejenis miopati yang dimediasi oleh sistem
imun, telah pernah dilaporkan pada saat menggunakan statin,
tapi kejadiannya jarang. IMNM berupa kelemahan pada otot
proksimal disertai peningkatan CPK yang dapat persisten
meskipun terapi statin telah dihentikan. Sebagai tambahan,
biopsi otot dapat menunjukkan miopati yang sedang
menimbulkan nekrosis dengan inflamasi yang terbatas; terapi
imunosupresif (seperti kortikosteroid, azatioprin) dapat
digunakan untuk pengobatan ini.

9. Efek samping

Tabel 2.Profil Efek Samping dari Berbagai Jenis Statin (APA, 2013)
LOKASI KEJADIAN EFEK SAMPING STATIN (%)

23
Ator Fluv Lov Pit Prava Rosu Simva
a a a
Saluran Cerna
Diare 5-14 5 2-3 - 6 - -
Mual 4-7 3 2-3 - 7 3 5
Muntah - - - - 7 - -
Dispepsia 3-6 8 1-2 - - - -
Nyeri abdominal - 5 2-3 - - 2 7
Flatulence - - 4-5 - - - -
Konstipasi - - 2-4 - - 2 2-7
Heart Burn - - - - 3 - -
Gastritis - - - - - - 5
Neuromuskuler & Skeletal
Artralgia 4-12 - - - - 4-10 -
Nyeri tungkai/lengan 3-9 - - - - - -
Mialgia 3-8 5 2-3 - 2 3-13 4
Spasme otot 2-5 - - - - - -
Nyeri musculoskeletal 2-5 - - - - - -
Pean CPK (>2xnormal) - - 11 - - - 5
Pean CPK - - - - - 3 (anak: (>3xnormal)
(>10xnormal) - - 1-2 - - 3%) -
Lemah (weakness) - - 1 - - 3 -
Kram otot - -
Sistem Pernapasan
Nasofaringitis 4-13 - - - - - -
Nyeri faringolaringeal 1-4 - - - - - -
Sinusitis - 3 - - - - -
Bronkitis - 2 - - - - 7
Batuk - - - - 3 - -
Influenza - - - - 2 - -
Infeksi Saluran Napas - - - - - - 9
Atas
Sistem Saraf Pusat
Insomnia 1-5 3 - - - - -
Sakit kepala - 9 2-3 - 2-4 6 3-7
Fatigue (keletihan) - 3 - - 4 - -
Dizziness - - 1 - 1-3 4 -
Vertigo - - - - - - 5
Saluran Kemih
ISK 4-8 2 - - - -
Hati
Peningkatan 2-3 - - - 1 2 1
transaminase (80 (>3xnorma (ALT>3xULN (>3xULN)
mg/hari) l) )
Dermatologi
Rash - - 1 - 4 - -
Eczema - - - - - - 5
Mata
Penglihatan kabur - - 1 - - -
Sistem Kardiovaskuler
Nyeri dada - - - - 4 - -
Atrial fibrilasi - - - - - - 6%
(placebo:5
Udem - - - - - - %)

24
3%
(placebo:5
%)

Efek samping lainnya dari statin (<2%): peningkatan ALP


(alkaline phosphatase), alopesia, amnesia (reversible), anafilaksis,
anemia, udem angioneurotik, anoreksi, nyeri bilier, gula darah
meningkat, penglihatan kabur, bullous rash, bursitis, kolestasis,
cholestatic jaundice, gangguan kognitif (reversible), kolitis,
confusion (reversible), CPK meningkat, depresi, diabetes mellitus
(new onset), dizziness, ulser duodenum, disfagia, ecchymosis,
emosi labil, epistaksis, eructation, erythema multiforme, esofagitis,
kelelahan, flatus, gastritis, gastroenteritis, pendarahan gingival,
glossitis, HbA1c meningkat, hematuria, gagal hati, hepatitis,
hiper-/hipo-glikemia, incoordination, jaundice, pembengkakan sendi,
kram kaki, malaise, melena, gangguan memori (reversible),
kerusakan memori (reversible), metrorhagia, migraine, keletihan
otot, miastenia, myopati, miositis, sakit leher, kaku leher, nefritis,
mimpi buruk, pancreatitis, paraesthesia, parosmia, neuropati
perifer, petechiae, fotosensitivitas, pruritus, pendarahan rectum,
rabdomiolisis, sindrom Stevens-Johnson, stomatitis, sinkop, hilang
rasa, rasa yang tidak wajar, tendinous contracture, rupture tendon,
tenesmus, trombositopenia, tinnitus, torticollis, toxic epidermal
necrolysis, urtikaria, pendarahan vagina, muntah.
Kejadian lainnya atau laporan kasus terkait efek samping statin
adalah katarak, sirosis, dermatomyositis, eosinofilia, disfungsi
ereksi, gangguan pergerakan otot ekstraokular, nekrosis hepatik
pulminan, ginekomastia, anemia hemolitik, IMNM, penyakit paru
interstisial, aftalmoplegia, peripheral nerve palsy, rematik
polimialgia, ANA positif, gagal ginjal (sekunder karena
rabdomiolisis), SLE-like syndrome, disfungsi tiroid, tremor,
vaskulitis, vertigo.

25
26
10. Farmakokinetika-Farmakodinamika

Tabel 3.Profil Farmakokinetika-Farmakodinamika dari Berbagai Jenis Statin (APA, 2013)


Jenis Onset of Absorpsi Distribu Protein Metabolisme Bioavailabi t Time to Ekskresi
Statin Action; si Bindin litas eliminasi peak,
Peak effect g serum
Atorvastat Perubahan Cepat Vd: ~381 98% Hepatik, ~14% Parent 1-2 jam Empedu,
in awal: 3-5 L membentuk (parent drug: 14 urin
hari. Efek derivat aktif drug), jam. (<2% as
pean ortho-&para- ~30% Equipotent unchange
maks.kolester hydroxylated (parent drug metabolite d drug).
ol plasma & & produk dan s: 20-30
trigliserida: 2 inaktif - equipotent jam.
minggu. oxidation. metabolites)
.
Fluvastati Efek pean - Vd: 0,35 >98% Hepatik, Absolut: Kapsul: Kapsul: Feses(90%
n maks.LDL-C L/kg diubah kapsul: <3 jam; 1 jam, ),
dicapai dalam menjadi 24%; extended- extended- urine (5%).
waktu: 4 metabolit extended- release release
minggu aktif & inaktif release tablet: 9 tablet:
dengan tablet: 29%. jam. 3 jam.
metabolisme
oksidatif via
isoenzim
CYP2C9
(75%), 2C8
(~5%), & 3A4
(~20%).
Bentuk aktif
tidak
bersirkulasi
secara
sistemik;

27
ekstensif
(saturable)
first-pass
hepatic
extraction.
Lovastatin Pean LDL-C: 30% - >95% Hepatik; Meningkat 1,1-1,7 Immediat Feses
3 hari. meningkat extensive dengan jam e-release: (~80-
dengan first-pass penggunaan 2-4 jam. 85%);
tablet effect; tablet Extended- urine
extended- dihidrolisis extended- release: (10%).
release bila menjadi - release. 12-14
diminum hydroxy acid jam.
saat puasa. (aktif).
Tabel 3.Profil Farmakokinetika-Farmakodinamika dari Berbagai Jenis Statin (APA, 2013) (cont.)
Jenis Onset of Absorpsi Distribu Protei Metabolisme Bioava t Time to Ekskresi
Statin Action; si n i eliminasi peak,
Peak Bindin labilit serum
effect g as
Pitavastatin - Diabsorpsi di 148 L >99% Hati via 51% 12 jam 1 jam Feses
usus kecil, glukuronidasi oleh (79%),
sangat sedikit uridine-5- urine
yang melalui diphosphate (15%).
kolon. glucuronosyl CL/F
Cmax me 43% transferase (apparent
bila diminum membentuk clearance)
bersama metabolit utama , 4 mg,
makanan dalam sirkulasi: healthy
berlemak. pitavastatin lakton. Korean
CYP450 hanya subjects =
sedikit terlibat 23,6
dalam metabolism L/jam.
pitavastatin.
BBrp metabolisme
lain mell CYP2C9 &

28
sedikit CYP2C8.
Pemberian
pitavastatin
bersama obat lain
yang terlibat dalam
CYP450 tidak akan
mempengaruhi
farmakokinetik
pitavastatin.
Pravastatin Onset Cepat. - 50% Hepatic multiple 17% 77 jam 1,0-1,5 Feses
kerja: Kecepatan metabolites. (meliputi jam (70%);
beberapa absorpsi: 34%. Metabolit utama: semua urine
hari. 3-hydroxy-iso- metabolit); (20%,
Efek pravastatin (2,5%- pravastati 8%
puncak: 10% activity of n:~2-3 sebagai
4 parent drug). jam; unchange
minggu. 3- d drug.
hydroxy-
iso-
pravastati
n:~1,5
jam.
Rosuvastati Onset - Vd: 134 88% Hepatik (10%) via 20% 19 jam. 3-5 jam Feses
n kerja: L. CYP2C9 (1 (high (90%),
dalam 1 metabolit aktif first- primarily
minggu. teridentifikasi: N- pass as
Maks: 4 desmethyl extract unchange
minggu. rosuvastatin, one- ion by d drug.
sixth to one-half liver).
the HMG Co-A Asian
reductase activity patient
of the parent s have
compound). been
noted

29
to have
increas
ed
bioavai
lability.
Simvastatin Onset 85% - ~95% Hepatik via <5% Tidak 1,3-2,4 Feses
kerja: CYP3A4; extensive diketahui. jam (60%),
>3 hari. first-pass effect. Urine
Efek (13%).
puncak:
2
minggu.

Tabel 4. Dosis dari Berbagai Jenis Statin (APA, 2013)


Jenis
Dosis
Statin
Atorvastati Pencegahan Primer
n-Ca Anak-anak 10-17 tahun (wanita >1 tahun postmenarche): HeFH: 10 mg, 1x/hari, (maks.20 mg/hari).
Dewasa:
Hiperkolesterolemia (heterozygous familial & nonfamilial) & mixed hiperlipidemia (Fredrickson tipe IIa & IIb): awal 10-20 mg, 1x/hari. Pasien
yang memerlukan pean LDL-C >45% dapat dimulai dengan dosis 40 mg, 1x/hari, rentang dosis: 10-80 mg, 1x/hari.
Homozygous familial hypercholesterolemia: 10-80 mg, 1x/hari.
Pencegahan Sekunder
Clinically-evident coronary heart disease: awal 80 mg, 1x/hari kemudian dapat disesuaikan dengan tingkat toleransi pasien & target LDL
yang direkomendasikan. (LaRosa, 2005).
Intensive lipid-lowering after an ACS ecent regardless of baseline LDL (unlabeled use): awal 80 mg, 1x/hari kemudian dapat disesuaikan
dengan tingkat toleransi pasien & target LDL yang direkomendasikan (Cannon, 2004; Pederson, 2005; Schwartz, 2001). Note: Saat ini,
pedoman ACC/AHA untuk UA/NSTEMI tidak menyebutkan secara spesifik statin mana yang dapat digunakan (Anderson, 2007).
Non-cardioembolic stroke/TIA (unlabeled use): awal 80 mg, 1x/hari kemudian dapat disesuaikan dengan tingkat toleransi pasien & target
LDL yang direkomendasikan (Adams, 2008; Amarenco, 2006).
Fluvastatin Remaja 10-16 tahun: oral: heterozygous familial hypercholesterolemia: Awal 20 mg, 1x/hari, kemudian dapat ditingkatkan setiap 6 minggu
sesuai tingkat toleransi pasien & responnya, hingga dosis maksimum yang direkomendasikan, yaitu 80 mg/hari, diberikan dalam 2 dosis
terbagi (immediate-release capsule) atau sebagai dosis tunggal harian (extended-release tablet). Note: diindikasikan hanya sebagai
adjunctive therapy bila diet saja tidak dapat mekan LDL-C <190 mg/dL, atau 160 mg/dL (pada psien dengan faktor risiko kardiovaskuler).

30
Dosis fluvastatin bila digunakan bersama siklosporin atau flukonazol: mengcu pada dosis dewasa.
Dewasa: oral:
- Pasien yang memerlukan pean LDL-C25%: kapsul 40 mg, 1x/hari saat malam, tablet extended-release 80 mg, 1x/hari (anytime), atau
kapsul 40 mg 2x/hari.
- Pasien yang memerlukan pean LDL-C <25%: awal kapsul 20 mg, 1x/hari saat malam kemudian dapat ditingkatkan setiap 6 minggu sesuai
tingkat toleransi pasien & responnya, hingga dosis maksimum yang direkomendasikan, yaitu 80 mg/hari, diberikan dalam 2 dosis terbagi
(immediate-release capsule) atau sebagai dosis tunggal harian (extended-release tablet).
Lovastatin Remaja 10-17 tahun: immediate-release tablet:
(Mevinolin, LDL reduction <20%: awal 10 mg setiap makan malam.
Monacolin LDL reduction 20%: awal 20 mg setiap makan malam.
K) Rentang dosis lazim: 10-40 mg 1x/hari saat makan malam, lalu sesuaikan dosis setiap 4 minggu.
Dosis maks: 40 mg/hari.
Dewasa:
Immediate-release: awal 20 mg, 1x/hari setiap makan malam, lalu sesuaikan setiap interval 4 minggu, dosis maks.80 mg/hari.
Extended-release: awal 20, 40, atau 60 mg, 1x/hari, menjelang tidur malam, lalu dosis dapat disesuaikan setiap interval 4 minggu, dosis
maks. 60 mg/hari.
Lansia:
Immediate-release: sesuai dosis dewasa.
Extended-release: awal 20 mg, 1x/hari, menjelang tidur malam.

Jenis
Dosis
Statin
Pitavastatin Dewasa:
-Ca Primary hyperlipidemia & mixed dyslipidemia: Awal 2 mg, 1x/hari kemudian dapat ditingkatkan hingga maksimum 4 mg, 1x/hari.
Pravastatin- Anak-anak: HeFH:
Na 8-13 tahun: 20 mg/hari.
14-18 tahun: 40 mg/hari.
Dewasa: Hyperlipidemia, primary prevention of coronary events, secondary prevention of cardiovascular events:
Awal: 40 mg, 1x/hari, titrasi dosis hingga respon.
Rentang dosis lazim: 10-80 mg, maksimum: 80 mg, 1x/hari.
Lansia:
Tidak ada rekomendasi dosis yang spesifik. Klirens menurun pada lansia mengakibatkan peningkatan AUC sebesar 25%-50%. Namun
demikian, substantial accumulation is not expected.
Rosuvastati Anak-anak 10-17 tahun (wanita >1 tahun postmenarche): HeFH:

31
n-Ca US labeling 5-20 mg, 1x/hari, maks.20 mg/hari. Canadian labeling: 5-10 mg, 1x/hari, maks.10 mg/hari.
Dewasa:
Hyperlipidemia, mixed dyslipidemia, hypertriglyceridemia, primary disbetalipoproteinemia, slowing progression of atherosclerosis:
Dosis awal:
General dosing: 10 mg, 1x/hari; dosis 20 mg 1x/hari dapat digunakan pada pasien dengan hiperlipidemia berat (kadar LDL >190 mg/dL)
dan target lipid agresif.
Conservative dosing: pasien yang membutuhkan terapi yang kurang agresif atau predisposed to myopathy (termasuk pasien Asian
descent): 5 mg 1x/hari.
Titration: setelah 2 minggu, dosis dapat ditingkatkan sebesar 5-10 mg 1x/hari, rentang dosis: 5-40 mg/hari, maks.40 mg/hari. Note: dosis
40 mg sebaiknya dijaga untuk pasien yang tidak dapat mencapai target terapi dengan dosis 20 mg/hari, termasuk pasien yang di-switch
dari statin lain.
Homozygous familial hypercholesterolemia (FH):
Awal: 20 mg, 1x/hari, maks.40 mg/hari.
Simvastatin Anak-anak 10-17 tahun (wanita >1 tahun postmenarche): HeFH: 10 mg 1x/hari malam, rentang dosis: 10-40 mg/hari, maks.40 mg/hari.
Dewasa:
Simvastatin 80 mg dibatasi hanya untuk pasien yang telah menggunakan statin >12 bulan berturut-turut tanpa terbukti mengalami
myopati & are not currently taking or beginning to take a simvastatin dose-limiting or contraindicated interacting medication. Jika pasien
tidak dapat mencapai target LDL dengan simvastatin 40 mg, meningkatkan dosis menjadi 80 mg tidak direkomendasikan. Sebaiknya,
ganti dengan obat penurun lipid lain yang memberikan penurunan LDL lebih besar.
Homozygous familial hypercholesterolemia: 40 mg, 1x/hari, malam.
Pencegahan kejadian kardiovaskuler, hiperlipidemia: 10-20 mg, 1x/hari, malam, rentang dosis: 5-40 mg/hari.
Pasien yang hanya memerlukan penurunan LDL moderat: mulai dengan dosis 5-10 mg 1x/hari malam kemudian dapat disesuaikan supaya
dapat mencapai target.
Pasien yang memerlukan penurunan LDL >40%: mulai dengan dosis 40 mg 1x/hari malam kemudian dapat disesuaikan supaya dapat
mencapai target.
Pasien dengan PJK atau risiko tinggi mengalami kejadian kardiovaskuler (pasien dengan diabetes, PVD, riwayat stroke, atau penyakit
serebrovaskuler lainnya): dosis dimulai dengan 40 mg 1x/hari malam, mulai secara simultan bersama terapi diet.
Catatan: dosis bersifat individual, didasarkan pada kadar LDL-C baseline, target terapi yang direkomendasikan, dan respon pasien. Penyesuaian
dosis sebaiknya dilakukan pada interval 4 minggu atau lebih.
Tabel 5. Pertimbangan Dosis Komedikasi Statin dengan Obat Lain (APA, 2013)
Atorvastatin Fluvastatin Lovastatin Pitavastatin Pravastatin Rosuvastatin Simvastatin
Boceprevir, Siklosporin atau Amiodarone: Eritromisin: Klaritromisin: Siklosporin Pasien yang saat ini
nelvinafir: tidak flukonazol: Dosis maks.yang dosis batasi dosis US Labelling: sedang mendapatkan
>40 mg/hari. tidak melebihi direkomendasika pitavastatin pravastatin dosis simvastatin 80 mg &
Clarithromycin, fluvastatin 20 n (baik tablet tidak boleh hingga 40 rosuvastatin memerlukan obat yang

32
itraconazole, mg 2x/hari. immediate- melebihi 1 mg, mg/hari. tidak boleh berinteraksi dengan
fosamprenavir, release maupun 1x/hari. Siklosporin: melebihi 5 statin, sebaiknya di-
ritonavir (plus extended- Rifampin: Awal 10 mg/hari. switch ke statin lain
darunavir, release): dosis mg/hari, Canadian yang efek interaksinya
fosamprenavir, 40 mg/hari. pitavastatin kemudian Labelling: lebih kecil.
or saquinavir): Danazol, diltiazem, tidak boleh titrasi dengan rosuvastatin Amiodaron, amlodipin,
tidak >20 dronedarone, melebihi 2 mg, hati-hati (dosis dengan atau ranolazine: dosis
mg/hari. atau verapamil: 1x/hari. maks.20 siklosporin tidak boleh >20
Lomitapide: Awal (lovastatin mg/hari). kontraindikasi. mg/hari.
Turunkan dosis immediate- Gemfibrozil Diltiazem, dronedarone,
sesuai petunjuk release): US Labelling: atau verapamil: dosis
pabrik. 10 mg/hari. Hindari tidak boleh >10
Dosis maksimum penggunaan mg/hari.
(immediate- bersamaan, jika Lomitapide: dosis tidak
release & tidak dapat boleh >20 mg/hari
extended- dihindari, dosis (atau 40 mg/hari bagi
release): rosuvastatin yang sebelumnya
20 mg/hari. tidak boleh
Lomitapide: dapat mentoleransi 80
melebihi 10 mg/hari selama 1
Pean dosis
mg/hari. tahun tanpa bukti
lovastatin sesuai Canadian
petunjuk pabrik adanya toksisitas otot).
Labelling: dosis
Lomitapide. Penyesuaian dosis untuk
rosuvastatin
pasien Cina yang
tidak boleh
sedang mendapat
melebihi 20
terapi niacin 1 g/hari:
mg/hari.
gunakan dengan hati-
Atazanavir/ritona
hati dosis simvastatin
-vir atau
yang >20 mg/hari
lopinavir/ritonavi
karena berisiko
r: US Labelling:
dosis meningkatkan myopati,
rosuvastatin jangan berikan dosis
tidak boleh 80 mg/hari secara
melebihi 10 bersamaan.
mg/hari.

33
34
Tabel 6. Pertimbangan Dosis Statin pada Gangguan Ginjal (APA, 2013)
Atorvastat Fluvastatin Lovastatin Pitavastatin Pravastatin Rosuvastatin Simvastatin
in
Tidak perlu Gangguan Clcr <30 mL/menit: Clcr 15-60 Kerusakan Kerusakan ringan-sedang: Rekomendasi pabrik:
ginjal ringan- Immediate- mL/menit/1, signifikan: tidak perlu penyesuaian Kerusakan ringan-
sedang: tidak release: 73m2 (not dosis awal dosis. sedang
perlu menggunakan receiving 10 mg/hari. Clcr <30 mL/menit/1,73m2: Tidak perlu
penyesuaian dosis >20 hemodialysis awal 5 mg/hari, tidak penyesuaian dosis,
dosis. mg/hari dengan ): Awal 1 mg, boleh >10 mg/hari. simvastatin tidak
Gangguan hati-hati. 1x/hari, Penyesuaian dosis untuk mengalami ekskresi
ginjal berat: Extended-release: maks.: 2 mg, hematuria dan/atau ginjal yang signifikan.
gunakan awal 20 mg/hari 1x/hari. persisten unexplained Kerusakan berat
dengan hati- menjelang tidur ESRD: proteinuria while on 40 Clcr
hati terutama malam; Awal 1 mg, mg/day: kurangi dosis & <30mL/menit/1,73m2:
menggunakan 1x/hari, evaluasi penyebab. awal 5 mg/hari dengan
pada dosis
dosis >20 maks.: 2 mg, monitoring ketat.
>40 mg/hari
mg/hari harus 1x/hari. Rekomendasi alternatif:
karena belum
dengan hati-hati. tidak perlu penyesuaian
pernah
dosis pada tingkat
diteliti.
kerusakan apapun
(Aronoff, 2007).

Tabel 7. Pertimbangan Dosis Statin pada Gangguan Hati (APA, 2013)


Atorvastatin Fluvastatin Lovastatin Pitavastatin Pravastatin Rosuvastatin Simvastatin
Kontraindikasi Tidak ada Tidak ada Kontraindikasi Kontraindikasi US Labelling:
untuk pasien rekomendasi rekomendasi untuk pasien untuk pasien Kontraindikasi untukpasien
dengan khusus dari khusus dari dengan peyakit dengan peyakit dengan penyakit hati aktif
peyakit hati pabrik, namun pabrik (belum hati aktif atau hati aktif atau termasuk unexplained persistent
aktif atau demikian pernah peningkatan peningkatan transaminases elevation.
peningkatan pajanan sistemik dipelajari). serum serum Canadian Labeling:
serum dapat me pada Kontraindikasi transaminase transaminase Kontraindikasi untukpasien

35
transaminase pasien dengan = atorvastatin. persisten yang persisten yang dengan penyakit hati aktif
persisten yang penyakit hati tidak ada tidak ada termasuk unexplained persistent
tidak ada (mekan AUC & penjelasannnya. penjelasannnya. transaminases elevation.
penjelasannny Cmax). Kerusakan ringan-sedang: tidak
a. Kontraindikasi = perlu penyesuaian dosis.
atorvastatin. Kerusakan berat: awal 5 mg/hari,
tidak boleh >20 mg/hari.

Tabel 8. Cara Pemberian Statin (APA, 2013)


Atorvastatin Fluvastatin Lovastatin Pitavastatin Pravastatin Rosuvastatin Simvastatin
Dapat diminum Dapat diberikan Immediate-release Dapat diberikan Dapat diberikan Dapat diberikan Dapat diberikan
bersama tanpa bergantung tablet diberikan dengan atau tanpa bergantung dengan atau tanpa tanpa bergantung
makanan. pada makanan. saat makan tanpa makanan. pada makanan. makanan. pada makanan.
Dapat diberikan Bila malam. Hindari Dapat diminum Berikan di malam
tanpa bergantung dikombinasikan Extended-release: penggunaan anytime of the day. hari untuk
pada waktu. dengan bile-acid tablet diberikan pitavastatin memperoleh efikasi
binding resin atau menjelang tidur dengan red yeast maksimal.
niacin, fluvastatin malam, tablet rice karena dapat
diberikan 2 jam tidak boleh mekan risiko
sebelum obat-obat dihancurkan atau myopati via
tersebut. dikunyah. sinergisme
farmakodinamik.
Red yeast rice
mengandung
Monokolin K
(similar to
Lovastatin)

Tabel 9. Stabilitas/Penyimpanan dan Monitoring Panel Lipid dari Setiap Statin (APA, 2013)
Atorvastatin Fluvastatin Lovastatin Pitavastatin Pravastatin Rosuvastatin Simvastatin

36
Simpan pada suhu Simpan pada suhu Tablet immediate- - Simpan pada suhu Simpan pada suhu Simpan di tempat
kamar terkontrol kamar 15C-30C, release: simpan kamar 15C-30C, kamar 20C-25C, yang tertutup rapat
20C-25C. lindungi dari pada suhu 20C- lindungi dari lindungi dari pada suhu antara
cahaya. 25C, lindungi dari kelembaban & kelembaban. 5C-30C.
cahaya. cahaya.
Tablet extended-
release: simpan
pada suhu 20C-
25C (atau 15C-
30C), hindari panas
& kelembaban yang
berlebihan.

Tabel 10. Monitoring Panel Lipid (kolesterol total, LDL, HDL, trigliserida) untuk Setiap Statin (APA, 2013)

Atorvastatin Fluvastatin Lovastatin Pitavastatin Pravastatin Rosuvastatin Simvastatin


Setiap interval 2-4 Setiap interval 4 Setiap interval 4 Setiap interval 4 Setiap interval 4 Setiap interval 2-4 Setiap interval 4
minggu setelah minggu setelah minggu atau lebih minggu setelah minggu setelah minggu setelah minggu setelah
memulai terapi memulai terapi setelah memulai memulai terapi memulai terapi memulai terapi atau memulai terapi
atau melakukan atau melakukan terapi atau atau melakukan atau melakukan melakukan titrasi kemudian secara
titrasi dosis. titrasi dosis. melakukan titrasi titrasi dosis. titrasi dosis. dosis. periodik.
dosis.
Catatan: Sebelum memulai terapi, pasien sebaiknya menjalani diet standar rendah kolesterol selama 6 minggu dan diet ini harus dilanjutkan
selama terapi obat.

Tabel 11. Contoh Nama Dagang dan Kemasan dari Berbagai Statin (APA, 2013)

37
Atorvastatin Fluvastatin Lovastatin Pitavastatin Pravastatin Rosuvastatin Simvastatin
Lipitor tablet, Lescol kapsul, Mevacor tablet, Livalo tablet, Pravachol tablet, Crestor tablet, oral: Zocor tablet, oral:
oral: oral: oral: oral: 1 mg, 2 mg, oral: 10 mg, 20 5 mg, 10 mg, 20 5 mg, 10 mg, 20
10, 20, 40, 80 mg. 20, 40 mg. 20 mg, 40 mg. 4 mg. mg, 40 mg, 80 mg, 40 mg. mg, 40 mg, 80 mg.
Lescol XL, Altoprev tablet, mg.
extended-release, extended-release,
oral: 80 mg. oral:
20 mg, 40 mg, 60
mg.

38
11. Monitoring
a) Baseline CPK. Cek kembali CPK pada pasien yang menunjukkan
gejala miopati. Hentikan terapi statin bila peningkatannya sangat
bermakna.
b) Baseline Liver Funtion Tests (LFTs). Sesudah itu, pemeriksaan LFT
dapat diulangi bila terdapat indikasi secara klinis. Pasien dengan
peningkatan kadar transaminase sebaiknya memiliki tes kedua
(untuk konfirmasi) dan dimonitor sesering mungkin hingga
nilainya kembali normal. Hentikan terapi statin bila peningkatan
ALT/AST >3 kali nilai batas atas normal dan persisten.
c) Lipid panel (total cholesterol, HDL, LDL, triglycerides)
Rekomendasi ATP III (NCEP, 2002):
Baseline: 6-8 minggu setelah memulai terapi atau saat dosis
ditingkatkan, selanjutnya 6-8 minggu sampai dosis final dapat
ditentukan. Begitu goal therapy tercapai, interval follow up dapat
dikurangi menjadi 4-6 bulan. Lipid panel harus dinilai sekurang-
kurangnya setiap tahun, dan lebih disukai bila dilakukan di setiap
kunjungan klinik.
Rekomendasi pabrik: lipid panel sebaiknya diperiksa dalam
waktu 2-4 minggu setelah permulaan terapi atau titrasi.

39

Anda mungkin juga menyukai