Anda di halaman 1dari 9

1.

SIKLUS MENSTRUASI (Siklus Haid)

Tidak lama setelah haid mulai, pada fase

Siklus haid normal dapat dipahami dengan baik

folikular dini beberapa folikel berkembang oleh

dengan membaginya atas dua fase dan 1 saat, yaitu fase

pengaruh FSH yang meningkat, peningkatan FSH ini

folikular, saat ovulasi dan fase luteal. Perubahan-

dipengaruhi oleh regresi korpus luteum, sehingga

perubahan hormonal sepanjang siklus haid disebabkan

hormone steroid berkurang. Dengan berkembangnya

pleh mikanisme umpan balik (feedback) antara hormon

folikel, produksi estrogen meningkat dan ini menekan

steroid dan gonadotropin. Estrogen menyebabkan umpan

produksi FSH; folikel yang akan berovulasi akan

balik negative terhadap FSH, sedangkan terhadap LH

melindungi

sestrogen

jika

sedangkan folikel-folikel lain akan atresia. Pada waktu

kadarnya rendah, dan umpan balik positif jika kadarnya

ini LH juga meningkat, namun peranannya pda tingkat

tinggi. Tempat utama umpan balik terhadap hormone

ini hanya membantu pembuatan estrogen dalam

gonadotropin ini mungkin pada hipotalamus. Sebenarnya,

folikel. Perkembangan folikel yang cepat pada fase

untuk siklus haid yang terdiri dari 2 fase dan 1 saat yang

folikel akhir ketika FSH menurun, menunjukkan

disebutkan diatas merupakan siklus bulanan yang terjadi

folikel yang telah masak itu bertambah peka terhadap

di ovarium (siklus ovarium bulanan). Sebenarnya, siklus

FSH. Perkembangan folikel berakhir setelah kadar

haid terdiri dari dua siklus yaitu siklus ovarium dan siklus

estrogen dalam plasma jelas meninggi. Estrogen

endometrium bulanan.

awalnya meninggi secara berangsur-angsur, kemidian

menyebabkan

umpan

balik negative

dirinya

sendiri

terhadap

atresia,

Sumber : Guyton Textbook of Medical Physiology, 11th

dengan cepat mencapai puncaknya. Ini member

Edition

umpan balik terhadap pusat siklik, dan dengan


lonjakan LH (LH-surge) pada pertengahan siklus,

A. Siklus Ovarium

mengakibatkan terjadinya ovulasi.

Siklus ovarium pada dasarnya ada 2 fase seperti


disebutkan sebelumnya, yaitu fase folikular dan fase
luteal, serta satu saat yaitu ovulasi yang penjelasanya akan

Fase Luteal
Setelah beberapa jam pertama setelah ovum

digabung bersama fase folikular.

dikeluarkan dari folikel, sel-sel granulose dan sel teka

interna berubah dengan cepat menjadi sel lutein.

Fase Folikular

Diameter sel ini membesar dua kali atau lebih dari

terisi inklusi lipid yang member tampilan kekuningan.

Pada fase ini estrogen dan progesterone bersama-

Proses ini disebut luteinisasi. Yang seluruh massa dari

sama disekresi dalam jumlah yang besar oleh korpus

sel bersama-sama disebut korpus luteum. Suplai

luteum. Estrogen menyebabkan sedikit proliferasi

vascular yang berkembang dengan baik juga tumbuh

tambahan

pada korpus luteum.

perkembangan sekretorik dari endometrium yang

sedang

progesterone

menyebabkan

Pada wanita normal, diameter korpus luteum

mana kelenjar makin berkelok, kelebihan substansi

tumbuh kira-kira 1,5 sentimeter. Tahap perkembangan

sekresinya makin bertumpuk di dalam epitel kelenjar,

ini dicapai dalam waktu 7 sampai 8 hari setelah ovulasi

sel stroma bertambah banyak dengan simpanan lipid

akhirnya

warna

dan glikogen yang meningkat, serta suplai darah yang

kekuninganya dan sifat lipidnya dalam waktu kira-

juga semakin meningkat. Pada puncak fase sekretorik

kira 12 hari setelah ovulasi, menjadi korpus albikans;

(sekitar

selama beberapa minggu korpus albikans akan

endometrium menjadi 5-6 mm.

kehilangan

fungsi

sekresi

juga

digantika oleh jaringan ikat dan dalam hitungan bulan


akan diserap.

seminggu

Tujuan

dari

setelah

ovulasi),

perubahan

diatas

ketebalan
supaya

endometrium mengandung cukup nutrient untuk


implantasi ovum yang sudah dibuahi.

B. Siklus Endometrium

Fase proliferasi
Pada fase ini, dibawah pengaruh estrogen yang

Fase Menstruasi

dihasilkan ovarium pada bagian pertama siklus

Jika ovum tidak dibuahi (sekitar 2 hari sebelum

ovarium (siklus folikuler) sel-sel stroma dan sel epitel

akhir siklus bulanan, korpus luteum bakalan regresi

akan berproliferasi dengan cepat sehingga terjadi

dan estrogen serta progesterone akan menurun

reepitelisasi kembali dalam waktu 4-7 hari setelah

dengan tajam sampai kadar sekresi yang rendah.

menstruasi. Dari hasil reepitelisasi tadi diikutin

Terjadilah menstruasi.

perkembangan kelenjar dan pembuluh darah baru

Sumber : Guyton Textbook of Medical Physiology,

endometrium bisa memiliki ketebalan 3-5 mm saat

11th Edition

ovulasi.

Fase Sekretorik

2. FISIOLOGI FERTILISASI

Setelah seorang pria mengejakulasikan semen ke

tersebut sepertinya mengalami infertilitas. Sehingga

dalam vagina pada saat hubungan seksual, dalam

walaupun

waktu 5 sampai 10 menit, beberapa sperma dari vagina

membuahi ovum, dengan alas an yang belum

akan dihantarkan ke atas, melalui uterus dan tuba

diketahui, ejakulasi biasanya harus mengandung

fallopii, ke ampula tuba fallopii didekat tuba yang

sejumlah besar sperma agar hanya satu sperma yang

berujung ovarium.

membuahi ovum.

Penghantaran sperma tersebut

satu

sperma

yang

diperlukan

untuk

dibantu oleh kontraksi uterus dan tuba fallopii yang

Pengaruh Morfologi Dan Motilitas Sperma Terhadap

dirangsang oleh prostaglandin dalam cairan semen

Fertilitas

pria, dan juga oleh oksitosin yang dilepaskan dari

Kadang orang memiliki jumlah sperma yang normal

kelenjar hipofisis posterior wanita selama wanita

tetapi tetap infertil. Bila hal ini terjadi, kadang-kadang

tersebut mengalami orgasme. Dari setengah meliar

ditemui separuh dari junlah sperma yang memiliki

sperma yang dideposit dalam vagina beberapa ribu

kelainan fisik, seperti memiliki dua kepala, bentuk

sperma tersebut mencapai setiap ampula.

kepala yang tidak normal atau ekor yang tidak normal.

Sumber : Guyton Textbook of Medical Physiology,

Pada yang lain, sperma terlihat normal secara

11th Edition

structural, tetapi dengan alasan yang tidak dimengerti,


sperma tersebut tidak motil atau relatif tidak motil.

3. ANALISA SPERMA

Bilamana sebagian besar sperma secara morfologis

Pengaruh Jumlah Sperma Terhadap Fertilitas

mengalami kelainan atau tidak motil, maka orang

Jumlah semen yang biasanya diejakulasikan pada

tersebut agaknya infertile, walaupun sisa sperma

setiap koitus rata-rata sekitar 3,5 meliliter, dan setiap

lainya norma.

meliliter mengandung rata-rata 120 juta sperma

Sumber : Guyton Textbook of Medical Physiology,

walaupun kadang pada pria normal jumlah ini

11th Edition

dapat bervariasi dari 35 juta sampai 200 juta. Hal ini


berarti bahwa rata-rata total dari 400 juta sperma

4. GANGGUAN MENSTRUASI

biasanya terdapat di beberapa meliliter ejakulat dalam

1. Gangguan lama dan jumlah darah haid

setiap ejakulasi. Ketika jumlah sperma dalam setiap


meliliter turun kira-kira dibawah 20 juta, orang

a. Hipermenorea (menoragia)

Menoragia adalah perdarahan haid dengan

Oligomenorea adalah haid dengan sklus yang

jumlah darah lebih banyak dan/atau durasi

lebih panjang dari normal yaitu lebih dari 35

lebih lama dari normal dengan siklus yang

hari. Oligomenorea memerlukan evaluasi lebih

normal dan teratur. Secara klinis, menoragia

lanjut untuk mencari penyebab. Perhatian perlu

didefinisikan dengan total jumlah darah haid

diberikan bila oligomenorea disertai dengan

lebih dari 80 ml per siklus dan durasi haid lebih

obesitas

lama dari 7 hari. Karena sulitnya menentukan

berhubungan dengan sindroma metabolic.

jumlah

darah

haid

secara

tepat,

maka

dan

infertilitas

karena

mungkin

c. Amenorea

disebutkan bahwa bila ganti pembalut 2-5 kali

Secara klasik, amenorea dikategorikan menjadi

per hari menunjukkan jumlah darah haid

dua

normal.

menggambarkan amenorea sebelum menarke

Menoragia

adalah

apabila

ganti

pembalut lebih dari 6 kali per hari.

dan

b. Hipomenorea

yaitu

amenorea

amenorea

primer

sekunder

untuk
untuk

menggambarkan amenorea setelah menarke.

Hipomenorea adalah perdarahan haid dengan

Amenorea adalah tidak terjadi haid pada

jumlah darah lebih sedikit dan/atau durasi

seorang perempuan dengan mencakup salah

lebih

satu dari tiga tanda berikut:

pendek

dari

normal.

Hipomenorea

menunjukkan bahwa tebal endometrium tipis


dan perlu evaluasi lebih lanjut.

1) Tidak terjadi haid sampai usia 14 tahun,


disertai tidak adanya pertumbuhan atau

2. Gangguan siklus haid

perkembangan tanda kelamin sekunder.

a. Polimenorea

2) Tidak terjadi haid sampai usia 16 tahun,

Polimenorea adalah haid dengan siklus yang

disertai adanya pertumbuhan normal

lebih pendek dari normal yaitu kurang dari 21

dan

hari. Seringkali sulit membedakan polimenorea

sekunder.

dengan

metroragia

yang

perdarahan antara dua siklus haid.


b. Oligomenorea

merupakan

perkembangaan

tanda

kelamin

3) Tidak terjadi haid untuk sedikitnya


selama 3 bulan berturut-turut pada
perempuan yang sebelumnya pernah
haid.

3. Gangguan lainnya

2) Paling sedikit didapatkan 5 keluhan

a. Dismenorea

berikut: gangguan mood, cemas, labil

Dismenorea adalah nyeri saat haid, biasanya

(tiba-tiba susah, takut, marah), konflik

dengan rasa kram dan terpusat di abdomen

interpersonal,

bawah. Dismenorea dapat dibagi menjadi dua

terhadap aktivitas rutin, lelah, sukar

kelompok:

berkonsentrasi,

1) Dismenorea primer

penurunan
perubahan

minat
nafsu

makan, insomnia, kehilangan control

Dismenorea primer adalah nyeri haid

diri, keluhan fisik (nyeri pada payudara,

tanpa ditemukan keadaan patologi pada

sendi, dan kepala)

panggul.

Dismenorea

primer

3) Keluhan

akan

berpengaruh

pada

berhubungan dengan siklus ovulasi dan

aktivitas sehari-hari atau pekerjaan.

disebabkan oleh kontraksi miometrium

4) Keluhan bukan merupakan eksaserbasi

sehingga terjadi iskemia akibat adanya


prostaglandin yang diproduksi oleh
endometrium fase sekresi.

gangguan psikiatri yang lainnya.


Sumber : Baziad, Ali dan R. Prajitno Prabowo. 2011. Ilmu
Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono

2) Dismenorea sekunder
Dismenorea sekunder adalah nyeri haid
yang berhubungan dengan berbagai

Prawirohardjo.
5. PEMERIKSAAN FERTILITAS

keadaan patologis di organ genitalia.


b. Sindroma

pra

haid

(pre

menstrual

syndrome/PMS)
American Psychiatric Association memberikan
kriteria diagnosis PMS sebagai berikut:

Pemeriksaan Fertilitas Pria


1. Pemeriksaan umum:
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan

fisik

lengkap

diperlukan

jika

1) Keluhan berhubungan dengan siklus

memang tidak ada kondisi medis yang nampak.

haid, dimulai pada minggu terakhir fase

Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada ruangan yang

luteum dan berakhir setelah mulainya

hangat,

haid.

berlebihan.

untuk

mencegah

refleks

cremaster

yang

Struktur yang dievaluasi meliputi penis,

skrotum, testes, epididimis, spermatic cord dan vas


deferens,

prostate,

vesika

seminalis

dan

kelenjar

Cowpers. Pasien juga harus diperiksa apakah seks


sekundernya

berkembang

sesuai

dengan

usianya,

apakah terjadi ginekomastia atau hirsutism. Juga, perlu


diperhatikan apakah terdapat bekas luka pada abdomen
atau pangkal paha, diskolorisasi skrotum, testikel yang
tidak simetris, dan lokasi maupun ukuran meatus penis.
b. Analisis Semen dan Sperma
Pengumpulan sampel sperma dapat diambil
melalui masturbasi untuk kemudian dimasukan ke
dalam kontainer steril. Juga, dapat dikumpulkan selama
persenggamaan dengan menggunakan kondom khusus.
Persiapan yang harus dilakukan untuk pemeriksaan ini
adalah

tidak

melakukan

aktivitas

seksual

yang

menyebabkan ejakulasi dalam 2-3 hari sebelum tes.


Pemeriksaan sampel harus dilakukan dalam 2 jam sejak
pengumpulan

seorang pria adalah dengan mengukur kadar FSH dan


testosteron dalam darah. Pada pria, FSH berperan dalam
spermatogenesis (pembentukan sperma). Sedangkan
testosteron

berperan

dalam

spermatogenesis

dan

stimulasi libido.
2. Pemeriksaan terhadap penyakit menular seksual
a. Biopsi testis
Diambil sampel kecil jaringan dari salah satu
atau kedua testis untuk diperiksa di bawah mikroskop
guna mengevaluasi kemampuan reproduksi seorang
pria. Meski jarang, biopsi testis dilakukan untuk
membantu menentukan penyebab infertilitas pria.
b. Vasografi

hasilnya semakin akurat. Pemeriksaan yang dilakukan

sumbatan pada organ reproduksi pria menggunakan

meliputi:

sinar-x khusus. Vasografi merupakan gold standar


(menjadi

cepat

Pemeriksaan darah untuk menguji fertilitas

Vasografi bertujuan untuk menilai ada tidaknya

cairan

Semakin

c. Pemeriksaan darah

diperiksa,

1) Koagulasi

sampel.

6) Volume semen

bentuk

padat)

dan

pencairan

pemeriksaan obstruksi pada vasa distal serta duktus


ejakulatorius. Vasografi dapat menunjukan gambaran

2) Kekentalan cairan, keasaman dan kandungan gula

vas

3) Resistensi terhadap aliran (viskositas)

ejakulatorius sehingga lokasi sumbatan dapat diketahui.

deferens,

vesikula

seminalis,

dan

4) Pergerakan sperma dan motilitas


5) Jumlah dan struktur sperma

3. Ultrasonografi
Pemeriksaan USG dapat digunakan untuk:

duktus

a. Mengevaluasi massa atau nyeri pada testis,

b. Follicle Stimulating Hormone/FSH

b. Monitor infeksi dan inflamasi testis maupun epididimis,


c. Identifikasi terpelirnya spermatic cord serta terhambatnya
suplai darah ke testis (testicular torsion),

Kadar FSH normal pada wanita adalah sebagai


berikut.
1) Sebelum pubertas: 0-4,0 mIU / ml

d. Monitor kanker testis rekurens,

2) Selama pubertas: 0,3-10,0 mIU / ml

e. Menentukan lokasi testis yang tidak turun,

3) Wanita yang sedang menstruasi: 4,7-21,5 mIU / ml

f. Identifikasi cairan skrotum (hidrokel), cairan epididimis,

4) Postmenopause: 25,8-134,8 mIU / ml

darah pada skrotum, atau pus dalam skrotum,

Tingginya kadar FSH baik pada hari 3 atau hari

g. Pemandu jarum untuk biopsi testis saat tes kesuburan


h. Mengevaluasi cedera pada area genital.

10 mengindikasikan rendahnya peluang untuk hamil.


c. Prolaktin

4. Pemeriksaan Genetik

Merupakan

hormon

peptida

yang

fungsi

Pengujian genetik dapat dilakukan pada pria yang

utamanya adalah pada proses laktasi. Kadar hormon

spermanya

kurang

bukti

prolaktin yang tinggi dapat menekan FSH. Normalnya,

obstruksi.

Pengujian

membantu

kadar prolaktin pada hari ketiga siklus adalah <24

serta

tidak

genetik

menunjukkan
dapat

mengidentifikasi fragmentasi DNA, kerusakan kromosom,


atau kemungkinan penyakit genetik yang dapat diwariskan
kepada anak-anak.

ng/ml.
d. Estradiol
Sebagian besar hormon estradiol diproduksi dan

Pemeriksaan fertilitas pada wanitia

dilepaskan oleh ovarium (indung telur) sehingga

1. Pemeriksaan darah

pemeriksaan ini dapat menilai fungsi ovarium. Kadar

a. Lutenizing Hormone/LH
Kadar LH normal bagi perempuan biasanya
antara 6 sampai 30 l. Hasil normal untuk pria biasanya
antara 7 sampai 24 l. Kadar LH abnormal dapat
memiliki efek banyak pada kesuburan. Lonjakan LH
diperlukan untuk menginduksi ovulasi pada wanita,
sehingga kadar LH rendah dapat mencegah ovulasi.

estradiol normal adalah 25-75 pg/ml pada hari tiga


siklus.
e. Progesteron darah
Hormon yang dihasilkan indung telur ini
memegang peranan penting terjadinya pengeluaran sel
telur dari indung telur. Tes ini penting bagi wanita yang

mengalami amenore (tidak ada periode) atau amenore

cairan dapat melalui tuba fallopi. Penyumbatan sering

kronis. Uji ini dapat menentukan apakah amenore

dapat ditemukan dan dapat dikoreksi dengan operasi.

disebabkan oleh kelainan rahim atau ketidakseimbangan


hormon. Kadar progesteron normal pada wanita adalah
sebagai fase folikular: 0.3-0.8 ng/ml dan fase luteal 4-20
ng/ml.
2. Pemeriksaan terhadap penyakit menular seksual
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan
darah dan cairan tubuh.
3. Pemeriksaan ultrasonografi
Pemeriksaan dengan USG dapat menentukan ada
atau tidaknya kelainan uterus (rahim) , saluran telur, serta

5. Hysteroscopy
Digunakan untuk menilai bagian dalam dari uterus.
Histeroskopi adalah prosedur yang dapat digunakan untuk
mendeteksi keberadaan endometriosis, fibroid, polip,
jaringan parut panggul, dan penyumbatan pada ujung tuba
falopi. Beberapa kondisi ini dapat diperbaiki selama
prosedur dengan memotong setiap jaringan parut yang
mengikat organ-organ dapat bersama-sama atau dengan
menghancurkan implan endometrium.
6. Laparoscopy

ovarium (indung telur). USG standar saat ini adalah USG

Pemeriksaan ini lebih invasif dan hanya dilakukan

vaginal dan digunakan untuk mendapatkan gambaran

bila pemeriksaan sebelumnya menunjukan kelainan pada

organ pelvis. Gambaran yang didapatkan lebih jelas dan

organ tertentu (misalnya ovarium) atau bila penyebab

tajam karena lebih dekat dengan struktur pelvis. Meskipun

infertilitas

tidak

dapat melihat fibroid, kista ovarium dan kehamilan

dilakukan

di

ektopik, USG tidak cukup bagus untuk menilai normal

dilakukan dengan membuat sayatan kecil (8 hingga 10

tidaknya tuba.

milimeter) di bawah pusar dan memasukkan perangkat

4. Hysterosalpingogram/HSG
HSG dilakukan untuk mengevaluasi kondisi rahim
dan tuba fallopi. Cairan disuntikkan ke dalam rahim,
kemudian diperiksa dengan menggunakan sinar X untuk
mengetahui apakah rongga normal serta memastikan

dapat

bawah

ditemukan.
anestesi

Pemeriksaan

umum.

Prosedur

ini
ini

tipis untuk memeriksa saluran tuba, indung telur dan


rahim.
Sumber:
Hamilton, Persis Mary. 1995. Dasar-dasar Keperawatan
Maternitas. Jakarta: EGC.

Heffner, Linda J. dan Danny J. Schust. 2008. At a Glance:


Sistem Reproduksi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.

distensi colon descendens karena feses dapat mengkompresi


vena testikular sinistra.

Sacher, Ronald A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan


Laboratorium. Jakarta: EGC.
6. DEFINISI DAN PATOFISIOLOGI VARIKOKEL
Definisi :
Varikokel merupakan suatu dilatasi abnormal dan tortuous
dari vena pada pleksus pampiniformis dengan ukuran
diameter melebihi 2 mm. Dilatasi abnormal vena-vena dari
spermatic cord biasanya disebabkan oleh ketidakmampuan
katup pada vena spermatik internal
Patofisiologi
Varikokel terjadi akibat peningkatan tekanan vena dan
ketidakmampuan vena spermatika interna. Aliran retrograde
vena spermatika interna merupakan mekanisme pada
perkembangan
varikokel.
Varikokel
ekstratestikular
merupakan suatu kelainan yang umum terjadi. Sebagian besar
kasus asimptomatik atau berhubungan dengan riwayat
orchitis, infertilitas, pembengkakan skrotum dengan nyeri.
Varikokel intratestikular merupakan suatu keadaan yang
jarang, ditandai oleh dilatasi vena intratestikular.
Varikokel lebih sering ditemukan pada sebelah kiri karena
beberapa alasan berikut ini: (a) vena testikular kiri lebih
panjang; (b) vena testikular sinistra
memasuki vena renal sinistra pada suatu right angle; (c) arteri
testikular sinistra pada beberapa pria melengkung diatas vena
renal sinistra, dan menekan vena renal sinistra; dan (d)

Sumber : Cayan S, Shavakhabov S, Kadiolu A (2009)


Treatment of palpable varicocele in infertile men: a metaanalysis to define the best technique. J Androl 30: 33-40.

Anda mungkin juga menyukai