bencana massal
( Disaster victim
identification/DVI).
M. Panji
Sonya Lapitacara
Tri Andhika Dessy W
Firna Nahwa F
Definisi
Prinsipnya adalah pemeriksaan identitas seseorang memerlukan berbagai metode dari yang
sederhana sampai yang rumit.
a. Metode sederhana
• Cara visual, dapat bermanfaat bila kondisi mayat masih baik, cara ini mudah karena identitas
dikenal melalui penampakan luar baik berupa profil tubuh atau muka. Cara ini tidak dapat
diterapkan bila mayat telah busuk, terbakar, mutilasi serta harus mempertimbangkan faktor
psikologi keluarga korban (sedang berduka, stress, sedih, dll)
• Melalui kepemilikan (property) identititas cukup dapat dipercaya terutama bila kepemilikan
tersebut (pakaian, perhiasan, surat jati diri) masih melekat pada tubuh korban.
• Dokumentasi, foto diri, foto keluarga, foto sekolah, KTP atau SIM dan lain sebagai
b. Metode ilmiah,
Prosedur identifikasi korban terdiri dari 4 utama tahap, yaitu:
1) penandaan dan mengantongi tubuh,
2) sidik jari,
3) patologi forensik, dan
4) kedokteran gigi forensik. Mayat-mayat itu, tentu saja, didinginkan baik sebelum dan setelah
prosedur, dan kemudian dibalsemkan setalah itu dipulangkan.
Body Tagging and Bagging
Pelabelan tubuh masing-masing dengan nomor identifikasi
diikuti oleh penempatan di dalam kantong kedap air tubuh
dilakukan oleh tim DIV.
Fingerprinting
Identifikasi fingerprinting mengunakan "teknik bubuk", yang
memerlukan aplikasi hati-hati dan lembut, dimana prosesnya
menabur bedak kering ke ujung jari dengan kuas, disertai
permukanan dari kulit longgar di bagian distal dari jari-jari yang
berisi lipatan kulit yang unik, teknik ini bekerja dengan cukup
sukses. Sidik jari dari tubuh yang sangat membusuk atau
mengalami lebam mayat( post mortem), yang hampir selalu
menunjukkan deskuamasi (mengelupas) kulit yang meluas,
menimbulkan tantangan yang cukup untuk petugas polisi yang
ditugaskan untuk tugas itu.
Forensic Pathology
Setiap tubuh berlabel dan sidik jarinya diperiksa oleh tim 4-
anggota DVI, yang terdiri dari ahli patologi forensik,
seorang teknisi anatomis, seorang penulis (biasanya
seorang perwira polisi atau penyidik forensik kematian),
dan seorang fotografer. Menghasilkan hasil visum jenazah.
Forensic Dentistry
Ilmu gigi forensik terdiri 2 bagian: pemeriksaan gigi dan
radiologi gigi. Pada bagian pemeriksaan gigi, 1 dokter gigi
(pemeriksa) memeriksa gigi tetap, sementara yang lain
(juru tulis) mendokumentasikan hasil.
Metodologi dan fase DVI
3 Collecting Ante Mortem Data
Pada fase ini dilakukan pengumpulan data mengenai jenazah
sebelum kematian.
Data ini biasanya diperoleh dari keluarga jenazah maupun orang
yang terdekat dengan jenazah. Data yang diperoleh dapat
berupa foto korban semasa hidup, interpretasi ciri – ciri spesifik
jenazah (tattoo, tindikan, bekas luka, dll), rekaman
pemeriksaan gigi korban, data sidik jari korban semasa hidup,
sampel DNA orang tua maupun kerabat korban, serta informasi
– informasi lain yang relevan dan dapat digunakan untuk
kepentingan identifikasi, misalnya informasi mengenai pakaian
terakhir yang dikenakan korban.
Metodologi dan fase DVI
4 Reconciliation
Pada fase ini dilakukan pembandingan data post mortem
dengan data ante mortem.
Ahli forensik dan profesional lain yang terkait dalam proses
identifikasi menentukan apakah temuan post mortem pada
jenazah sesuai dengan data ante mortem milik korban yang
dicurigai sebagai jenazah. Apabila data yang dibandingkan
terbukti cocok maka dikatakan identifikasi positif atau telah
tegak. Apabila data yang dibandingkan ternyata tidak cocok
maka identifikasi dianggap negatif dan data post mortem
jenazah tetap disimpan sampai ditemukan data ante mortem
yang sesuai dengan temuan post mortem jenazah.
Metodologi dan fase DVI
5 Returning to the Family
Korban yang telah diidentifikasi direkonstruksi hingga
didapatkan kondisi kosmetik terbaik kemudian dikembalikan
pada keluarganya untuk dimakamkan. Apabila korban tidak
teridentifikasi maka data post mortem jenazah tetap
disimpan sampai ditemukan data ante mortem yang sesuai
dengan temuan post mortem jenazah, dan pemakaman jenazah
menjadi tanggung jawab organisasi yang memimpin komando
DVI. Sertifikasi jenazah dan kepentingan mediko-legal serta
administrative untuk penguburan menjadi tanggung jawab pihak
yang menguburkan jenazah.