Disusun Oleh:
Eva Yana Febriyanti (2011901012)
Exaudi (2011901056)
Remaldi Gozandi (2011901013)
Zafitri Asrul (2011901055)
2.1 Definisi
WHO mendefinisikan bencana sebagai suatu peristiwa, yang dapat berupa
alam atau buatan manusia yang memiliki dampak sedemikian rupa pada orang-
orang yang tinggal di daerah yang terkena bencana, sehingga hanya tindakan
pencegahan yang dapat mengembalikan mereka ke suatu tempat yang setara
dengan situasi sebelum bencana.4
Bencana sebagaimana dikatakan oleh Dr. Rasha Haddad dapat
didefinisikan sebagai serangkaian peristiwa serius yang menimbulkan ancaman
dan kerusakan parah terhadap harta benda dan prasarana serta penduduk di
wilayah tersebut, yang terkena dampaknya.4
Bencana massal didefinisikan sebagai kondisi di mana jumlah korban
tewas yang terjadi selama bencana melampaui kapasitas penanganan otoritas lokal
dan yurisdiksi, yang terlibat dalam tugas identifikasi dan penyelidikan forensik.4
Pengertian bencana massal selanjutnya adalah sebagai peristiwa bencana
dimana jumlah korban meninggal melebihi kapasitas yang dapat ditangani oleh
wilayah hukum setempat.4
Disaster victim identification (DVI) adalah proses mengidentifikasi korban
yang meninggal akibat bencana. Kematian akibat bencana dapat diklasifikasikan
sebagai korban bencana terbuka dan korban bencana tertutup. Dalam bencana
terbuka proses identifikasi lebih sulit. Berdasarkan peraturan hukum, identifikasi
dimaksudkan untuk memenuhi hak asasi manusia atas identitas, martabat dan
status sosial, hak otonomi seperti warisan, status perkawinan, agama, asuransi
atau masalah hukum dan sosial lainnya.5
2.2 Pentingnya Identifikasi Korban Bencana4
a) Identifikasi korban bencana merupakan aspek penting karena memungkinkan
para penyelidik untuk mengetahui tentang modus dalam kasus bencana
buatan manusia.
b) Menetapkan identitas pribadi korban dengan mencocokkan catatan post dan
peri mortem untuk mengetahui identitas sebenarnya dari individu tersebut dan
kemudian mengetahui tentang kemungkinan alasan terjadinya bencana dalam
kasus-kasus tertentu.
c) Rekonstruksi tempat kejadian dapat dilakukan dengan mengetahui identitas
korban, luka-luka ketika diidentifikasi sebagai ante mortem atau post mortem
atau kemungkinan penyebab kematian, dampak bencana dapat diketahui dan
dengan intensitas ledakan atau letusan atau gempa bumi dapat diketahui,
memungkinkan rekonstruksi tempat kejadian.
d) Mengetahui jumlah korban jiwa yang telah terjadi dan daftar jumlah orang
hilang.
e) Mengetahui sejauh mana kerugian yang telah terjadi pada aset, termasuk
properti.
2.3 Hal-hal yang Harus Diperhatikan Saat Menyelidiki TKP4
a) Membatasi pergerakan orang yang tidak berwenang di tempat kejadian, karena
mereka dapat merusak bukti atau bahkan dapat terluka, seperti dalam kasus
analisis pasca ledakan mungkin ada bahan kimia yang tidak terbakar atau
terbakar sebagian.
b) Memelihara catatan yang tepat tentang waktu relatif terhadap entri dan keluar
dari otoritas yang berwenang.
c) Kondisi jenazah yang ditemukan dari tempat kejadian dan sisa-sisa yang
ditemui dari tempat kejadian harus dilestarikan sebagaimana mestinya dan
sesegera mungkin.
d) Meskipun proses dasar untuk menyelidiki akan tetap sama, tetapi divisi dan
jumlah spesialis yang terlibat bervariasi sesuai dengan tempat kejadian dan
tingkat kerusakan yang ditimbulkan.
2.4 Tahapan Identifikasi Korban Bencana4
1. Tahap 1: Kunjungan ke Tempat Kejadian
Setelah terjadinya bencana hal yang paling pertama adalah kunjungan
ke tempat kejadian. Tempat terjadinya bencana harus ditangani dengan hati-
hati dan barang bukti serta sisa-sisa manusia harus dibawa dengan hati-hati.
Metode pencarian yang tepat harus dipertimbangkan. Sebagian besar
dalam kasus, seperti bencana pesawat, metode grid digunakan untuk
pencarian. Jika analisis pasca ledakan akan dilakukan, sampel yang tidak
terbakar dapat ada ditempat kejadian dan oleh karena itu harus dilakukan
dengan hati-hati. Dokumentasi TKP harus dilakukan; foto-foto tempat
kejadian harus diambil sebelum ada perubahan di lokasi bencana. Korban
yang terluka harus diarahkan ke rumah sakit segera setelah ditemui. Sisa-
sisa yang ditemui harus diperiksa apakah manusia atau bukan. Penomoran
setiap aspek harus dilakukan untuk memudahkan penyelidikan (Gambar 1).