Oleh :
Zafitri Asrul
2011901055
Pembimbing:
dr.Inva Yolanda, M.Ked, Sp.PD, FINASIM
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Sirosis
Hepatis Tipe Dekompensata” yang diajukan sebagai persyaratan untuk mengikuti
kepaniteraan klinik senior Stase Ilmu Penyakit Dalam Program Studi Profesi Dokter
Universitas Abdurrab.
Penulis berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr.Inva Yolanda,
M.Ked, Sp.PD, FINASIM atas bimbingannya selama berlangsungnya pendidikan di
Stase Ilmu Penyakit Dalam sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan referat ini masih terdapat banyak
kekurangan serta jauh dari kesempurnaan akibat keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan penulis. Oleh karenanya, penulis memohon maaf atas segala kekurangan
serta diharapkan kritik dan saran yang membangun dalam rangka perbaikan penulisan
referat. Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak demi perkembangan
dan kemajuan ilmu pengetahuuan.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, mudah-mudahan referat ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi kami yang sedang menempuh
pendidikan.
Zafitri Asrul
ii
DAFTAR PUSTAKA
REFERAT .................................................................................................................... i
Sirosis Hepatis Tipe Dekompensata ........................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
I. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 2
2.1. DEFINISI SIROSIS HEPATIS ................................................................... 2
2.2. EPIDEMIOLOGI ......................................................................................... 2
2.3. ETIOLOGI SIROSIS HEPATIS ................................................................ 3
2.4. KLASIFIKASI SIROSIS HEPATIS .......................................................... 4
2.5. PATOGENESIS SIROSIS HEPATIS ........................................................ 6
2.6. DIAGNOSIS SIROSIS HEPATIS .............................................................. 9
2.7. KOMPLIKASI SIROSIS HEPATIS ........................................................ 13
2.8. PENATALAKSANAAN SIROSIS HEPATIS ......................................... 16
III. KESIMPULAN .............................................................................................. 19
IV. DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 21
iii
I. PENDAHULUAN
1
2
Hipertensi
Sindroma metabolik
Sindroma metabolik adalah kumpulan gejala dan kondisi medis yang
berhubungan dengan overweight dan obesitas yang mampu menyebabkan seseorang
terkena penyakit kardiovaskular dan DM tipe 2. Sindroma metabolic ditandai dengan
adanya 3 dari 5 kriteria medis yaitu lingkar pinggang yeng membesar, tingginya kadar
trigliserida dalam darah, kadar kolesterol abnormal, tingginya tekanan darah dan
tingginya glukosa darah.
4. Hepatotoksik akibat obat atau toksin.5,6
2.4. KLASIFIKASI SIROSIS HEPATIS
Berdasarkan morfologinya, sirosis hepatis dapat dibagi menjadi:
1. Mikronodular
Mikronodular sirosis ditandai dengan septa yang tebal dan regular, nodul
halus dan kecil merata diseluruh lobules.5
2. Makronodular
Makronodular sirosis ditandai dengan septa dan nodul dengan ukuran
berbeda.5
5
sirosis hati. Pada tingkat yang bersamaan nekrosis parenkim akan memacu proses
regenerasi sel-sel hati. Regenerasi yang timbul akan menyebabkan ganguan
pembentukan susunan jaringan ikat. Keadaan regenerasi dan fibrogenesis yang terus
berlanjut mengakibatkan perubahan pada vaskular dan kemampuan faal hati dan
akhirnya terjadi fibrosis hepatis.1,5
Patogenesis sirosis hepatis menurut penelitian memperlihatkan adanya
peranan sel stelata. Dalam keadaan normal sel stelata mempunyai peran dalam
keseimbangan pembentukan matriks ekstraseluler dan proses degradasi. Pembentukan
fibrosis menunjukkan perubahan proses keseimbangan. Jika terpapar faktor tertentu
yang berlangsung terus menerus seperti hepatitis virus, bahan hepatotoksik dll, maka
sel stelata akan membentuk sel kolagen. Jika proses ini berjalan terus makan fibrosis
akan terus terbentuk di dalam sel stelata, dan jaringan hati yang normal diganti oleh
jaringan ikat.1,5
Sirosis hepatis terjadi akibat adanya cidera kronik-reversibel pada parenkim
hati disertai timbulnya jaringan ikat difus (akibat adanya cidera fibrosis), pembentukan
nodul degeneratif ukuran mikronodul sampai makronodul. Hal ini sebagai akibat
adanya nekrosis hepatosit, kolapsnya jaringan penunjang retikulin, disertai dengan
deposit jaringan ikat, distorsi jaringan vascular berakibat pembentukan vascular intra
hepatic antara pembuluh darah hati aferen (vena porta dan arteri hepatica) dan eferen
(vena hepatika), dan regenerasi nodular parenkim hati sisanya. 27
Terjadinya fibrosis hati disebabkan adanya aktivasi dari sel stellate hati.
Aktivasi ini dipicu oleh faktor pelepasan yang dihasilkan hepatosit dan sel kupffer. Sel
stellate merupakan sel penghasil utama matrix ekstraselular (ECM) setelah terjadi
cedera pada hepar. Pembentukan ECM disebabkan adanya pembentuk jaringan mirip
fibroblast yang dihasilkan sel stellate dan dipengaruhi oleh beberapa sitokinnseperti
transforming growth factor β (TGF-β) dan tumor necrosis factors (TNF-α).27
Deposit ECM di space of Disse akan menyebabkan perubahan bentuk dan
memacu kapilarisasi sinusoid kemudian mengubah pertukaran normal aliran vena
porta dengan hepatosit, sehingga material yang seharusnya dimetabolisasi oleh
8
hepatosit akan langsung masuk ke aliran darah sistemik dan menghambat material
yang diproduksi hati masuk ke darah. Proses ini akan menimbulkan hipertensi portal
dan penurunan fungsi hepatoselular.27
4. Bilirubin
Konsentrasi bisa normal pada sirosis hati kompensata, tapi bisa meningkat
pada sirosis yang lanjut.
5. Albumin
Konsentrasinya menurun sesuai dengan perburukan sirosis karena sintesisnya
terjadi di jaringan hati.
6. Globulin
Konsentrasinya meningkat pada sirosis
7. Waktu protrombin mencerminkan derajat/peningkatan disfungsi sintesis hati,
sehingga pada sirosis memanjang.
8. Natrium
Natrium serum menurun terutama pada sirosis dengan asites, dikaitkan
dengan ketidakmampuan ekskresi air bebas.
9. Anemia
Anemia dengan trombositopenia, leukopenia, dan netropenia akibat
splenomegali kongestif berkaitan dengan hipertensi porta sehingga terjadi
hipersplenisme.1,6
Pemeriksaan radiologis barium meal dapat melihat varises untuk konfirmasi
adanya hipertensi porta. USG juga sudah secara rutin digunakan karena
pemeriksaannya yang non invasif dan mudah digunakan. Pemeriksaan hati yang bisa
dinilai dengan USG meliputi sudut hati, permukaan hati, ukuran, homogenitas,dan
adanya massa. Pada sirosis lanjut, hati mengecil dan nodular, permukaan irregular dan
ada peningkatan ekogenitas parenkim hati.1
Menurut Soebandiri dan Soedjono, kriteria sirosis yaitu bila ditemukan 5
dari 7 tanda seperti spider nevi, eritem palmaris, vena kolateral, asites,
splenomegali, inversi albumin:globulin dan hematemesis melena.
13
1. Hipertensi Porta
Pada keadaan normal, vena porta membawa darah dari abdomen, usus
halus, kandung empedu, dan pankreas ke hati. Pada sirosis, jaringan fibrotik
menghambat aliran darah sehingga meningkatkan tekanan vena porta. 11,12
Kondisi ini disebut hipertensi porta. Hipertensi porta dapat menyebabkan
komplikasi lainnya yakni:
Terjadi penumpukan cairan sehingga timbul edema dan asites
Varises esofagus
Splenomegali
2. Peritonitis Bakterial Spontan
Infeksi cairan asites oleh bakteri tanpa ada bukti infeksi sekunder intra
abdominal. Biasanya timbul tanpa gejala, namun dapat timbul demam dan
nyeri abdomen.
3. Ensefalopati Hepatikum
Ensepalopati hepatikum merupakan suatu kelainan neuropsikiatri yang
bersifat reversibel dan umumnya didapat pada pasien dengan sirosis hati
setelah mengeksklusi kelainan neurologis dan metabolik. Derajat keparahan
dari kelainan ini terdiri dari derajat 0 (subklinis) dengan fungsi kognitif yang
masih bagus sampai ke derajat 4 dimana pasien sudah jatuh ke keadaan
koma.
Patogenesis terjadinya ensefalopati hepatik diduga oleh karena adanya
gangguan metabolisme energi pada otak dan peningkatan permeabelitas
sawar darah otak. Peningkatan permeabelitas sawar darah otak ini akan
memudahkan masuknya neurotoxin ke dalam otak. Neurotoxin tersebut
diantaranya, asam lemak rantai pendek, mercaptans, neurotransmitter palsu
(tyramine, octopamine dan beta phenylethanolamine), amonia, dan gamma-
aminobutyric acid (GABA). Kelainan laboratoris pada pasien dengan
ensefalopati hepatik adalah berupa peningkatan kadar amonia serum.
15
4. Sindroma Hepatorenal
Sindrom hepatorenal merepresentasikan disfungsi dari ginjal yang
dapat diamati pada pasien yang mengalami sirosis dengan komplikasi ascites.
Sindrom ini diakibatkan oleh vasokonstriksi dari arteri renalis sehingga
menyebabkan menurunnya perfusi ginjal yang selanjutnya akan
menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus. Pada sindrom hepatorenal,
terjadi gangguan fungsi ginjal akut berupa oliguri, peningkatan ureum,
kreatinin tanpa adanya kelainan organik ginjal.
5. Asites pada Sirosis Hepatis
Penyebab asites yang paling banyak pada SH adalah HR disamping
adanya hipoalbuminemia (penurunan fungsi sintesis pada hati) dan disfungsi
ginjal yang akan meng-akibatkan akumulasi cairan dalam peritoneum. Asites
merupakan salah satu dari tiga komplikasi sirosis yang sangat sering terjadi,
komplikasi yang lain adalah hepatik ensefalopati dan perdarahan varises.
Asites merupakan komplikasi yang paling sering menyebabkan pasien sirosis
harus dirawat di rumah sakit, berhubungan dengan kualitas hidup yang jelek,
meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan gagal ginjal1.
Dua faktor utama yang berperan dalam pembentukan asites pada pasien
sirosis adalah retensi natrium dan air, serta hipertensi portal. Hipertensi
portal terjadi karena perubahan struktur hati pada sirosis dan meningkatnya
aliran darah ke splanknikus. Penumpukan kolagen yang progresif dan
terbentuknya nodul mengubah keadaan normal pembuluh darah hati dan
meningkatkan resistensi terhadap aliran portal. Sinusoid menjadi kurang
lentur karena terbentuknya kolagen didalam ruang disse, ini akan
menyebabkan tekanan pada sistem portal statik, studi terbaru menunjukkan
bahwa sel stellata hati aktif akan dapat mengatur secara dinamis sifat
sinusoid dan tekanan portal. Hipertensi portal meningkatkan tekanan
hidrostatik di dalam sinusoid hati dan menyebabkan transudasi cairan masuk
kedalam ruang peritoneum.
16
- Trimethoprim
sulfamethoxazole
Terapi ditujukan untuk mengatasi etiologi , diantaranya:
Etiologi alkohol dan bahan bahan yang toksik dan dapat mencederai hepar
(acetaminophen, kolkisin, dan obat TB) dapat dihentikan penggunaanya.
Pada penyakit hati non-alkoholik dapat dianjurkan untuk menurunkan berat
badannya.
Pada kasus sirosis hepatis, pasien disarankan untuk tirah baring. Pada fase
sub akut dan kronik, tirah baring diteruskan sementara perbaikan kondisi pasien tetap
dipertahankan. Apabila setelah 4 minggu tirah baring pasien dalam kondisi statis,
18
19
20
21
11. Wolf DC. 2012. Cirrhosis. http://emedicine.medscape.com/article/ 185856-
overview#showall
12. Guadalupe Garcia-Tsao. Prevention and Management of Gastroesophageal
Varices and Variceal Hemorrhage in Cirrhosis. Am J Gastroenterol. 2007.
102:2086–2102.
22