Anda di halaman 1dari 21

DVi

(Disaster victim identificatio


KELOMPOK 8
1. Candidat Dentistaner G B 20180710017
2. Thalia Violita 20180710021
3. Gresta Aulia Munandar 20180710024
4. M. Rizky Akmal P 20180710029
5. Gracecilia Wiyasa 20180710039
6. Amanda Amalia Putri 20180710043
7. Theresia Antonia T F M 20180710047
8. Alditto Tareq D 20180710059
9. Tirati M M S 20180710062
10. Sherly Millenia 20180710064
11. Claudia Jeivinda M 20180710068
12. Grace Caroline 20180710088
13. Nurul Aisyah F 20160710071
14. Shella Putri Y 20160710084
Apa itu DVI
(Disaster Victim
Identification)
Sebuah prosedur untuk ?
Secara Ilmiah yang dapat
mengidentifikasi korban
dipertanggungjawabkan .
mati akibat bencana
massal secara ilmiah yang Mengacu kepada standar
dapat dipertanggung- baku interpol
jawabkan dan mengacu
kepada standar baku
Interpol.
Secondary Indentifiers
yang terdiri dari :
Primary Identifiers yang terdiri dari Medical, Property dan
Fingerprints, Dental Records dan DNA Photography
TAHAP (FASE) PENANGANAN DIV

FASE 1 FASE 3 FASE 5


THE SCANE ANTE MORTEM DEBRIEFING

FASE 2 FASE 4
POSTMORTEM RECONCILIATION
FASE 1 – THE SCANE

Tahapan Tahapan
pengamanan evakuasi
TKP dan
transporta
si :
Fase 1 – Tahapan Pengamanan
TKP

1. Membuat sektor atau zona pada TKP tiap luar


area 5 x 5 m dan foto pada tiap sektor

2. Memberikan tanda pada setiap sektor

3. Mengamankan dan memberikan pertolongan


pada korban yang masih hidup

4. Mengamankan (dengan memasukan dalam


kantong-kantong plastik serta memberikan label)
korban mati atau potongan tubuh mayat
(orange) dan barang-barang korban yang
tercecer (putih) membuat sektor atau zona pada
TKP tiap luar area 5 x 5 m dan foto pada tiap
sektor
Fase 1 – Tahapan Evakuasi
dan transportasi
1.Mengangkut korban hidup yang telah
dilakukan pertolongan utama di TKP ke RS/pos
yang ditentukan

2. Mengangkut kantung-kantung jenazah dan


barang barang ke tempat pemeriksaan
Fase 2 - POSTMORTEM
1. Menerima kantong-kantong dari unit TKP
2. Registrasi ulang dan mengelompokkan
kiriman tersebut berdasarkan kantong:
mayat utuh, tidak utuh dan barang-barang
korban. Membuat foto pada mayat dan
barang-barang korban
3. Melakukan pemeriksaan dan mencatat ciri-
ciri korban sesuai dengan data pada Pink
Formulir yang tersedia
4. Mengirimkan data yang telah diperoleh ke
Unit Pembanding Data (reconsiliasi)
Fase 2 - POSTMORTEM
Pemeriksaan yang dilakukan, seperti:
1. Memeriksa dan mencatat sidik jari korban.
2. Memeriksa dan mencatat gigi-geligi korban.
3. Mengambil dan memeriksa DNA serta gol darah
(bila memungkinkan)
4. Memeriksa dan mencatat data identifikasi umum dan khusus
korban (jika perlu dengan bedah mayat/autopsi)
5. Pengambilan darah (golongan darah) atau mengambil
data- data ke unit pembanding data (jika memerlukan masukan
untuk tindakan selanjutnya sebagai data tambahan)

Data-data Post Mortem tubuh jenazah :


Didapat dari tubuh jenazah berdasarkan pemeriksaan dari
berbagai keahlian seperti dokter forensik, dokter umum,
dokter gigi forensik, sidik jari, fotografi, DNA dan lain-lain.
FASE 3 (ANTE MORTEM)
1. Mengumpulkan data-data korban semasa hidup dari keluarga/kenalan
korban. Data yang diminta mulai dari pakaian yang terakhir dikenakan,
ciri-ciri khusus (tanda lahir,tatoo,tahi lalat,bekas operasi, dll).
Data rekam medis dari dokter keluarga dan dokter gigi korban,
data sidik jari dari pihak berwenang (Kelurahan/Kepolisian),
Serta sidik DNA apabila keluarga memilikinya.
Apabila tidak ada data sidik DNA Korban maka dilakukan pengambilan
sampel darah dari keluarga korban.
2. Memasukkan data-data ante mortem yang ada (dilaporkan) ke dalam
Yellow Formulir yang tersedia berdasarkan standart interpol.
3. Mengelompokkan data-data Ante Mortem/berdasarkan jenis kelamin dan
batasan umur (misalnya anak-anak, remaja, dwasa, orang tua)
4. Mengirimkan data yang telah diperoleh ke Unit Pembanding
Data (reconsiliasi)
FASE 4 (RECONCILIATION)
Tahap ini dilakukan apabila terdapat kecocokan antara data ante mortem
dan post mortem dengan kriteria minimal 1 macam primary identifiers atau
2 macam secondary identifiers.
1. Mengkoordinasikan rapat penentuan identitas korban
(dari data yang diperoleh melalui unit TKP, unit data PostMortem dan
unit data AnteMortem)
2. Mengumpulkan data-data korban yang telah dikenal untuk dikirim ke
Tim Identifikasi.
3. Mengumpulkan data-data tambahan dari unit TKP, unit data
Post Mortem dan unit data Ante Mortem untuk korban yang masih
belum juga dapat dikenal.
FASE 5 DEBRIEFING
Proses ini dilakukan 3-6 bulan setelah proses identifikasi selesai.
Prosesnya seperti berikut :
1. Menevaluasi hasil kerja dari unit pembanding data, pelaksanaan proses
identifikasi korban bencana, baik sarana, prasarana, kinerja, dan prosedur.
2. Menyatakan hasil identifikasi korban (teridentifikasi atau tidak)
3. Membuat surat keterangan kematian untuk korban (mati) yang sudah
teridentifikasi dengan surat- surat lain yang diperlukan
4. Menerima keluarga korban untuk serah terima korban dan barang-barang
korban
5. Publikasi yang benar dan terarah (team identifikasi) kepada masyarakat
agar mendapat informasi yang terbaru dan akurat.
Perawatan dan penyerahan
jenazah
Perbaikan/rekonstruksi tubuh jenazah
Perawatan dan pengawetan jenazah sesuai dengan agama korban
Memasukkan jenazah dalam peti
Serah terima jenazah dicatat secara resmi meliputi: data registrasi jenazah,
data mengenai jenazah
diserahkan pada siapa, alamat,
hubungan dengan korban, atau jenazah akan dimakamkan di mana.
Catatan:- Jenazah yang tidak teridentifikasi untuk tenggang waktu yang telah
ditentukan akan diserahkan langsung kepada kepolisian disaksikan
pemerintah setempat untuk dapat dimakamkan secara massal,
setelah dilakukan perawatan jenazah sebagaimana mestinya.
Daftar Pustaka
• Prawestiningtyas E, Algozi AM. 2009. "Forensic Identification
Based on Both Primary and Secondary Examination Priority in Victim
Identifiers on Two Different Mass Disaster Cases; Identifikasi Forensi
Berdasarkan Pemeriksaan Primer dan Sekunder Sebagai Penentu Ide
Korban pada Dua Kasus Bencana Massal". Jurnal Kedokteran Brawija
• Putra, Surya.2010.Management of Deceased in Disaster
(Penatalaksanaan Korban Mato Karena Bencana). Surabaya
• Ritonga, Mistar. 2019.Makalah DVI (Disaster Victim Identification)
"Tatalaksana Pemeriksaan Medis dan Identifikasi pada Penanganan
Korban Bencana/Kecelakaan Massal". Departemen Kedokteran Keha
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai