Oleh:
K1A1 13 031
Pembimbing:
RS BHAYANGKARA KENDARI
KENDARI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Pada prinsipnya untuk fase tindakan awal yang dilakukan di situs bencana,
ada tiga langkah utama. Langkah pertama adalah to secure atau untuk
mengamankan, langkah kedua adalah to collect atau untuk mengumpulkan dan
langkah ketiga adalah documentation atau pelabelan.
Pada langkah to secure organisasi yang memimpin komando DVI harus
mengambil langkah untuk mengamankan TKP agar TKP tidak menjadi rusak.
Langkah – langkah tersebut antara lain adalah :
1) Memblokir pandangan situs bencana untuk orang yang tidak berkepentingan
(penonton yang penasaran, wakil – wakil pers, dll), misalnya dengan
memasang police line.
2) Menandai gerbang untuk masuk ke lokasi bencana.
3) Menyediakan jalur akses yang terlihat dan mudah bagi yang berkepentingan.
4) Menyediakan petugas yang bertanggung jawab untuk mengontrol siapa saja
yang memiliki akses untuk masuk ke lokasi bencana.
5) Periksa semua individu yang hadir di lokasi untuk menentukan tujuan
kehaditan dan otorisasi.
6) Data terkait harus dicatat dan orang yang tidak berwenang harus
meninggalkan area bencana
d. Fase IV – Rekonsiliasi
Pada fase ini dilakukan pembandingan data post mortem dengan data
ante mortem. Ahli forensik dan profesional lain yang terkait dalam proses
identifikasi menentukan apakah temuan post mortem pada jenazah sesuai
dengan data ante mortem milik korban yang dicurigai sebagai jenazah. Apabila
data yang dibandingkan terbukti cocok maka dikatakan identifikasi positif atau
telah tegak. Apabila data yang dibandingkan ternyata tidak cocok maka
identifikasi dianggap negatif dan data post mortem jenazah tetap disimpan
sampai ditemukan data ante mortem yang sesuai dengan temuan post mortem
jenazah.
e. Fase V – Debriefing
Korban yang telah diidentifikasi direkonstruksi hingga didapatkan
kondisi kosmetik terbaik kemudian dikembalikan pada keluarganya untuk
dimakamkan. Apabila korban tidak teridentifikasi maka data post mortem
jenazah tetap disimpan sampai ditemukan data ante mortem yang sesuai
dengan temuan post mortem jenazah, dan pemakaman jenazah menjadi
tanggung jawab organisasi yang memimpin komando DVI. Sertifikasi jenazah
dan kepentingan mediko-legal serta administrative untuk penguburan menjadi
tanggung jawab pihak yang menguburkan jenazah.
- Kulit dipasang kembali pada jari mayat atau dimasukkan dalam jari
terugas sehingga pengambilan dapat dilakukan.
- Jika kulit jari sudah terlepas sama sekali:
a. Kulit ari diolesi tinta
b. Kulit jari yang bertinta tersebut dijepit diantara 2 (dua) lembar
kaca kemudian di potret/direproduksi.
c. Tempelkan potret sidik jari tersebut pada formulir AK-23 sesuai
kolomnya dan rumuslah sidik jari mayat tersebut.
Setelah dilakukan pengambilan sidik jari, maka dilakukan
perbandingan antara sidik jari yang dicurigai dan sidik jari yang diketahui
dengan melihat pola sidik jari dan galton detail yang ada. Galton detail atau
karakteristik adalah garis-garis papiler yang terdapat pada tapak jari, telapak
tangan dan telapa kaki yang bentuknya berupa garis membelah, garis pendek,
garis berhenti,pulau, jembatan, taji dan titik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
1. Dikshit Pc. Forensic Medicine And Toxicology. New Delhi:
Peepeepublishersand Distributors Ltd:2014.