KELOMPOK 4
1. Clintha Desi Caroline
2. Dasinem
3. Ayu Centya Elita
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang keperawatan bencana.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang keperawatan bencana ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan tentang DVI (Disaster Victim Identification)
2. Mendeskripsikan pengertian Postmortem dan Antimortem
3. Menjabarkan fase-fase Postmortem dan Antemortem
C. TUJUAN
1. Memahami tentang DVI (Disaster Victim Identification)
2. Memahami pengertian Postmortem dan Antimortem
3. Memahami fase-fase Postmortem dan Antemortem
BAB II
PEMBAHASAN
Tahap DVIProses DVI tersebut mempunyai lima fase, dimana setiap fasenya
mempunyaiketerkaitan satu dengan yang lainnya. Fase-fase tersebut yaitu :
a. Fase I– TKP (The Scene)
Merupakan tindakan awal yang dilakukan di tempat kejadian
peristiwa(TKP) bencana.Ketika suatu bencana terjadi, prioritas yang
paling utamaadalah untuk mengetahui seberapa luas jangkauan
bencana.Sebuahorganisasi resmi harus mengasumsikan komando
operasi secarakeseluruhan untuk memastikan koordinasi personil dan
sumber dayamaterial yang efektif dalam penanganan bencana.Dalam
kebanyakankasus, polisi memikul tanggung jawab komando untuk
operasi secarakeseluruhan. Sebuah tim pendahulu (kepala tim DVI,
ahli patologiforensik dan petugas polisi) harus sedini mungkin dikirim
ke TKP untuk mengevaluasi situasi berikut :
Keluasan TKP : pemetaan jangkauan bencana dan
pemberiankoordinat untuk area bencana
Perkiraan jumlah korban
Keadaan mayat
Evaluasi durasi yang dibutuhkan untuk melakukan DVI5
Institusi medikolegal yang mampu merespon dan membantu
proses DVI6
Metode untuk menangani mayat
Transportasi mayat
Penyimpanan mayat
Kerusakan properti yang terjadi
Pada prinsipnya untuk fase tindakan awal yang dilakukan di situs bencana,ada
tiga langkah utama.Langkah pertama adalah to secure atau untukmengamankan,
langkah kedua adalah to collect atau untuk mengumpulkan danlangkah ketiga
adalah documentation atau pelabelan.Pada langkah to secure organisasi yang
memimpin komando DVI harusmengambil langkah untuk mengamankan TKP agar
TKP tidak menjadi rusak.
Data – data hasil pemeriksaan tersebut kemudian digolongkan kedalam data primer
dan data sekunder sebagai berikut :
d. Fase V– Debriefing
Korban yang telah diidentifikasi direkonstruksi hingga didapatkankondisi
kosmetik terbaik kemudian dikembalikan pada keluarganya
untukdimakamkan. Apabila korban tidak teridentifikasi maka data post
mortem jenazah tetap disimpan sampai ditemukan data ante mortem yang
sesuaidengan temuan post mortem jenazah, dan pemakaman jenazah
menjaditanggung jawab organisasi yang memimpin komando DVI. Sertifikasi
jenazah dan kepentingan mediko-legal serta administrative untuk
penguburan menjadi tanggung jawab pihak yang menguburkan jenazah.
D. Metodologi Identifikasi
Metode identifikasi forensik dibagi menjadi metode identifikasi primer
dansekunder.Identifikasi primer (DNA, sidik jari dan odontologi) adalah
metodeidentifikasi ilmiah yang mampu bertahan secara global dan telah
terbukti sebagaimetode identifikasi yang efektif.DNA dan sidik jari seringkali
tidak dapatdigunakan apabila telah terjadi kerusakan berat dan meluas
terhadap jaringan lunak korban seperti pada kasus terbakar, skeletonisasi
dan dekomposisi.Jaringan pada tubuh yang kerasseperti gigi sangat
dibutuhkan terkait kendala tersebut.Jaringan gigi dilapisi oleh materi
anorganik kristal hidroksiapatitsehingga resisten terhadap beragam jenis
pengaruh eksternal, iritasi mekanik,termal dan kimia.Untuk metode ilmiah
biasa disebut dengan identifikasi primer yaitu :
1) Pemeriksaan DNA
2) Pemeriksaan Odontologi
Gigi merupakan suatu cara identifikasi yang dapat
dipercaya,khususnya bila rekam dan foto gigi pada waktu masih
hidup yang pernahdibuat masih tersimpan dengan baik.
Pemeriksaan gigi ini menjadi amat penting apabila mayat sudah
membusuk atau rusak.Adapun dalam melaksanakan identifikasi
manusia melalui gigi, kitadapatkan 2 kemungkinan:
1. Memperoleh informasi melalui data gigi dan mulut
untukmembatasi atau menyempitkan identifikasi.
Informasi ini dapatdiperoleh antara lain mengenai:
a) Umur
b) Jenis kelamin
c) Ras
d) Golongan darah
e) Bentuk wajah DNA
Mencari ciri-ciri yang merupakan tanda khusus pada korbantersebutDi sini dicatat
ciri-ciri yang diharapkan dapat menentukanidentifikasi secara lebih akurat dari pada
sekedar mencariinformasi tentang umur atau jenis kelamin. Ciri-ciridemikianantara
lain:misalnya adanya gigi yang dibungkus logam,gigi yangompong atau patah,
lubang pada bagian depanbiasanya dapat lebihmudah dikenali oleh kenalan atau
teman dekat ataukeluargakorban. Disamping ciri-ciri di atas, juga dapat
dilakukanpencocokan antara tengkorak korban dengan fotokorban semasahidupnya.
Metode yang digunakan dikenal sebagaiSuperimposedTechnique yaitu untuk
membandingkan antaratengkorak korban dengan foto semasa hidupnya.
A. Kesimpulan