Anda di halaman 1dari 30

PERAWATAN LUKA POST

SECTIO CAESARIA
OLEH:

Ryananda Wicaksana G99172147 Annisa Julia Nahuway G99172003


Anthony Wirawan Saputra G99172041 Danar Andrian Nugroho G99172006
Hastika Dwi Oktaningrum G99172085 Nadya rahma Indarti G99182002
Tia Putri Widayati G99172157 Umu Fadhilah Isnaini G99181063
Mochamad Rizal H P G99172115 Rizka Hendriyani G99172144
Ahmad yasin G99182003 Muthia Azzira Palupi G99172118
Dinannisya Fajri Safiratmaja G991903015 Fandy Winasis G991903016
Erlyn Tusara Putri Harjanti G991903014 Felina Joza Savitri G991903017
Fabianus Anugrah Pratama G991903015 Fita Nafisa G991903018
Benedictus Aldo Nova P G991905013 Cholisa Fidduha G991905016
Bunga Fatimah G991905015 Cicilia Viany Evajelista G991905017
Cha Jin Hee G991905015 Dadang Novianto G991905018

PEMBIMBING:
Abdurrahman Laqif, dr., Sp.OG(K)
Sectio Caesaria

Sectio Caesaria secara umum adalah operasi


yang dilakukan untuk mengeluarkan janin dan
plasenta dengan membuka dinding perut dan
uterus (Wiknjosastro, 2005).
Luka Sectio Caesaria

gangguan dalam kontinuitas sel akibat dari


pembedahan yang dilakukan untuk
mengeluarkan janin dan plasenta, dengan
membuka dinding perut dengan indikasi tertentu.
Klasifikasi Jenis Luka

 Luka Sectio Caesarea dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu:

Sectio Caesarea Transperitonealis Profunda

Sectio Caesarea Klasik atau Sectio


Caesarea Corporal

Sectio Caesarea Ekstraperitoneal


Sectio Caesarea • dilakukan dengan insisi di segmen bawah
Transperitonealis Profunda uterus

• Teknik yang digunakan disini adalah insisi


Sectio Caesarea Klasik
pada bagian tengah korpus uteri sepanjang
atau Sectio Caesarea
10-12 cm dengan ujung bawah di atas
Corporal
batas plika veiko uterine

• Sectio Caesarea ini dilakukan untuk


Sectio Caesarea mengurangi bahaya infeksi puerperal, akan
Ekstraperitoneal tetapi dengan pengobatan baik terhadap
infeksi, pembedahan section caesari ini
sekarang tidak banyak dilakukan
Penyulit yang Biasa Terjadi pada Tindakan
Operasi Sectio Caesarea

 Infeksi puerperalis
Infeksi puerperalis adalah semua peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu
persalinan dan nifas.
 Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteri
uterina ikut terbuka.
 Komplikasi-komplikasi lain, seperti luka kandung kemih, embolisme
paru, komplikasi ini jarang terjadi.
 Suatu komplikasi baru yang tampak kemudian, ialah kurang kuatnya
parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya
terjadi rupture uteri.
Komplikasi Luka

 Hematoma
Perdarahan (hemoragi) pada interval yang sering selama 24 jam
setelah pembedahan. Hemoragi ini biasanya berhenti secara spontan
tetapi mengakibatkan pembentukan bekuan didalam luka. Jika
bekuan kecil, maka akan terserap dan tidak harus ditangani. Ketika
lukanya besar dan luka biasanya menonjol dan penyembuhan akan
terhambat kecuali bekuan ini dibuang. Proses penyembuhan biasanya
dengan granulasi atau penutupan sekunder.
 Infeksi
Stapihylococcuss Aureus menyebabkan banyak infeksi luka pasca
operatif. Infeksi lainnya dapat terjadi akibat escherichia coli, proteus
vulgaris. Bila terjadi proses inflamatori, hal ini biasanya menyebabkan
gejala dalam 36 sampai 48 jam.
Komplikasi Luka

Dehiscene dan Eviserasi


Dehicence adalah gangguan insisi atau luka bedah
dan eviserasi adalah penonjolan isi luka. Komplikasi ini
sering terjadi pada jahitan yang lepas, infeksi dan yang
lebih sering lagi karena batuk keras dan mengejan.
Proses Penyembuhan Luka
Fase Inflamasi (durasi 0-5 hari)

 Pembuluh darah yang luka akan mengalami fase konstriksi dan


retraksi diikuti dengan reaksi hemostasis karena adanya agregasi
trombosit bersamaan dengan jala fibrin (proses pembekuan
darah).
 Komponen hemostasis ini melepaskan dan mengaktifkan sitokin
yang terdiri dari Epidermal Growth Factor (EGF), Insulin-like
Growth Factor (IGF), Platelet-Derived Growth Factor (PDGF), dan
Transforming Growth Factor beta (TGF-β) yang berperan dalam
terjadinya kemotaksis netrofil, makrofag, sel mast, sel endotelial,
dan fibroblas.
 Terjadinya akumulasi PMN dan vasodilatasi pembuluh darah
sekeliling yang masih utuh serta meningkatnya penyediaan
darah ke daerah tersebut, sehingga luka tampak merah dan
teraba hangat.
 Permeabilitas kapiler darah meningkat dan cairan yang kaya
akan protein mengalir ke interstitial menyebabkan oedema lokal.
Fase Proliferasi / Epitelisasi / Fibroplasi
(durasi 5-24 hari)
 Fibroblas memperbanyak diri dan membentuk jaring-jaring
untuk sel-sel yang bermigrasi.
 Fibroblas melakukan sintesis kolagen dan
mukopolisakarida, menyebabkan adanya kekuatan untuk
bertautnya tepi luka. Kemudian dimulai proses granulasi,
kontraksi luka, dan epitelisasi.
Fase Maturasi / Remodelling (durasi 24-
365 hari)

 Sel epitel pada pinggir luka dan sisa-sisa folikel


membelah dan mulai bermigrasi di atas jaringan
granulasi baru.
 Akhir dari penyembuhan ini didapatkan jaringan
parut yang matang dengan kekuatan 80% dari
kulit normal.
TIPE PENYEMBUHAN LUKA
 Mekanisme penyembuhan luka akan melalui beberapa intensi penyembuhan (Morison, 2008), yaitu:

Penyembuhan Luka melalui Intensi Pertama (Primary Intention)

Luka terjadi dengan adanya kerusakan jaringan yang minimum yang dibuat secara aseptik, sehingga
penutupan terjadi dengan baik dan jaringan granulasi tidak tampak serta jaringan parut terbentuk minimal.

Penyembuhan Luka melalui Intensi Kedua (Granulasi)

Terjadi pada luka yang terdapat pembentukan pus atau tepi luka yang tidak saling merapat sehingga proses
penyembuhannya membutuhkan waktu yang lama.

Penyembuhan Luka melalui Intensi Ketiga (Secondary Suture)

Terjadi pada luka dalam yang belum dijahit atau terlepas sehingga kemudian dijahit kembali. Luka dalam
ini mempunyai dua permukaan granulasi yang saling berlawanan kemudian akan disambungkan kembali
sehingga akan membentuk jaringan parut yang lebih dalam dan luas.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
PENYEMBUHAN LUKA
 Usia
Usia yang lebih tua: penyembuhan luka lebih lambat namun
kualitas tetap baik
 Status Gizi
Gizi berlebih atau obesitas: penyembuhan luka lebih lambat
Diet TKTP: protein membantu penyembuhan luka
 Anemia
Anemia: sirkulasi oksigen dan protein terganggu sehingga proses
penyembuhan luka terganggu
 Diabetes Mellitus
DM: hipoksia, disfungsi fibroblas, gangguan angiogenesis dan
neovaskularisasi, ROS, AGE, neuropati sehingga penyembuhan luka
terganggu
 Infeksi
Infeksi: peningkatan sitokin pro inflamasi sehingga menghambat
penyembuhan luka, bahkan dapat memberat
 Steroid Glukokortikoid
Sistemik: menghambat penyembuhan luka
Topikal: membantu penyembuhan luka
 NSAID
NSAID: penurunan fibroblas, epitelisasi melambat, gangguan angiogenesis
 Stres
Stres melalui HPA axis, sistem saraf simpatis: hormon adrenal dan pituitary
 Mobilisasi Dini
Mobilisasi dini menyebabkan peredaran darah lebih
lancar, oksigenasi lebih baik, membantu penyembuhan
luka
 Personal Hygiene
Teknik pre-op
Pre-op Sectio Caesarea

Fase Praoperatif dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat


dan berakhir ketika pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup aktivitas
keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan
pengkajian dasar pasien ditatanan klinik atau di rumah , menjalani
wawancara pra operatif, dan menyiapkan pasien untuk anestesi yang
diberikan dalam pembedahan.
Persiapan Fisik Pre-op Sectio caesaria

1. Status Kesehatan fisik Secara Umum


2. Status Nutrisi
3. Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit
4. Kebersihan Lambung Dan Kolon
5. Pencukuran daerah operasi
6. Personal Hygiene
7. Pengosongan kandung kemih
Persiapan Penunjang Pre-Op Sectio
Caesarea

1. Pemeriksaan Radiologi dan Diagnostik, seperti : foto


thoraks, abdomen, foto tulang, USG , CT scan, MRI, dll
2. Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksaan darah
3. Biopsi
4. Pemeriksaan Kadar Gula Darah
5. Inform consent
6. Latihan pra operasi
Latihan pra operasi
 Latihan napas dalam.
 Latihan batuk efektif
 Latihan gerak sendi.
Persiapan Mental atau Psikis Pre-op
Sectio Ceasarea
Respon psikologis secara umum berhubungan dengan
adanya ketakutan-ketakutan terhadap anestesi, diagnosis
yang belum pasti, keganasan, nyeri, cerita yang mengerikan
dari orang lain dan sebagainya. Itu adalah gambaran atau
fakta tentang kecemasan pre operasi. Pasien yang akan
menjalani pembedahan sangat membutuhkan informasi
yang berhubungan dengan prosedur tindakan yang akan
dilakukan terhadap dirinya.
Perawatan Luka Post C-Section

 Lepaskan dressing 24 jam pasca operasi untuk mencegah infeksi


 Inspeksi setiap hari ada atau tidaknya tanda-tanda infeksi, pemisahan,
atau terbukanya kembali luka
 Luka dibersihkan dan dikeringkan setiap hari.
 Hari ketiga post partum, pasien sudah diperbolehkan untuk mandi
 Hari keempat pasca operasi, lepas jahitan dan klip.
 Pada pasien dengan obesitas, dapat dilakukan 7 sampai 10 hari setelah
operasi untuk mencegah luka terbuka kembali.
Komplikasi Luka pada Sectio Caesarea

1. Infeksi

Infeksi pasca operasi berhubungan dengan mortalitas dan morbiditas, serta


menjadi salah satu faktor lamanya perawatan di rumah sakit.

Patogen: Streptococcus grup A atau β hemolitikus, Staphylococcus epidermidis,


Enterococcus facialis, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Proteus
mirabilis.

Perlu dicurigai terjadi sepsis apabila terdapat tanda-tanda syok seperti


peningkatan suhu, takikardi, takipneu
Komplikasi Luka pada Sectio Caesarea
2. Hematoma

Kondisi ini dapat terjadi saat dinding pembuluh darah arteri, vena, atau kapiler mengalami
kerusakan sehingga darah keluar menuju jaringan yang bukan tempatnya

3. Dehisensi

Dehisensi luka adalah terbukanya kembali luka operasi yang telah dijahit secara primer.
Dehisensi terutama terjadi pada wanita dengan diabetes, obesitas, insisi vertikal, dan
riwayat disrupsi luka sebelumnya. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi,
sehingga diperlukan operasi ulang untuk menutup luka

4. Necrotizing fasciitis

Infeksi yang jarang tetapi serius yang menyebabkan morbiditas yang signifikan ditandai
dengan nekrosis yang cepat dan progresif dari jaringan subkutan dan fasia. Fasciitis
nekrotikans ditandai nyeri hebat, krepitus, indurasi keras pada jaringan subkutan, lesi
bulosa, nekrosis atau ekimosis kulit, dan peningkatan kadar kreatin kinase serum.
Komplikasi Luka pada Sectio Caesarea

5. Keloid
Keloid adalah bekas luka yang tebal, meninggi, dan melebihi batas lesi awal. Keloid
dapat terbentuk pada ibu pasca sectio caesarea. Keloid juga dapat menjadi faktor
komorbid apabila seorang perempuan akan melakukan sectio caesarea berulang.
DAFTAR PUSTAKA

 Damayanti IP (2014). Faktor-faktor yang Berhubungandengan


Penyembuhan Luka Post Sectio Caesaria di RSUD Arifin Achmad Provinsi
Riau Tahun 2013. Jurnal Kesehatan Komunitas, 2(5): 207-210.
 Guo S dan DiPietro LA (2010). Factors Affecting Wound Healing. J Dent Res,
69(3): 219-229.
 Puspitasari HA, Ummah BA, Sumarsih T (2011). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Penyembuhan Luka Post Operasi Sectio Caesaria (SC).
Jurna lIlmiah Kesehatan Keperawatan, 7(1): 50-58.
 Sihotang HM dan Yulianti H (2018). Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Proses Penyembuhan Luka Post Sectio Caesaria. Jurnal Care, 6(2): 175-183.

Anda mungkin juga menyukai