Anda di halaman 1dari 29

SCHOOL NAME

D AT E
NAMA ANGGOTA
Adelia Falentina Alfandy Costario
Anis Setiawati S. Dea Fitri M.
Friendky Grace Nazavira
Indah Tri K. Jhonatan Mei D.
Karina Ayu S. Lailatul Udhiyah
Lia Oktaria Maulana Akbar
Nindi Theresia Nurul Hidayah
Ribka Westinia Rike Agustika B.
Risha Risna D. Tuti Hariati
PEGERTIAN POST PARTUM
• Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu.
• Masa nifas atau masa purpenium adalah masa setelah partus selesai dan
berakhir setelah kira-kira 6-8 minggu (Manjoer, A dkk, 2001).
• Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadijono, 2008:356).
• Jadi dapat disimpulkan bahwa masa nifas atau post partum adalah masa setelah
kelahiran bayi pervagina dan berakhir setelah alat-alat kandungan kembali
seperti semula tanpa adanya komplikasi.
KLASFIKASI

Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu

• Post partum dini


• Post partum intermedial
• Post partum terlambat
ETIOLOGI
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum
diketahui secara pasti atau jelas terdapat beberapa teori antara
lain (Rustma Muchtar, 1998) :
• Penurunan kadar progesterone.
• Peningkatan kadar oxytocin
• Keregangan otot-otot
• Pengaruh janin
• Teori prostaglandin
.
PATOFISOLOGI
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna
akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat
genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-
perubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama.

Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-pembuluh darah yang ada
antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah
plasenta lahir.
MANIFESTASI KLINIK
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki
“bulannya atau minggunya atau harinya” yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of
labor) ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :

• Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama
pada primigravida pada multipara tidak begitu kentara.
• Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
• Perasaan sering atau susah kencing (potakisurla) karena kandung kemih tertekan oleh bagian
terbawa janin.
• Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah dari uterus, kadang disebut
“false labor pains”.
• Serviks menjadi lembek, mulai melebar dan sekresinya bertambah dan bisa bercampur darah
(bloody shoe).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo, 2008:
• Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya
• Keadaan umum: TTV, selera makan dll
• Payudara: air susu, putting
• Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
• Sekres yang keluar atau lochea
• Keadaan alat kandungan
• Pemeriksaan penunjang post partum menurut Manjoer arif dkk, 2001
• Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum
• Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.
PENATALAKSANAAN
– Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
– 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan
kiri
– Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar
dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas,
pemberian informasi tentang senam nifas.
– Hari ke-2 : mulai latihan duduk
– Hari ke-3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
Nyeri (akut)/ ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis,
edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
• Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan rasa nyeri teratasi
• Kriteria hasil : Mengidentifikasi dan mengunakan intervensi untuk
mengatasi ketidaknyamanan dengan tepat, mengungkapkan
berkurangnya ketidaknyamanan.
PENGKAJIAN
a. Aktivitas atau istirahat – Insomnia mungkin teramati.
b. Sirkulasi – Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
c. Integritas ego – Peka rangsang, takut/menangis (“postpartum
blues”sering terlihat kira-kira 3 hari setelah melahirkan).
d. Eliminasi – Diuresis diantara hari kedua dan kelima
e. Makanan/cairan – Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-
kira hari ketiga
f. Nyeri/ketidaknyamanan – Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat
terjadi diantara hari 3 sampai ke-5 pascapartum.
g. Seksualitas
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien postpartum menurut
Marilyn doengoes, 2001 yaitu :
• Nyeri (akut)/ ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis,
edema/ pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
• Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan
tubuh.
• Menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman
sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur karakteristik
fisik payudara ibu.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
• Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan biokimia, fungsi
regulator (misal hipotensi ortostatik, terjadinya HKK atau eklamsia);
efek anestesia; tromboembolisme; profil darah abnormal (anemia,
sensivitas rubella,inkompabilitas Rh).
• Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
dan/atau kerusakan kulit, penurunan Hb prosedur invasive dan /atau
peningkatan peningkatan lingkungan, rupture ketuban lama, mal
nutrisi.
INTERVENSI
Nyeri (akut)/ ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis,
edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan rasa nyeri teratasi
Kriteria hasil : Mengidentifikasi dan mengunakan intervensi untuk mengatasi
ketidaknyamanan dengan tepat, mengungkapkan berkurangnya ketidaknyamanan.
Intervensi :
Mandiri :
• Tentukan adanya lokasi, dan sifat ketidaknyamanan. Tinjau ulang persalinan dan
catatan kelahiran.
• Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomy. Perhatikan edema, ekimosis, nyeri
tekan local, eksudat purulen, atau kehilangan perlekatan jaringan.
INTERVENSI
• Berikan kompres es pada perineum, khusus nya selama 24 jam
pertama setelah kelahiran.
• Berikan kompres panas lembab (misal rendam duduk/bak mandi)
diantara 100o dan 105o F (38o sampai 43,2o C) selam 20 menit, 3-
4 kali sehari, setelah 24 jam 1.
• Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan
episiotomy.
INTERVENSI
Menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia
gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur karakteristik fisik payudara ibu.
Tujuan : setelah dilakukan demostrasi tentang perawatan payudara diharapkan
tingkat pengetahuan ibu bertambah.
Kriteria hasil : mengungkapkan pemahaman tentang proses menyusui,
mendemonstrasikan tehnik efektif dari menyusui, menunjukan kepuasan regimen
menyusui satu sama lain, dengan bayi dipuaskan setelah menyusui.
Intervensi :
Mandiri :
• Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui sebelumnya.
• Tentukan system pendukung yang tersedia pada klien, dan sikap
pasangan/keluarga.
INTERVENSI
• Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenai fisiologis dan
keuntungan menyusui, perawatan putting dan payudara, kenutuhan
diet khusus, dan factor – factor yang memudahkan atau mengganggu
keberhasilan menyusui.
• Demostrasikan dan tinjauan ulang tehnik – tehnik menyusui.
Perhatikan posisi bayi selama menyusui dan lama menyusui.
• Kaji putting klien; anjurkan klien melihat putting setiap habis
menyusui.
• Anjurkan klien untuk mengeringkan putting dengan udara selama 20
– 30 menit setelah menyusui.
INTERVENSI
Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan
kelemahan fisik.
Tujuan : Pemenuhan ADL terpenuhi.
Kriteria hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhannya (mandi, makan,
dan minum).
Intervensi :
• Kaji tingkat kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
• Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
• Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.
• Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhannya.
INTERVENSI
Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan biokimia, fungsi regulator (
misal hipotensi ortostatik, terjadinya HKK atau eklamsia); efek anestesia;
tromboembolisme; profil darah abnormal (anemia, sensivitas rubella,
inkompabilitas Rh).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko cidera
teratasi.
Kriteria hasil : mendemonstrasikan perilaku untuk menurunkan factor – factor
risiko/melindungi diri dan bebas dari komplikasi.
Intervensi :
Mandiri :
• Tinjau ulang kadar hemoglobin (Hb) darah dan kehilangan darah pada waktu
melahirkan. Catat tanda – tanda anemia.
INTERVENSI
• Anjurkan ambulasi dan latihan dini kecuali pada klien yang
mendapatkan anesthesia subaraknoid, yang mungkin yetap berbaring
selama 6 – 8 jam, tanpa penggunaan bantal atau meninggikan kepala.
Bantu klien dengan ambulasi awal. Berikan supervise yang adekuat
pada mandi shower atau rendam duduk. Berikan bel pemanggil
dalam jangkauan klien.
• Berikan klien terhadap hiperrefleksia, nyeri kuadran kanan atas
(KKaA , sakit kepala, atau gangguan penglihatan.
• Catat efek – efek magnesium sulfat (MgSO4), bila diberikan, kaji
respon patella dan pantau status pernapasan.
• Inspeksi ekstremitas bawah terhadap tanda – tanda tromboflebitis,
perhatikan ada atau tidaknya tanda human.
INTERVENSI
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau
kerusakan kulit, penurunan Hb prosedur invasive dan /atau peningkatan
peningkatan lingkungan, rupture ketuban lama, mal nutrisi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : mendemonstrasikan tehnik – tehnik untuk menurunkan
risiko/meningkatkan penyembuhan, menunjukan luka yang bebas dari drainase
purulen dan bebas dari infeksi, tidak febris, dan mempunyai aliran lokhial dan
karakter normal.
Intervensi :
Mandiri :
• Kaji catatan prenatal dan intrapartal, perhatikan frekuensi pemeriksaan vagina
dan komplikasi seperti ketuban pecah dini (KPD), persalinan lama, laserasi,
hemoragi, dan tertahannya plasenta.
INTERVENSI
• Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi ; catat tanda-
tanda menggigil, anoreksia atau malaise.
• Kaji lokasi dan kontraktilitis uterus ; perhatikan perubahan
involusional atau adanya nyeri tekan uterus ekstrem.Catat jumlah
dan bau rabas lokhial atau perubahan pada kemajuan normal dari
rubra menjadi serosa.
• Evaluasi kondisi putting, perhatikan adanya pecah-pecah, kemerahan
atau nyeri tekan. Anjurkan pemeriksaan rutin payudara. Tinjau
perawatan yang tepat dan tehnik pemberian makan bayi. (rujuk pada
DK : Nyeri (akut)/ketidaknyamanan).
INTERVENSI
• Inspeksi sisi perbaikan episiotomy setiap 8 jam. Perhatikan
nyeri tekan berlebihan, kemerahan, eksudat purulen, edema,
sekatan pada garis sutura (kehilangan perlekatan), atau
adanya laserasi.
• Perhatikan frekuensi/jumlah berkemih.
• Kaji terhadap tanda-tanda infeksi saluran kemih (ISK) atau
sisitis (mis : peningkatan frekiensi, doronganatau disuria).
Catat warna dan tampilan urin, hematuria yang terlihat, dan
adanya nyeri suprapubis.
IMPLEMENTASI
• Mengkaji ulang klien – Fase pengkajian ulang terhadap
komponen implementasi memberikan mekanisme bagi
perawat untuk menentukan apakah tindakan keperawatan
yang diusulkan masih sesuai.
IMPLEMENTASI
Menelaah dan modifikasi rencana asuhan keperawatan yang ada,
Modifikasi rencana asuhanyang telah ada mencakup beberapa langkah.
Pertama, data dalam kolom pengkajian direvisi sehingga
mencerminkan status kesehatan terbaru klien. Kedua, diagnose
keperawatan direvisi. Diagnose keperawatan yang tidak relevan
dihapuskan, dan diagnose keperawatan yang terbaru ditambah dan
diberi tanggal. Ketiga, metoda implementasi spesifik direvisi untuk
menghubungan dengan diagnose keperawatan yang baru dan tujuan
klien yang baru.
IMPLEMENTASI
• Mengidentifikasi bidang bantuan – Situasi yang
membutuhkan tambahan tenaga beragam. Sebagai contoh,
perawat yang ditugaskan unutk merawat klien imobilisasi
mungkin membutuhkan tambahan tenaga untuk membantu
membalik, memindahkan, dan mengubah posisi klien karena
kerja fisik yang terlibat.
IMPLEMENTASI

• Mengimplementasikan intervensi keperawatan

Berikut metode untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan :


• Membantu dalam melakukan aktivitas sehari – hari
• Mengonsulkan dan menyuluhkan pasien dan keluarga
• Mengawasi dan mengevaluasi kerja anggota staf lainnya.
EVALUASI
Evaluasi disusun dengan mengunakan SOAP yang operasional dengan
pengertian :
• S : adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif
oleh klien dan keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
• O :adalah keadaan objektif yang didefinisikan oleh perawat menggunakan
pengamatan yang objektif setelah implementasi keperawatan.
• A :adalah merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon
subjektif dan objektif klien yang dibandingkan dengan criteria dan standar
yang telah ditentukan mengacu pada tujuan rencana keperawatan klien.
• P : adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
EVALUASI
Adapun evaluasi dari semua tindakan keperawatan mengenai
Asuhan Keperawatan Post Partum Normal (episiotomi) yaitu :
• Rasa nyeri teratasi
• Tingkat pengetahuan ibu bertambah mengenai perawatan
payudara
• Pemenuhan ADL terpenuhi.
• Resiko cidera tidak terjadi

Anda mungkin juga menyukai