Anda di halaman 1dari 58

Oleh :

Deri Wilasa
Erawati Sitompul
Mutia Pujanti Rahayu
Winda Syafitrah

Kelas B Ekstensi 2013 FIK UI
PEMERIKSAAN FISIK
POSTPARTUM
Agar Mahasiswa mampu :
1. Memahami adaptasi fisiologis pada ibu post partum
2. Memahami adaptasi psikologis pada ibu post Partum
3. Memahami pemeriksaan fisik pada ibu post partum
4. Mengaplikasikan pemeriksaan fisik post partum yang baik dan
benar

TUJUAN
1. Adaptasi fisiologis post partum
2. Adaptasi psikologis post partum
3. Pemeriksaan fisik post partum
OUTLINE
Masa nifas atau waktu setelah melahirkan anak dalam bahasa
latin disebut puerperium. Pueperium dari kata puer yang artinya
bayi dan parous artinya melahirkan, jadi puerperium berarti masa
setelah melahirkan bayi.
Masa nifas ( Puerperium ) adalah masa pulih kembali, mulai
dari selesai persalinan hingga alat-alat reproduksi kembali seperti
sebelum hamil.
Dimulai satu jam setelah melahirkan sampai tubuh
menyesuaikan secara sempurna.
Periode post partum adalah masa enam minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi ibu kembali pulih seperti sebelum
hamil (Bobak, 2005).
DEFINISI POST PARTUM
Immediate Post Partum
( periode mulai kelahiran sampai dengan 24 jam
kelahiran)
Early Post Partum
(Minggu pertama setelah kelahiran)
Late Post Partum
(Minggu kedua sampai minggu keenam setelah
melahirkan)
PERIODE POST PARTUM

Tingkat energi
Tingkat kenyamanan
Kesehatan bayi baru lahir
Status ekonomi
Pengaruh budaya
Support suami, orangtua, kerabat atau teman.
Motivasi dan pendkes dari perawat yang dapat membentuk
respon ibu terhadap bayinya.
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
ADAPTASI IBU POST PARTUM

Memulihkan kesehatan ibu
Mempertahankan kesehatan psikologis
Mencegah infeksi dan komplikasi
Memperlancar pemberian ASI
Mengajarkan ibu melakukan perawatan mandiri sampai masa nifas
selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal

TUJUAN ADAPTASI FISIOLOGIS DAN
PSIKOLOGIS IBU POST PARTUM
Pengkajian 2 sampai 24 jam (Hari
pertama)
25 sampai 48 jam ( Hari
kedua)
49 sampai 72 jam ( Hari
ketiga)
Suhu 36,2 38 derajat celcius Dalam rentang normal Dalam rentang normal
Nadi Dalam rentang normal Dalam rentang normal Dalam rentang normal
Tekanan
darah
Dalam rentang normal Dalam rentang normal Dalam rentang normal
Tingkat
energi
Euforia, senang, sangat
senag atau letih
Sering lelah, gerakan
lambat
Sangat ingin pulang,
tingkat energi kembali
normal
Rahim Setinggi umbilikus atau
sedikit dibawahnya, padat
1 cm atau lebih dibawah
umbilikus, padat
2 cm atau lebih dibawah
umbilikus, padat
Pengkajian 2 sampai 24 jam (Hari
pertama)
25 sampai 48 jam ( Hari
kedua)
49 sampai 72 jam ( Hari ketiga)
Lokia Rubra, moderat, sedikit
bekuan, jika tercium bau
seperti cairan menstruasi
normal
Rubra sampai serosa,
moderat sampai sedikit, bau
tetap seperti daging atau
tidak ada bau
Rubra sampai serosa, sedikit, bau tetap
sama
Perineum Edema, bersih, sembuh,
utuh, tepi episiotomi
menutup dengan baik
Edema berkurang, bersih,
menyembuh
Edema sedikit atau hilang, bersih,
menyembuh
Tungkai Edema pretibila Edema berkurang, tanda
homan negatif
Edema minimal
Payudara Tetap lunak jika
dipalpasi. Kolustrum
dapat dikeluarkan
Mulai terasa lebih padat Vaskularisasi meningkat dan mulai
membengkak, terasa padat dan lebih hangat
saat disentuh, ASI diharapkan dapat keluar
dua atau empat hari setelah bayi lahir.
Nafsu makan Sangat baik Sangat baik Normal atau berkurang
A. Sistem Reproduksi
1. Involusio Uteri merupakan pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi
normal setelah bayi baru lahir (Bobak, Lowdermilk, dan Jensen, 2005).
Involusio terjadi disebabkan oleh masing-masing sel menjadi lebih kecil
karena sitoplasma yang berlebihan dibuang. Involusio disebabkan oleh
proses autolisis, dimana zat protein dinding rahim pecah, diabsorpsi dan
kemudian dibuang dalam bentuk air kencing.
2. Involusio Tempat Plasenta. Pada awal nifas, bekas plasenta mengandung
banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Biasanya
luka yang demikian, sembuh dengan menjadi parut. Hal ini disebabkan
oleh dilepaskannya dari dasar dengan pertumbuhan endometrium baru di
bawah pemukaan luka. Rasa sakit yang disebut after pains (meriang atau
mules-mules) dikarenakan kontraksi rahim biasanya berlangsung 3 sampai
4 hari pasca persalinan. (Cunningham, F, G, 2005 ).

PERUBAHAN FISIOLOGI PADA MASA
NIFAS
TINGGI FUNDUS UTERI PADA
MASA NIFAS
Involusi Uteri Tinggi Fundus
Uteri
Berat Uterus Diameter Uterus
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm
7 hari (minggu 1) Pertengahan pusat dan
simpisis
500 gram 7,5 cm
14 hari (minggu 2) Tidak teraba 350 gram 5 cm
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm
PERUBAHAN FUNDUS UTERI
PADA MASA NIFAS
3) Lochea
Yaitu sekret dari kavum uteri dan vagina pada masa nifas. Mulanya berwarna merah,
kemudian berubah menjadi merah tua atau merah coklat. Dua jam setelah
melahirkan, darah yang keluar dari uterus tidak boleh melebihi jumlah perdarahan
saat menstruasi. Setelah dua jam pertama, aliran darah harus semakinberkurang
( Bobak, 2005). Lochea dapat dibagi menjadi beberapa jenis (Bobak, 2005):


LANJUTAN ...
Lochea Rubra
Mengandung debris desidua dan debris trofoblastik. Aliran menyembur.
Lochea serosa
Setelah 3-4 hari setelah melahirkan, darah berwarna merah muda atau
coklat. Terdiri dari darah lama (Old Blood), serum, leukosit, dan debris
jaringan.
Lochea Alba
10 hari setelah bay lahir. Berwarna kuning sampai putih. Mengandung
leukosit, desidua, sel epitel, mukus, serum, dan bakteri. 2 sampai 6 minggu
setelah bayi lahir.
Selain itu juga ada lochea lainnya :
b)Lochea sanguinolenta
Berwarna merah dan kuning berisi darah dan lendir,yang keluar
pada hari ke 3 sampai ke-7 pasca persalinan.
e)Lochea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f)Locheastatis
Lochea tidak lancar keluarnya.

LANJUTAN...
18 jam post partum, serviks memendek dan menjadi lebih padat dan
kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus
tetap edematosa, tipis dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu
melahirkan.
Ektoserviks (bagian serviks menonjol ke vagina) terlihat memar dan
ada sedikit laserasi kecil.
Muara serviks yang berdilatasi saat melahirkan hingga 10 cm akan
menutup bertahap
Dua jari masih bisa dimasukkan ke muara serviks sampai hari ke 6
setelah melahirkan dan akan menutup pada akhir minggu kedua.
Muara serviks tidak akan berbentuk lingkaran seperti ketika belum
melahirkan tapi memanjang.
SERVIKS
Vagina akan kembali ke ukuran semula setelah 6-8 minggu setelah
melahirkan.
Rugae akan terlihat pada minggu keempat postpartum
Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa
vagina dan hilangnya rugae.
Mukosa tetap atrofik pada wanita yang menyusui sampai menstruasi
muncl kembali.
Penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan fungsi ovarium.
Kekurangan jumlah estrogen menyebabkan penurunan jumlah pelumas
vagina dan penipisan mukosa vagina.
Proses penyembuhan luka episiotomi sama dengan luka pada umumnya
yakni 2-3 minggu. Perhatikan tanda-tanda infeksi ( nyeri, bengkak, merah,
gatal, baal).

VAGINA DAN PERINEUM
Kaji kondisi perineum,
apakah utuh atau terdapat luka episiotmi, atau ruptur.
Kaji juga adanya tanda tanda REEDA(Redness, Edema,Ekimosis ,
Discharge dan Aproximation ).
Kebersihan perineum menunjang penyembuhan luka.
Kaji adanya hemoroid derajat 1 normal untuk ibu hamil dan pasca
persalinan.

PERINEUM
Jaringan dasar panggul yang terobek akan kembali seperti
semula dalma enam minggu.
Otot pelvik diantaranya uterus, dinding vagina posterior atas,
uretra, bledder dan rektum. Walaupun relaksasi dapat terjadi
pada semua wanita secara langsung, namun beberapa diantara
nya mengalami komplikasi yang timbul terlambat akibat
melahirkan.
Satu hari setelah melahirkan abdomen ibu post partum masih
menonjol seperti ibu hamil, 2 minggu setelah melahirkan
abdomen akan rileks dan 6 minggu abdomen akan kembali
seperti sebelum hamil.


OTOT PELVIK DAN
DINDING ABDOMEN
Hormon oksitosin yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi
pembuluh darah, dan membantu hemostasis. Selama 1 hingga 2
jam pasca partum intensitas ukuran kontraksi uterus bisa
berkurang dan menjadi tidak teratur. Suntikan IV, IM diberikan
saat plasenta lahir.

KONTRAKSI
Sistem Urinaria
Pada ibu post partum terjadi diuresis. Diuresis pasca partum
yang disebabkan oleh penurunan kadar estrogen, hilangnya
peningkatan tekanan pada tungkai bawah, dan hilangnya
peningkatan volume darah akibat kehamilan. Trauma uretra dan
kandung kemih bisa terjadi selama proses melahirkan .
3) Sistem Gastrointestinal
Terjadi peningkatan nafsu makan setelah melahirkan.
SISTEM URINARIA DAN GI
Kadar gula darah menurun pada masa puerperium karena
terjadi penurunan hormon human placental lactogen (Hpl), estrogen
dan kortisol, serta placental enzyme insulinase.
Ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar
prolaktin meningkat ( Bowes, 1991)
Ibu postpartum yang menyusui mengalami peningkatan
prolaktin dengan masa ovulasi 190 hari sedangkan ibu yang tidak
menyusui ovulasi terjadi dini yakni 27 hari setelah melahirkan.
SISTEM ENDOKRIN
Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan payudara selama
kehamilan (estrogen, progesteron, gonadotropin, prolaktin, kortisol,
insulin) menurun setelah melahirkan. Waktu yang dibutuhkan hormon-
hormon tersebut untuk kembali ke kadar sebelum hamil ditentukan oleh
masa menyusui pada ibu ditentukan oleh ibu menyusui atau tidak.
Ibu menyusui : Ketika laktasi terbentuk, teraba suatu massa. Kantong susu
yang terisi berubah posisi dari hari ke hari. Sebelum laktasi dimulai payudara
teraba lunak dan mengeluarkan cairan kekuningan yakni kolostru. Setelah
laktasi dimulai, payudara teraba hangat dan keras ketika disentuh. Rasa nyeri
menetap sekitar 48 jam.
Komponen air susu adalah protein, laktossa, air, lemak ( Cunningham, F
Gary, 2005).


SISTEM KELENJAR MAMMAE
h.Sistem Integumen
Penurunan melanin setelah persalinan menyebabkan
berkurangnya hiperpigmentasi kulit. Hiperpigmentasi pada aerola
mammae dan linea nigra mungkin menghilang sempurna sesudah
melahirkan.
i. Sistem kekebalan
Kebutuhan ibu untuk mendapatkan vaksinasi rubela atau untuk
mencegah isoimunisasi Rh ditetapkan



SISTEM INTEGUMEN DAN SISTEM
KEKEBALAN
Adaptasi psikologis post partum adalah suatu proses penyesuaian seorang ibu
pasca melahirkan yang dimulai dan masa-masa ketergantungan pada orang lain
sampai dengan tahap mandiri.
Periode post partum menurut Rubins :
1) Taking In
Periode 1 2 hari post partum. Pada umumnya ibu pasif & tergantung, perhatian
tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya. Ibu berulang ulang menceritakan
pengalaman selama bersalin dan melahirkan. Selera makan ibu bertambah.
2) Taking Hold
Berlangsung 2 4 hari post partum. Berusaha menjadi ibu yang bertanggung jawab
terhadap perawatan bayinya. Berusaha keras untuk menguasai keterampilan untuk
merawat bayinya. Terbuka menerima pengetahuan dari tenaga kesehatan.
3) Letting Go
Terjadi setelah pulang ke rumah. Ibu bertanggungjawab terhadap perawatan
bayinya. Pada tahap ini biasanya mengalami depresi pos partum

ADAPTASI PSIKOLOGIS POST
PARTUM
I. Pengkajian:
Tanda-tanda Vital
Pengkajian TD, nadi, RR, suhu,
bila kondisi ibu stabil, pengkajian
dilakukan tiap 6 8 jam.
Pengkajian fisik berkelanjutan
meliputi : Pemeriksaan payudara,
TFU, Lochea, Perineum (luka
episiotomi REEDA), fungsi
kemih dan defekasi, tungkai.



Uji laboratorium rutin : Hb, Ht ; untuk
mengkaji kelainan / kehilangan darah saat
melahirkan.

TANDA KOMPLIKASI

1. Suhu > 38C setelah 24 jam I
2. Denyut jantung : takikardia, bradikardia
3. Tekanan darah : hipertensi/hipotensi
4. Tingkat energi : letargi, sangat letih
5. Rahim : deviasi dari garis tengah, lunak, tetapi >
tinggi dari umbilicus setelah 24 jam
6. Lochea : banyak, perdarahan, bau, merah terang
yang bukan darah
7. Perineum : edema, tidak utuh, tanda-tanda infeksi, rasa
tidak nyaman.

8. Tungkai : tanda Homan (+), ibu mengeluh sangat nyeri
pada tungkai.

9. Nafsu makan menurun

10.Eliminasi : urine ; tidak mampu berkemih, disuria,
defekasi; konstipasi, diare

11.Istirahat : tidak mampu istirahat/tidur
PENGKAJIAN DATA DASAR KLIEN
a) Aktivitas/istirahat : dapat tampak
berenergi /kelelahan mengantuk
b) Sirkulasi :
1) Nadi biasanya lambat < 50 70 x/mt karena
hipersensitivitas vagal
2) Tekanan darah bervariasi, mungkin rendah
3) Edema
4) Kehilangan darah 400 500 ml untuk kelahiran vaginal
atau 600 800 untuk kelahiran SC
c) Integritas ego
Reaksi emosional bervariasi ; kelelahan,
kecewa dapat mengekspresikan rasa
takut
d) Eliminasi
1) Hemoroid sering ada dan menonjol
2) Kandung kemih mungkin teraba diatas
symfisis
e) Makanan / cairan
Dapat mengeluh haus, lapar, mual
f) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun
anestesi spinal atau kaudal/ epidural.
g) Nyeri / ketidaknyamanan : nyeri luka
episiotomi, after pain
h) Keamanan
Seksualitas
Fundus keras kontraksi, pada garis tengah dan
setinggi umbilicus
Drainase vagina / lochea
Perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis,
rabas
Payudara lunak dengan putting tegang

Pemeriksaan diagnostic : Hb, Ht, DPL, urinalisis,
dll
Pengkajian awal meliputi :
Tanda vital, kesadaran
Warna kulit dan konjungtiva
Payudara dan pengeluaran kolostrum
Lokasi dan kontur fundus uteri
Jumlah dan warna lokea
Perineum (tanda redness, echimosis, edema, discharge, approxtimation -REEDA)
Keluhan dan lokasi nyeri
Terapi IV
Urine output
Insisi abdomen bila ada
Tingkat kelelahan, kemampuan pergerakan ekstremitas, tanda homan, pergerakan
lutut pada ibu pasca anastesi

PEMERIKSAAN FISIK POST PARTUM
Timbangan badan
Termometer
Tensi meter
Stetoscope
Termometer
Jam dengan detik
Tissue

PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
Bengkok kosong
Pen light
Meteran pita
Hummer
Sarung tangan
Kapas kering
Air hangat di tempatnya
Alat alat untuk PI seperti cairan DTT 2
baskom, waslap dan tempat sampah medis
dan non medis
Menyiapkan alat
Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan, tujuan dan hasil tindakan
Mencuci tangan
Menjaga privasi klien
Melakukan penimbangan berat badan ibu postpartum, terjadi
penurunan berat kira- kira 5 7 kg
Melakukan pengukuran tanda vital ibu post partum
Melakukan pemeriksaan di bagian kulit kepala dan rambut ibu
postpartum

PROSEDUR
PELAKSANAAN
Melakukan pemeriksaan pada wajah ibu post partum(lihat kemungkinan
adanya edema pada kelopak mata, muka sembab yang merupakan lanjutan
dari adanya komplikasi kehamilan dan kemungkinan adanya pecah pembuluh
darah di muka akibat salah dalam meneran saat kala II.
Melakukan pemeriksaan mata ibu postpartum dengan melakukan inspeksi
konjungtiva dan sklera (bila terjadi perdarahan selama persalinan, maka
konjungtiva akan anemis dan bercak perdarahan di sklera. Ini terjadi karena
mekanisme meneran yang salah selama kala II)
Melakukan pemeriksaan hidung ibu postpartum
Melakukan pemeriksaan telinga ibu postpartum
Melakukan pemeriksaan rongga mulut dan gigi ibu postpartum
Melakukan pemeriksaan leher ibu post partum
Melakukan pemeriksaan bunyi jantung ibu postpartum


Melakukan pemeriksaan bunyi paru ibu postpartum
Melakukan pemeriksaan ketiak ibu postpartum
Melakukan pemeriksaan payudara kiri dan kanan ibu postpartum
Melakukan pemeriksaan abdomen ibu postpartum
Pemeriksaan diastasis rektus abdominis
Melakukan pemeriksaan ekstremitas bawah ibu postpartum, kaji terhadap
adanya odema dan varises, apakah betis lemah dan panas, tanda homan dan
refleks patela
Melakukan pemeriksaan homan sign
Melakukan pemeriksaan refleks patela/biseps pada ibu postpartum
Pasang pengalas di bawah bokong dan dekatkan bengkok
Pasang sarung tangan, lakukan vulva higiene dengan benar


LANJUTAN
Melakukan pemeriksaan genitalia, kaji adanya :
Varises vulva
Perdarahan : karakteristik lokea, keluaran normal atau tidak
Laserasi serviks, introitus vagina, perineum dan vulva
Observasi keluaran vagina 9karakteristik lokea yang meliputi warna, bau dan
konsistensi). Perineum : odema, inflamasi, hematoma, pus, luka bekas
episiotomi/robekan, jahitan, memar, hemoroid dan perhatikan adanya tanda
tanda REEDA pada ibu postpartum
27. Menyampaikan bahwa tindakan telah selesai dan menanyakan respom
setelah tindakan
28. Merapikan klien
29. Merapikan alat
30. Melakukan terminasi dan mengucapkan salam
31. Mencuci tangan
32. Melakukan dokumentasi tindakan

LANJUTAN PROSEDUR TINDAKAN
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
(DOENGOES, MARLYNN E.2001)
Resiko tinggi injury maternal ; jatuh berhubungan dengan kelemahan fisik,
penyakit yang diderita ibu.

Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan,
vasokontriksi tidak komplit.

Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan
dengan kurangnya informasi tentang perawatan diri dan bayi

Gangguan bonding attachment, maternal berhubungan dengan kondisi
kesehatan ibu
Perubahan rasa nyaman: nyeri b.d adanya: trauma pada perineum,
after pain, hemoroid, vesika urinaria penuh.

Resiko infeksi b.d trauma jalan lahir

Resiko perubahan eliminasi BAK: retensio urine b.d penurunan
sensitifitas.

Perubahan eliminasi BAB: konstipasi b.d penurunan peristaltik usus,
takut.

Perubahan pola tidur b.d nyeri, ketegangan saat persalinan
Meningkatkan kegembiraan ibu setelah melahirkan dan
memulai memberikan ASI pada bayinya

Merasakan kebahagiaan dengan peran baru

Resiko tidak efektifnya menyusui berhubungan dengan
informasi tehnik menyusui yang tidak tepat

Penurunan motivasi / kurangnya percaya diri dalam
merawat bayi berhubungan dengan kurangnya support
system / dukungan keluarga.
III. PERENCANAAN
Dx. Resiko tinggi injury maternal : jatuh berhubungan
dengan kelemahan fisik

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3 x24 jam resiko tinggi injury maternal tidak terjadi.
Dengan Kriteria hasil :
Klien tidak jatuh
Mobilisasi aktif
Rencana tindakan:
Monitor tanda vital
Kaji keluhan klien : adanya rasa pusing
Anjurkan untuk mobilisasi bertahap
Anjurkan keluarga untuk membantu
mendampingi jika klien akan beraktivitas
Anjurkan klien untuk berpegangan dan hati-
hati jika akan kekamar mandi
Bantu klien melakukan mobilisasi awal bertahap
Dx. Resiko tinggi kekurangan volume cairan
berhubungan dengan perdarahan: kegagalan
kontraksi miometrium (subinvolusi)

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam diharapkan kekurangan volume
cairan tidak terjadi, dengan kriteria hasil: Tanda
vital dalam batas normal, kontraksi uterus kuat,
jumlah perdarahan normal



Rencana tindakan:

Tempatkan klien dalam posisi recumbent
Kaji hal yang memperberat kejadian intrapartum
khususnya persalinan yang diinduksi
Kaji TD tiap 15 menit
Kaji jumlah, warna dan sifat aliran lochea tiap 15 menit
Gantikan kehilangan cairan dan plasma dengan darah
lengkap
Catat lokasi dan konsistensi fundus setiap 15 menit
Dx. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri
dan bayi berhubugan dengan kurangnya informasi
mengenai perawatan diri dan bayi

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1 x 24 jam kurang pengetahuan dapat teratasi
dengan kriteria hasil :
Klien dapat mendemonstrasikan kembali tentang
perawatan diri dan bayi.
Rencana tindakan:
Kaji tingkat pendidikan ibu
Kaji tingkat pengetahuan ibu
Kaji keluhan klien akan perawatan diri dan bayi
Berikan penkes tentang :
Perawatan tali pusat
Perawatan payudara
Tehnik menyusui yang benar
Memandikan bayi
Berikan reinforcement positif tentang tindakan
yang dilakukan ibu
Dx. Resiko tidak efektifnya proses menyusui berhubungan
dengan informasi tehnik menyusui yang tidak tepat

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x
24 jam resiko ketidak efektifan dapat teratasi dengan
kriteria hasil :
Klien dapat memberikan asi secara optimal dengan tehnik
yang tepat
Kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi
Meningkatkan kekebalan pada bayi
Tidak terjadi pembengkakan pada mamae dan bonding

Rencana tindakan:
Kaji ketidak efektifan proses menyusui
Anjurkan dan ajarkan tehnik breast care
Anjurkan ibu untuk menyusui dengan tehnik yang
benar
Dampingi ibu saat akan menyusui bayinya
Berikan penkes manfaat ai tentang colostrum bagi
bayi (mencegah diare, meningkatkan daya tahan
tubuh, kaya zat gizi)
Menghindari stress, banyak istirahat serta anjurkan
ibu untuk makan yang bergizi menghabiskan porsi
makanan yang disediakan
Anjurkan memberikan asi sesering mungkin minimal
8 x/hari selama
Dx. Meningkatnya kegembiraan ibu setelah
melahirkan dan memulai memberikan ASI
pada bayinya
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam klien merasa
kebahagiaan dan mempertahankan rasa
bahagia dengan kriteria hasil ;
Menunjukkan ekspresi bahagia
Memulai merencanakan untuk perawatan bayi
Memulai segera untuk memberikan ASI
Rencana tindakan:
Berikan reinforcement positif terhadap
perasaan ibu
Kaji pengetahuan ibu dalam perawatan
bayi
Berikan reinforcement positif terhadap
apa yang diketahui dan dilakukan ibu
dalam merawatbayi
Klasifikasi kesalahan persepsi apapun
tentang menyusui
Perkuat kemampuan menyusui ibu
Berikan informasi tambahan mengenai
posisi, tanda bahwa bayi sudah puas dan
sebagainya
Dx. Merasakan kebahagiaan dengan
peran baru
Tujuan: Memberikan reward positif
terhadap kebahagiaan klien dengan
Kriteria hasil :
Menunjukkan ekspresi bahagia
Mengerti tugas peranbaru
Melaksanakan peran baru dengan
maksimal
Beri reinforcement positif terhadap
perasaan bahagia
Motivasi/gali cara mengidentifikasi
perolehan peran
Kaji pengetahuan tentang peran dan tugas
baru
Bantu klien dalam pencapaian peran baru
Syok Hipovolemik
Tanda & Gejala :
Perdarahan signifikan yang menetap (pembalut basah dalam
waktu 15 menit) mungkin tidak disertai dengan perubahan ttv
atau warna kulit atau perilaku
Pasien mengatakan bahwa ia merasa lemas, kepala terasa ringan
Pasien mulai gelisah atau menunjukkan gejala butuh udara
Warna kulit berubah jadi pucat & abu-abu
Kulit terasa dingin & lembap
Frekuensi nadi meningkat
Tekanan darah menurun
DARURAT
Beritahu kepada dokter
Jika uterus atonia, masase dengan lembut & keluarkan bekuan
darah agar uterus berkontraksi, kompresi uterus dengan kedua
tangan, sesuai keperluan
Berikan oksigen dengan masker wajah non-rebreathing atau nasal
kanul dengan kecepatan 8-10 L/menit
Miringkan pasien ke sisi & naikkan panggul kanan : angkat kedua
kakinya sampai membentuk sudut 30 derajat
Berikan cairan IVFD (maintenance) dengan RL atau NS
Berikan darah atau produk darah sesuai instruksi
Amati ttv
Berikan obat darurat sesuai instruksi
INTERVENSI
Bobak, I.M., Lowdermilk D.L.(2005). Maternity of Nursing, 4
th
Ed.
Singapore : Mosby Alih Bahasa Maria A. Wijayarini &
dr.Peter I. Anugrah. Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta
: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Doengoes, Marilyn E, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien,
Edisi3, Jakarta : EGC.
Lowdermilk D L, Perry S E, & Cashion K. (2013). Maternity
Nursing, 8
th
, Alih Bahasa. dr. Felicia Sidartha dan dr. Anesia
Tania. Keperawatan Maternitas, Edisi 8 Buku 1. Singapore :
Elsevier Mosby. Jakarta : Salemba Medika
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai