PRESENTASI KASUS
Universitas Andalas
Oleh:
dr. Ibnu Muttaqin
Peserta PPDS Obstetri dan Ginekologi
Pembimbing :
Dr. dr. Bobby Indra Utama, SpOG(K)-Urogin
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui :
KPS PPDS OBGIN
FK UNAND RS. Dr. M. DJAMIL PADANG
2
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS (PPDS)
OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUD SUNGAI DAREH DHARMASRAYA
1 Pengetahuan
2 Keterampilan
3 Attitude
3
DAFTAR ISI
PRESENTASI KASUS.............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
LAPORAN HASIL PENILAIAN..........................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................4
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................6
BAB II LAPORAN KASUS....................................................................................8
BAB III TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................14
3.1 Definisi................................................................................................14
3.2 Sejarah.................................................................................................14
3.3 Etiologi dan Patogenesis......................................................................14
3.4 Faktor Predisposisi...............................................................................16
3.5 Penularan.............................................................................................18
3.6 Manifestasi klinis.................................................................................20
3.7 Diagnosis.............................................................................................22
3.8 Pengaruh Terhadap Kehamilan dan Bayi............................................23
3.9 Pencegahan..........................................................................................25
3.10 Pilihan Persalinan.............................................................................26
3.11 Terapi...............................................................................................27
BAB IV DISKUSI.................................................................................................29
BAB V KESIMPULAN.........................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32
4
DAFTAR GAMBAR
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
Infeksi VHB pada wanita hamil dapat ditularkan secara tranplasental dan
20 % dari anak yang terinfeksi melalui jalur ini akan berkembang menjadi kanker
hati primer atau sirosis hepatis pada usia dewasa. Oleh karena itu bayi yang lahir
dari ibu carier HBsAg harus diimunisasi dengan memberikan immunoglobulin
dan vaksin hepatitis B segera4.
7
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny. R Alamat : Padusunan
Umur : 32 tahun No. RM : 18.20.14
Pendidikan : SLTA Masuk RS : 23 Juli 2021
Pekerjaan : IRT
Anamnesis
Seorang pasien wanita, 32 tahun masuk PONEK RSUD Pariaman rujukan
Puskesmas Padusunan 2 dengan diagnosis G3P2A0H2 parturien aterm kala I fase
laten + HbsAg(+)
8
Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat sakit kuning tidak ada
• Riwayat menderita penyakit jantung, hati, ginjal, DM dan hipertensi tidak
ada
Riwayat perkawinan
1x 2015
Riwayat kontrasepsi
Tidak ada
Riwayat imunisasi
Tidak ada
9
Pemeriksaan Fisik
• PF : KU Kes TD Nd Nfs T
• BB sekarang : 70 Kg
• LILA : 24 cm
Status Obstetrikus
Abdomen
• Inspeksi : membuncit sesuai usia kehamilan aterm, linea mediana
hiperpigmentasi, striae gravidarum (+), sikatrik (-)
• Palpasi :
L1 : fundus uteri teraba 3 jari di bawah procesus xyphoideus
teraba massa besar, lunak, noduler,.
L2 : tahanan terbesar janin teraba di sisi kiri ibu,
bagian-bagian kecil janin teraba di sisi kanan ibu
L3 : teraba massa bulat, keras, terfiksir
L4 : konvergen
TFU : 32 cm, his : 1-2x/30”/Sedang TBJ : 3100 gr
10
Genitalia
• Inspeksi : v/u tenang, PPV (-)
Pemeriksaan Penunjang
USG
Interprestasi :
Janin hidup tunggal intrauterine, presentasi kepala
Aktivitas gerak janin baik
Biometri :
Kesan :
Gravid 37-38 minggu sesuai biometri
Janin hidup tunggal intrauterine, presentasi kepala.
11
Laboratorium 23/3/2021
Assesment :
G3P2A0H2 parturien aterm kala I fase aktif + HBsAg (+)
Janin hidup tunggal intrauterin presentasi kepala H I-II
Plan :
Kontrol KU, VS, HIS, DJJ
Informed consent
IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxon 1 gr (iv)—skin test
Konsul Perinatologi
Konsul Anastesi
Lapor OK
Persiapan HbIG dan vaksin hepatitis B
Rencana : SC
12
• Berat Badan : 3100 gram
• Panjang Badan : 48 cm
• A/S : 8/9
• Plasenta lahir spontan,1 buah, ukuran 15x14x2.5 cm, berat 500 gr, panjang
tali pusat 45 cm, insersi parasentralis,
• Perdarahan selama tindakan : 250 cc
Assesment : P3A0H3 post SCTPP a.i HBsAg (+)
Plan:
• Kontrol KU, VS, PPV, kontraksi
• Injeksi Ceftriaxone 2x1 gr (IV)
• Pronalges supp II k/p
• Cek DR 6 jam post OP
• Bayi langsung mendapatkan HbIG dan vaksin hepatitis B
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
13
3.1 Definisi
3.2 Sejarah
VHB ditemukan pertama kali tahun 1965 oleh Dr.Blumberg ketika sedang
mempelajari tentang hemophilia. VHB merupakan double stranded DNA a42nm
dari klass Hepadnaviridae. Permukaan paling luar dari membrannya mengandung
antigen yang disebut HBsAg yang bersirkulasi dalam darah sebagai partikel
spheris dan tubuler dengan ukuran 22 nm. Inti paling dalam dari virus
mengandung HBcAg. VHB (partikel dane), antigen inti (HBcAg), dan antigen
permukaan (HBsAg) serta semua jenis antibodi yang bersesuaian dapat dideteksi
melalui berbagai cara pemeriksaan4,5.
14
perbedaan geomorfik dan rasial dalam penyebarannya. Virus hepatitis B
mempunyai masa inkubasi 45-80 hari, rata-rata 80-90 hari3.
Pada manusia hati merupakan target organ bagi virus hepatitis B. Virus
Hepatitis B (VHB) mula-mula melekat pada reseptor spesifik di membran sel
hepar kemudian mengalami penetrasi ke dalam sitoplasma sel hepar. Dalam
sitoplasma VHB melepaskan mantelnya, sehingga melepaskan nukleokapsid.
Selanjutnya nukleokapsid akan menembus dinding sel hati. Di dalam inti asam
nukleat VHB akan keluar dari nukleokapsid dan akan menempel pada DNA
hospes dan berintegrasi; pada DNA tersebut. Selanjutnya DNA VHB
memerintahkan sel hati untuk membentuk protein bagi virus baru dan kemudian
terjadi pembentukan virus baru. Virus ini dilepaskan ke peredaran darah,
mekanisme terjadinya kerusakan hati yang kronik disebabkan karena respon
imunologik penderita terhadap infeksi. Respon antibody humoral bertanggung
jawab terhadap proses pembersihan partikel virus yang berada dalam sirkulasi,
sedangkan antibody seluler mengeliminasi sel-sel yang terinfeksi. Apabila reaksi
imunologik tidak ada atau minimal maka terjadi keadaan karier sehat2.
15
Gambar 3.2 Gambaran patologis hepatitis akut
Gambaran patologis hepatitis akut tipe A, B dan Non A dan Non B adalah
sama yaitu adanya peradangan akut diseluruh bagian hati dengan nekrosis sel hati
disertai infiltrasi sel-sel hati dengan histiosit. Bila nekrosis meluas (masif) terjadi
hepatitis akut fulminan. Bila penyakit menjadi kronik dengan peradangan dan
fibrosis meluas didaerah portal dan batas antara lobulus masih utuh, maka akan
terjadi hepatitis kronik persisten. Sedangkan bila daerah portal melebar, tidak
teratur dengan nekrosis diantara daerah portal yang berdekatan dan pembentukan
septa fibrosis yang meluas maka terjadi hepatitis kronik aktif2,3,4.
Adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat
mempengaruhi timbulnya penyakit hepatitis B. Faktor penjamu meliputi5:
1. Umur
Hepatitis B dapat menyerang semua golongan umur. Paling sering pada bayi
dan anak (25 - 45,9 %) resiko untuk menjadi kronis, menurun dengan
bertambahnya umur dimana pada anak bayi 90 % akan menjadi kronis, pada
16
anak usia sekolah 23 -46 % dan pada orang dewasa 3-10%. 8 Hal ini berkaitan
dengan terbentuk antibodi dalam jumlah cukup untuk menjamin terhindar dari
hepatitis kronis.
2. Jenis kelamin
Berdasarkan sex ratio, wanita 3x lebih sering terinfeksi hepatitis B dibanding
pria.
3. Mekanisme pertahanan tubuh
Bayi baru lahir atau bayi 2 bulan pertama setelah lahir lebih sering terinfeksi
hepatitis B, terutama pada bayi yang sering terinfeksi hepatitis B, terutama
pada bayi yang belum mendapat imunisasi hepatitis B. Hal ini karena sistem
imun belum berkembang sempurna.
4. Kebiasaan hidup
Pecandu obat narkotika suntikan, pemakaian tatto, pemakaian akupuntur.
5. Pekerjaan
Kelompok resiko tinggi untuk mendapat infeksi hepatitis B adalah dokter,
dokter bedah, dokter gigi, perawat, bidan, petugas kamar operasi, petugas
laboratorium dimana mereka dalam pekerjaan sehari-hari kontak dengan
penderita dan material manusia (darah, tinja, air kemih).
17
g. Daerah unit perawatan penyakit dalam
3.5 Penularan
Masa Inkubasi infeksi hepatitis B adalah 45-180 hari (rata-rata 60-90 hari).
Onset penyakit ini sering tersembunyi dengan gejala klinik yang tergantung usia
penderita. Kasus yang fatal dilaporkan di USA sebesar 0,5-1% 6,8. Sebagian infeksi
akut VHB pada orang dewasa menghasilkan penyembuhan yang sempurna dengan
pengeluaran HBsAg dari darah dan produksi anti HBs yang dapat memberikan
imunitas untuk infeksi berikutnya8.
Diperkirakan 2-10 % infeksi VHB menjadi kronis dan sering bersifat
asimptomatik dimana 15-25 % meninggal sebelum munculnya sirosis hepatis atau
kanker hati. Gejala akut dapat berupa mual, muntah, nafsu makan menurun,
demam, nyeri perut dan ikterik7,9.
Dibawah ini grafik gambaran serologik infeksi akut VHB
18
Rendah (urine, feses, keringat, air mata, air susu).
VHB 100 kali lebih infeksius daripada HIV dan paling sering mengenai usia
15-39 tahun. Penularan VHB dapat melalui kontak seksual (± 25 %), parenteral
seperti jarum suntik, dan penularan perinatal melalui kontak darah ibu penderita
kronis dengan membran mukus janin7,9. Secara umum penularan VHB melalui
jalur sbb9:
a. Darah: penerimaan produk darah, pasien hemodialisis, pekerja kesehatan,
pekerja yang terpapar darah.
b. Transmisi seksual.
c. Penetrasi jaringan (perkutan) atau permukosa: tertusuk jarum, penggunaan
ulang peralatan medis yang terkontaminasi, penggunaan bersama pisau cukur
dan silet, tato, akuunktur, tindik, penggunaan sikat gigi bersama.
d. Transmisi maternal-neonatal, maternal-infant.
19
3.6 Manifestasi klinis
20
gejala ikterus yang berat, tetapi pemeriksaan SGOT (Serum Glutamic
Oxaloasetic Transaminase) memberikan hasil yang tinggi pada
pemeriksaan fisik, hati menjadi lebih kecil, kesadaran cepat menurun
hingga koma, mual dan muntah yang hebat disertai gelisah, dapat terjadi
gagal ginjal akut dengan anuria dan uremia2.
21
pasien dalam fase residual dapat mengalami reaktivasi dan menyebabkan
kekambuhan.
3.7 Diagnosis
3.7.3 HbeAg
Yaitu antigen envelope VHB yang berada di dalam darah. HbeAg bernilai
positif menunjukkan virus VHB sedang aktif bereplikasi atau
membelah/memperbayak diri. Dalam keadaan ini infeksi terus berlanjut. Apabila
hasil positif dialami hingga 10 minggu maka akan berlanjut menjadi hepatitis B
22
kronis. Individu yang memiliki HbeAg positif dalam keadaan infeksius atau dapat
menularkan penyakitnya baik kepada orang lain maupun janinnya.
3.7.4 Anti-Hbe
Merupakan antigen core (inti) VHB, yaitu protein yang dibuat di dalam
inti sel hati yang terinfeksi VHB. HbcAg positif menunjukkan keberadaan protein
dari inti VHB.
Merupakan antibodi terhadap HbcAg. Antibodi ini terdiri dari dua tipe
yaitu IgM anti HBc dan IgG anti-HBc. IgM anti HBc tinggi menunjukkan infeksi
akut. IgG anti-HBc positif dengan IgM anti-HBc negatif menunjukkan infeksi
kronis pada seseorang atau orang tersebut penah terinfeksi VHB3,4.
23
Infeksi VHB tidak menunjukkan efek teratogenik tapi mengakibatkan
insiden Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan Prematuritas yang lebih tinggi
diantara ibu hamil yang terkena infeksi akut selama kehamilan. Dalam suatu studi
pada infeksi hepatitis akut pada ibu hamil (tipe B atau non B) menunjukkan tidak
ada pengaruh terhadap kejadian malformasi kongenital, lahir mati atau stillbirth,
abortus, ataupun malnutrisi intrauterine. Pada wanita dengan karier VHB tidak
akan mempengaruhi janinnya, tapi bayi dapat terinfeksi pada saat persalinan (baik
pervaginam maupun perabdominan) atau melalui ASI atau kontak dengan karier
pada tahun pertama dan kedua kehidupannya 10.Pada bayi yang tidak divaksinasi
dengan ibu karier mempunyai kesempatan sampai 40% terinfeksi VHB selama 18
bulan pertama kehidupannya dan sampai 40% menjadi karier jangka panjang
dengan resiko sirosis dan kanker hepar dikemudian harinya9.
VHB dapat melalui ASI sehingga wanita yang karier dianjurkan mendapat
Imunoglobulin hepatitis B sebelum bayinya disusui11.Penelitian yang dilakukan
Hill JB,dkk (dipublikasikan tahun 2002) di USA mengenai resiko transmisi VHB
melalui ASI pada ibu penderita kronis-karier menghasilkan kesimpulan dengan
imunoprofilaksis yang tepat termasuk Ig hepatitis B dengan vaksin VHB akan
menurunkan resiko penularan11. Sedangkan penelitian WangJS, dkk
(dipublikasikan 2003) mengenai resiko dan kegagalan imunoprofilaksis pada
wanita karier yang menyusui bayinya menghasilkan kesimpulan tidak terdapat
perbedaan yang bermakna antara ASI dengan susu botol. Hal ini mengindikasikan
bahwa ASI tidak mempunyai pengaruh negatif dalam merespon anti HBs 12.
Sedangkan transmisi VHB dari bayi ke bayi selama perawatan sangat rendah10.
Ibu hamil yang karier VHB dianjurkan untuk memberikan bayinya
Imunoglobulin Hepatitis B (HBIg) sesegera mungkin setelah lahir dalam waktu 12
jam sebelum disusui untuk pertama kalinya dan sebaiknya vaksinasi VHB
diberikan dalam 7 hari setelah lahir. Imunoglobulin merupakan produk darah yang
diambil dari darah donor yang memberikan imunitas sementara terhadap VHB
sampai vaksinasi VHB memberikan efek. Vaksin hepatitis B kedua diberikan
sekitar 1 bulan kemudian dan vaksinasi ketiga setelah 6 bulan dari vaksinasi
pertama10. Penelitian yang dilakukan Lee SD, dkk (dipublikasikan 1988)
mengenai peranan Seksio Sesarea dalam mencegah transmisi VHB dari ibu
24
kejanin menghasilkan kesimpulan bahwa SC yang dikombinasikan dengan
imunisasi Hepatitis B dianjurkan pada bayi yang ibunya penderita kronis-karier
HbsAg dengan level atau titer DNA-VHB serum yang tinggi12,13,14.
Tes hepatitis B terhadap HBsAg dianjurkan pada semua wanita hamil pada
saat kunjungan antenatal pertama atau pada wanita yang akan melahirkan tapi
belum pernah diperiksa HbsAg-nya. Lebih dari 90 % wanita ditemukan HbsAg
positif pada skreening rutin yang menjadi karier VHB. Tetapi pemeriksaan rutin
wanita hamil tua untuk skreening tidak dianjurkan kecuali pada kasus-kasus
tertentu seperti pernah menderita hepatitis akut, riwayat tereksposure dengan
hepatitis, atau mempunyai kebiasaan yang beresiko tinggi untuk tertular seperti
penyalahgunaan obat-obatan parenteral selama hamil, maka test HbsAg dapat
dilakukan pada trimester III kehamilan. HbsAg yang positif tanpa IgM anti HBc
menunjukkan infeksi kronis sehingga bayinya harus mendapat HBIg dan vaksin
VHB9.
3.9 Pencegahan
25
Pada kontak seksual, jarum suntik dan kontak nonseksual dalam rumah
dengan penderita kronis VHB dapat diberikan profilaksis post eksposure
dengan vaksin hepatitis B dengan dosis tunggal.
26
Pada persalinan ibu hamil dengan titer VHB tinggi (> 3,5 pg/ml atau HbeAg
positif) lebih baik SC sebagai pilihan cara persalinan9.
RANZOG (2016) merekomendasikan infeksi hepatitis B tidak boleh
mengubah cara persalinan.
Namun, rute terbaik persalinan pada wanita hamil dengan HBsAg (+)
masih diperdebatkan. Studi yang lebih lama mengevaluasi tingkat MTCT pada
bayi yang lahir melalui operasi caesar versus persalinan normal tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam tingkat infeksi HBV bayi.
3.11 Terapi
27
Gambar 3.4 Algoritma penatalaksanaan hepatitis B kronik pada kehamilan
28
BAB IV
DISKUSI
Dalam hal ini kita membahas tentang virus Hepatitis B yang meninfeksi
ibu hamil. Penularan perinatal adalah yang paling umum dalam transmisi HBV.
Sekitar sepertiga infeksi HBV didapat melalui transmisi perinatal. Infeksi HBV
pada neonatus didefinisikan sebagai HBsAg positif yang diperoleh 6 bulan setelah
lahir. Laporan kasus ini dibuat untuk melaporkan seorang pasien berusia 41 tahun
dengan G3P2A0H2 gravid aterm 37 – 38 minggu + HBsAg (+).
Sebagai panduan diskusi untuk diskusi ilmiah akademik yang
komprehensif, kami akan menggunakan pertanyaan ini untuk referensi:
29
pasien didiagnosis dengan G3P2A0H2 gravid aterm 37 – 38 minggu + HBsAg
(+).
Prosedur diagnostik yang tepat pada pasien ini idealnya adalah dilakukan
pemeriksaan Viral load titer HBV dan HbeAg untuk menentukan apakah Ibu
membutuhkan terapi antiviral sebelum bersalin dan menetukan idealistik terminasi
persalinan, pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan Titer HBV dan HBeAg
karena keterbatasan fasilitas, sehingga pilihan terminasi kehamilan adalah sectio
caesarea demi mengurangi resiko MTCT.
30
prosedur invasif seperti monitor janin internal, episiotomi, dan/atau persalinan
pervaginam operatif secara teoritis dapat meningkatkan risiko penularan. Ketuban
pecah dini telah dikutip sebagai faktor risiko penularan HBV; namun, data tidak
konsisten. Neonatus post exposure prophylaxis neonatus harusnya dapat
memperbaiki risiko ini, namun faktor-faktor ini harus dipertimbangkan selama
persalinan dari wanita dengan risiko tertinggi penularan perinatal (yaitu, viral load
HBV DNA yang tinggi).12,19
Pan et al., 2020, menilai apakah seksio sesarea dan tidak menyusui dapat
mencegah penularan dari ibu ke anak (MTCT) pada ibu HBsAg- dan HBeAg-
positif melalui studi kohort dan meta-analisis dengan 857 bayi, ada tren
penurunan pada tingkat MTCT pada kelompok SC dan kelompok tidak menyusui
dibandingkan dengan kelompok kontrol, meskipun nilai P tidak mencapai tingkat
signifikansi (P > 0,05). Namun, hasil dari meta-analisis yang melibatkan lebih
banyak subjek menunjukkan bahwa operasi caesar dan tidak menyusui dapat
secara signifikan mengurangi risiko HBV MTCT pada bayi yang lahir dari ibu
yang positif HBsAg dan HBeAg.20
Namun, rute persalinan terbaik pada ibu hamil dengan HBsAg (+) masih
diperdebatkan. American College of Obstetrician and Gynecologist tidak
merekomendasikan Operasi Caesar untuk mengurangi penularan HBV dari ibu ke
janin. Namun, ada persalinan pada ibu hamil dengan titer HBV tinggi (>3,5 pg/ml
atau HbeAg positif) Seksio sesarea merupakan cara persalinan yang lebih disukai.
Wanita hamil dengan karier HBV disarankan untuk memberikan Imunoglobulin
Hepatitis B kepada bayinya sesegera mungkin setelah lahir dalam waktu 12 jam
sebelum menyusui untuk pertama kalinya. Vaksin hepatitis B kedua diberikan
sekitar 1 bulan kemudian dan vaksinasi ketiga setelah 6 bulan sejak vaksinasi
pertama.
Karena seksio sesarea elektif yang dilakukan sebelum permulaan
persalinan atau sebelum ketuban pecah, tindakan ini dapat secara efektif
menghindari dan ECS dapat mengurangi risiko MTCT HBV dibandingkan dengan
persalinan pervaginam atau seksio sesarea setelah permulaan persalinan atau
setelah ketuban pecah. (operasi caesar darurat). Mekanisme yang mendasari
mungkin termasuk transfusi darah ibu ke janin selama kontraksi persalinan,
31
infeksi setelah ketuban pecah, dan kontak langsung janin dengan sekret yang
terinfeksi atau darah dari saluran genital ibu. The Society for Maternal-Fetal
Medicine (2016) menyarankan agar persalinan sesar tidak dilakukan sebagai satu-
satunya indikasi untuk mengurangi penularan HBV vertikal. RANZOG (2016)
merekomendasikan infeksi hepatitis B tidak boleh mengubah cara persalinan dan
operasi caesar harus dilakukan untuk indikasi obstetrik biasa (Grade B).
Berbagai penelitian dan jurnal merekomendasikan bahwa memilih metode
persalinan pada pasien HBsAg (+) tidak boleh semata-mata didasarkan pada
menghindari penularan vertikal dari ibu ke bayi, tetapi harus berdasarkan indikasi
kebidanan.
Ada bukti yang bertentangan seputar efek cara persalinan pada risiko
MTCT. Studi yang lebih lama mengevaluasi tingkat MTCT pada bayi yang lahir
32
dalam hal morbiditas dan mortalitas janin dan ibu. Karena peningkatan seksio
sesarea primer, ada peningkatan yang proporsional pada seksio ulangan juga. 28
Angka keseluruhan seksio sesarea perlu dikurangi dan hal ini dapat dicapai pada
tingkat kecil dengan menghindari seksio sesarea primer yang dilakukan tanpa
indikasi eksplisit dan yang lebih penting.
Manajemen antenatal merupakan hal yang penting dalam membantu
pencegaahan transmisi. Idealnya triple eliminasi dilakukan pada awal kehamilan
sehingga pemeriksaan lanjutan HBeAg dan titer HBV dapat dilakukan sebelum
terminasi dan penentuan metode terminasi dapat dilakukan berdasarkan data
HBeAg dan titer HBV selain penentuan perlu atau tidaknya terapi antiviral pada
ibu.
Setelah melahirkan, biasanya dianjurkan untuk memantau fungsi hati ibu
selama minimal 6 bulan mengingat kemungkinan eksaserbasi postpartum. Untuk
wanita yang memulai pengobatan antivirus pada trimester ketiga untuk
mengurangi risiko kegagalan imunoprofilaksis, durasi optimal untuk pengobatan
postpartum tidak jelas. Pengobatan antivirus biasanya dilanjutkan selama 4
minggu mengingat kemungkinan eksaserbasi setelah penghentian pengobatan
segera setelah melahirkan
Dalam hal ini, bayi diberikan suntikan Injeksi HyperHep B® (Hepatitis B
Imunoglobulin) sebelum 12 jam setelah lahir setelah berkonsultasi dengan dokter
anak. Infeksi neonatus dapat dicegah dengan skrining seluruh populasi obstetrik,
dan dengan pemberian imunoglobulin hepatitis B dan vaksin rekombinan hepatitis
B pada bayi dari wanita yang positif HBsAg.12,21
33
BAB V
KESIMPULAN
1. Pada persalinan ibu hamil dengan titer VHB tinggi (> 3,5 pg/ml atau
HbeAg positif) lebih baik SC sebagai pilihan cara persalinan9.
2. Studi merekomendasikan bahwa pemilihan metode persalinan pada pasien
HBsAg (+) tidak boleh semata-mata didasarkan pada menghindari
penularan vertikal dari ibu ke bayi, tetapi harus didasarkan pada indikasi
kebidanan.
3. Menurut rekomendasi terbaru, pencegahan bayi baru lahir pada ibu
HBsAg (+) perlu memberikan profilaksis Imunoglobulin Hepatitis B
kurang dari 12 jam.
4. Tenofovir dan telbivudin tetap menjadi terapi lini pertama untuk hepatitis
B dalam kehamilan, katagori obat ini B.
5. Segera setelah lahir neonatus diberi immunoglobulin hepatitis B dan
Vaksin Hepatitis 0 guna mencegah infeksi hepatitis dan membentuk
imunitas aktif dari virus hepatitis.
6. Pencegahan transmisi vertikal ditujukan terutama pada ibu hamil dengan
HbeAg atau dengan kadar HBV DNA sangat tinggi.
7. Ibu dengan hepatitis B dapat memberikan ASI kepada bayinya dengan
syarat sudah diberik vaksinasi bayinya.
34
DAFTAR PUSTAKA
35
14. Who Hepatitis B, 2016 Available at,
http;//www/who.int/mediacentre/factsheets/fs204/en/ (Accessed oktober
1,2018)
15. Royal College of Obstetricians and Gynaecologists . Hepatitis B in pregnancy
available at http://www.rcog.org.uk/en/guidelines-research-
services/gguidelines/hepatitis.2018
16. Kang, G.,Ma,F.,Chen, H.,Yang, Y.,Guo,S.,Wang,Z..,...& Zhang, L. Efficacy
of antigen dosage on the hepatitis B Vaccine response in infants born to
hepatitis B-uninfected and Hepatitis B infected mothers.
Vaccine.2015;33(33),4093-4099.
17. Nyoman I. Mode of Delivery pada Kehamilan dengan Infeksi Hepatitis B.
Dalam pertemuan ilmiah tahunan fetomaternal 19.2018
18. Gede, S. Penyakit infeksi. Dalam: Prawirohardjo S, Abdul S, Rachimchadi
T, Wiknjosastro. Ilmu kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirodihardjo; 2014. hlm. 903-19.
19. Castillo E, Murphy K, Schalkwyk J. Hepatitis B dan Kehamilan. J Obstet
Gynaecol Can 2016. No. 342, April 2017.
20. Pan, Yu-Chen, dkk. Peran seksio sesarea dan tidak menyusui dalam
mencegah penularan virus hepatitis B dari ibu ke anak pada ibu dengan
HBsAg dan HBeAg positif: hasil dari studi kohort prospektif dan meta-
analisis. Jurnal Virus Hepatitis, 2020.
21. Francesco D'Antonio dan Amarnath Bhide. Bab 4 : Infeksi Janin diPanduan
Praktis Arias untuk Kehamilan dan Persalinan Berisiko Tinggi Perspektif
Asia Selatan 4 ed. 2015. Elsevier halaman 69-71.
36