Oleh :
Pembimbing :
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Sari Pustaka yang berjudul
“Tingkat Stres pada Dokter Residen Semester I-IV Program Pendidikan
Dokter Spesialis Obgin Universitas Andalas”. Sari pustaka ini ditujukan
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan dokter
spesialis Obstetri dan Ginekologi semester empat (Patologi III).
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Bobby Indra Utama,
Sp.OG (K), sebagai pembimbing yang telah membantu dalam penulisan sari
pustaka ini. Penulis menyadari bahwa sari pustaka ini masih banyak kekurangan,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang
membaca demi kesempurnaan sari pustaka ini. Penulis juga berharap sari pustaka
ini dapat memberikan dan meningkatkan pengetahuan serta pemahaman tentang
materi yang berjudul “Tingkat Stres pada Dokter Residen Semester I-IV
Program Pendidikan Dokter Spesialis Obgin Universitas Andalas”, terutama
bagi penulis sendiri dan bagi rekan-rekan sejawat lainnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Daftar Pertanyaan PSS-10 ..................................................................... 27
Tabel 2 Daftar Pertanyaan MSSQ ...................................................................... 30
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Rehman, 2012), kesehatan yang memburuk (Chambel & Curral, 2005; Marshall,
Allison, Nyakap & Lanke, 2008), depresi (Das & Sahoo, 2012). 4
Pendidikan kedokteran seringkali membutuhkan usaha dan kerja keras
yang penuh stressor, dan sering dilaporkan sebagai penyebab burnout, ansietas,
depresi, dan masalah psikososial pada residen. Stres yang terjadi meningkat
seiring dengan program residensi sebagai akibat meningkatnya pengharapan dan
tanggungjawab, karena residen diharapkan untuk menjadi klinisi, pendidik,
peneliti, dan administrator yang baik diakhir masa pendidikan. Konsekuensi dari
tingginya stres dapat berujung pada depresi, burnout, kemarahan, iritabilitas,
ansietas, kurang tidur, kelelahan, hingga penyalahgunaan zat. 5-7
Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi merupakan salah
satu bagian spesialis besar yang membutuhkan konsentrasi dan jam kerja tinggi.
Di Shiraz University of Medical, Iran tahun 2015 dilakukan penelitian mengenai
tingkat stress berdasarkan bidang spesialisnya, didapatkan data sebagai berikut:
Dari gambar diatas disimpulkan bahwa tingkat stress tertinggi pada dokter residen
adalah bagian Obstetri dan ginekologi dengan angka 177,7.8
2
1-4 dengan sistem rotasi di puskesmas sekitar Kota Padang, rumah sakit daerah
sekitar Sumatra Barat, dan di RSUP Dr M. Djamil Kota Padang setiap bulannya.
Semester 5 sampai dengan semester 8 menetap di RSUP Dr M. Djamil Kota
Padang dengan sistem Sub-bagian dan Chief residen. Sampai saat ini (Januari
2020) jumlah residen Obsgin Unand sebanyak 77 orang.9
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Stres adalah ketegangan fisiologis atau psikologis akibat adanya stimulus
(stressor) dari dalam diri sendiri (internal) maupun dari lingkungan (eksternal),
baik berupa stimulus fisik maupun psikologik yang cenderung mengganggu
fungsi organ tubuh.1 Secara garis besar ada empat pandangan mengenai stres,
yaitu: stres merupakan stimulus, stres merupakan respon, stres merupakan
interaksi antara individu dengan lingkungan, dan stres merupakan hubungan
antara individu dengan stressor.10
Stres merupakan ketegangan yang disebabkan oleh fisik, emosi, pekerjaan,
keadaan, peristiwa serta pengalaman yang sulit untuk diatasi. Keadaan stres
muncul apabila ada tuntuan yang luar biasa sehingga mengancam keselamatan
atau intergritas seseorang. Stres merupakan reaksi yang muncul saat seseorang
menghadapi tantangan, ancaman, atau ketika harus berusaha mengatasi harapan-
harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Stres juga bisa diartikan sebagai
sistem pertahanan tubuh dimana ada sesuatu yang mengusik integritas diri,
sehingga mengganggu ketentraman yang dimaknai sebagai tuntutan yang harus
diselesaikan.11
Menurut Americans Institute of Stress, belum ada definisi stres yang bisa
diterima oleh semua orang karena perbedaan persepi oleh setiap orang. Persepsi
yang paling umum adalah ketegangan fisik, mental dan emosional. Hans Selye
mendefinisikan stres sebagai respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap
tuntutan beban. Definisi populer lainnya tentang stres adalah kondisi atau
perasaan yang dialami ketika seseorang merasa bahwa tuntutan melebihi sumber
4
daya yang dimiliki. Kebanyakan orang cenderung menganggap stres sebagai
perasaan dan emosi negatif yang dihasilkan oleh suatu masalah. 12
2.2 Etiologi
Faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan terjadinya
respon stres disebut stressor. Stressor dapat berasal dari berbagai sumber, baik
dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial dan juga muncul pada lingkungan
sekolah, kerja, rumah dan lingkungan luar lainnya. Stressor bagi individu dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 10
1. Stressor mayor
Merupakan stressor yang besar yang dapat berupa kejadian besar yang
2. Stressor minor
Merupakan stressor yang kecil yang biasanya berawal dari stimulus terkait
hal tertentu.
Stres tidak hanya berasal dari diri seseorang, tapi juga dapat berasal dari
lingkungan diantaranya adalah lingkungan fisik. Lingkungan fisik yang dapat
menyebabkan stres seperti polusi udara, kebisingan, lingkungan kontak sosial
yang bervariasi, serta kompetisi hidup yang tinggi. Selain itu, sumber stres yang
lain meliputi hal-hal berikut :
Hal ini berkaitan dengan konflik, dimana pendorong dan penarik konflik
menimbulkan 2 kecenderungan yang berkebalikan yaitu approach dan
avoidance. Kecenderungan ini menghasilkan tipe dasar konflik sebagai berikut:
5
Approach-approach conflict.
Avoidance-avoidance conflict.
Approach-avoidance conflict.
2. Dalam keluarga
6
c. Adanya anggota keluarga yang sakit, cacat, dan meninggal, yang
pada umumnya mengharuskan anggota keluarga lain untuk
beradaptasi.
7
Menurut Yusoff dan Rahim (2014), stressor pada mahasiswa kedokteran
terbagi menjadi enam kelompok yaitu :
8
4. SRS (Social Related Stressor)
9
Semakin berat stres, kelenjar adrenal akan menghasilkan kortisol semakin banyak
dan menekan sistem imun. 16
Gambaran fisiologi terjadinya stress17
10
reaksi menghindar melalui satu mekanisme rangkap: satu respon saraf, jangka
16
pendek, dan satu respon hormonal yang bersifat lebih lama.
a. Genetika
b. Case history
c. Pengalaman hidup
d. Tidur
e. Diet
f. Postur tubuh
11
g. Penyakit
2. Faktor psikologis
a. Persepsi
b. Emosi
c. Situasi psikologis
d. Pengalaman hidup
3. Faktor lingkungan
a. Lingkungan fisik.
12
sebagainya.
b. Lingkungan biotik
c. Lingkungan sosial
Hubungan buruk dengan orang tua, teman, serta rekan kerja dapat
menjadi pencetus stres bagi individu tersebut jika tidak dapat
memperbaiki hubungannya. 10, 13
Terdapat empat jenis atau tipe stres, antara lain sebagai berikut : 10
1. Frustasi
2. Konflik
13
diharapkan sehingga membutuhkan adanya suatu penyesuaian.
3. Tekanan
4. Kecemasan
1. Stres akut
Stres akut merupakan bentuk yang paling umum. Dalam dosis kecil
stress akut akan terasa mendebarkan dan menyenangkan, tapi jika terlalu
banyak akan terasa melelahkan. Respon yang berlebihan pada stres jangka
pendek dapat menyebabkan tekanan psikologis, sakit kepala, sakit perut
dan gejala lainnya. Stres akut dapat dialami oleh siapapun, namun stres ini
dapat diatasi dan dikendalikan.
Stres akut terjadi dalam jangka pendek sehingga stres ini tidak adekuat
untuk menyebabkan kerusakan yang pada tubuh. Gejala yang paling umum
adalah:
a. Tekanan emosional.
b. Masalah otot
14
Gejala yang dapat ditimbulkan yaitu nyeri kepala tegang otot, nyeri
punggung, nyeri rahang dan ketegangan otot yang menyebabkan masalah
pada otot, tendon, dan ligamen.
Terjadi gangguan pada lambung, usus halus, dan usus besar seperti
sakit maag, perut kembung, diare, konstipasi dan gejala iritasi usus.
d. Rangsangan berlebihan
3. Stres kronis
Stres kronis tidak seperti stres akut yang dapat terasa mendebarkan dan
menyenangkan. Stres kronis dapat merusak tubuh, pikiran, dan jiwa. Stres
kronis merupakan stres yang terus berlangsung hingga bertahun-tahun. Stres
kronis muncul apabila seseorang tidak menemukan jalan keluar dari situasi
yang menyedihkan sehingga stres ini tidak akan pernah berakhir. Stres kronis
juga dapat diartikan sebagai tuntutan dan tekanan yang terus berlangsung
untuk waktu yang sangat lama. Contohnya stres karena miskin, disfungsional
keluarga, terjebak dalam pernikahan yang tidak bahagia atau dalam
pekerjaan atau karir yang tidak bagus.19
15
Berdasarkan persepsi masing-masing individu, stres digolongkan
menjadi dua :
1. Stres Tahap I
Merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan sering disertai dengan
perasaan-perasaan sebagai berikut, yaitu :
2. Stres Tahap II
Pada tahap ini dampak stres pada tahap I yang awalnya “menyenangkan”
mulai menghilang, dan timbul beberapa keluhan yang disebabkan karena
kurangnya energi untuk melakukan aktivitas seperti biasanya. Cadangan energi
yang berkurang disebabkan oleh kurangnya waktu untuk beristirahat. Istirahat
yang cukup bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi yang
16
mengalami defisit. Analog dengan hal ini adalah misalnya handphone (HP)
yang sudah lemah harus kembali diisi ulang (di-charge) agar dapat digunakan
lagi dengan baik. Keluhan-keluhan yang sering dirasakan oleh seseorang yang
berada pada stres tahap II adalah sebagai berikut, yaitu:
e. Detak jantung terasa lebih cepat dan lebih keras dari biasanya
(berdebar-debar).
17
4. Stres tahap IV
Stres tahap IV merupakan lanjutan dari stres tahap III yang tidak ditatalaksana
dengan baik. Stres tahap ini juga dapat muncul pada sebagian orang yang
memeriksakan dirinya ke dokter pada tahap III, namun dinyatakan tidak sakit
karena tidak ditemukan kelainan fisik pada tubuhnya. Bila hal ini terjadi dan
orang tersebut terus memaksakan diri untuk bekerja serta tidak beristirahat
dengan cukup, maka gejala pada stres tahap IV akan muncul sebagai berikut:
5. Stres tahap V
Bila keadaan pada stres tahap IV berlanjut, maka seseorang akan jatuh
18
d. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat,
mudah bingung dan panik.
6. Stres tahap VI
Bila dikaji maka keluhan atau gejala yang terjadi saat stres lebih didominasi
oleh keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal (fungsional) organ
tubuh sebagai akibat stressor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang
untuk mengatasinya.20
1. Stres normal
Stres normal merupakan stres yang terjadi secara alamiah dalam diri
19
seseorang. Stres ini dapat terjadi dalam situasi yang sering dihadapi
oleh sebagian besar orang. Stres normal dapat terjadi dalam
beberapa keadaan seperti, kelelahan setelah mengerjakan tugas,
takut tidak lulus ujian dan lain-lain.
2. Stres ringan
3. Stres sedang
4. Stres berat
Merupakan stres kronis yang terjadi dalam waktu yang sangat lama,
bisa dalam waktu beberapa bulan hingga waktu yang tak dapat
ditentukan. Pada tingkat ini seseorang akan merasa hidupnya tidak
berguna dan bisa menyebabkan orang tersebut berada pada fase
depresi berat.19
20
2.8 Respons stres
Menurut Rasmun (2004) respon stres pada setiap orang berbeda-beda
bergantung pada beberapa faktor seperti persepsi individu terhadap stressor,
intensitas terhadap stimulus, jumlah stressor yang harus dihadapi dalam waktu
yang sama, lamanya terpapar oleh stressor, pengalaman masa lalu terhadap
stressor yang sama, tingkat perkembangan stressor.
1. Respon fisiologis
2. Respon kognitif
3. Respons emosi
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Hans Selye, respons tubuh
terhadap stres terbagi dua yaitu :
21
Merupakan respons setempat tubuh terhadap stres. Respon setempat ini
terjadi dalam waktu singkat. Karakteristik LAS adalah sebagai berikut :
a. Respon yang terjadi tidak melibatkan semua sistem organ dan hanya
terjadi setempat.
Pada fase ini terjadi peningkatan sistem pertahanan dari tubuh dan
pikiran. Ditandai dengan peningkatan curah jantung, peredaran darah
cepat, serta darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala. Hal
ini disebabkan oleh pengaktifan saraf simpatetik. Respon ini berlangsung
beberapa menit sampai beberapa jam, namun jika individu tersebut tidak
dapat mengatasinya maka tubuh akan masuk ke fase resistensi.
Merupakan fase terakhir dari stres yang belum dapat diatasi pada
fase sebelumnya. Energi untuk penyesuaian telah terkuras sehingga
timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala,
gangguan mental, penyakit arteri koroner, dan sebagainya. Jika
cadangan energi telah menipis atau habis dan tidak dapat lagi dilakukan
22
usaha untuk melawan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian.
1) Sifat stresor
Sifat stresor merupakan faktor yang dapat mempengaruhi respon tubuh terhadap
stresor. Sifat stresor ini dapat berupa tiba-tiba atau berangsur-angsur. Sifat ini
pada setiap individu dapat berbeda tergantung dari pemahaman tentang arti
stresor.
2) Durasi stresor
Lamanya stresor yang dialami klien akan mempengaruhi respon tubuh, apabila
stresor yang dialami lebih lama maka respon yang dialaminya juaga lebih lama
dan dapat mempengaruhi dari fungsi tubuh yang lain.
3) Jumlah stresor
Jumlah stresor yang dialami oleh seseorang dapat menentukan respon tubuh.
Semakin banyak stresor yang dialami oleh seseorang dapat menimbulkan dampak
besar bagi fungsi tubuh, sebaliknya dengan jumlah stresor yang banyak dan
kemampuan adaptasi yang baik maka seseorang akan memiliki kemampuan dalam
mengatasinya.
Pengalaman ini juga dapat mempengaruhi respon tubuh terhadap stres yang
dimiliki. Semakin banyak stresor dan pengalaman yang dialami dan mampu
23
menghadapinya, makasemakin baik dalam mengatasinya sehingga kemampuan
adaptifnya akan semakin baik pula.
5) Tipe Kepribadian
6) Tingkat Perkembangan
Tingkat perkembangan pada individu ini juga dapat mempengaruhi respon tubuh
dimana semakin matang dalam perkembangannya maka semakin baik pula
kemampuan untuk mengatasinya. Dalam perkembangannya kemampuan individu
dalam mengatasi stresor berbeda-beda.
24
Merupakan usaha untuk mengurangi stres dengan mengubah masalah yang
dihadapi serta mengurangi sumber dari situasi yang penuh dengan stres
atau memperluas cara untuk mengatasinya. Metode ini sering dipakai pada
individu yang percaya bahwa sumber dari situasinya dapat diubah. Strategi
yang dipakai sebagai berikut, yaitu :
a. Confrontative coping
a. Self-control
b. Distancing
c. Positive reappraisal
25
dengan berfokus pada pengembangan diri serta melibatkan hal-hal
yang bersifat religius.
d. Accepting responsibility
e. Escape/avoidance
26
Tabel 1 Daftar Pertanyaan PSS-10
Keterangan :
Pertanyaan 4,5,7,8, ubah skor seperti berikut : 0=4, 1=3, 2=2, 3=1, 4=0
Kemudian jumlah total skor
Skor 0-13 : tingkat stres rendah
Skor 14-26 : tingkat sres sedang
Skor 27-40 : tingkat stres tinggi
2. Depression Anxiety Stres Scale 42 and 21 (DASS 42 dan21)
DASS merupakan suatu skala untuk mengukur status emosional negatif
dari depresi, stres dan kecemasan yang dibuat oleh Lovibond & Lovibond (1993).
Terdiri dari DASS 42 dan DASS 41 yaitu DASS 42 terdiri dari 42 gejala emosi
negatif sedangkan DASS 21 terdiri dari 21 gejala yang dinilai. Dengan tingkatan
stres yang dinilai yaitu normal, ringan, sedang, berat dan sangat berat.
27
Intrapersonal and Interpersonal Related Stressors (IRS), Group Activities Related
Stressors (GARS), Drive and Desire Related Stressors (DRS) seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya. Tingkatan stres pada kuesioner ini yaitu ringan, sedang,
berat dan sangat berat. Berikut kuesioner MMSQ:
Bagian A
No. Pernyataan 0 1 2 3 4
1 Tes/ujian
2 Berbicara dengan pasien terkait masalah pribadi
pasien (*)
3 Konflik dengan mahasiswa lain
4 Sistem ujian
5 Kekerasan verbal atau fisik dari mahasiswa lain
6 Keinginan orangtua untuk kuliah di jurusan
kedokteran
7 Keinginan untuk melakukan sesuatu dengan baik
(aku pasti bisa)
8 Materi perkuliahan kurang tersedia dengan baik
(buku terbatas, slide dosen sulit didapat)
9 Konflik personal atau dengan diri sendiri
10 Beban tugas yang berat
11 Berpartisipasi dalam diskusi
12 Jadwal perkuliahan yang padat
13 Partisipasi dalam presentasi di kelas
14 Kurangnya bimbingan dari dosen
15 Merasa tidak mampu dalam suatu hal
16 Ketidak pastian dalam diri (mampukan aku
menjadi dokter?) (*)
17 Kurang latihan keterampilan klinis
18 Kurangnya waktu untuk bersama keluarga dan
teman
28
19 Kompetisi yang ketat dengan mahasiswa lain
20 Kurangnya kemampuan mengajar para dosen
(cara mengajar yang membosankan)
Bagian B
No. Pernyataan 0 1 2 3 4
29
yang biasa-biasa saja mendapat nilai bagus)
37 Kurangnya apresiasi/ tidak dihargai atas
pekerjaan yang telah anda selesaikan dengan
dengan baik)
38 Menegerjakan sesuatu dengan komputer
39 Kekerasan verbal atau fisik dari diri sendiri
40 Beban tanggung jawab dalam keluarga
Tabel 2 Daftar Pertanyaan MSSQ
Untuk pertanyaan yang ditandai (*), artinya jika belum masuk tahap preklinik
(koas/dokter muda), bayangkan saja jika sedang berada dalam kondisi seperti itu.
Keterangan :
0 : tidak menimbulkan stres
1 : sedikit menimbulkan stres
2 : cukup menimbulkan stres
4 : sangat banyak menimbulkan stres
Cara penilaian MSSQ secara keseluruhan adalah semua item ditambahkan total
skornya kemudian di bagi 40, kemudian hasilnya disesuaikan dengan tabel
dibawah ini :
30
Untuk mengetahui masing-masing dimensi atau domain penyebab stres pada
mahasiswa kedokteran maka dimensi stres di hitung per item, seperti tabel
dibawah ini :
31
Keterangan :
I. Academic Related Stressors (ARS) : 1,4,7,10,12,17,19,23,25,27,30,33,36
II. Intrapersonal and interpersonal related stressor (IRS) : 3,5,9,26,28,31,39
III. Teaching and Learning Related Stressors (TLRS) : 8,14,16,20,22,35,37
IV. Social Related Stressor : 2,18,21,24,29,38
V. Drive and Desire Related Stressors (DRS) : 6,32,40
VI. Group Activities Related Stressors (GARS) : 11,13,15,34
Dari bebera digunakan pada penelitian kali ini karena MSSQ merupakan
instrumen yang valid dan dapat diandalkan serta telah diujicobakan pada 761
mahasiswa fakultas kedokteran dengan berbagai macam etnis, kultur dan agama
di Malaysia. Serta dapat mengidentifikasi jenis stressor dan intensitas stres pada
mahasiswa kedokteran.
32
Setiap semester memiliki modul sendiri yang harus dicapai, berikut ini
modul sesuai semester 1-4:
Semester I : Fisiologi
Mampu menjelaskan teori dasar Obstetri dan Ginekologi serta
pengetahuan klinik umum lainnya yang berhubungan dengan teori dasar
tersebut
Mampu melaksanakan pemeriksaan dan membuat diagnosis kasus kasus
Obstetri tanpa penyulit dan kasus ginekologi ringan serta pertolongan
persalinan fisiologis.
Mampu menghayati secara klinis analitik dan rasional ilmiah teori dasar
tersebut.
Semester II : Patologi I
Mampu menjelaskan teori klinik Obstetri patologi (persalinan dan masa
nifas)
Mampu melakukan tatalaksana kehamilan patologi
Mampu melaksanakan tindakan operatif pervaginam (vakum ekstraksi dan
forcepekstraksi)
Mampu melakukan kompetensi diagnostik ultrasonografi dasar kasus
kasus dibidang Obstetri
33
Mampu menghayati secara kritis analitis dan rasional ilmiah teori tersebut
dengan menggunakan fasilitas kepustakaan
1. Semester 1
Tugas Ilmiah:
Keterampilan diuji
ANC
APN (4 laporan)
2. Semester II
Tugas Ilmiah
Vakum (3 kasus)
Kuretase (3 kasus)
34
3. Semester III
Tugas ilmiah
Proposal
Ilmiah nasional
4. Semester IV
Tugas Ilmiah
Proposal
Histerektomi (3 kasus)
Miomektomi (3 kasus)
Daftar tugas ilmiah dan keterampilan klinis yang diuji merupakan syarat
wajib untuk naik tingkat dan akan diperiksa saat judisium. Jika tidak tercapai,
maka ada kompensasi yang didapatkan dengan system kartu, yaitu kartu biru,
kuning, dan merah. Kebijakan pemberian hukuman dibicarakan oleh staf
penanggung jawab pendidikan yang dipimpin oleh Kepala Program studi. 9
35
BAB 3
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
36
1. Średniawa A DD, Krotos A, Wojtaś D, Kostecka N, Tomasik T. Insomnia
and the level of stress among students in Krakow, Poland.,
2019;00(0):000-000. TPP.
2. Kupriyanov R, & Zhdanov, R. (2014). The eustress concept: Problems and
out-looks. World Journal of Medical Sciences, 11(2), 179-185. doi:
10.5829/idosi.wjms. 2014.11.2.8433.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan kementrian Kesehatan RI.
Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan RI. 2013. Diakses 28
Januari 2020. Tersedia pada
www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%2020
13.pdf.
4. Teori Stres: Stimulus, Respons, dan Transaksional. In: (NTOU) NTOU,
editor. Buletin Psikologi2016. p. Vol. 24, No. 1, 1 – 11.
5. Putri IA, Soedibyo S. Tingkat Depresi Peserta Program Pendidikan Dokter
Spesialis Ilmu Kesehatan Anak FKUI RSCM dan faktor-Faktor yang
Terkait. Sari Pediatri. 2011;13(1):70-8.
6. Issa B, Yussuf Ad, Olanrewaju GT, Oyewale AO. Stress in residency
training as perceived by resident doctors in a Nigerian university teaching
hospital. Eur J Sci Res 2009;30:253-9.
7. West CP, Tan AD, Shanafelt TD. Association of resident fatigue and
distress with occupational blood and body fluid exposures and motor
vehicle incidents. Mayo Clinic proceedings. 2012;87(12):1138-44.
8. Ebrahimi S, Kargar Z. Occupational stress among medical residents in
educational hospitals. Annals of occupational and environmental medicine.
2018;30:51.
9. Buku Pedoman Program Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan
Ginekologi Universitas Andalas. Padang. 2018.
10. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s Synopsis of
Psychiatry:Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry.11th ed. Philadelphia:
Lippincott Wolters, Kluwer: . 2015.
11. Pasqualucci PL, Damaso LLM, Danila AH, Fatori D, Lotufo Neto F, Koch
VHK. Prevalence and correlates of depression, anxiety, and stress in
medical residents of a Brazilian academic health system. BMC medical
education. 2019;19(1):193.
12. American Institute of Stress. American institute of stress.
http://www.stress.org/ daily-life/ - Diakses Januari 2020
13. Nasir A, Muhith A. Dasar-dasar keperawatan jiwa: pengantar dan teori. 1st
ed. Jakarta : Salemba Medika; 2011. p. 75-95.
14. Calaguas GM. College academic stress: differences along gender lines.
Pampanga: Journal of social and development sciences. 2011;1(5):194–
201.
37
15. Yusoff MSB, Rahim AFA. The medical student stressor questionnaire
MSSQ) manual. Kota Bharu: KKMED Publication; 2010. p. 1-21. .
16. Vishwanath. 2014. Hormone export not mediated by membrane vesicle. In
Basic & Clinical Endocrinology.7th editon. Philadelpia. Lippincot;. p.53-8
Yusuf, S. (2009).Psikologi perkembangan anak dan remaja.Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
17. Dampak stres terhadap kesehatan berkepanjangan. Sains Pop.
https://sainspop.com/dampak-stres-berkepanjangan-terhadap-kesehatan/
diakses 10 Februari 2020.
18. Saiful M. 2014. The Medical Student Stressor Questionner (MSSQ)
Manual. www.Researchgate/MSSQ-diakses tanggal 2 Februari 2020.
19. American Physcological Association. Stress : the different kind of stress
(Internet). American Physcological Association. 2018 (Diakses Desember
2020). Tersedia dari: http://www.apa.org/helpcenter/stress-kinds.aspx. .
20. Hawari D. Manajemen stres, cemas, dan depresi. 2nd ed. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2008. p.17-37. .
21. Pinel, J. P. J. 2009. Biopsikologi.Ed. 7. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Hal
557-565.
22. Gaol, Lumban. 2016.Teori Stres : Stimulus, Respon, dan Transaksional.
Buletin psikologi; Taiwan: Vol.24 No.1, p1-11.
23. Bogdan F. Covaliu, Norina Predescu, Sebastian M. Armean, Costin
minoiu. 2017. Stress as a risk factor for menstrual disorders. HVM
Bioflux. Romania : HVM; .Vol.9 p.6-10.
38