Anda di halaman 1dari 16

Mata Kuliah : Epidemiologi Lanjut

Dosen : Prof. Dr. Ridwan, SKM., M.Kes., M.Sc.,PH

TUGAS KELOMPOK

“APLIKASI EPIDEMIOLOGI DALAM ASPEK KESEHATAN KERJA”

Disusun oleh :
KELOMPOK 3
1. Saskia Kurniati (K012202044)
2. Yunita Cahyani Pratiwi (K012202053)
3. Sry Novi Yanti Sofya (K012211003)
4. Noviana Apalem (K012211065)

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Aplikasi Epidemiologi Dalam Aspek
Kesehatan Kerja. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Epidemiologi Lanjut. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami dari Kelompok 3 mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ridwan,
SKM., M.Kes., M.Sc.,PH selaku Dosen mata kuliah Epidemiologi Lanjut yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai bidang
studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Makassar, 22 Oktober 2021

Kelompok III

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................................1


KATA PENGANTAR .........................................................................................................2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................4
A. Latar Belakang .......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................5
C. Tujuan ....................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................6
A. Pengertian Epidemiologi K3 ..................................................................................6
B. Tujuan Epidemiologi K3 ........................................................................................6
C. Manfaat Epidemiologi K3 ......................................................................................6
D. Sumber Data Epidemiologi K3 ..............................................................................7
E. Ruang Lingkup Epidemiologi K3 ..........................................................................7
F. Aplikasi Epidemiologi dalam Aspek Kesehatan Kerja ..........................................8
BAB III PENUTUP .............................................................................................................14
A. Kesimpulan ..........................................................................................................14
B. Saran .....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Epidemiologi K3 adalah penerapan ilmu epidemiologi dalam kesehatan kerja agar
tenaga kerja dapat bekerja secara aman, nyaman, sehat dan produktif serta berusaha
terhindar dari risiko bahaya di tempat kerja. Penerapan konsep epidemiologi dalam
lingkup K3 adalah suatu upaya memahami risiko terjadinya penyakit atau cedera dalam
rangka melakukan tindakan upaya pencegahan atau pengendalian. Dalam hal ini
epidemiologi kesehatan kerja akan menentukan dan mempelajari faktor determinan dari
penyakit akibat kerja terhadap kejadian kecelakaan kerja dan distribusinya pada
masyarakat pekerja.(Harington & Gill,2005)
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat
kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian penyakit akibat kerja
merupakan penyakit yang artificial atau man mad disease. World Health Organization
(WHO) membedakan empat kategori penyakit akibat kerja: penyakit yang hanya
disebabkan oleh pekerjaan, seperti Pneumokoniosis, penyakit yang salah satunya
penyebabnya ialah pekerjaan, seperti carcinoma Bronkhogenik, penyakit dengan
pekerjaan merupakan salah satu penyebab diantara faktor-faktor penyebab lainnya seperti
Bronchitis kronis, penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada
sebelumnya seperti Asma.
Faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja sangat banyak, tergantung pada bahan
yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja. Pada umumnya
faktor penyebab dapat dikelompokkan dalam 5 golongan antara lain: golongan fisik
(suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang sangat tinggi, vibrasi,
penerangan lampu yang kurang baik), golongan kimiawi (bahan kimiawi yang digunakan
dalam proses kerja, maupun yang terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu,
uap, gas, larutan, awan atau kabut), golongan biologis (bakteri, virus atau jamur),
golongan fisiologis (biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan cara kerja),
golongan psikososial (lingkungan kerja yang mengakibatkan stres).
Aplikasi epidemiologi di dunia usaha dan dunia kerja berspektrum luas, bisa
dalam bentuk epidemiologi deskriptif yang sederhana sampai kepada epidemiologi
analitik yang kompleks. Dalam bentuk sederhana seperti menghitung frekuensi distribusi
kecelakaan kerja atau absensi sakit, analisis trend dan diteruskan dengan memberikan
rekomendasi, untuk menetapkan program perbaikan berdasarkan faktor risiko yang
4
teridentifikasi, hal ini dilakukan dalam rangka menurunkan angka kecelakaan atau angka
absensi. Lebih lanjut, praktisi K3 dapat bekerjasama dengan akademisi melakukan studi
epidemiologi analitik yang lebih kompleks, mencari faktor risiko yang merupakan
determinan penting terjadinya gangguan kesehatan atau kecelakaan kerja, untuk
digunakan sebagai masukan dalam perencanaan program K3. Dalam makalah ini,
disajikan beberapa contoh aplikasi epidemiologi deskriptif dan analitik di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja, di dunia usaha dan dunia kerja, baik formal maupun
informal.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah makalah ini adalah:
1. Apa pengertian epidemiologi K3.
2. Apa tujuan epidemiologi K3.
3. Apa manfaat epidemiologi K3.
4. Apa sumber data epidemiologi K3.
5. Apa ruang lingkup epidemiologi K3.
6. Bagaimana aplikasi epidemiologi dalam aspek Kesehatan kerja.
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian epidemiologi K3.
2. Untuk mengetahui tujuan epidemiologi K3.
3. Untuk mengetahui manfaat epidemiologi K3.
4. Untuk mengetahui sumber data epidemiologi K3.
5. Untuk mengetahui ruang lingkup epidemiologi K3.
6. Untuk mengetahui aplikasi epidemiologi dalam aspek Kesehatan kerja.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Epidemiologi K3
Epidemiologi K3 adalah penerapan ilmu epidemiologi dalam kesehatan kerja

agar tenaga kerja dapat bekerja secara aman, nyaman, sehat dan produktif serta berusaha

terhindar dari risiko bahaya di tempat kerja. Penerapan konsep epidemiologi dalam

lingkup K3 adalah suatu upaya memahami risiko terjadinya penyakit atau cedera dalam

rangka melakukan tindakan upaya pencegahan atau pengendalian. Dalam hal ini

epidemiologi kesehatan kerja akan menentukan dan mempelajari faktor determinan dari

penyakit akibat kerja terhadap kejadian kecelakaan kerja dan distribusinya pada

masyarakat pekerja.(Harington & Gill,2005).

B. Tujuan Epidemiologi K3

1. Untuk menentukan pemapar yang menyebabkan penyakit akibat pekerjaan atau

gangguan kesehatan dan merekomendasi upaya pencegahan serta menyediakan data

untuk proyeksi yang akan datang. Pendekatan yang dilakukan dalam epidemiologi

kesehatan keselamatan kerja experimental, Observasional (retrospektif dan

prospektif).

2. Penilaian standar paparan yang melibatkan mekanisme induksi penyakit dan prediksi

hubungan antara dosis-respon.

C. Manfaat Epidemiologi K3

Manfaat epidemiologi dalam lingkup kesehatan keselamatan kerja dalam

penganalisa status kesehatan pekerja adalah:

1. Mengidentifikasi faktor sebagai bahan perencanaan, manajemen dan evaluasi.

2. Menyusun standar keselamatan Kesehatan Kerja

6
3. Menggambarkan mekanisme toksisitas dan proporsi kelompok tenaga kerja yang

terpapar hazards ke arah perkembangan atau timbulnya penyakit akibat pekerjaan atau

gangguan kesehatan

4. Melihat banyaknya kesakitan akibat penyakit akibat pekerjaan atau kecelakaan kerja

antara berbagai kelompok tenaga kerja.

D. Sumber Data Epidemiologi K3

1. Industri Based. Sumber data yang memaparka mengenai identifikasi potensial toksin

bahan, sumber data dan kebutuhan spesifik yang tersedia, rekontruksi sejarah paparan,

data hubungan paparan dengan pekerja dan monitoring prospektif paparan.

2. Community Based. Data yang bersumber dari riwayat individu, laporan RS, laporan

registrasi penyakit, sertifikat kematian dan sensus.

E. Ruang Lingkup Epidemiologi K3

Ruang lingkup atau manfaat epidemiologi kesehatan kerja diantaranya :

1. Penyebab (causation), Pertama, terdapat tiga faktor penyebab terjadinya kecelakaan

kerja diantaranya faktor agen, host, dan lingkungan. Dari ketiga faktor tersebut

memiliki peran dalam penentu faktor kesehatan dari para pekerjanya. Pada faktor

lingkungan dibagi lagi penjabaran lima faktor diantaranya faktor psikologis, faktor

biologis, faktor kimia, faktor kecelakaan, dan faktor fisika. Yang termasuk faktor

psikologis adalah tingkat stress, pembagian pekerjaan, serta hubungan dalam

penggajian pekerja dan lain-lain. Faktor biologis dipengaruhi oleh aktivitas organisme

yang berada pada lingkungan pekerjaan seperti bakteri, virus, dan parasit. Faktor

kimia misalnya debu, bahan kimiawi, rokok. Faktor kecelakaan diantaranya situasi

bahaya dan sebagainya. Dan faktor fisika misalnya iklim, bising, cahaya, radiasi.

2. Riwayat alamiah penyakit (natural history of desease), Kedua, riwayat penyakit

ilmiah menunjukkan peranan hubungan antar faktor-faktor tadi secara berganda.

7
3. Menjelaskan status kesehatan populasi pekerja (description of health status of

population), Ketiga, mendeskripsikan status kesehatan pekerja, dengan adanya

epidemiologi K3 kita dapat mengetahui status dari kesehatan pekerja.

4. Melakukan penilaian terhadap perlakuan yang diberikan (evaluasi of intervetion).

Keempat, evaluasi yang merupakan penilaian terhadap perlakuan yang diberikan.

Dengan hasil yang telah didapatkan, kita dapat melakukan beberapa tindakan dalam

upaya mencapai kesehatan dengan mengadakan promosi kesehatan, pelayanan

kesehatan masyarakat, dan pelayanan pengobatan.

F. Aplikasi Epidemiologi Dalam Aspek Kesehatan Kerja

1. Jurnal 1: Peran Penting Kesehatan Kerja Surveilans untuk Tenaga Kesehatan

Selama Pandemi COVID-19 (Francesco Chirico and Nicola Magnavita, (2020)).

Di fasilitas perawatan kesehatan di mana pengawasan kesehatan petugas

kesehatan berlanjut selama epidemi, telah diamati bahwa mereka yang telah menjalani

pajanan tanpa pelindung kepada pasien infeksi atau tertular infeksi memiliki

peningkatan risiko insomnia, kecemasan, dan depresi yang signifikan (Magnavita et

al.., 2020).

Penularan SARS-CoV-2 oleh pekerja atau pasien tanpa gejala dimungkinkan

dan virus memiliki tingkat penularan yang tinggi di lingkungan dalam ruangan seperti

rumah sakit. Melakukan program surveilans kesehatan dengan intervensi profesional

kesehatan kerja di lingkungan rumah sakit dapat mencegah pekerja dan pasien dari

sakit. Karena saat ini tidak ada pendekatan pengujian antibodi andal yang tersedia

secara luas yang direkomendasikan untuk menunjukkan infeksi COVID-19 saat ini

dan sebelumnya, penggunaannya dapat menimbulkan masalah teknis dan etika.

Sebaliknya, tes serologi dapat berguna untuk melakukan survei seroprevalensi

(misalnya, survei geografis skala besar, survei tingkat komunitas, dan survei skala

8
kecil yang berfokus pada populasi tertentu; CDC, 2020b). Tes virus adalah alat

terbaik yang tersedia untuk mendiagnosis infeksi saat ini dengan SARS-CoV-2 dan

tes di tempat perawatan, yang berarti hasilnya mungkin tersedia di tempat pengujian

dalam waktu kurang dari satu jam, bisa sangat berguna. Pengujian petugas kesehatan

harus dipertimbangkan tidak hanya dalam kasus pekerja dengan gejala, diketahui atau

diduga terpapar SARS-CoV-2, atau dengan diagnosis COVID-19 sebelumnya, tetapi

secara rutin pada semua pekerja perawatan kesehatan yang bekerja di rumah sakit dan

perawatan di rumah (CDC, 2020b).

Waktu tes harus direncanakan berdasarkan proses penilaian risiko, yang

harus mempertimbangkan risiko pekerja karena faktor individu dan organisasi

(misalnya, frekuensi dan jenis paparan) dan risiko individunya untuk hasil yang buruk

karena tingkat lanjut. usia atau kondisi kronis (Larochelle, 2020). Selain itu, program

surveilans kesehatan kerja harus digunakan untuk memantau kesehatan mental

petugas kesehatan yang mungkin menghadapi kecemasan, depresi, dan/atau kelelahan

karena beban emosional yang tinggi yang disebabkan oleh keadaan darurat kesehatan

ini (Chirico et al., 2020). Semua tindakan ini dapat meningkatkan proses perawatan

dan mencegah tingginya tingkat infeksi yang, di Italia dan di tempat lain, telah

menghabiskan tenaga kerja perawatan kesehatan yang sudah kelelahan. Akhirnya,

semua tindakan ini harus disesuaikan dengan tren epidemi COVID-19 melalui proses

penilaian risiko dan merupakan contoh yang baik tentang bagaimana surveilans

kesehatan kerja dapat membantu sistem surveilans epidemiologi penyakit menular

yang mewakili ancaman kesehatan masyarakat (Chirico & Magnavita, 2019 ).

9
2. Jurnal 2 : Occupational Characteristics in the Outbreak of the COVID-19 Delta

Variant in Nanjing, China: Rethinking the Occupational Health and Safety

Vulnerability of Essential Workers ( Yujun Liu , Bowen Yang , Linping Liu,

Maitixirepu Jilili and Anuo Yang (2021).

Abstrak: Risiko tertular COVID-19 bervariasi menurut pekerjaan.

Mengklarifikasi perbedaan pekerjaan dalam risiko infeksi sangat penting untuk

pencegahan dan pengendalian epidemi di tempat kerja. Pada akhir Juli, beberapa

kasus baru COVID-19 dikonfirmasi di antara petugas kebersihan yang bekerja di

Bandara Internasional Lukou di Nanjing, Cina. Kasus yang terinfeksi dengan cepat

meningkat dan menyebar ke banyak kota domestik pada hari-hari berikutnya.

Penelitian ini menelusuri laporan singkat penyelidikan epidemiologi di antara kasus-

kasus yang dikonfirmasi yang dirilis oleh pemerintah Nanjing dari 20 Juli hingga 2

Agustus, dan menawarkan analisis deskriptif tentang distribusi pekerjaan dari kasus-

kasus ini. Pembersih dan staf lain yang bekerja di bandara ditemukan lebih dari 40%

dari semua kasus. Sebagian besar kasus bersih dikonfirmasi dalam 7 hari pertama.

Studi ini secara statistik memastikan bahwa petugas kebersihan bandara adalah

penderita dan pemancar awal dalam wabah ini. Mereka mengalami kerentanan

kesehatan dan keselamatan kerja pada tingkat individu dan kontekstual, termasuk

bahaya di tempat kerja, kebijakan keselamatan tempat kerja, dan kurangnya kesadaran

dan pemberdayaan. Perlindungan efektif bagi pekerja esensial dan pengawasan ketat

terhadap kesehatan kerja di tempat kerja sangat dibutuhkan.

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan informasi pribadi dari kasus

harian yang dikonfirmasi dari 20 Juli hingga 2 Agustus di Nanjing, termasuk jenis

kelamin, usia, pekerjaan, tanggal, dan gejala saat didiagnosis. Peneliti menemukan

bahwa hampir sepertiga dari kasus yang dikonfirmasi adalah petugas kebersihan

10
bandara, dan sebagian besar kasus petugas kebersihan dikonfirmasi dalam 7 hari

pertama wabah ini. Staf lain yang bekerja di bandara menyumbang sekitar 13% dari

semua kasus. Penularan kemudian terjadi terutama di rumah tangga dan komunitas

petugas kebersihan di dekat bandara, tanpa korelasi yang signifikan dengan pekerjaan.

Peneliti secara statistik memastikan bahwa petugas kebersihan bandara adalah

penderita awal dan pemancar awal wabah ini. Peneliti berpendapat bahwa infeksi

yang tidak proporsional di antara petugas kebersihan bandara dalam wabah ini

mencerminkan kerentanan kesehatan dan keselamatan kerja dari pekerjaan ini. Seperti

disebutkan dalam paragraf sebelumnya, petugas kebersihan bertanggung jawab atas

pembersihan dan desinfeksi penerbangan domestik dan internasional secara

bersamaan, dan diharuskan untuk membawa sampah kabin ke jembatan lounge

sendiri. Mempertimbangkan bahwa kasus baru yang dikonfirmasi setiap hari di luar

negeri jauh lebih banyak daripada di Cina daratan, tugas yang terkait dengan

penerbangan internasional menempatkan petugas kebersihan pada risiko infeksi yang

tinggi. Lebih lanjut, meskipun petugas kebersihan bandara yang tidak disebutkan

namanya mengungkapkan bahwa mereka diminta untuk mengenakan pakaian

pelindung saat membersihkan penerbangan internasional dan dilatih untuk memakai

alat pelindung diri dengan urutan yang benar, wabah ini mengungkap kesalahan

manajemen dan pengawasan untuk pembersihan dan fungsi harian bandara. Beberapa

media telah mengungkapkan bahwa bisnis pembersihan di Bandara Lukou

dialihdayakan ke perusahaan pembersih eksternal. Secara umum, perusahaan

kebersihan harus bertanggung jawab atas pekerjaan dan pelatihan petugas kebersihan

mereka, sedangkan bandara tidak terlibat dalam sistem manajemen perusahaan.

Dilaporkan bahwa petugas kebersihan bandara diminta untuk secara bersamaan

11
membersihkan penerbangan domestik dan internasional karena perusahaan pembersih

ingin menghemat biaya, dan bandara gagal melakukan tugas pengawasannya.

Wabah ini mencerminkan kelemahan outsourcing tenaga kerja, yang muncul

pada akhir abad ke-20 di Cina. Dibatasi oleh sistem penggajian kotor, banyak

perusahaan milik negara besar, seperti Bandara Lukou, mengalihdayakan layanan

tambahan mereka, seperti layanan kebersihan, ke agen khusus eksternal. Dalam mode

kerja ini, bandara adalah pihak yang dikontrak, dan perusahaan pembersih adalah

kontraktornya; tidak ada hubungan kerja yang sah antara bandara dan petugas

kebersihan. Tenaga kerja outsourcing dianggap sebagai bentuk pekerjaan yang

fleksibel dan diharapkan dapat menghemat biaya operasional; namun, hal itu juga

dapat membahayakan hak-hak karyawan, dan membahayakan mereka. Dalam kasus

Bandara Lukou, petugas kebersihan adalah korban utama salah urus.

Sebagai kesimpulan, penelitian ini menjelaskan karakteristik pekerjaan di

antara kasus terkonfirmasi wabah COVID 19 varian Delta pada akhir Juli di Nanjing.

Menggunakan data yang diambil dari laporan singkat penyelidikan epidemiologi yang

dirilis oleh pemerintah Nanjing, kami secara statistik mengkonfirmasi bahwa petugas

kebersihan bandara adalah korban awal dan pemancar awal wabah ini. Penulis

menganalisis faktor individu dan kontekstual yang menyebabkan kerentanan petugas

kebersihan bandara dalam hal kesehatan dan keselamatan kerja, dan menunjukkan

bahwa outsourcing tenaga kerja dan kesehatan dan keselamatan kerja yang secara

konsisten diabaikan di antara pekerja penting adalah sumber penularan ini. Penulis

mendesak pemerintah dan pengusaha untuk memikirkan kembali masalah ini, tidak

hanya untuk mencegah dan mengendalikan epidemi COVID-19, tetapi juga untuk

membangun tempat kerja yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan pekerja.

12
3. Contoh Kasus : Dugaan Penyakit Akibat Kerja di Pabrik Colour Printing tahun

1985

Pada tahun 1985, bagian kesehatan suatu pabrik colour printing menerima

laporan berupa tiga orang dirawat dengan kondisi hepatitis akut. Satu orang di

antaranya mengalami gagal ginjal akut. Berdasarkan kondisi tersebut, dilakukan

evaluasi faktor risiko hepatitis dan gagal ginjal akut dengan hasil sebagai berikut:

1) Keberadaan Hepatitis A dan B dapat dilihat dari IgM-HAV dan HBsAg orang

sakit dibandingkan dengan orang tang tidak sakit. Hasil pemeriksaan tidak

menemukan pasien terinfeksi virus hepatitis

2) Kebiasaan minum alkohol tidak ditemukan

3) Keberadaan pelarut di tempat kerja (misalnya kloroform), dengan rincian sebagai

berikut:

a. 17 dari 25 orang pekerja memiliki fungsi hati yang abnormal

b. Pekerja pernah bekerja di salah satu dari 3 ruangan dengan sistem 1 AC

c. Pekerja lain merupakan pembersih mesin cetak (terpajan CCl4) d. Dilakukan

simulasi membersihkan mesin (diketahui kadar lingkungan 115 – 495 ppm).

Dari kasus tersebut dapat ditarik simpulan berupa:

1) Diduga CCl4 merupakan faktor risiko

2) Setelah eliminasi CCl4, tidak ditemukan kasus baru

3) Perbaikan orang sakit setelah stop pajanan

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Epidemiologi dapat digunakan sebagai alat ilmiah yang sederhana dan

mampu-laksana dalam menilai besar masalah, menentukan faktor risiko yang

dominan terjadinya kecelakaan kerja dan/atau gangguan kesehatan pekerja, untuk

menetapkan tindakan perbaikan di dunia usaha dan dunia kerja. Sejalan dengan itu,

data di perusahaan baik data demografi, riwayat pekerjaan, hasil pemantauan hazard

di tempat kerja, dan hasil pemeriksaan kesehatan pekerja sejak awal sebagai calon

pekerja, berkala, sebelum penempatan pada kasus rotasi atau mutasi kerja, serta rekam

medik selama ia berobat, semuanya dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu

K3 melalui penelitian yang lebih kompleks, seperti studi kohort atau studi kasus

kontrol, dalam rangka menganalisis hubungan antara faktor risiko dan penyakit terkait

kerja secara lebih akurat, bahka sampai ke tingkat seluler dan molekuler. Diharapkan

kegitan ini dapat menjawab patogenesis suatu penyakit spesifik yang timbul di

kalangan pekerja.

B. Saran

Dari pembahasan di atas, dalam rangka meningkatkan mutu upaya

keselamatan dan kesehatan kerja, saran praktis yang dapat diberikan adalah seperti

berikut.

1. Di tempat kerja, minimal menerapkan epidemiologi deskriptif

2. Praktisi K3 diberikan pelatihan agar kompeten dalam menggunakan epidemiologi

untuk menyelesaikan masalah K3 di lapangan

3. Meningkatan kuantitas dan kualitas pengumpulan data

4. Meningkatan pemanfaatan data

14
5. Meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan (link and match) antara perguruan

tinggi dengan dunia usaha/kerja atau antara akademisi dan praktisi

15
DAFTAR PUSTAKA

Chirico, F., Nucera, G., & Magnavita, N. (2020). Protecting healthcare workers is a priority.
Infection Control and Hospital Epidemiology. Advance online publication.
https://doi. org/10.1017/ice.2020.148.
Chirico, F., Nucera, G., & Magnavita, N. (2020). The Crucial Role of Occupational Health
Surveillance for Health-care Workers During the COVID-19 Pandemic . Workplace
Health & Safety.
Feng, M.; Ling, Q.; Xiong, J.; Manyande, A.; Xu, W.; Xiang, B. (2021). Occupational
characteristics and management measures of sporadic COVID-19 outbreaks from
June 2020 to January in China: The importance of tracking down “Patient Zero”.
Front. Public Health 2021, 9, 670669.
Liu, Yujun et al . (2021). Occupational Characteristics in the Outbreak of the COVID-19
Delta Variant in Nanjing, China: Rethinking the Occupational Health and Safety
Vulnerability of Essential Workers. International . Journal of Environmental
Research and Public Health. 18, 10734.
Nurcahyo,H. 2013. Manfaat Epidemiologi dalam lingkup Kesehatan Keselamatan Kerja
( KKK ) dalam Menganalisis Status Kesehatan Pekerja. Universitas Dipenogoro,
Semarang

16

Anda mungkin juga menyukai