Anda di halaman 1dari 17

DISKRIMINASI SOSIAL &

KAITANNYA DENGAN KESEHATAN


KELOMPOK 3 (KELAS E)
Anggota Kelompok
1. Arip Hidayat (K012202071)
2. Dewi Yuliani (K012211043)
3. Maspa Lapui (K012211076)
4. Nuristha Febrianti (K012202052)
5. Nurjannah (K012202069)
6. Saskia Kurniati (K012202044)
Pengertian Diskriminasi 01
OUTLINE
Penyebab Diskriminasi 02
Contoh Kasus 03
Faktor yang Mempengaruhi
Diskriminasi
04

Dampak Diskriminasi 05

Kesimpulan 06
Pengertian Diskriminasi
“Diskriminasi adalah sikap membedakan secara sengaja terhadap
golongan-golongan yang berhubungan dengan kepentingan
tertentu. Pembedaan tersebut biasanya didasarkan pada agama,
etnis, suku, dan ras”.
Agung Tri Haryanto dan Eko Sujatmiko
(2012)

“Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan


yang langsung ataupun tak langsung didasarkan pada perbedaan
manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan,
status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan
politik”

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999


tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
Penyebab Diskriminasi
- American Psycological Association (2016)

1. Mekanisme 2. Memiliki Prasangka Buruk - 3. Terancam dan Rendah 4. Sejarah - Perlakuan


pertahanan psikologi Prasangka seringkali didasari diri - Salah satu cara tidak menyenangkan
(projection) - pada ketidakpahaman, yang ampuh untuk pada masa lalu 
kecenderungan untuk ketidakpedulian pada menenangkan diri adalah adanya kecenderungan
memindahkan ciri-ciri dari kelompok di luar dengan mencoba untuk tidak merasa
hal yang tidak disukai kelompoknya atau ketakutan merendahkan orang atau menjadi satu-satunya
tentang dirinya kepada atas perbedaan, serta kumpulan lain. orang yang mendapatkan
orang lain. kecenderungan untuk selalu perlakuan buruk,
bersama dengan kelompok sehingga mereka
yang memiliki kesamaan. menyalurkannya kepada
orang lain.
Faktor Penyebab Diskriminasi Penderita Kusta
- Syukur, dkk (2020)

DISKRIMINASI BERDASARKAN SUKU/ETNIS, DISKRIMINASI BERDASARKAN JENIS KELAMIN


RAS, DAN AGAMA/KEYAKINAN DAN GENDER
Misalnya bugis yang pendatang lebih banyak dari Seperti dalam hal pelayanan kesehatan laki-laki
pada penduduk lokal, biasa bantuan dari seseorang lebih diutamakan karena perempuan yang
akan mendahulukan sesama suku atau rasnya dulu, mengalami penderita kusta dianggap lambat dalam
karena menganggap masih bersaudara, begitu juga mengurus segala hal, laki-laki juga akan lebih
dengan keyakinan terkadang bantuan didahulukan diutamakan dalam hal bekerja ketimbang
kepada yang sesama keyakinannya, hal tersebut perempuan karena perempuan akan memiliki beban
juga dikarenakan masih dianggap sebagai saudara. ganda, seperti menjadi ibu rumah tangga

DISKRIMINASI KARENA STRATA SOSIAL


DISKRIMINASI TERHADAP PENYANDANG CACAT Diskriminasi yang diterima oleh penyandang kusta
Penyandang cacat yakni tidak bisa bersaing dalam adalah perbedaan strata sosial. Mereka dipandang
dunia kerja, begitupun dalam lingkungan sekolah. rendah dan miskin. Adapula yang orang kaya akan
Mereka mendapatkan perlakuan yang tidak tetapi karena stigma yang ada pada mereka bahwa
seharusnya diterima diakibatkan penyakitnya itu. penyakit kusta itu sesuatu yang aneh akhirnya
mereka pun di diskriminasi.
Contoh
Kasus
Penyakit Kusta
Kusta adalah penyakit menular dan menahun yang
disebabkan oleh kuman kusta yaitu Mycobacterium
leprae (M. Leprae) yang menyerang sistem saraf
tepi, yang selanjutnya menyerang kulit dan organ
lain. Dampak yang dirasakan :
 Kerusakan saraf yang mengarah pada
hilangnya rasa di kaki dan tangan
 Pembesaran pembuluh darah biasanya disiku
dan lutut
 Lemah otot dan kelumpuhan
 Permasalahan pada mata yang dapat
menyebabkan kebutaan
Adhi Djunda (2008)
Kusta merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri yang bernama Mycobacterium
Leprae, dimana bakteri tersebut menyerang kulit, saraf tepi dan jaringan lain, kecuali otak.
Penyakit yang menular, dapat menyebabkan kecacatan yang menetap sehingga muncul problem
ekonomi dan diskriminasi social pada penderita serta keluarganya.

WHO (2021)
Ada 202256 kasus kusta baru terdaftar secara global pada 2019, menurut angka resmi dari 161
negara dari 6 Wilayah WHO.
Dari jumlah tersebut, 14.893 adalah anak di bawah 14 tahun dan tingkat deteksi kasus baru di
antara populasi anak tercatat 7,9 per. Berdasarkan 178371 kasus pada akhir 2019, prevalensinya
setara dengan 22,9 per juta penduduk.
Prevalensi Kusta, WHO 2013

INDIA
134.752
INDONESIA
16.856
BRAZIL
33.303
Prevalensi Penyakit
Kusta di Indonesia

17.44

16.7

2019 2020

Sumber : Kementerian Kesehatan, RI


Perilaku Diskriminasi pada Penderita
Kusta

• Hasil penelitian dari Sri Maryuni dan Anik Inayanti, 2019: sebanyak 151 (51,0%)
responden memiliki perilaku negatif dan sebanyak 145 (49,0%) responden memiliki
perilaku positif. Hasil uji statistik diperoleh p-value = 0,000 yang berarti p < 0,05,
maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan faktor sikap masyarakat terhadap
perilaku diskriminasi pada penderita kusta.
• Orang yang terkena kusta di Ghana mengalami stigmatisasi sehingga sulit untuk
berinteraksi bebas dengan public (Asampong et al, 2018).
Faktor Penyebab Diskriminasi Penderita Kusta

• Penelitian Teguh pribadi (2016) diperoleh ada hubungan pengetahuan dengan


stigmatisasi masyarakat terhadap penderita penyakit kusta di Desa Sidodadi Asri
Wilayah Puskesmas Banjar Agung KabupatenLampung Selatan tahun 2016.

• Penelitian Sudiah (2016), Analisis hubungan antar variabel menghasilkan tingkat


kemaknaan 0,000 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dan sikap masyarakat terkait kusta terhadap perlakuan diskriminasi
pada penderita kusta.

• Diskriminasi yang diterima oleh penyandang kusta adalah perbedaan strata


sosial. Mereka dipandang rendah dan miskin. Adapula yang orang kaya akan
tetapi karena stigma yang ada pada mereka bahwa penyakit kusta itu sesuatu
yang aneh akhirnya mereka pun di diskriminasi.
Dampak Stigma Penderita Kusta
Pengasingan Sosial
Pengasingan sosial adalah kondisi dimana individu
atau suatu kelompok tidak terlibat dengan kegiatan
sosial dimana mereka tinggal. Penderita Kusta
memiliki rasa bersalah sehingga mereka hanya
bersembunyi atau hanya tinggal dirumah saja tanpa
bergaul atau berhubungan dengan tetangga sekitar
atau dunia luar (Anwar dkk, 2019).

Dampak Psikologis
(Bani Bacan, 2020) Tidak Memperoleh Pengobatan
Maksimal
Emosi negatif
seperti sedih, tidak percaya diri, cemas Banyak pasien kusta malu bersosialisasi Dengan
ketika harus berinteraksi dengan orang hanya berdiam diri dirumah membuat mereka tidak
luar, dan menutup diri karena perlakuan
memperoleh pengobatan yang maksimal sehingga
diskriminatif
kondisi menjadi semakin parah sampai pada
terjadinya cacat yang permanen (Anwar dkk, 2019).
Dampak Stigma Penderita Kusta
Dampak Sosioekonomi
Dadun, et al (2019)
Dalam sebuah penelitian di India, sejumlah besar orang
yang pernah mengalami kusta diwawancarai, banyak di
antaranya kehilangan waktu kerja selama berbulan-bulan
atau bertahun-tahun dan dengan demikian pendapatan.
Dampak Kualitas Hidup
Waktu yang hilang dapat memperburuk kemiskinan yang Govindharaj, et al (2018)
ada atau bahkan mendorong orang ke dalam kemiskinan;
'dehabilitasi' semacam itu mungkin berakhir dengan Beberapa penelitian membandingkan kualitas hidup yang
mengemis. Efek stigma juga dapat berdampak ekonomi dilaporkan oleh perempuan dan laki-laki dan menemukan
pada anggota keluarga dan pengasuh orang yang terkena bahwa tingkat yang dilaporkan oleh perempuan secara
dampak. signifikan lebih rendah, membenarkan bahwa perempuan
secara tidak proporsional dipengaruhi oleh konsekuensi
stigma terkait kusta. Demikian pula, penyandang disabilitas
terkait kusta melaporkan kualitas hidup yang lebih rendah
dibandingkan mereka yang tidak memiliki disabilitas.
Referensi
1. Adhi Djunda. 2008. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Balai Penerbit FK UI. Jakarta
2. Agung Try Haryanto, Eko Sujatmiko. 2012. Kamus Sosiologi. Aksara Sinergi Media. Surakarta.
3. American Psylogical Association. Discussing Discrimination. March, 2016. Accessed October 16, 2021.
4. World Health Organization. Leprosy (Hansen’s Disease). May, 2021. Accessed October 16, 2021.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.
6. Dadun, Dadun et al. “Assessing the Impact of the Twin Track Socio-Economic Intervention on Reducing Leprosy-Related Stigma in Cirebon
District, Indonesia.” International journal of environmental research and public health vol. 16,3 349. 26 Jan. 2019, doi:10.3390/ijerph16030349
7. Govindharaj P, Srinivasan S, Darlong J. 2018. Quality of life of people affected with leprosy disability living in Purulia, West Bengal. Int J Health
Sci Res 8:221–225.
8. Sulidah, 2016. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Terkait Kusta Terhadap Perlakuan Diskriminasi Pada Penderita Kusta. Jurnal
Medika Respati, Vol XI Nomor 3
9. Yudanegara, Bani Bacan Hacantya. Dampak Psikososial Diskriminasi Pada Mantan Penderita Kusta. Jurnal Psikologi : Media Ilmiah Psikologi
10. Arsial, dkk. 2020. Diskriminasi Sosial Anak Penderita Kusta di Kota Makassar. Phinisi Integration Review. Vol 3(2)
11. Asampong E, Dako–Gyeke M, Oduro R. 2018. Caregivers’ views on stigmatization and discrimination of people affected by leprosy in Ghana.
PLoS Negl Trop Dis 12(1): e0006219. https://doi.org/10.1371/journal.pntd.0006219
12. Pribadi T. 2016. Stigmatisasi Penderita Kusta Di Desa Sidodadi Asri Banjar Agung Lampung Selatan. Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of
Holistic Healthcare), Volume 10, No.4, Oktober 2016:1-4
13. Maryuni S, Inayanti A. 2019. Hubungan Sikap Masyarakat Terhadap Perilaku Diskriminasi Pada Penderita Kusta Di Wilayah Kerja Puskesmas
Mulyo Rejo Kecamatan Bunga Mayang Kabupaten Lampung Utara. Jurnal Wacana Kesehatan
14. Anwar N, Syahrul. 2019. Pengaruh Stigma Masyarakat terhadap Perilaku Pasien Kusta dalam Mencari Pengobatan: Sebuah Tinjauan Sistematis
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai