NIM : 045074623
Pengertian Etnosentris
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etnosentris diartikan sebagai bersifat etnosentrisme
atau sikap yang berlandaskan pada kelompok atau kebudayaannya sendiri. Umumnya sikap etnosentris
juga diikuti dengan sikap atau pandangan yang meremehkan kelompok lainnya, karena menggangap
kelompoknya jauh lebih baik. Mengutip dari Cambridge Dictionary, etnosentris atau yang dalam Bahasa
Inggris dikenal sebagai ethnocentric ialah rasa percaya jika orang, adat istiadat, tradisi, ras atau
kebangsaan miliknya jauh lebih baik dibanding lainnya.
Penyebab Etnosentris
Menurut Diana Ariswanti Triningtyas dalam buku Konseling Lintas Budaya (2019), etnosentris atau
etnosentrisme terjadi ketika seseorang melihat kebudayaan lain melalui kebudayaan orang itu sendiri.
Sehingga timbul perbandingan dan kesan merendahkan kebudayaan lainnya. Ada dua penyebab utama
etnosentris atau etnosentrisme, yakni: Sejarah Sejarah bisa mempengaruhi sikap kelompok tertentu
dalam memandang kelompok lainnya. Misalnya rasa nasib sepenanggungan atau ternyata dahulu antar
kelompok pernah terlibat konflik atau lain sebagainya. Tidak hanya itu sejarah juga bisa membentuk
identitas suatu kelompok. Identitas ini kemudian menjadi ciri khas suatu kelompok dan membedakannya
dengan kelompok lain. Contohnya kebiasaan, tata cara berbahasa, dan lain sebagainya. Pluralitas bangsa
Pluralitas bisa diartikan sebagai kemajemukan. Artinya dalam satu bangsa masyarakatnya berasal dari
berbagai latar belakang yang berbeda. Misalkan dari suku, agama, kelompok sosial atau golongan yang
berbeda. Tanpa disadari, kemajemukan ini bisa menimbulkan sikap etnosentris. Karena perbedaan sering
membuat orang merasa bahwa kelompoknya jauh lebih baik dibanding kelompok lainnya. Sehingga
konflik lebih sering terjadi jika tidak disikapi dengan baik.
Dampak Etnosentris
Prejudis (Prasangka) adalah sebuah sikap (yang biasanya berupa negative) terhadap suatu kelompok
tertentu, dengan berdasarkan keanggotaan mereka dalam kelompok tersebut. Prasangka juga dapat
disebut sebagai sikap yang dapat mempengaruhi bagaimana cara kita menginterpretasi informasi yang
telah didapat dan keyakinan (stereotypes) pada anggota kelompok, dan juga mengenai emosi kita
terhadap kelompok tersebut.
Contoh yang pernah ada di lingkungan saya adalah stereotip kepada laki-laki yang berbicara dan bersikap
lembut adalah banci atau disangka homo. Kerap kali prasangka tersebut berlanjut menjadi bully. Padahal
maskulinitas tidak hanya dinilai dari bagaimana seseorang tersebut berpakaian, berjalan, dan berbicara.
Lebih dari itu kejantanan harus dinilai dari bagaimana ia bertanggung jawab, mandiri, gentle dan dapat
dipercaya.
Pengertian Diskriminasi
Pada dasarnya diskriminasi adalah pembedaan perlakuan. Perbedaan perlakuan tersebut bisa disebabkan
warna kulit, golongan atau suku, dan bisa pula karena perbedaan jenis kelamin, ekonomi, agama, dan
sebagainya.
Berbagai jenis diskriminasi yang sering terjadi di masyarakat antara lain tapi tidak terbatas pada:
b. Diskriminasi berdasarkan jenis kelamin dan gender (peran sosial karena jenis kelamin).
Contoh diskriminasi yang baru-baru ini terjadi adalah jasad perawat yang ditolak dimakamkan di suatu
wilayah. Penolakan tersebut dilakukan warga karena takut tertular. Padahal baik dari pemerintah dan tim
medis sudah melakukan perlakuan pada jenazah sesuai dengan SOP pasien positif Covid-19. Ada juga
perawat yang diusir dari kontrakannya, dan pasien ODP yang dikucilkan masyarakat.
Ketidakpahaman masyarakat terkait penanganan Covid-19 dapat menimbulkan diskriminasi bagi pasien
ODP, PDP, dan positif Covid-19. Pemerintah dan pihak terkait harus gencar mengadakan sosialisasi baik
melalui media cetak, audio, visual, dan digital serta turun langsung ke tengah-tengah masyarakat.
Sumber:
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Hertati Suandi, Daisy Indira Yasmine, Dyatika Widya P., Mira Indiwara, Universitas Terbuka,
2016
Buku Saku Untuk Kebebasan Beragama dan Memahami Diskriminasi, The Indonesian Legal Resource Center (ILRC), 2009