Anda di halaman 1dari 4

TUGAS TUTORIAL ONLINE 1

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

YUSNIA SAFITRI
05111803

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS HUKUM ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TERBUKA
2023
1. Jelaskan bagaimana etnosentrisme, prejudis, dan diskriminasi dapat menjadi sumber
permasalahan bagi bangsa Indonesia. Berikan masing-masing contoh kasus untuk
memperjelas jawaban Anda.
Jawab:
Masyarakat Indonesia menyadari bahwa betapa beragamnya budaya kita. Masyarakat terdiri
dari berbagai suku bangsa, yang memiliki bahasa dan istiadat berbeda. Tidak hanya bagian dari
masyarakat Indonesia juga bagian daru masyarakat dunia, dengan budaya yang lebih beragam.
Karena budaya ditransmisikan melalui proses belajar, karakter suatu kelompok budaya dapat
menyebar ke kelompok budaya lain. Oleh karenanya, tida mengherankan bahwa ada berbagai
karakter budaya nasional yang memiliki ruang lingkup internasional karena peminjaman,
kolonialisme, dan migrasi. Terdapat 3 konsep yang akan dipelajari, seperti:
a. Etnosentrisme
Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk memandang budaya sendiru lebih baik dibanding
yang lain, serta penggunaan standar dan nilai sendiri untuk menilai orang-orang yang bukan
anggota budayanya. Dalam hal ini etnosentrisme meyakini bahwa adanya superioritas antara
kelompok etnis dan kelompok budayanya sendiri karena merasa paling benar dan lebih pantas,
dibanding kelompok yang lain. Sumner (1906) mengartikan etnosentrisme sebagai gagasan
bahwa kelompok etnis seseorang dianggap lebih unggul daripada kelompok etnis lainnya, yang
kadang-kadang mengakibatkan penilaian yang lebih rendah terhadap individu yang berasal dari
kelompok etnis lain atau di luar kelompok etnis tersebut. Persepsi ini menunjukkan bahwa
masalah akan muncul ketika dua kelompok budaya saling menjatuhkan. Entosentrisme dapat
muncul karena perbedaan fisik (biologis), lingkungan (geografis), kekayaan (status sosial),
kepercayaan, dan norma sosial (Ahmadi, 2007).
Etnosentrisme mulai muncul dan menyebar di berbagai wilayah Indonesia, menunjukkan
berbagai masalah yang rumit. Budaya politik Indonesia, pluralitas masyarakatnya, dampak
kebijakan yang tidak bijaksana, dan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerahnya adalah
faktor yang mendorong munculnya etnosentrisme di Indonesia.
Ada banyak contoh etnosentrisme dalam budaya Indonesia. Misalnya, banyak orang di Papua
dan Papua Barat yang masih menggunakan koteka sebagai busana sehari-hari, dan banyak
orang menganggap suku Jawa yang berbicara halus dan pelan lebih sopan daripada suku
Kalimantan yang berbicara lantang.

b. Prejudis
Prejudis adalah sikap yang menilai lebih rendah sebuah kelompok karena asumsi tentang
pelaku, nilai, dan kebiasaan kelompok tersebut. Sikap prejudis umumnya didukung oleh
kepemilikan stereotipe, yakni ide tidak baik yang dimiliki oleh seseorang tentang sekelompok
masyarakat. Myers (2013) mengatakan prejudis adalah ketika seseorang memiliki pandangan
negatif terhadap suatu kelompok atau individu karena karakteristik tertentu. Berdasarkan
berbagai penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan sosial, bahwa prejudis atau prasangka
etnis terjadi karena berbagai faktor. Faktor-faktor ini meliputi: kepribadian otoriter,
pengalaman masa lalu, kesesuaian, sukuisme sosialisasi, sedekatan kelompok, manfaat
ekonomi dan Konflik.
Perasaan, keyakinan, dan kecenderungan bertindak membentuk perspektif. Sebagai hasil dari
generalisasi yang berlebihan terhadap kelompok etnis lain, dapat disimpulkan bahwa
prasangka adalah sikap negatif yang mencerminkan pikiran dan perasaan subjektif seseorang.
Prejudis atau prasangka dalam masyarakat Indonesia didasarkan pada emosi dan elemen efektif
yang memperkuat. Beberapa masalah prejudis ini berasal dari adat suku tertentu di budaya
Indonesia. Hal ini biasanya dapat dilihat dari cara suatu kelompok budaya hidup. Sebagai
contoh, orang Batak kasar, orang Jawa halus tetapi suka mendendam, dan orang Padang pelit.

c. Diskriminasi
Diskriminasi adalah kebijakan dan praktik yang mencederai sebuah kelompok budaya dan
anggotanya. Hubungan diskriminasi didefinisikan sebagai perlakuan tidak adil dan negatif
terhadap suatu kelompok atau anggota kelompok berdasarkan karakteristik atau atribut
tertentu, seperti ras, etnis, agama, jenis kelamin, atau atribut lainnya (Al-Ramiah et al., 2016).
Perilaku diskriminasi dapat ditandai dengan permusuhan, baik secara verbal maupun
nonverbal, penghindaran kontak, perilaku agresif, dan penolakan terhadap kesempatan atau
perlakuan yang setara (Al Ramiah et al., 2010). Psikolog sosial telah membahas secara teoritis
berbagai alasan di balik perilaku diskriminatif. Empat teori utama yang menjelaskan penyebab
diskriminasi disebutkan oleh Al Ramiah dkk. (2010): teori identitas sosial, teori perilaku yang
berdampak dan stereotip antarkelompok, teori rasisme permusuhan, dan teori pembenaran
sistem.
Ada berbagai macam diskriminasi. Diskriminasi terbagi menjadi dua kategori: (1) diskriminasi
yang disengaja, langsung, dan eksplisit; dan (2) diskriminasi halus, tidak langsung, tidak
disadari, dan otomatis negara. Diskriminasi individu dan institusional bergantung pada
individu yang melakukannya (Myers, 2013). Diskriminasi individu dalam praktiknya
melibatkan situasi yang nyata dan langsung. Misalnya, seorang siswa di sebuah sekolah
menengah Tionghoa dihadang oleh beberapa siswa yang juga duduk di bangku sekolah
menengah, tetapi mereka adalah orang Indonesia asli, dan berkata, "Hei, babi, babi, ada babi
yang lewat" sambil melempar batu ke arahnya. Namun, diskriminasi institusional adalah
diskriminasi yang dilakukan secara tidak langsung melalui ketentuan atau peraturan. Sebuah
contoh lain adalah seorang guru Muslim yang bekerja di sebuah sekolah Kristen yang ingin
memakai jilbab tetapi dilarang oleh aturan sekolah. Salah satu pilihan yang tersedia untuknya
adalah berhijab atau dikeluarkan dari posisinya.

referensi:
BMP MKDU4109 (Edisi 3)/Ilmu Sosial Budaya Dasar/Modul 2 KB 2/Halaman 2.14 - 2.23
Sumner, WG (1906). Cerita Rakyat. Boston, MA: Gin dan Perusahaan.
Ahmadi, A. (2007). Psikologi sosial edisi revisi (Cetakan Ketiga). Jakarta:PT. Rineka Cipta.
Myers, DG (2013).Psikologi sosial (Edisi ke-11).
Al-Ramiah, A., dkk. (2010). Psikologi sosial diskriminasi: Teori, pengukuran dan konsekuensi.

Anda mungkin juga menyukai