Anda di halaman 1dari 4

Soal Tugas 1:

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan hakikat pendidikan nilai dalam pendidikan umum
dan berikan contoh yang berkaitan dengan lingkungan sekitar anda!

2. Indonesia terdiri dari berbagai suku, budaya dan agama dan itu bagian dari kekayaan
negara kita, dengan adanya keberagaman tersebut tidak jarang memunculkan sikap
etnosentrisme, prejudis, dan diskriminasi. Jelaskan bagaimana etnosentrisme,
prejudis, dan diskriminasi dapat menjadi sumber permasalahan bagi bangsa Indonesia.
Berikan contoh kasus untuk memperjelas jawaban Anda!

3. Dewasa ini perkembangan teknologi semakin berkembang pesat akan tetapi hal itu
berbanding terbalik dengan kondisi moral manusia, cukup banyak terjadi krisis moral
di Era sekarang. Menurut anda, apakah kemajuan teknologi saat ini sebanding dengan
kualitas peradaban manusia secara keseluruhan, atau bahkan sebaliknya? Jelaskan dan
berikan contoh kasus untuk memperjelas jawaban anda!

Jawaban :

1. Pendidkan nilai mencakup kawasan budi perkerti, nilai, norma, dan moral. Budi
pekerti adalah buah dari budi nurani. Budi nurani bersumber pada kesadaran hidup
yang berpusat pada alam pikiran (BP-7.1993:35). Sesuai dengan kordatnya makhluk
Tuhan yang bebas merdeka, di dalam diri manusia terdapat kemerdekaan untuk
memilih nilai dan norma yang dijadikan pedoman berbuat, bertingkah laku dalam
hidup bersama dengan manusia lain. Dengan demikian, pendidikan nilai merupakan
bagian dari pendidikan umum. Hal ini dapat dilihat dari tujuan pendidikan nilai yang
merupakan bagian dari tujuan pendidikan umum. untuk itu, penting memahami apa
yang menjadi nilai-nilai yang dituju dalam pendidikan umum dapat dijadikan dasr
bersikap, bertindak dan berperasaan dalam kehidupan.

Comtohnya : Sekolah

2. Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk memandang budaya diri sendiri lebih baik
dibanding yang, lain, serta penggunaan standar dan nilai sendiri untuk menilai orang-
orang yang bukan anggota kelompok budayanya. Seseorang yang etnosentris melihat
budayanya sebagai yang paling benar dan lebih pantas, dibanding kelompok yang
lain. Sebenarnya etnosentrisme masih diperlukan untuk memperkuat kebudayaan
sebagai identitas diri/kelompok. Namun etnosentrisme yang berlebihan dapat
memecah belah persatuan bangsa Indonesia yang terkenal dengan keanekaragaman
suku dan budayanya. multikulturalisme dalam era Globalisasi
Contohnya di Provinsi Jambi ada satu suku minoritas yaitu Suku Anak Dalam (SAD)
atau disebut juga suku kubu (orang kubu). Mereka memang hidup dan
menggantungkan penghidupan di dalam hutan. Mereka tidak mengenal agama dan
pendidikan.
Laki-laki dari Suku Anak Dalam biasanya bekerja dengan mengumpulkan hasil hutan
(madu atau kayu) untuk dijual kepada penduduk desa terdekat. Namun ketika mereka
keluar dari hutan dengan memakai pakaian seadanya (hanya penutup bagian alat
kelamin) dengan bahasa suku mereka, membuat pandangan masyarakat terhadap
mereka menjadi aneh.
Suku Anak Dalam kerap pula dikatakan bodoh, sehingga seringkali ditipu ketika
melakukan transaksi barter atau jual beli dari hasil hutan yang mereka dapatkan.
Sebagai orang Jambi pula, sewaktu sekolah saya beberapa kali mendengar ada teman
yang mengejak anak lain yang terlihat cupu atau ketidak tahuannya terhadap sesuatu
dengan sebutan “orang kubu”.
Padahal apa yang dilakukan SAD adalah cara hidup yang sudah diwariskan leluhur
dan nenek moyang mereka secara turun temurun. Bisa jadi mereka lebih dulu
menempati provinsi Jambi dibanding masyarakat modern lainnya.
Menanggapi hal tersebut pemerintah daerah bersama beberapa Lembaga Swadaya
Masyarakat dan komunitas, berusaha memberikan bantuan kepada SAD berupa
pendidikan dengan mendatangkan relawan guru untuk mengajarkan mereka di dalam
hutan.
Harapannya dengan pendidikan SAD tidak mudah ditipu oleh oknum yang tidak
bertanggung jawab dan tidak dipandang rendah oleh masyarakat lainnya. Bahkan kini
sudah ada anggota dari SAD yang mengecap pendidikan formal dan menjadi abdi
negara.

Prejudis (Prasangka) adalah sebuah sikap (yang biasanya berupa negative) terhadap
suatu kelompok tertentu, dengan berdasarkan keanggotaan mereka dalam kelompok tersebut.
Prasangka juga dapat disebut sebagai sikap yang dapat mempengaruhi bagaimana cara kita
menginterpretasi informasi yang telah didapat dan keyakinan (stereotypes) pada anggota
kelompok, dan juga mengenai emosi kita terhadap kelompok tersebut.
Contoh yang pernah ada di lingkungan saya adalah stereotip kepada laki-laki yang
berbicara dan bersikap lembut adalah banci atau disangka homo. Kerap kali prasangka
tersebut berlanjut menjadi bully. Padahal maskulinitas tidak hanya dinilai dari
bagaimana seseorang tersebut berpakaian, berjalan, dan berbicara. Lebih dari itu
kejantanan harus dinilai dari bagaimana ia bertanggung jawab, mandiri, gentle dan
dapat dipercaya.

Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan. Perbedaan perlakuan tersebut bisa


disebabkan warna kulit, golongan atau suku, dan bisa pula karena perbedaan jenis
kelamin, ekonomi, agama, dan sebagainya.
Berbagai jenis diskriminasi yang sering terjadi di masyarakat antara lain tapi tidak
terbatas pada:
a. Diskriminasi berdasarkan suku/etnis, ras, dan agama/keyakinan
b. Diskriminasi berdasarkan jenis kelamin dan gender (peran sosial karena jenis
kelamin).
c. Diskriminasi terhadap penyandang cacat.
d. Diskriminasi pada penderita penyakit berat/menular.
e. Diskriminasi karena kasta social
Contoh diskriminasi yang baru-baru ini terjadi adalah jasad perawat yang ditolak
dimakamkan di suatu wilayah. Penolakan tersebut dilakukan warga karena takut tertular.
Padahal baik dari pemerintah dan tim medis sudah melakukan perlakuan pada jenazah
sesuai dengan SOP pasien positif Covid-19. Ada juga perawat yang diusir dari
kontrakannya, dan pasien ODP yang dikucilkan masyarakat.
Ketidakpahaman masyarakat terkait penanganan Covid-19 dapat menimbulkan
diskriminasi bagi pasien ODP, PDP, dan positif Covid-19. Pemerintah dan pihak terkait
harus gencar mengadakan sosialisasi baik melalui media cetak, audio, visual, dan digital
serta turun langsung ke tengah-tengah masyarakat.

3. Terus terang saya bingung. Sebab, saya harus tahu apa ukuran kualitas peradaban
manusia secara keseluruhan itu? Setahu saya, teknologi itu sendiri adalah bagian dari
peradaban juga.
Jika produk teknologi dijadikan indikator kemajuan peradaban, maka peradaban
manusia saat ini sudah sangat maju. Tetapi, apakah sudah sampai pada puncaknya?
Saya kira belum. Sebab, sepanjang manusia memiliki rasa ingin tahu dan kebutuhan
hidup, kreativitas manusia akan terus berkembang dan karenanya teknologi juga akan
terus berkembang
Jika yang dimaksud dengan kualitas peradaban itu adalah moralitas, maka ukuran
moralitas seperti apa yang bisa dijadikan indikator kemajuan peradaban? Fakta-fakta
sejarah menunjukkan, bahkan hingga hari ini, tidak ada satupun doktrin (kriteria)
moral yang diterima oleh semua umat manusia.
Peradaban manusia sudah melahirkan ratusan agama, setiap agama menelurkan
puluhan bahkan ratusan mazhab. Faktanya, belum ada satu pun agama atau mazhab
agama yang berhasil meyakinkan seluruh umat manusia sebagai sesuatu yang
PALING BENAR.
Selama manusia tidak bisa menyepakati ukuran-ukuran kebaikan, keburukan, atau
kebenaran yang sama, rasanya sulit (jika bukan mustahil) untuk menilai apa peran dan
dampak tenologi pada kemajuan peradaban—khususnya moral.
.

Anda mungkin juga menyukai