Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

“ KONSEP STRES DAN KOPING ”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Pendidikan dan Promosi
Kesehatan

Dosen Pembimbing: Ramli Effendi,S.Kep.,Ners

Disusun oleh:

Oom komariyah ( 217.C.0034 )

Indah Permata Sari ( 217.C.0048)

Afifah Nur Aeni (217.C.0010)

Angelly Nehra Vitricia( 217.C.0021)

Silvie Khofifah Permatasari ( 217.C.0060)

Ainun Nisah (217.C.0038)

Purbowati (217.C.0026)

Darini anggreyani (217.C.0053)

Alfgie Nurkuntadi (217.C.0004)

1
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MAHARDIKA

CIREBON

2018

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “KONSEP STRES
DAN KOPING” Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu
tugas matakuliah Pendidikan dan Promosi Kesehatan. Pada Program Studi Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Mahardika Cirebon.
Selama proses penyusunan laporan ini saya tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, sebagai rasa syukur kerendahan hati, kami mengucapkan
kepada pembimbing kami Ramli Effendi,S.Kep.,Ners yang telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan makalah ini sekaligus sebagai Dosen Pembimbing
Pendidikan dan Promosi Kesehatan.

Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini agar kedepannya dapat lebih baik, karena saya menyadari bahwa
makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun untuk perbaikan penyusunan selanjutnya.saya berharap,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin…

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Cirebon, 26 April 2018

Penyusun

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang...................................................................................................5

1.2 Rumusan masalah...............................................................................................5

1.3 Tujuan makalah..................................................................................................5

1.4 Manfaat makalah................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A.STRESS

1. Definisi stress ....................................................................................................7

2. Macam-macam stres ..........................................................................................7

3. Jenis-jenis stres...................................................................................................8

4. Tahapan stres .....................................................................................................8

5. Faktor yang mempengaruhi stres.....................................................................10

6. Manajemen stres...............................................................................................11

7. Strategi menghadapi stress...............................................................................12

B. KOPING

1. Definisi koping ...............................................................................................16

2. Jenis- jenis koping...........................................................................................16

3. Mekanisme koping..........................................................................................17

4. Aspek koping .................................................................................................18

5. Strategi koping................................................................................................20

6. Faktor yang mempengaruhi koping ...............................................................24

4
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .....................................................................................................26

3.2 Saran ................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Model adalah sebuah gambaran deskritif dari sebuah praktik bermutu yang
mewakili sesuatu hal nyata. Model adalah aplikasi struktural yang
memungkinkan untuk menerapkannya sebagai cara mereka bekerja. Banyak
model yang dikembangkan dapat mempengaruhi kesehatan serta memperbaiki
intervensi pencegahan dan promosi kesehatan. Model-model dan nilai promosi
kesehatan yang menjadi model pendekatan kesehatan salah satunya tentang
stres dan coping. Stres merupakan suatu kondisi yang pasti pernah semua
orang mengalaminya, baik itu secara internal maupun eksternal. Keadaan
stress ini dapat mempengaruhi diri jiwa dan kesehatan seseorang makanya
perlunya suatu pengolahan stres yang disebut sebagai coping.

1.2 Rumusan masalah

Makalah ini menejalaskan tentang konsep stress dan koping.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan makalah yang kami buat bagi mahasiswa keperawatan untuk dapat
mengetahui dan memahami tentang konsep stress dan koping.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mahasiswa mampu memahami definisi stress

2. Mahasiswa mampu memahami macam-macam dan jenis-jenis stress

3. Mahasiswa mampu memahami tahapan stress

4. Mahasiswa mampu memahami faktor yang mempengaruhi stress

5. Mahasiswa mampu memahami manajemen stress

6. Mahasiswa mampu memahami strategi menghadapi stress

1.4 Manfaat makalah

1.4.1 Bagi mahasiswa keperawatan

6
Makalah ini dapat menjadi referensi dan juga ilmu pengetahuan bagi
mahasiswa keperawatan.

1.4.2 Bagi institusi

Makalah ini dapat menjadi sebuah pertimbangan bagi institusi guna


meningkatkan pendidikan yang berkualitas.

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. STRESS

1. Definis stress

Stress merupakan sesuatu yang menyangkut interaksi antara individu dan


lingkungan, yaitu interaksi antara stimulasi respon. Sehingga dapat dikatakan
stress merupakan sekuensi setiap tindakan dan situasi lingkungan yang
menimbulkan tuntutan psikologis dan fisik pada seseorang. Stress adalah suatu
respon adaptif individu pada berbagai tekanan atau tuntutan eksternal dan
menghasilkan gangguan fisik, emosional dan perilaku (Goliszek,2005:1)

Stress merupakan suatu kondisi jiwa dan raga, fisik dan psikis seseorang
yang tidak dapat berfungsi secara normal. Stress juga dapat terjadi saat
terhadap seseorang tanpa mengenal jenis kelamin. Usia seseorang dalam
rentangan juga bukan mmenjadi sebuah klasifikasi stress. Kedudukan dan
jabatan turut menyumbang keberadaan stress dalam kehiduoan
seseorang.bahkan status sosial ekonomi juga dapat memicu seseorang
mengalami stress dalam kehidupannya. ( Abdullah,2007)

2. Macam-macam stress

1. Stress mikrobiologik

Stress ini sebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri dan
parasit.

2. Stress fisiologik

Stress yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh


diantaranya gangguan dari struktur tubuh, fungsi jaringan, organ , dan
lain-lain.

3. Stress proses pertumbuhan dan perkembangan

8
Stress yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan perkembangan
seperti pada pubertas, perkawinan dan proses lanjut usia.

4. Stress psikis dan emosional

Stress yang disebabkan karena gangguan stimulus psikologis atau


ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti
hubungan interpersonal, sosial budaya, atau faktor keganasan.

3. Jenis-jenis stres

Menurut Schafer (2000) jenis stress dibagi menjadi 3 jenis yaitu :

1. Eustress

Eustress merupakan jenis stress yang netral dan tidak merugikan.

2. Distress

Distress dapat terjadi pada saat tuntutan terlalu besar atau terlalu kecil.
Jenis stress ini berupa kurangnya daya konsentrasi, tangan gemetar,
sakit punggung, cemas, gugup, depresi,mudah marah dan
mempercepat cara bicara.

3. Positive stress

Positive stress merupaka jenis stress yang dapat membantu untuk


mengerjakan hal-hall tertentu, seperti membantu mendorong seseorang
untuk mengerjakan suatu tgas dalam waktu yang terbatas.

4. Tahapan stress

Menurut Van Amberg (1979 dalam Alimul 2008) stress yang dialami
seseorang dapat melalui beberapa tahapan yaitu:

1. Tahap pertama

9
Pada tahap pertama stress dapat ditandai dengan adanya semangat
bekerja, penglihatan tajam tidak seperti pada umunya, merasa mampu
menyelesaikan pekerjaan yang tidak seperti biasanya , kemudian
merasa senang akan pekerjaan akan tetapi kemampuan yang
dimilikinya semakin berkurang.

2. Tahap kedua

Pada tahap kedua ini seseorang memilikiciri sebagai berikut, adanya


perasaan letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya segar, terasa lelah
setelah makan siang, cepat lelah menjelang sore, sering mengeluh
lambung atau perut tidak nyaman, denyut jantung berdebar-debar lebih
dari biasanya,otot-otot punggung dan tengkuk semakin tegang tidak
bisa rileks.

3. Tahap ketiga

Pada tahap ketiga ini seseorang mengalami gangguan seperti pada


lambung dan usus seperti adanya keluhan gastritis, buang air besar
tidak teratur, ketegangan otot semakin terasa, perasaan tidak tenang,
gangguan pola tidur seperti sukar untuk memulai tidur, terbangun
tengah malam, dan sukar kembali tidur, lemah terasa tidak memiliki
tenaga.

4. Tahap keempat

Pada tahap ke empat seseorang mengalami gejala seperti segala


pekerjaan yang menyenangkan tersa membosankan. Semula tanggap
terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespon
secara adekuat, tidak mampu melaksanakan kegiatan sehari hari,
adanya gagguan pola tidur, sering menolak ajakan karena tidak
bergairah, adanya perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidka
diketahui penyebabnya.

5. Tahap kelima

10
Stress tahap ini ditandai adanyakelelahan fisik secara mendalam, tidak
mampu menyelesaikan pekerjaan yang ringan dan sederhana,
gangguan pada system pencernaan semakin berat dan perasaan
ketakutan dan kecemasan semakin meningkat.

6. Tahap keenam

Tahap ini merupaka tahap puncak stress seseorang yang mengalami


panic dan perasaan takut mati dengan ditemukan gejala seperti detak
jantung semakin keras, susah bernafas, terasa gemetar seluruh tubuh
dan berkeringat dan kemungkinan terajdi pingsan atau kolaps.

5. Faktor yang mempengaruhi stress

Reaksi terhadap stress bervariasi antara orang dengan yang lain dan dari
waktu kewaktu pada orang yang sama. Perbedaan ini sering disebabkan
oleh faktor psikologi dan sosial yang tampaknya dapat merubah dampak
stressor bagi individu. ( Smet,1994)

1. Variable dalam kondisi individu

Pada faktor individu dapat dilihat dari umur, tahap ehidupan, jenis
kelamin, temperamen, faktor genetic, intelegensi, pendidikan, suku,
kebudayaan, status ekonomi, kondisi fisik.

2. Karakteristik kepribadian

Dilihat dari introvert-ekstrovet, stabilitas emosi secara


umum,kekebalan dan ketahanan

3. Variable sosial kognitif , yaitu dukungan sosial yang dirasakan,


jaringan sosial, control pribadi, yang dirasakan.

4. Hubungan dengan lingkungan sosial, seperti dukungan sosial yang


diterima, integritas dalam jaringan sosial.

5. Strategi coping.

11
6. Manajemen stress

Menurut Hawari (2002, Alimul 2008 ), untuk mencegah dan mengatasi


stress agar tidak sampai ketahap yang paling berat, maka dapat dilakukan
dengan cara:

a) Pengaturan diet dan nutrisi

Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam


mengurangi atau mengatasi stress melalui makan yang teratur, menu
bervariasi, hindari makan daging dan monoton karena dapat
menurunkan kekebalan tubuh.

b) Istirahat dan Tidur

Istirahat dan tidur merupakan obat yang baim dalam mengatasi stress
karena dengan istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan
keletihan fisik dan akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang cukup
akan memberikan kegairan dalam hidup dan memperbaiki sel-sel yang
rusak.

c) Olaraga teratur

Olahraga adalah salah satucara untuk meningkatan daya tahan


kekebalan fisik maupun mental. Olahraga dapat dilakukan dengan cara
jalan pagi, lari pagi minimal dua kali seminggu dan tidak perlu lama-
lama yang penting menghasilkan keringat setelah itu mandi dengan air
hangat untuk memulihkan kebugaran.

d) Terapi psikofarmaka

Terapi ini dnegan menggunakan obat-obatan dalam mengatasi stress


yang dialami dengan cara memutuskan jaringan antara psikoneuro dan
imunologi, sehingga stressor psikososial yang dialami tidak
mempengaruhi fungsi kognitif, afektif atau psikomotor yang dapat
menggangu organ tubuh yang lain.

12
e) Psikoterapi

Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yang disesuaikan


dengan kebutuhan seseorang. Tetapi ini dapat meliputi psikoterapi
suportif dan psikoterapi reduktif dimana psikoterapi suprtif ini
memberikan motivasi atas dukungan agar pasien mengalami percaya
diri, seangkan psikoterapi reduktif dilakukan dengan memberikan
pendidikan secara berulang. Selain itu juga ada psikoterapi kognitif
dan lain-lain.

f) Terpi psikoreligius

Terapi ini dengan menggunkan pendekatan agama dalam mengatasi


permasalahan psikologis mengingat dalam mengatasi mengatasi atau
mempertahankan kehidupan seseorang harus sehat secara fisik, psikis,
sosial dan sehat spiritual sehingga stress yang dialami dapat teratasi.

7. Strategi Menghadapi Stres

Menurut Ardani (2013) ada dua strategi yang bisa digunakan untuk

menghadapi stres, yaitu :

1. Strategi menghadapi stres dalam perilaku.

a. Memecahkan persoalan secara tenang.

Yaitu mengevaluasi kekecewaan atau stres dengan cermat


kemudian menentukan langkah yang tepat untuk diambil, setelah
itu mereka mempersiapkan segala upaya dan daya serta
menurunkan kemungkinan bahaya..

b. Agresi.

Stres sering berpuncak pada kemarahan atau agresi. Sebenarnya


agresi jarang terjadi namun apabila hal itu hanyalah berupa respon
penyesuaian diri. Contohnya adalah mencari kambing hitam,

13
menyalahkan pihak lain dan kemudian melampiaskan agresinya
kepada sasaran itu.

c. Regresi

Regresi yaitu kondisi ketika seseorang yang menghadapi stres


kembali lagi kepada perilaku yang mundur atau kembali ke masa
yang lebih muda (memberikan respons seperti orang dengan usia
yang lebih muda).

d. Menarik diri.

Menarik diri merupakan respon yang paling umum dalam


mengambil sikap. Bila seseorang menarik diri maka dia memilih
untuk tidak mengambil tindakan apapun. Respon ini biasanya
disertai dengan depresi dan sikap apatis.

e. Mengelak.

Mengelak yaitu Seseorang yang mengalami stres terlalu lama, kuat


dan terus menerus maka ia akan cenderung mengelak. Contoh
mengelak adalah mereka melakukan perilaku tertentu secara
berulang-ulang. Hal ini sebagai pengelakkan diri dari masalah
demi mengalahkan perhatian. Dalam usaha mengelakkan diri,
orang Amerika

biasanya menggunakan alkohol, obat penenang, heroin dan obat-


obatan dari bahan kimia lainnya.

2. Strategi menghadapi stres secara kognitif

a. Represi

Represi adalah upaya untuk menyingkirkan frustasi, stres dan


semua yang menimbulkan kecemasan.

b. Menyangkal kenyataan

14
Menyangkal kenyataan ,mengandung unsur penipuan diri. Bila
seseorang menyangkal kenyataan maka ia menganggap tidak
adanya pengalaman yang tidak menyenangkan dengan maksud
untuk melindungi dirinya sendiri.

c. Fantasi

Dengan berfantasi orang sering merasa dirinya mencapai tujuan dan


dapat menghindarkan dari frustasi dan stres. Orang yang sering
melamun kadang kadang menemukan bahwa kreasi lamunannya itu
lebih menarik dari pada kenyataan yang sesungguhnya. Bila fantasi
dilakukan secara sedang-sedang dan dalam pengendalian kesadaran
yang baik, maka frustasi menjadi cara yang sehat untuk mengatasi
stres.

d. Rasionalisasi

Rasionalisasi ini dimaksudkan segala usaha seseorang untuk


mencari alasan yang dapat diterima secara sosial untuk
membenarkan atau menyembunyikan perilakunya yang buruk.
Rasionalisasi juga bisa muncul ketika seseorang menipu dirinya
sendiri dengan pura-pura menganggapnya buruk adalah baik atau
sebaliknya.

e. Intelektualisasi

Seseorang yang menggunakan taktik ini maka yang menjadi


masalah akan dipelajari atau mencari tahu tujuan sebenarnya supaya
tidak terlalu terlibat dengan persoalan secara emosional. Dengan
intelektualisasi seseorang setidaknya dapatsedikit mengurangi hal-
hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan bagi dirinya dan
memberikan kesempatan pada dirinya untuk meninjau
permasalahan secara subjektif.

f. Pembentukan reaksi

15
Seseorang dikatakan berhasil menggunakan metode ini bila dia
berusaha

menyembunyikan motif dan perasaan sesungguhnya baik represi


atau supresi dan menampilkan wajah yang berlawanan dengan
kenyataan yang dihadapi.

g. Proyeksi

Seseorang yang menggunakan teknik ini biasanya sangat cepat


dalam memperlihatkan ciri pribadi orang lain yang tidak ia sukai
dengan sesuatu yang dia perhatikan itu akan diperbesar-perbesarnya
lagi. Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi
kecemasan karena dia harus menghadapi kenyataan akan keburukan
dirinya.Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan ada dua
strategi menghadapi stres, yaitu strategi menghadapi stres dalam
perilaku yang terdiri dari memecahkan persoalan secara tenang,
agresi, regresi, menarik diri dan mengelak. Sedangkan strategi yang
kedua adalah strategi menghadapi stres secara kognitifyang terdiri
dari represi, menyangkal kenyataan, fantasi, rasionalisasi,
intelektualisasi, pembentukan reaksi dan proyeksi.

16
B. KOPING

1. Definisi Koping

Koping adalah suatu proses dimana individu mencoba untuk


mengaturkesenjangan persepsi antara tuntutan situasi yang menekan
dengan kemampuan mereka dalam memenuhi tuntutan tersebut (Lazarus
& Folkman, 1985).

Koping menurut Lasaruz juga terdiri atas usaha kognitif dan prilaku
dilakukan untukmengatur kebutuhan eksternal dan internal tertentu yang
membatasi sumberseseorang. Koping dapat berfokus pada emosi atau
berfokus pada masalah(smeltzer & Bare, 2001).

Koping merupakan upaya prilaku dan kognitif seseorangdalam


menghadapi ancaman fisik dan psikososial (Stuart & Laraia, 2005).

Berdasarkan ketiga definisi diatas maka yang dimaksudkan dengan


kopingadalah usaha kognitif dan prilaku seseorang sebagai proses untuk
mengaturkesenjangan dalam menghadapi situasi yang menekan yang
berupa ancaman fisikdan psikososial dengan kemampuan mereka dalam
memenuhi tuntutan tersebutdapat berfokus pada emosi atau masalah.

2. Jenis-jenis Koping

Lazarus dan Folkman (dalam Sarafino ; 1997) secara umum membedakan


bentuk dan fungsi coping dalam dua klasifikasi yaitu sebagai berikut:

a. Coping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping)

17
problem-focused coping adalah strategi untuk penanganan stress atau
coping yang berpusat pada sumber masalah, individu berusaha langsung
menghadapi sumber masalah, mencari sumber masalah mengubah
lingkungan yang menyebabkan stress dan berusaha menyelesaikan
sehingga stress berkurang atau hilang.
b. Coping yang berfokus pada emosi (emotion-focused coping) adalah
strategipenanganan stress dimana individu memberi respon terhadap
situasi stressdengan cara emosional. Digunakan untuk mengatur respon
emosional terhadapstress. Pengaturan ini melalui perilaku individu
bagaimana meniadakan fakta-faktayang tidak menyenangkan. Bila
individu tidak mampu mengubah kondisiyang menekan individu akan
cenderung untuk mengatur emosinya dalam rangka penyesuaian diri
dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatukondisi atau situasi yang
penuh tekanan. Individu akan cenderungmenggunakan strategi ini jika dia
merasa tidak bisa mengontrol masalah yangada.

3. Mekanisme Koping

Mekanisme koping adalah suatu keadaan dimana seseorang harus


bisamenyesuaikan diri terhadap masalah yang dihadapinya (Stuart &
Laraia, 2005).Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu
dalam menyelesaikanmasalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta
respon terhadap situasi yangmengancam (Keliat, 1999). Mekanisme
koping berdasarkan penggolongannyadibagi menjadi dua (Stuart dan
Sundeen, 1995) yaitu :

1) Mekanisme Koping Adaptif.

18
Mekanisme, koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan,
belajardan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang
lain,memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan
seimbang dan aktivitas konstruktif. Adaptif jika memenuhi kriteria sebagai
berikut :

a. Masih mengontrol emosi pada dirinya.

b. Memiliki kewaspadaan yang tinggi, lebih perhatian pada masalah.

c. Memiliki persepsi yang luas

d. Dapat menerima dukungan dari oang lain

2) Mekanisme Koping Maladaptif.

Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi,


memecahpertumbuhan, menurunkan otonomi dan cendrung menguasai
lingkungan.Kategorinya adalah makan berlebihan atau tidak makan,
bekerja berlebihan,menghindar. Maladaptif jika memenuhi kriteria sebagai
berikut :

a. Tidak mampu berfikir apa-apa atau disorientasi

b. Tidak mampu menyelesaikan masalah

c. Perilakunya cenderung merusak

19
Sedangkan Stuart dan laraia (2005) menyebut penggolongan dua
mekanismekoping ini sebagai mekanisme koping positif dan
mekanisme koping negatif.

4. Aspek koping

Menurut Stuart dan Laraia (2005), koping dapat dikaji melalui


berbagaiaspek antara lain, fisiologis dan psikososial.

1. Reaksi fisiologis

Tanda dan gejala fisiologis merupakan manifestasi tubuh terhadapstres


dimana pupil melebar, keringat meningkat untuk mengontrolpeningkatan
suhu tubuh, denyut nadi meningkat, kulit dingin, tekanandarah meningkat,
mulut kering, peristaltik menurun, pengeluaran urinmenurun,
kewaspadaan mental meningkat terhadap ancaman yang serius,ketegangan
otot meningkat. Reaksi fisiologis merupakan indikasi kliendalam keadaan
stres. Manifestasi stress pada aspek fisik tergantung pada:

a. Persepsi/penerimaan individu pada stress

b. Keefektifan strategi koping

2. Reaksi psikososial

a. Reaksi yang berorientasi pada ego (ego oriented reaction) yang sering
disebut sebagai mekanisme pertahanan mental. Reaksi ini berguna
untuk melindungi diri yang merupakan garis pertahanan jiwa pertama.

20
1) Denial (menyangkal), menghindarkan realitas ketidaksetujuandengan
mengabaikan atau menolak untuk mengenalinya.
2) Projeksi, mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifatbatin
sendiri pada objek di luar diri atau melemparkan kekurangan diri
sendiri pada orang lain.
3) Regresi, menghindarkan stres terhadap karakteristik perilakudari tahap
perkembangan yang lebih awal.
4) Displacement (mengisar), mengalihkan emosi yang
seharusnyadiarahkan pada orang atau benda tertentu ke benda atau
orang yangnetral atau tidak membahayakan.
5) Mencari dukungan sosial, keluarga mencari dukungan ataubantuan
dari keluarga, tetangga, teman atau keluarga jauh.
6) Reframing, mengkaji ulang kejadian stres agar lebih
dapatmenanganinya dan menerimanya
7) Mencari dukungan spiritual, mencari dan berusaha secaraspiritual,
berdoa, menemui pemuka agama atau aktif pada pertemuanibadah.
8) Menggerakkan keluarga untuk dapat menerima bantuan,keluarga
berusaha mencari sumber-sumber komunitas dan menerimabantuan
orang lain.

b. Reaksi berorientasi pada tugas (task oriented reaction)

Reaksi berorientasi pada tugas merupakan reaksi yang


berorientasiterhadap tindakan untuk memenuhi tuntutan dari situasi
stres secararealistis, dapat berupa konstruktif maupun destruktif,
misalnya:

1) Perilaku menyerang (agresif), dimana reaksi yang ditampilkanoleh


individu dalam menghadapi masalah dapat konstruktif ataudestruktif.
Tindakan konstruktif misalnya penyelesaian masalahdengan tekhnik

21
asertif, yaitu tindakan yang dilakukan secara terus-terang tentang
ketidaksukaan terhadap perlakuan yang tidakmenyenangkan baginya,
sedangkan tindakan destruktif yaituindividu melakukan tindakan
penyerangan terhadap stressor dapatjuga merugikan dirinya sendiri,
orang lain atau lingkungannya.
2) Perilaku menarik diri, dimana reaksi yang ditampilkan dapatberupa
reaksi fisik maupun psikologis. Reaksi fisik yaitu individupergi atau
menghindari stressor, sedangkan reaksi psikologis berupaperilaku
apatis, isolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasatakut dan
berlebihan.
3) Perilaku kompromi yaitu cara yang konstruktif yangdigunakan oleh
individu dimana dalam menyelesaikan masalahnyaindividu tersebut
melakukan pendekatan negosiasi ataubermusyawarah.
5. Strategi koping

Menurut Moos (1984) dalam Brunner dan Suddarth (2002),menguraikan


secara rinci tentang strategi koping.

a. Menyangkal

Menyangkal merupakan penolakan untuk menerima ataumenghargai


keseriusan penyakit. Pendekatan ini akan menyamarkangejala yang
merupakan bukti suatu penyakit atau mengacuhkan beratnyadiagnosis.
Menyangkal dapat membantu memelihara kesetimbanganpsikologis,
namun dapat berbahaya bila mengarah pada perilaku,menghindar seperti
tidak menepati janji atau menolak menjalankanpengobatan yang telah
ditentukan.

Keceriaan yang tidak pada tempatnya dan tidak adanya


perhatianterhadap gejala menunjukan adanya penyangkalan. Jika

22
ansietas, depresi,dan kemarahan tidak terekspresikan pada situasi dimana
seharusnyaterjadi, orang tersebut mungkin saja telah menggunakan
penolakan ataupenyangkalan sebagai perlindungan diri atau perlindungan
bagi orng lain.Perlindungan bagi orang lain terjadi bahwa bila pasien
tahu bahwa dirinyasekarat namun merasa lebih baik bila keluarganya
tidak mengetahuikenyataan tersebut. Intervensi keperawatan dapat
dimulai dengan mengkaji sejauhmana penyangkalan itu berbahaya atau
menguntungkan, karenapenyangkalan merupakan mekanisme pertahanan
diri maka, akan sangatbaik jika perawat tidak menentangnya secara
langsung, namun jangan puladi dukung. Memperlihatkan kemauan untuk
mendiskusikan masalah dapatmemberikan kesempatan untuk
membicarakan penyangkalan itu sendiri. Menggunakan pertanyaan
eksplorasi yang tidak mengancam dapatmembantu pasien menerima
realitas. Bila tahap ini sudah tercapai,dukungan lebih lanjut diperlukan
untuk membantu menerima reaksiemosional yang terjadi saat pasien
berhenti menyangkal dan menerimakenyataan.

b. Mencari informasi

Keterampilan koping dalam mencari informasi mencakup:

1) Pengumpulan informasi yang berkaitan yang dapatmenghilangkan


ansietas yang disebabkan oleh salah danketidakpastian.
2) Menggunakan sumber intelektual secara efektif.

Pasien dan keluarganya sering merasa terhibur oleh


informasimengenai penyakit, pengobatannya dan perjalanan penyakit
yangdiperkirakan terjadi. Kepedulian ini memberikan suatu kerangka
untukmenyusun rencana dan melakukan tindakan yang efektif.
Mengetahuibahwa orang lain dengan kondisi serupa yang telah

23
berhasil diobatimemberikan suatu keberanian dan harapan.
Miskonsepsi diluruskandan makna sebenarnya diungkapkan. Orang
yang mendapatkaninformasi akan lebih mampu berpartisipasi dalam
pengobatannya.

c. Meminta dukungan emosional

Kemampuan untuk mendapat dukungan emosional dari keluarga,sahabat,


dan pelayan kesehatan sementara memelihara rasa kemampuandiri sangat
penting. Penyakit sering mengakibatkan ketakutan dan ansietasserta rasa
terasing. Keterampilan koping yang bermakna adalah dapatmerai bantuan
dari orang lain, sehingga akan memelihara harapan melaluidukungan.
Apakah penyakit itu hanya mengakibatkan keterbatasansementara
maupun menetap, orang harus memiliki rasa berkuasa atashidupnya.
Dukungan dapat diperoleh dangan cara berbicara dengan orang lain yang
mengalami kondisi serupa. Kelompok pendukung sangat penting untuk
mendorong ekspresi perasaan, berbagai masalah praktis dan meneruskan
koping efektif secara bersama.

d. Pembelajaran merawat diri

Belajar merawat diri sendiri menunjukan kemampuan dan efektifitas


seseorang. Orang dapat belajar merawat diri sendiri bahkan setelah
terjadinya bencana penyakit dan cedera. Ketidakberdayaan akan
berkurang karena rasa bangga dalam pencapaian membantu
memulihkan atau memelihara harga diri. Anggota keluarga berperan
penting dalam merawat klien, sehingga mereka juga harus diikut
sertakan dalam merawat pasien dan di tunjukan bagaimana cara
melakukan prosedur tertentu dalam memberikan perawatan yang
efektif.

24
e. Menetapkan tujuan terbatas yang konkret

Keseluruhan tugas beradaptasi terhadap penyakit serius


tampakmembingungkan pada awalnya, namun tugas-tugas
tersebut dapatdikuasai. Membagi tugas-tugas tersebut menjadi tujuan
yang lebih kecildan dapat ditangani akhirnya akan mengarah pada
keberhasilan, dengancara ini motivasi tetap dijaga dan perasaan
ketidakberdayaan dikurangi.Klien akan mampu mengambil tindakan
yang efektif dan bukannya cemas.Prinsip belajar sangat penting untuk
menyelesaikan tujuan jangka panjang.

f. Mengulang hasil alternatif

Keterampilan koping ini sering digunakan dalam kaitannya


denganpencarian informasi. Koping tersebut membentu
mengurangi ansietasdengan cara mempersiapkan hari esok,
dengan mengingat kembalibagaimana pasien mampu mengatasi
kesulitan masa lalu akan menguatkanpercaya diri. Bila terdapat
beberapa piluhan modalitas pengobatan, mendiskusikan
alternative merupakan bagian penting dari penentuan mandiri.
Professional kesehatan tidak selalu tahu mana yang terbaik. Mereka
dapat memberikan informasi didasarkan pada pengetahuan
danpengalaman masa lalu, keputusan terakhir tetap ada ditangan
klien dankeluarganya. Keterampilan dalam mengulang alternatif
sangat pentingbagi mereka yang kehilangan bagian tubuh atau
fungsinya. Mereka harusmengulang apayang dilakukan dalam
beragam situasi sosial. Kelompokorang dengan kondisi serupa dapat
dibantu dengan bermain peran tentangsituasi.

g. Menemukan makna dari suatu masalah atau penyakit

25
Suatu masalah merupakan pengalaman manusia. Kebanyakan
orang menganggap masalah atau penyakit serius merupakan titik
balik kehidupan mereka, baik spiritual maupun filosofis.
Terkadang orang menemukan kepuasan dalam kepercayaan
mereka bahwa penderitaan mereka mungkin mempunyai
makana atau berguna bagi orang lain.Mereka dapat
berpartisipasi dalam proyek penelitian atau program pelatihan
untuk saat ini. Keluarga dapat berkumpul akibat adanya penyakit
meskipun menyakitkan dengan cara yang sangat berarti, dengan
demikianpasien merasa berharga seperti orang lain juga.

Banyak penderita penyakit serius yang sudah sembuh


melaporkanbahwamerekamengalamiperubahandalamnilai-
nilaidanprioritas,perhatian yang lebih besar terhadap orang lain
dan
meningkatnyaapresiasiasiterhadapkeindahanalam.Setelahsembuhdari
penyakitserius, banyak orang menemukan maknadalam membantu
oranglainmelalui kelompok pendukung atau sebagai sukarelawan
untuk organisasi yang berhubungan denga kesehatan atau kelompok
aksi politik. Selainstrategi koping di atas masih ada strategi koping
yang di kemukakan olehbebrapa ahli yang lain. Menurut Lazarus &
Folkman, (1984), dalam Rice(2000) berdasarkan hasil penelitian
membuktikan bahwa individumenggunakan koping untuk
mengatasi berbagai masalah yang menekandalam berbagai ruang
lingkup kehidupan sehari-hari. Strategi koping yangbiasanya
digunakan oleh individu dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

1. Koping berpusat pada masalah (problem focused coping),


dimana individu secara aktif mencari penyelesaian dari
masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang
menimbulkan stress.

26
2. Koping berpusat pada emosi (emotion focused coping),
dimana individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur
emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan
dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau
situasi yang penuh tekanan.

6. Faktor Yang Mempengaruhi Koping

Menurut Brunner & Suddarth (2001)faktor yang mempengaruhi koping


dapat menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan factor eksternal.

1. Faktor Internal

Yaitu karakter internal seseorang atau sumber daya individu dalam


menanganisituasi yang mengandung tekanan, yang meliputi:

a. Kesehatan dan energy Kesehatan merupakan hal yang penting,


karena selama dalam usahamengatasi stres individu dituntut
untuk dapat mengerahkan tenaga yangcukup besar.
b. Sistem kepercayaan seseorang termasuk kepercayaan
eksistensial(iman, kepercayaan agama). Keyakinan menjadi
sumber daya psikologisyang sangat penting, seperti keyakinan
akan nasib yang mengarahkanindividu pada penilaian
ketidakberdayaan yang akan menurunkankemampuan strategi
koping.
c. Komitmen atau tujuan hidup (property motivasional).
d. Perasaan seseorang seperti harga diri, control dan kemahiran
e. Pengetahuan dan keterampilan memecahkan masalah

27
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari
informasi,menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan
tujuan untukmenghasilkan alternatif tindakan, kemudian
mempertimbangkanalternatif tersebut sehubungan dengan hasil
yang ingin dicapai, dan padaakhirnya melaksanakan rencana
dengan melakukan suatu tindakan yangtepat.

f. Keterampilan sosial (kemampuan berkomunikasi dan


berinteraksidengan orang lain).Keterampilan ini meliputi
kemampuan untuk berkomunikasi danbertingkah laku dengan
cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosialyang berlaku
dimasyarakat.
2. Faktor eksternal
a. Dukungan sosial

Dukungan sosial adalah sumber daya eksternal utama. Sifat


dukungan social padapenyelesaian masalah telah diteliti secara
ekstensif dan telah terbuktisebagai moderator stress kehidupan yang
efektif.

b. Sumber Material

Sumber material adalah sumber eksternal yang meliputi barang dan


jasa yang dapat dibeli.Mengatasi keterbatasan masalah lingkungan
akan lebih mudah bagiindividu yang mempunyai sumber financial
yang memadai karena perasaanketidakberdayaan terhadap ancaman
menjadi berkurang.

28
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Stress merupakan sesuatu yang menyangkut interaksi antara
individu dan lingkungan, yaitu interaksi antara stimulasi respon. Sehingga
dapat dikatakan stress merupakan sekuensi setiap tindakan dan situasi
lingkungan yang menimbulkan tuntutan psikologis dan fisik pada
seseorang. Stress adalah suatu respon adaptif individu pada berbagai
tekanan atau tuntutan eksternal dan menghasilkan gangguan fisik,
emosional dan perilaku.
Koping adalah suatu proses dimana individu mencoba untuk
mengaturkesenjangan persepsi antara tuntutan situasi yang menekan
dengan kemampuan mereka dalam memenuhi tuntutan tersebut.
B. SARAN
Dalam setiap mengerjakan suatu tugas makalah diperlukan banyak
referensi agar mater yang disajikan lengkap. Pada saat akan
mempresentasikan materi perlu banyak belajar agar dapat menguasai
materi yang dibawakan.

29
DAFTAR PUSTAKA
Astutik. Suparni, Ita Eko dan Reni Yuli.20016. Menopause dan Masalah
Penanganannya. Yogyakarta:Depubish

http://eprints.ums.ac.id

http://etheses.uin-malang.ac.id

30

Anda mungkin juga menyukai