Anda di halaman 1dari 8

2.

1 Definisi
Neuroblastoma adalah tumor padat ekstrakranial ganas dan merupakanneoplasma bayi
yang terdiagnosis paling sering. Tumor ini berasal dari sel kristaneuralis embrional.
Sebagian besar tumor tumbuh di dalam kelenjar adrenal ataurangkaian saraf simpatik
retroperitoneal. Lokasinya mungkin di kepala, leher,dada atau pelvis. Neuroblastoma
merupakantumor yang tidak bergejala, sehinggalebih dari 70% kasus,diagnosis ditegakkan
setelah terjadi metastasis (Wong,Marilyn, David,2009).
2.2 Patofisiologi
Neuroblastoma timbul dari primordial sel pial neural yang bermigrasi selama
embryogenesis untuk membentuk medula adrenal dan ganglia simpatik. Sebagai hasilnya
neuroblastoma terjadi di medula adrenal atau dimana saja sepanjang simpatik ganglia,
terutama di retroperitoneum dan mediastinum posterior. Nomenklatur luas neuroblastoma
didasarkan pada spektrum diferensiasi selular. Neuroblastoma merupakan tumor yang ganas
dan buruk sedangkan ganglioneuroma merupakan tumor yang jinak dan tidak berbahaya.
Ganglioneuroblastoma mewakili keduanya karena memiliki diferensiasi buruk dari
neuroblasts dan sel ganglion matur (Traunecker H & Hallet A, 2011).
2.3 Etiologi
Kebanyakan etiologi dari neuroblastoma adalah tidak diketahui. Ada laporan yang
menyebutkan bahwa timbulnya neuroblastoma infantil berkaitan dengan orang tua atau
selama hamil terpapar obat-obatan atau zat kimia tertentu seperti hidantoin, etanol, dll
(Ricafort R, 2011).
Kelainan sitogenik yang terjadi pada neuroblastoma kira-kira pada 80% kasus, meliputi
penghapusan (delesi) parsial lengan pendek kromosom 1, anomali kromosom 17 dan
ampifilatik genomik dari onkogen N-Myc, suatu indikator prognosis buruk (Nelson, 2011).
Beberapa faktor risiko yang berpengaruh terhadap kemunculan dari neuroblastoma
adalah sebagai berikut (American Cancer Society, 2012).
1. Gaya Hidup
Gaya hidup yang berhubungan dengan faktor risiko seperti berat badan, aktivitas fisik,
diet dan penggunaan tembakau memainkan peran utama dalam kanker dewasa namun
faktor-faktor ini biasanya memakan waktu bertahun-tahun untuk mempengaruhi risiko
kanker. Tidak ada faktor lingkungan (seperti eksposur selama kehamilan ibu atau pada
awal masa kanak kanak) diketahui dapat meningkatkan kesempatan untuk mendapatkan
neuroblastoma.
2. Usia
Neuroblastoma paling sering terjadi pada anak-anak yang sangat muda tetapi hal ini
sangat jarang terjadi pada orang di atas usia 10 tahun.
3. Keturunan
Pada sekitar 1-2% dari semua neuroblastoma anak mungkin telah mewarisi peningkatan
risiko terjadinya neuroblastoma namun mayoritas dari neuroblastoma tampaknya tidak
diwariskan. Anak-anak dengan bentuk familial dari neuroblastoma biasanya datang dari
keluarga dengan satu atau lebih anggota keluarga yang memiliki neuroblastoma saat bayi.
Anak-anak dengan neuroblastoma familial dapat mengalami dua atau lebih dari kanker
ini di berbagai organ misalnya dalam kedua kelenjar adrenal atau lebih dari satu ganglion
simpatik. Sangat penting untuk membedakan neuroblastoma yang dimulai di lebih dari
satu organ dari neuroblastoma yang telah dimulai pada satu organ dan kemudian
menyebar ke organ lain. Ketika tumor berkembang di beberapa tempat sekaligus itu
menunjukkan suatu bentuk familial yang mungkin berarti bahwa anggota keluarga yang
lain harus mempertimbangkan untuk mendapatkan konseling genetik.
2.4 Manifestasi klinis
Neuroblastoma dapat menyerang setiap situs jaringan sistem saraf simpatik. Sekitar
setengah dari tumor neuroblastoma timbul di kelenjar adrenal dan sebagian besar sisanya
berasal dari ganglia simpatis paraspinal. Metastase ditemukan lebih sering pada anak usia>1
tahun saat terdiagnosis, terjadi melalui invasi lokal, hematogen atau limfogen. Organ yang
paling umum dituju oleh proses metastasis ini adalah kelenjar getah bening regional atau
yang jauh, tulang panjang dan tengkorak, sumsum tulang, hati dan kulit. Metastasis ke paru-
paru dan otak jarang terjadi, kurang dari 3% kasus (Traunecker H & Hallet A, 2011).
Neuroblastoma dapat menyerupai gangguan lain sehingga sulit untuk mendiagnosa.
Tanda-tanda dan gejala dari neuroblastoma mencerminkan lokasi tumor dan luasnya
penyakit. Proses metastasis dapat menyebabkan berbagai tanda dan gejala, termasuk demam,
iritabel, kegagalan dalam masa pertumbuhan, nyeri tulang, sitopeni, nodul kebiruan pada
subkutan, proptosis orbital dan ekimosis periorbital. Penyakit local dapat bermanifestasi
sebagai massa asimptomatik atau sebagai gejala yang muncul terkait massa, termasuk
kompresi sumsum tulang belakang, obstruksi usus dan sindrom vena cava superior
(Rutigliano D.N & Quanglia, 2008).
Menurut Cecily & Linda (2002), gejala dari neuroblastoma yaitu:
A. Gejala yang berhubungan dengan massa retroperitoneal, kelenjar adrenal, paraspinal.18
1) Massa abdomen tidak teratur, tidak nyeri tekan, keras yang melintasi garis tengah.
2) Perubahan fungsi usus dan kandung kemih
3) Kompresi vaskuler karena edema ekstremitas bawah
4) Sakit punggung, kelemahan ekstremitas bawah
5) Defisit sensoris
6) Hilangnya kendali sfingter
B. Gejala-gejala yang berhubungan dengan massa leher atau toraks.
1) Limfadenopati servikal dan suprakavikular
2) Kongesti dan edema pada wajah
3) Disfungsi pernafasan
4) Sakit kepala
5) Proptosis orbital ekimotik
6) Miosis
7) Ptosis
8) Eksoftalmos
9) Anhidrosis
Menurut Willie (2008) manifestasi klinis dari neuroblastoma berbeda tergantung dari
lokasi metastasenya:
1. Neuroblastoma retroperitoneal
Massa menekan organ dalam abdomen dapat timbul nyeri abdomen, pemeriksaan
menemukan masa abdominal yang konsistensinya keras dan nodular, tidak bergerak,
massa tidak nyeri dan sering melewati garis tengah. Pasien stadium lanjut sering disertai
asites, pelebaran vena dinding abdomen, edema dinding abdomen.
2. Neurobalstoma mediastinal
Kebanyakan di paravertebral mediastinum posterior, lebih sering di mediastinum
superior daripada inferior. Pada awalnya tanpa gejala namun bila massa besar dapat
menekan dan timbul batuk kering, infeksi saluran nafas, sulit menelan. Bila penekanan
terjadi pada radiks saraf spinal, dapat timbul parastesia dan nyeri lengan.
3. Neuroblastoma leher
Mudah ditemukan namun mudah sering terjadi salah diagnosis sebagai limfadenitis
atau limfoma maligna. Sering menekan ganglion servikotorakal hingga timbul sindrom
paralisis saraf simpatis leher (Sindrom Horner) timbul miosis unilateral, blefaroptosis dan
diskolorasi iris pada mata.
4. Neuroblastoma pelvis
Terletak di posterior kolon presakral, relatif dini menekan organ sekitarnya
sehingga menimbulkan gejala sembelit sulit defekasi dan retensi urin.
5. Neuroblastoma berbentuk barbell
Neuroblastoma paravertebral melalui celah intervertebral ekstensi ke dalam canalis
vertebral di ekstradural. Gejala klinisnya berupa tulang belakang kaku tegak, kelainan
sensibilitas, nyeri. Dapat terjadi hipomiotonia ekstremitas bawah bahkan paralisis.
6. Neuroblastoma pada sistem saraf pusat (CNS neuroblastoma)
Neuroblastoma pada sistem saraf pusat merupakan suatu kasus yang langka. Horten
dan Rubinstein menyatakan bahwa kejadian neuroblastoma pada sistem saraf pusat
hanya satu kasus setiap dekade. Primer neuroblastoma sistem saraf pusat sebagian besar
terjadi pada dekade pertama. Dua puluh enam persen kasus terjadi pada usia di bawah 2
tahun. Primer neuroblastoma ditandai dengan gejala dan tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial. Tumor dapat menyebar dengan cepat dan tumor ini seringkali cukup besar.
Karena neuroblastoma paling banyak terjadi di retroperitoneum atau posterior
mediastinum, gejala awal biasanya tidak spesifik (malaise umum, berat badan menurun,
demam yang tidak jelas). Neuroblastoma intraabdominal sering hadir sebagai massa
asimptomatik yang terdeteksi secara kebetulan oleh orang tua atau dokter anak selama
kunjungan klinik rutin.
Tumor panggul dapat menekan usus rectosigmoid atau kandung kemih sehingga
terjadi sembelit atau retensi urin (Kim & Chung, 2016). Perdarahan spontan dapat terjadi
pada tumor dengan malaise karena anemia. Pada pemeriksaan, massa yang relatif tetap
dalam perut mungkin teraba. Metastasis hematogen sering hadir pada saat diagnosis.
2.5 Komplikasi
Komplikasi dari neuroblastoma yaitu adanya metastase tumor yang relatif dini ke
berbagai organ secara limfogen melalui kelenjar limfe maupun secara hematogen ke
sumsum tulang, tulang, hati, otak, paru dan lain-lain. Metastasis tulang umumnya ke tulang
kranial atau tulang panjang ekstremitas. Hal ini sering menimbulkan nyeri ekstremitas,
artralgia, pincang pada anak. Metastase ke sumsum tulang menyebabkan anemia, perdarahan
dan trombositopenia (Kim & Chung, 2016).
2.6 Pemeriksaan penunjang
1. Radiografi
Rontgen dada dapat digunakan untuk memperlihatkan massa mediastinum posterior,
biasanya neuroblastoma di toraks pada anak (Ricafort R, 2011).
2. Ultrasonography
Walaupun ultrasonography merupakan modalitas yang lebih sering digunakan pada
penilaian awal dari suspek massa abdomen, sensitivitas dan akurasinya kurang
dibandingkan computed tomography (CT) atau magnetic resonance imaging (MRI)
untuk diagnosis neuroblastoma. Modalitas lain biasanya digunakan setelah screening
dengan USG untuk menyingkirkan diagnosis banding. Gambaran USG neuroblastoma
lesi solid dan heterogen (Sandoval JA, Malkas LH, Hickey RJ, 2012).
3. Computed Tomography (CT)
CT umumnya digunakan digunakan sebagai modalitas untuk evaluasi neuroblastoma.
Itu dapat menunjukkan kalsifikasi pada 85% kasus neuroblastoma. Perluasan intraspinal
dari tumor dapat dilihat pada CT dengan kontras.
CT scan adalah metode yang menggambarkan massa abdomen yang dapat dilakukan
tanpa pembiusan yang juga menunjukkan bukti daerah invasi, limfadenopati, dan
kalsifikasi yang sangat sugestif dari diagnosis, khususnya berkaitan dengan
membedakan antara neuroblastoma dan tumor wilms (Ricafort R, 2011).
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI adalah modalitas imaging yang lebih sensitif untuk diagnosis dan staging dari
neuroblastoma. MRI lebih akurat daripada CT untuk mendeteksi penyakit stadium 4.
Sensitivitas MRI adalah 83%, sedangkan CT 43%. Spesifitas MRI 97% sedangkan CT
88% . (Ricafort R, 2011). MRI adalah modalitas pilihan untuk menentukan keterlibatan
sumsum tulang belakang
5. Scintigraphy
Metaiodobenzylguanidine (MIBG) merupakan imaging pilihan untuk mengevaluasi
penyebaran ke tulang dan bone marrow oleh neuroblastoma. (Kim & Chung. 2016).
6. Bone Marrow Examination
Biopsi sumsum tulang adalah metode rutin dan penting untuk mendeteksi penyebara ke
sumsum tulang pada neuroblastoma. Aspirasi dan biopsi harus dilakukan untuk
mendapatkan diagnosis yang lebih tepat. Untuk mengumpulkan informasi yang akurat,
diambil spesimen dari lokasi multipel yang direkomendasikan. (Ricafort R, 2011).
2.7 Penatalaksanaan
Menurut Cecily (2002), International Staging System untuk neuroblastoma menetapkan
definisi standar untuk diagnosis, pertahapan dan pengobatan serta mengelompokkan pasien
berdasarkan temuan-temuan radiografik dan bedah ditambah keadaan sumsum tulang.
Adapun untuk penjelasan mengenai jenis terapi pada tingkatan risiko neuroblastoma adalah
sebagai berikut:
1. Pembedahan
Tujuan dari intervensi bedah adalah reseksi lengkap dari tumor. Jika reseksi
lengkap tidak layak maka tujuannya adalah untuk melakukan biopsi tumor. Reseksi
tumor primer dinilai menggunakan pencitraan dengan mempertimbangkan ukuran tumor,
ekstensi kedekatan struktur seperti sumsum tulang belakang, keterlibatan kelenjar getah
bening dan kemungkinan penyembuhan setelah bedah. (Thiele CJ, 2016).
2. Kemoterapi
Kemoterapi adalah pengobatan utama untuk stadium lanjut neuroblastoma.
Ketikadigunakan dalam kombinasi dan berdasarkan sinergi obat, mekanisme kerja, dan
resistensi obat potensi tumor, pengobatan kemoterapi telah efektif untuk pasien yang
memiliki primer luas, berulang, atau metastasis neuroblastomas. (Henry, dkk, 2016).
Agen umum yang sering digunakan sekarang adalah cyclophosphamide,
iphosphamide, vincristine, doxorubicin, cisplatin, carboplatin, etoposid, dan melphalan.
Peningkatan kelangsungan hidup jangka panjang dicatat dengan lebih intens pada terapi
kombinasi dengan mengorbankan toksisitas. Terapi dengan iradiasi total tubuh atau
melphalan diikuti oleh transplantasi sumsum tulang untuk pasien yang memiliki penyakit
berisiko tinggi. (Kim & Chung. 2016).
3. Radioterapi
Secara umum neuroblastoma dianggap radiosensitif. radioterapi bagaimanapun
telah terbukti mengurangi tingkat kekambuhan lokal untuk neuroblastoma risiko tinggi.
Kombinasi radioterapi dan kemoterapi telah digunakan baru-baru ini untuk stadium lanjut
penyakit untuk meningkatkan resectability. Penggunaan lain dari radioterapi untuk radiasi
total tubuh untuk mencapai ablasi sumsum tulang sebelum transplantasi sumsum. Target
pengobatan dengan MIBG, digunakan secara luas di Eropa menunjukkan manfaat dalam
pengobatan stadium lanjut neuroblastoma sebagai lini pertama terapi dan untuk
neuroblastomas refraktori namun sejumlah komplikasi seperti terjadinya keganasan
sekunder dan disfungsi tiroid. (Henry, dkk, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Sandoval JA, Malkas LH, Hickey RJ. Clinical significance of serum biomarkers in
pediatric solid mediastinal and abdominal tumors. Int J Mol Sci 2012; 13:h.1126-
532.
Traunecker H, Hallet A, A review and update on neuroblastoma, Elsivier, 2011;h.103-8.
Rutigliano D.N, Quanglia, Neuroblastoma and other adrenal tumor. Dalam: Carachi R,
Grosfeld J.L, Azmy A.F, penyunting. The surgery of childhood tumors,
2008;11:h.202-19.
Ricafort R. Tumor markers in infancy and childhood. Pediatric in Review 2011; h.306-8.
Nelson. Nelson Textbook of Pediatric edisi ke-19. Philadelphia: Elsevier Saunders.2011
American Cancer Society. Neuroblastoma. Diunduh dari
http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003125-pdf.pdf.
Diakses pada tanggal 23 Juni 2016.
Kim & Chung. Pediatric Solid Malignancies : Neuroblastoma and Wilm’s Tumor.
Diunduh dari
http://pax6.org/physician/WilmsTumorPediatricSolidMalignancies.pdf. Diakses
pada tanggal 23 Juni 2016.
Henry, dkk. Neuroblastoma Update. Diunduh dari
http://www.pediatricsurgicalservices.com/docs/Neuroblastoma.pdf. Diakses pada
tanggal 23 Juni 2016.
Nelson. 2011. Nelson Textbook of Pediatric 19th Edition. Philadelphia: Elsevier
Saunders.

Anda mungkin juga menyukai