INFANTICIDE
DISUSUN OLEH:
Gilang Sukma M. G99172081
Endah Augina B. G99172068
Varlie Charoline T. G99181064
PEMBIMBING :
dr. Adji Suwandono, Sp.FM, S.H.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan journal reading dengan judul
“Infanticide”. Journal reading ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan
kepaniteraan klinik di SMF Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, RSUD
Dr.Moewardi, Surakarta, .
Tidak lupa penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak atas bantuan-bantuan yang diberikan sehingga journal reading ini dapat selesai
tepat waktu, terutama kepada dr. Adji Suwandono,Sp. F, S.H. selaku staff
pembimbing journal reading di SMF Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal,
RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang telah dengan sabar memberikan bimbingan,
kritik, serta saran yang membangun. Tidak lupa rasa terima kasih juga kami ucapkan
kepada para tenaga medis dan karyawan yang telah membantu selama mengikuti
kepaniteraan klinik di SMF Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, RSUD
Moewardi Surakarta dan juga berbagai pihak lain yang tidak mungkin kami sebutkan
satu per satu.
Penulis menyadari journal reading ini masih jauh dari sempurna, sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki
kekurangan dari journal reading ini. Penulis memohon maaf apabila terdapat
kesalahan penulisan atau perkataan yang tidak berkenan kepada pembaca.
Akhir kata, penulis berharap isi journal reading ini dapat bermanfaat bagi
pembaca sehingga dapat menginspirasi berbagai pihak baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.2. Tujuan...........................................................................................2
1.3. Manfaat.........................................................................................2
BAB II JURNAL.............................................................................................3
3.3 Epidemiologi.............................................................................8
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Oleh karena masih tingginya prevalensi pembunuhan anak sendiri,
penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai pembunuhan anak
sendiri atau infanticide.
1.2. Tujuan
Mengetahui definisi, pasal-pasal yang mengatur, pemeriksaan luar dan
pemeriksaan dalam yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya kasus
pembunuhan anak sendiri/infanticide.
1.3. Manfaat
Menjadi salah satu referensi untuk memahami lebih dalam mengenai
pembunuhan anak sendiri
2
BAB II
JURNAL
Tinjauan Bukti Medis dari Infanticide yang Diperiksa di Rumah Sakit Sanglah
Instalasi Kedokteran Forensik Periode Tahun 2010 – 2015
Abstrak
Latar belakang: Infanticide adalah pembunuhan terhadap bayi baru lahir yang
disengaja, dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri segera setelah lahir (< 24 jam)
karena takut ketahuan orang lain bahwa dirinya telah melahirkan bayi. Bukti dari
adanya infanticide dapat ditemukan dari kondisi bayi baru lahir, viabilitas dari bayi,
tanda bayi telah dirawat, tanda kekerasan dan penyebab kematian. Tujuan:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya bukti infanticide yang diperiksa di
Instalasi Kedokteran Forensik Rumah Sakit Sanglah pada tahun 2010 – 2015.
Metode: Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif cross-
sectional. Penelitian ini merupakan studi retrospektif untuk mempelajari kasus
infanticide yang telah terjadi masa lalu. Data sekunder yang digunakan pada
penelitian ini diambil dari rekam medis dan visum et repertum dari kasus infanticide
di Instalasi Kedokteran Forensik Rumah Sakit Sanglah pada tahun 2010 – 2015.
Hasil: Hanya 18 dari 51 sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Dari 18 sampel data
bayi yang meninggal, semua bayi tersebut lahir hidup dan viabel, 88,9% dari bayi
tersebut tidak dirawat, 38,9% dari bayi tersebut mengalami kekerasan berupa memar
dan penyebab paling sering dari kematian bayi tersebut adalah kekerasan seperti
strangulasi, pembekapan dan kompresi pada dada. Kesimpulan: Tanda kekerasan
pada bayi yang paling sering ditemukan adalah memar dan penyebab kematian
paling sering adalah asfiksia.
3
Pendahuluan
Metode
Penelitian ini merupakan studi deskriptif cross-sectional. Penelitian ini juga
merupakan studi retrospektif dengan menggunakan data yang diambil dari rekam
medis dari kasus infanticide di Instalasi Kedokteran Forensik Rumah Sakit Sanglah
pada tahun 2010 – 2015. Dari total 51 sampel, hanya 18 sampel yang memenuhi
kriteria inklusi. Kriteria inklusi penelitian ini adalah bayi yang dibunuh segera atau
sesaat setelah lahir dan ada rekam medis atau catatan post-mortem yang lengkap
(pemeriksaan luar dan dalam). Kriteria eksklusinya adalah bayi yang dibunuh setelah
4
24 jam dari bayi tersebut lahir dan catatan post-mortemnya tidak lengkap. Setelah
data yang dikumpulkan lengkap, data tersebut diproses menggunakan SPSS 21.
Hasil
5
Diskusi
Tanda dari bayi lahir hidup atau mati dapat dilihat dari tanda-tanda lahir
hidup yaitu bayi dapat bernapas, menangis, gerakan otot, sirkulasi darah, denyut
nadi, perubahan Hb, isi dari lambung dan usus dan kondisi tali pusat. Tanda dari bayi
tersebut viabel adalah kemampuan bayi dapat hidup di luar kandungan ibunya tanpa
alat-alat yang canggih. Ketika bayi yang lahir tidak viabel, bayi tersebut dapat
meninggal karena tidak mampu hidup di luar kandungan.
Tanda perawatan bayi dapat terlihat dari tali pusat yang sudah dipotong,
vernix caseosa yang sudah dibersihkan di leher, lipat ketiak dan paha, sudah
berpakaian, ditemukannya sisa susu pada lambung bayi. Jika sudah ditemukan tanda-
tanda perawatan maka pembunuhan yang dilakukan oleh ibu tidak bisa dianggap
infanticide tapi pembunuhan biasa.
Tanda dari kekerasan yang dialami bayi dapat dilihat dari pemeriksaan post-
mortem, baik pemeriksaan luar maupun dalam. Tanda dari kekerasan dapat berupa
memar, luka abrasi, luka terbuka, patah tulang atau kombinasi lebih dari 2 luka
tersebut. Pada bayi yang dibekap dapat ditemukan luka tekan pada bibir, memar pada
mukosa bibir bawah dan adanya objek asing seperti kertas atau kain yang memenuhi
mulut. Sedangkan pada korban strangulasi dapat ditemukan luka tekan yang
melingkari sebagian atau seluruh leher, atau luka lecet yang berbentuk bulan sabit
yang disebabkan oleh tekanan ujung kuku pelaku. Tanda adanya sufokasi adalah
sianosis pada bibir dan ujung jari, bintik perdarahan pada mata, kelopak mata dan
jaringan ikat longgar lainnya, lebam mayat yang berwarna lebih gelap dan adanya
busa atau busa berwarna kemrahan yang keluar dari lubang hidung dan mulut.
Penyebab kematian terdiri dari asfiksia, kekerasan tumpul dan kekerasan
tajam. Yang paling sering terjadi adalah pembunuhan dengan pembekapan yang
menyebabkan asfiksia.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa 18 sampel lahir hidup dan viabel dan sebagian
besar bayi tersebut tidak didapatkan tanda perawatan. Tanda kekerasan yang paling
sering ditemukan adalah memar dan penyebab kematian tersering adalah asfiksia.
6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat
anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas
nyawa anaknya, diancam karena membunuh anaknya sendiri, dengan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi
orang lain yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau
pembunuhan anak dengan rencana.
7
d. Pasal 181 KUHP
1. Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 itu
mengakibatkan luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama 7 tahun 6 bulan.
Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orang tentang kelahiran
anaknya, tidak lama sesudah melahirkan, menempatkan anaknya untuk
ditemukan atau meninggalkannya dengan maksud untuk melepaskan
diri daripadanya, makan maksimum pidana tersebut dalam pasal 305
dan 306 dikurangi separuh.
3.3. Epidemiologi
8
- Lithuania : 5.80 (2008-2012)
- Estonia : 5.20 (2008-2012)
Latvia : 2.90 (2008-2012)
Poland : 2.40 (2008-2012)
- Austria : 3.10 (2002-2012)
- Finlandia : 1.30 (2002-2009)
- Perancis : 2.10 (1996-2000)
- Portugal : 2.96 (2001-2010)
- Swedia : 2.80 (2002-2009)
9
3.6. Perbedaan Anak Lahir Mati dan Hidup
Perbedaan bayi lahir hidup dan lahir mati terutama dapat dinilai dari sistem
pernapasan, sistem kardiovaskuler, dan sistem pencernaan.8
10
3.7. Bayi Aterm dan Bayi Viable
Bayi aterm adalah bayi yang telah dikandung cukup bulan (38-42 minggu),
sementara bayi viable adalah bayi yang dapat lahir hidup dan dapat bertahan
hidup di luar kandungan tanpa bantuan alat. Syarat bayi dikatakan viable
adalah sebagai berikut:8
Tanda-tanda terukur :
11
o Membakar
o Meracun
o Mengubur bayi hidup-hidup
c. Kecelakaan:
- Jatuh dari gendongan
- Jatuh saat dimandikan
12
BAB IV
ANALISIS KASUS
Kasus infanticide mengandung unsur penting yaitu subjek, objek dan motif.
Subjek yang dimaksud disini adalah ibu biologis dari bayi, objek adalah bayi, dan
motif karena takut ketahuan melahirkan anak. Dalam KUHP Pasal 341 dan 342
diungkapkan pula bahwa subjek dari kasus infanticide adalah ibu yang tanpa niat
ataupun dengan niatan melakukan pembunuhan terhadap anaknya sendiri. Infanticide
atau pembunuhan anak sendiri termasuk tindak pidana dan diatur dalam KUHP.
13
Apakah bayi tesebut lahir mati atau hidup
Apakah bayi tersebut viable
Apakah bayi telah mendapatakan perawatan
Apakah tanda kekerasan ada
Apakah yang menjadi penyebab dari kematian bayi
Tanda kekerasan pada bayi dapat terlihat dari pemeriksaan luar dan dalam
postmortem. Dari sini dapat ditentukan apakah bayi tersebut mengalami kematian
wajar atau tidak wajar. Jika ditemukan tanda kematian yang wajar maka akan ada
unsur pidana. Dari penelitian didapatkan bahwa tanda kekerasan yang paling banyak
ditemukan adalah memar. Selain memar, tanda kekerasan lain yang juga ditemukan
adalah luka abrasi dan luka terbuka. Temuan ini sejalan dengan pernyataan bahwa
metode terbanyak dalam infanticide adalah dengan pembekapan. Pembekapan dapat
menimbulkan luka memar pada bayi.
Penyebab mati pada bayi terbanyak akibat trauma tumpul. Trauma tumpul ini
disertai dengan pembekapan yang berakhir pada asfiksia. Upaya perlukaan yang
dilakukan dalam upaya infanticide pada bayi dapat berupa penjeratan
(strangulation), pembekapan (smothering), dan kompresi dada. Hal-hal tersebut
berakibat diri bayi mengalami kesulitan bernapas dan berujung pada kematian bayi
akibat mati lemas.4
Sumber data dari penelitian ini terpercaya karena berasal rekam medis serta
visum et repertum.
14
Merupakan penelitian pendahuluan yang baik untuk mengetahui jumlah
kejadian infanticide di salah satu rumah sakit di Bali sehingga nantinya dapat
diadakan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian infanticide.
15
Dua kasus yang disajikan memiliki variasi berupa kasus bayi lahir hidup dan
kasus bayi lahir mati.
16
hukum di India menanggapi gangguan jiwa dalam kaitannya dengan kasus
infanticide.
Sedangkan kelemahan dari jurnal ini adalah hukum dan aspek psikiatri kasus
infanticide tidak dibahas secara global sehingga kurang dapat diambil kesimpulan
bagaimana gambaran insidensi infanticide di dunia.
Penelitian serupa lagi juga dilakukan oleh Christina, et al. di USA berupa
review. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui hubungan antara status
seseorang (belum menikah, menikah, janda) dengan infanticide. Definisi infanticide
berbeda dari Indonesia, yaitu pembunuhan anak-anak hingga usia 2 tahun.
Sedangkan pembunuhan bayi baru lahir dibawah 24 jam disebut neonaticide. Dalam
riview yang berjudul “Matrial Status dan Infainticide”, penulis menyimpulkan
pembunuhan anak yang paling umum di antaranya adalah (1) ibu muda, yang belum
menikah dengan dukungan sosial dan ekonomi yang tidak cukup dan (2) ibu yang
lebih tua dan sudah menikah yang tidak memiliki dukungan sosial dan ekonomi yang
cukup untuk menambah anak atau yang memiliki masalah dalam pernikahan.
Hubungan antara status perkawinan dan pembunuhan bayi sangat dipengaruhi oleh
tingkat dukungan sosial dan ekonomi yang ada pada orang tua.
17
BAB V
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
5. Tanaka CT, Berger W, Valenca AM, Coutinho ESF, Louis GJ, Fontenelle LF, et
al. The worldwide incidence of neonaticide: a systematic review. Arch womens
Ment Health. 2016:703-10.10.
6. Gondo HK. Skrining Edinburgh postnatal depression scale (EPDS) pada post
partum blues. Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Gondo HK. Skrining Edinburgh postnatal depression scale (EPDS) pada post
partum blues. Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
2013:7-19.
7. Norhayati MN, Hazlina NHN, Asrenee AR, Emilin WMAW. Magnitude and
risk factors for postpartum symptoms: a literature review. Elsevier:2015;34-54.
8. Dahlan S. Ilmu kedokteran forensik: Pembunuhan anak sendiri. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2007;141-8.
9. Rahman A, Salim H, Pranarka K, Relawati R, Bhima SK, Suharto G, et al. Ilmu
kedokteran forensik. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Semarang. 2009:35-42.
10. Mushumba H, et al. Trends and patterns of suspected infanticide cases
autopsied at the Kacyiru hospital, Rwanda: a case report. Rwanda: Rwanda
Medical Journal. 2016: 21-3.
19