Anda di halaman 1dari 22

Journal Reading

INFANTICIDE

DISUSUN OLEH:
Gilang Sukma M. G99172081
Endah Augina B. G99172068
Varlie Charoline T. G99181064

PEMBIMBING :
dr. Adji Suwandono, Sp.FM, S.H.

KEPANITERAAN KLINIK/ PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan journal reading dengan judul
“Infanticide”. Journal reading ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan
kepaniteraan klinik di SMF Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, RSUD
Dr.Moewardi, Surakarta, .
Tidak lupa penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak atas bantuan-bantuan yang diberikan sehingga journal reading ini dapat selesai
tepat waktu, terutama kepada dr. Adji Suwandono,Sp. F, S.H. selaku staff
pembimbing journal reading di SMF Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal,
RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang telah dengan sabar memberikan bimbingan,
kritik, serta saran yang membangun. Tidak lupa rasa terima kasih juga kami ucapkan
kepada para tenaga medis dan karyawan yang telah membantu selama mengikuti
kepaniteraan klinik di SMF Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, RSUD
Moewardi Surakarta dan juga berbagai pihak lain yang tidak mungkin kami sebutkan
satu per satu.
Penulis menyadari journal reading ini masih jauh dari sempurna, sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki
kekurangan dari journal reading ini. Penulis memohon maaf apabila terdapat
kesalahan penulisan atau perkataan yang tidak berkenan kepada pembaca.
Akhir kata, penulis berharap isi journal reading ini dapat bermanfaat bagi
pembaca sehingga dapat menginspirasi berbagai pihak baik secara langsung maupun
tidak langsung.

Surakarta, 13 Desember 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1. Latar Belakang............................................................................1

1.2. Tujuan...........................................................................................2

1.3. Manfaat.........................................................................................2

BAB II JURNAL.............................................................................................3

BAB III TINJAUAN PUSTAKA...................................................................7

3.1. Definisi Infanticide..................................................................7

3.2. Pasal-Pasal yang Mengatur Mengenai Infanticide .............7

3.3 Epidemiologi.............................................................................8

3.4. Faktor Risiko ..........................................................................9

3.5. Target Pemeriksaan ...............................................................9

3.6. Perbedaan Anak Lahir Mati Dan Hidup .............................10

3.6.1. Ciri Lahir Hidup .................................................................10

3.6.2. Ciri Lahir Mati.....................................................................11

3.7. Bayi Aterm Dan Bayi Viable .................................................11

3.8. Penyebab Kematian Bayi Pada Kasus Infanticide ..............11

3.9. Penentuan Lama Hidup Di Luar Kandungan .....................12

3.10 Pemeriksaan Pada Tersangka ..............................................13

BAB IV ANALISIS KASUS ..........................................................................14

BAB V KESIMPULAN .................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembunuhan anak sendiri menurut undang-undang di Indonesia
adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada
ketika dilahirkan atau tidak berapa lama setelah dilahirkan, karena takut
ketahuan bahwa ia melahirkan anak. Terdapat 3 faktor penting dari
pembunuhan anak sendiri yaitu ibu, waktu dan psikis. Hanya ibu kandung
yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan anak sendiri. Waktu
pembunuhan tidak disebutkan batasan waktu yang tepat, hanya dinyatakan
pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian sehingga boleh dianggap pada
saat belum timbul rasa kasih sayang seorang ibu pada anaknya. Faktor ketiga
adalah psikis yaitu, ibu membunuh anaknya karena terdorong rasa ketakutan
akan diketahui orang, telah melahirkan anak itu, biasanya anak yang dibunuh
tersebut didapatkan dari hubungan yang tidak sah.1
Pembunuhan anak sendiri biasanya dilakukan oleh ibu yang berusia
sangat muda (kurang dari dua puluh lima tahun), imatur, belum menikah,
tidak memiliki pekerjaan atau masih berstatus pelajar, sehingga mereka
merasa tidak dapat berhadapan dengan tanggung jawab dan tekanan sosial
yang akan dialami oleh seorang ibu.2
Berdasarkan data dari Italia, cara pembunuhan yang paling sering
adalah dengan mekanisme asfiksia (tenggelam 19%, sufokasi 18% dan
strangulasi 10%), defenestrasi 15% dan menggunakan senjata api 4%. Lokasi
pembunuhan biasanya di rumah (85%) seperti di kamar mandi dan kamar
tidur.
Pembunuhan sendiri menyebabkan 1 dari 5 kematian akibat cedera
yang dialami oleh bayi (kurang dari 1 tahun) di Amerika. Prevalensi
pembunuhan bayi pada tahun 2013 adalah 7,2 pembunuhan per 100.000 bayi.
Pembunuhan pada bayi laki-laki adalah 8,7 pembunuhan per 100.000 bayi
dan 5,5 pembunuhan per 100.000 bayi perempuan. Data aktual dari kematian
akibat pembunuhan pada bayi hingga anak kurang dari 4 tahun, sebenarnya
lebih banyak 2 kali lipat dari sertifikat kematian yang ada.3

1
Oleh karena masih tingginya prevalensi pembunuhan anak sendiri,
penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai pembunuhan anak
sendiri atau infanticide.

1.2. Tujuan
Mengetahui definisi, pasal-pasal yang mengatur, pemeriksaan luar dan
pemeriksaan dalam yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya kasus
pembunuhan anak sendiri/infanticide.

1.3. Manfaat
Menjadi salah satu referensi untuk memahami lebih dalam mengenai
pembunuhan anak sendiri

2
BAB II

JURNAL

Tinjauan Bukti Medis dari Infanticide yang Diperiksa di Rumah Sakit Sanglah
Instalasi Kedokteran Forensik Periode Tahun 2010 – 2015

Gusti Ayu Tika Pitha Loka, Ida Bagus Putu Alit4

Abstrak

Latar belakang: Infanticide adalah pembunuhan terhadap bayi baru lahir yang
disengaja, dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri segera setelah lahir (< 24 jam)
karena takut ketahuan orang lain bahwa dirinya telah melahirkan bayi. Bukti dari
adanya infanticide dapat ditemukan dari kondisi bayi baru lahir, viabilitas dari bayi,
tanda bayi telah dirawat, tanda kekerasan dan penyebab kematian. Tujuan:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya bukti infanticide yang diperiksa di
Instalasi Kedokteran Forensik Rumah Sakit Sanglah pada tahun 2010 – 2015.
Metode: Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif cross-
sectional. Penelitian ini merupakan studi retrospektif untuk mempelajari kasus
infanticide yang telah terjadi masa lalu. Data sekunder yang digunakan pada
penelitian ini diambil dari rekam medis dan visum et repertum dari kasus infanticide
di Instalasi Kedokteran Forensik Rumah Sakit Sanglah pada tahun 2010 – 2015.
Hasil: Hanya 18 dari 51 sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Dari 18 sampel data
bayi yang meninggal, semua bayi tersebut lahir hidup dan viabel, 88,9% dari bayi
tersebut tidak dirawat, 38,9% dari bayi tersebut mengalami kekerasan berupa memar
dan penyebab paling sering dari kematian bayi tersebut adalah kekerasan seperti
strangulasi, pembekapan dan kompresi pada dada. Kesimpulan: Tanda kekerasan
pada bayi yang paling sering ditemukan adalah memar dan penyebab kematian
paling sering adalah asfiksia.

Kata kunci: infanticide, rekam medis

3
Pendahuluan

Berdasarkan undang-undang yang ada di Indonesia, infanticide adalah


pembunuhan yang dilakukan oleh ibu kandung terhadap anaknya sendiri segera
setelah lahir atau sesaat setelah lahir (kurang dari 24 jam) karena takut ketahuan
orang dirinya telah melahirkan. Kasus infanticide adalah kasus yang unik dimana
pembunuhnya adalah ibu kandung dari bayi yang meninggal dan alasannya adalah
takut ketahuan telah melahirkan karena bayi tersebut merupakan hasil dari hubungan
gelap.
Bayi yang meninggal karena dibunuh atau tidak dapat dilihat dari beberapa
aspek, seperti apakah bayi tersebut lahir mati atau lahir hidup, apakah bayi tersebut
viabel atau tidak, apakah bayi tersebut sudah mendapatkan perawatan atau tidak,
apakah ada tanda kekerasan pada bayi dan penyebab kematian bayi tersebut.
Di Jakarta, 90 – 95% kasus dari 30 – 40 kasus infanticide per tahun terjadi
karena asfiksia mekanik. Penyebab lain dari kematian adalah kekerasan tumpul pada
kepala dan yang lebih jarang adalah kekerasan tajam.
Infanticide yang dilakukan tanpa rencana diatur dalam KUHP pasal 341
dengan ancaman penjara maksimal 7 tahun dan apabila dilakukan dengan rencana
maka akan mendapat ancaman penjara maksimal 9 tahun yang diatur dalam KUHP
pasal 342.
Penelitian yang berhubungan dengan bukti medis pada infanticide masih
sangat jarang dilakukan di Bali sehingga penulis ingin memahami lebih dalam
mengenai infanticide.

Metode
Penelitian ini merupakan studi deskriptif cross-sectional. Penelitian ini juga
merupakan studi retrospektif dengan menggunakan data yang diambil dari rekam
medis dari kasus infanticide di Instalasi Kedokteran Forensik Rumah Sakit Sanglah
pada tahun 2010 – 2015. Dari total 51 sampel, hanya 18 sampel yang memenuhi
kriteria inklusi. Kriteria inklusi penelitian ini adalah bayi yang dibunuh segera atau
sesaat setelah lahir dan ada rekam medis atau catatan post-mortem yang lengkap
(pemeriksaan luar dan dalam). Kriteria eksklusinya adalah bayi yang dibunuh setelah

4
24 jam dari bayi tersebut lahir dan catatan post-mortemnya tidak lengkap. Setelah
data yang dikumpulkan lengkap, data tersebut diproses menggunakan SPSS 21.
Hasil

Terdapat 88,9% bayi tidak didapatkan bukti mendapatkan perawatan


sedangkan 11,1% telah mendapatkan perawatan sebelum akhirnya dibunuh. Tanda
yang didapatkan pada bayi yang mengalami kekerasan berupa memar karena
pembekapan dan luka abrasi karena penekanan yang disebabkan oleh alat jerat untuk
menjerat leher korban. Dari 18 sampel, didapatkan 38,9% ditemukan memar,
sedangkan abrasi dan luka terbuka hanya mencakup 16% dan 11,1%. Dari hasil,
didapatkan 72,2% dari penyebab kematian adalah asfiksia.

5
Diskusi
Tanda dari bayi lahir hidup atau mati dapat dilihat dari tanda-tanda lahir
hidup yaitu bayi dapat bernapas, menangis, gerakan otot, sirkulasi darah, denyut
nadi, perubahan Hb, isi dari lambung dan usus dan kondisi tali pusat. Tanda dari bayi
tersebut viabel adalah kemampuan bayi dapat hidup di luar kandungan ibunya tanpa
alat-alat yang canggih. Ketika bayi yang lahir tidak viabel, bayi tersebut dapat
meninggal karena tidak mampu hidup di luar kandungan.
Tanda perawatan bayi dapat terlihat dari tali pusat yang sudah dipotong,
vernix caseosa yang sudah dibersihkan di leher, lipat ketiak dan paha, sudah
berpakaian, ditemukannya sisa susu pada lambung bayi. Jika sudah ditemukan tanda-
tanda perawatan maka pembunuhan yang dilakukan oleh ibu tidak bisa dianggap
infanticide tapi pembunuhan biasa.
Tanda dari kekerasan yang dialami bayi dapat dilihat dari pemeriksaan post-
mortem, baik pemeriksaan luar maupun dalam. Tanda dari kekerasan dapat berupa
memar, luka abrasi, luka terbuka, patah tulang atau kombinasi lebih dari 2 luka
tersebut. Pada bayi yang dibekap dapat ditemukan luka tekan pada bibir, memar pada
mukosa bibir bawah dan adanya objek asing seperti kertas atau kain yang memenuhi
mulut. Sedangkan pada korban strangulasi dapat ditemukan luka tekan yang
melingkari sebagian atau seluruh leher, atau luka lecet yang berbentuk bulan sabit
yang disebabkan oleh tekanan ujung kuku pelaku. Tanda adanya sufokasi adalah
sianosis pada bibir dan ujung jari, bintik perdarahan pada mata, kelopak mata dan
jaringan ikat longgar lainnya, lebam mayat yang berwarna lebih gelap dan adanya
busa atau busa berwarna kemrahan yang keluar dari lubang hidung dan mulut.
Penyebab kematian terdiri dari asfiksia, kekerasan tumpul dan kekerasan
tajam. Yang paling sering terjadi adalah pembunuhan dengan pembekapan yang
menyebabkan asfiksia.

Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa 18 sampel lahir hidup dan viabel dan sebagian
besar bayi tersebut tidak didapatkan tanda perawatan. Tanda kekerasan yang paling
sering ditemukan adalah memar dan penyebab kematian tersering adalah asfiksia.

6
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi Infanticide


Menurut Undang-udang di Indonesia, Infanticide adalah pembunuhan
yang dilakukan seorang ibu atas anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak
berapa lama setelah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan
anak.1

3.2. Pasal-Pasal yang Mengatur Mengenai Infanticide1

a. Pasal 341 KUHP

Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat
anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas
nyawa anaknya, diancam karena membunuh anaknya sendiri, dengan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.

b. Pasal 342 KUHP

Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena


takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat akan
dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya,
diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana,
dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

c. Pasal 343 KUHP

Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi
orang lain yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau
pembunuhan anak dengan rencana.

7
d. Pasal 181 KUHP

Barang siapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau


menghilangkan mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau
kelahirannya, diancam pidana penjara 9 bulan atau denda paling banyak
Rp.4500,-

e. Pasal 305 KUHP

Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh tahun


untuk ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan maksud untuk
melepaskan diri daripadanya, diancam dengan pidana penjara paling
lama 5 tahun 6 bulan.

f. Pasal 306 KUHP

1. Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 itu
mengakibatkan luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama 7 tahun 6 bulan.

2. Jika mengakibatkan kematian, pidana penjara paling lama 9 tahun.

g. Pasal 308 KUHP

Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orang tentang kelahiran
anaknya, tidak lama sesudah melahirkan, menempatkan anaknya untuk
ditemukan atau meninggalkannya dengan maksud untuk melepaskan
diri daripadanya, makan maksimum pidana tersebut dalam pasal 305
dan 306 dikurangi separuh.

3.3. Epidemiologi

Angka kejadian infanticide per 100.000 kelahiran:5

8
- Lithuania : 5.80 (2008-2012)
- Estonia : 5.20 (2008-2012)
Latvia : 2.90 (2008-2012)
Poland : 2.40 (2008-2012)
- Austria : 3.10 (2002-2012)
- Finlandia : 1.30 (2002-2009)
- Perancis : 2.10 (1996-2000)
- Portugal : 2.96 (2001-2010)
- Swedia : 2.80 (2002-2009)

3.4. Faktor Resiko6,7


a. Psikosis pasca persalinan
Gejala klinis berupa kebingungan, perubahan mood, delusi, halusinasi,
insomnia, dan perubahan perilaku. Delusi dapat menyebabkan ibu
berpikir bahwa anaknya dalam keadaan berbahaya, kemudian
pikirannya berkembang menjadi “membunuh anaknya akan
menyelamatkan anaknya dari takdir yang lebih buruk dari kematian”,
sehingga ia akan membunuh anaknya.
b. Riwayat psikosis, depresi, dan percobaan bunuh diri
Ibu yang melakukan infanticide memiliki riwayat psikosis, depresi, dan
percobaan bunuh diri yang lebih tinggi.
c. Depresi pasca persalinan
Depresi memliki gejala klinis berupa gangguan tidur, gangguna nafsu
makan, kehilangan tenaga, dan perasaan bersalah, dan pikiran tentang
bunuh diri. Depresi yang tidak teratasi dapat berkembang menjadi
gangguan psikosis.

3.5. Target Pemeriksaan

Untuk menentukan apakah suatu kasus adalah kasus infanticide atau


pembunuhan anak sendiri, maka seorang dokter harus dapat menentukan hal
berikut ini:8

1. Menyatakan bayi viable atau tidak


2. Menyatakan bayi lahir hidup atau mati
3. Ada tidaknya perawatan bayi
4. Mengetahui lama hidup di luar kandungan
5. Mencari sebab kematian bayi

9
3.6. Perbedaan Anak Lahir Mati dan Hidup

Perbedaan bayi lahir hidup dan lahir mati terutama dapat dinilai dari sistem
pernapasan, sistem kardiovaskuler, dan sistem pencernaan.8

3.6.1. Ciri lahir hidup:8


a. Sistem pernapasan
1. Pemeriksaan luar
- Dada sudah mengembang
- Tulang iga terlihat lebih mendatar
- Sela iga melebar
2. Pemeriksaan dalam
- Paru memenuhi rongga dada
- Tepi paru tumpul
- Warna paru bercak merah muda seperti mozaik
- Perabaan lembut seperti busa
3. Pemeriksaan tambahan
- Pemeriksaan mikroskopik terlihat edema, alveoli
sudah mengembang dan diselaputi oleh membrane
hialin yang terbentuk akibat kontak dengan oksigen
- Tes apung paru positif
b. Sistem kardiovaskuler
Paru-paru yang mengembang menyebabkan penurunan
resistensi arteri pulmonalis, darah mengalir ke paru dan
kembali ke atrium kiri sehingga tekanan di atrium kiri
meningkat. Hal ini menyebabkan tertutupnya foramen ovale.
c. Sistem pencernaan
- Ditemukan makanan atau bakteri pada saluran cerna
- Adanya proses pelepasan tunggul tali pusat, dimulai dari
pengeringan dan pelisutan tunggul pada hari kedua,
setelah itu akan terbentuk garis pemisah warna merah,
lalu pada hari keempat sampai keenam terjadi pemisahan
sempurna. Epitelisasi terjadi pada hari kesembilang
sampai hari kedua belas.

3.6.2. Ciri lahir mati:8


a. Ada tanda maserasi (jika telah mati dalam kandungan)
- Deskuamasi epitel bronkus
- Bayi berbau tengik bukan busuk
b. Sistem pernapasan
- Sela iga sempit
- Paru belum mengembang
- Ada cairan amnion dan epitel skuamosa di alveolus
- Tes apung paru negative

10
3.7. Bayi Aterm dan Bayi Viable

Bayi aterm adalah bayi yang telah dikandung cukup bulan (38-42 minggu),
sementara bayi viable adalah bayi yang dapat lahir hidup dan dapat bertahan
hidup di luar kandungan tanpa bantuan alat. Syarat bayi dikatakan viable
adalah sebagai berikut:8

1. Telah dikandung minimal selama 28 minggu


2. Tidak mempunyai cacat berat

Tanda-tanda terukur :

1. Panjang badan 35cm atau lebih


2. Berat badan 2500g atau lebih

Tanda-tanda tidak terukur :

1. Jenis kelamin sudah dapat dibedakan


2. Bulu badan, alis, dan bulu mata sudah tumbuh
3. Kuku sudah melewati ujung jari
4. Inti penulangan sudah terbentuk pada tulang kalkaneus atau talus
5. Pertumbuhan gigi sudah sampai pada tingkat kalsifikasi

3.8. Penyebab kematian bayi pada kasus infanticide:1,10


a. Kematian wajar:  Tidak ada unsur pidana
- Kerusakan otak waktu dilahirkan
- Kekurangan oksigen akibat prolaps tali pusat
- Kelainan plasenta
- Infeksi intra-uterine (pneumonia)
- Kelainan darah (erythroblastosis foetalis)
- Respiratory distress syndrome (hyaline membrane disease)
- Trauma kranial akibat persalinan
- Infeksi ekstra-uterine(bronchopneumonia/sepsis umbilikalis)
- Perarahan masif pada paru-paru
b. Kematian tidak wajar:  Ada unsur pidana
- Pembekapan
- Pemukulan kepala
- Pencekikan
- Penjeratan
- Menusuk
- Menggorok leher
- Enenggelamkan bayi
- Cara yang jarang :

11
o Membakar
o Meracun
o Mengubur bayi hidup-hidup
c. Kecelakaan:
- Jatuh dari gendongan
- Jatuh saat dimandikan

3.9. Penentuan Lama Hidup di Luar Kandungan:10


- Kondisi bayi, masih kotor atau sudah dirawat
- Meconeum,biasanya sesudah 2 hari tidak ada lagi meconeum
- Tingkat proses pelepasan tunggul tali pusat
- Ikterus, biasanya pada hari ke empat sampai ke sepuluh
- Foramen ovale, biasanya menutup sesudah beberapa minggu
- Pembuluh darah umbilikal, mengalami obliterasi sesudah beberapa
minggu
3.10. Pemeriksaan pada tersangka:10
a. Bekas-bekas kehamilan
- Striae gravidarum
- Dinding perut kendor
- Rahim dapat diraba diatas symphisis
- Payudara besar dan kencang
b. Bekas-bekas persalinan
- Robekan perineum
- Keluarnya cairan lochea
c. Hubungan genetik antara suspek dan korban
d. Tanda-tanda perawatan bayi
- Tali pusat yang sudah dipotong dan diikat
- Sudah dimandikan atau dibersihkan
- Sudah diberi pakaian

12
BAB IV

ANALISIS KASUS

Kasus infanticide mengandung unsur penting yaitu subjek, objek dan motif.
Subjek yang dimaksud disini adalah ibu biologis dari bayi, objek adalah bayi, dan
motif karena takut ketahuan melahirkan anak. Dalam KUHP Pasal 341 dan 342
diungkapkan pula bahwa subjek dari kasus infanticide adalah ibu yang tanpa niat
ataupun dengan niatan melakukan pembunuhan terhadap anaknya sendiri. Infanticide
atau pembunuhan anak sendiri termasuk tindak pidana dan diatur dalam KUHP.

Di Indonesia ini masih sedikit penelitian yang mempelajari mengenai


kejadian infanticide. Studi yang dilakukan oleh Loka dan Alit meneliti mengenai
bukti dari infanticide yang diperiksa di Instalasi Kedokteran Forensik di Rumah
Sanglah pada tahun 2010 – 2015. Dari 51 sampel kasus kematian bayi, didapatkan
sebanyak 18 kasus yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu kematian yang terjadi saat
bayi lahir atau segera setelah bayi lahir (kurang dari 24 jam). Kriteria inklusi lain
yaitu sampel bayi mati yang memiliki catatan post mortem atau rekam medis serta
telah dilakukan pemeriksaan luar dan dalam terhadap bayi tersebut. Kriteria ini
sesuai dengan definisi infanticide sendiri yaitu pembunuhan yang dilakukan seorang
ibu atas anaknya ketika dilahirkan atau tidak berapa lama setelah dilahirkan, karena
takut ketahuan bahwa ia melahirkan anak.

Penelitian dilakukan terhadap 18 sampel data bayi meninggal yang


didapatkan dari data sekunder berupa rekam medik dan visum et repertum. Bukti
adanya kasus infanticide dapat dilihat dari:

13
 Apakah bayi tesebut lahir mati atau hidup
 Apakah bayi tersebut viable
 Apakah bayi telah mendapatakan perawatan
 Apakah tanda kekerasan ada
 Apakah yang menjadi penyebab dari kematian bayi

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 18 sampel yang diambil


semuanya merupakan bayi yang lahir hidup dan viable. Pada kasus infanticide
88,9% diantaranya tidak didapatkan bukti tidak menerima perawatan sebelum
dibunuh. Menurut penelitian McMahan, bayi baru lahir sebelum dibunuh tidak
mendapatkan perawatan karena ibu terlalu sibuk memikirkan cara untuk membunuh.
Bila terdapat tanda-tanda perawatan pada bayi maka akan ditemukan tanda-tanda
seperti pemotongan tali pusat, ditemukan verniks caseosa, adanya makanan di dalam
perut bayi dan bayi sudah diberikan pakaian. Tanda-tanda perawatan ini juga
merupakan salah satu komponen yang dinilai pada saat pemeriksaan terhadap
tersangka dilakukan.

Tanda kekerasan pada bayi dapat terlihat dari pemeriksaan luar dan dalam
postmortem. Dari sini dapat ditentukan apakah bayi tersebut mengalami kematian
wajar atau tidak wajar. Jika ditemukan tanda kematian yang wajar maka akan ada
unsur pidana. Dari penelitian didapatkan bahwa tanda kekerasan yang paling banyak
ditemukan adalah memar. Selain memar, tanda kekerasan lain yang juga ditemukan
adalah luka abrasi dan luka terbuka. Temuan ini sejalan dengan pernyataan bahwa
metode terbanyak dalam infanticide adalah dengan pembekapan. Pembekapan dapat
menimbulkan luka memar pada bayi.

Penyebab mati pada bayi terbanyak akibat trauma tumpul. Trauma tumpul ini
disertai dengan pembekapan yang berakhir pada asfiksia. Upaya perlukaan yang
dilakukan dalam upaya infanticide pada bayi dapat berupa penjeratan
(strangulation), pembekapan (smothering), dan kompresi dada. Hal-hal tersebut
berakibat diri bayi mengalami kesulitan bernapas dan berujung pada kematian bayi
akibat mati lemas.4

Kelebihan dari jurnal ini adalah sebagai berikut:

 Sumber data dari penelitian ini terpercaya karena berasal rekam medis serta
visum et repertum.

14
 Merupakan penelitian pendahuluan yang baik untuk mengetahui jumlah
kejadian infanticide di salah satu rumah sakit di Bali sehingga nantinya dapat
diadakan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian infanticide.

Adapun kekurangan dari jurnal tersebut adalah:

 Jumlah sampel yang digunakan hanya sedikit yaitu hanya sebanyak 18


sampel. Jumlah ini relatif sedikit dan sampelnya hanya berasal dari satu
rumah sakit di Bali.
 Desain penelitian berupa cross-sectional sehingga tidak dapat mempelajari
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infanticide.
 Terdapat ketidaksesuaian kasus yang dimasukkan dalam penelitian dengan
salah satu faktor penting dalam infanticide yaitu dari faktor waktu (pada saat
dilahirkan atau tidak lama kemudian) yang dilihat dari tanda-tanda perawatan
yang secara tidak langsung menunjukkan tanda kasih sayang. Pada penelitian
ini, terdapat 2 dari 18 sampel bayi yang dinyatakan mendapatkan perawatan
setelah lahir.

Penelitian lain yang dilakukan Mushumba, et al. di Rumah Sakit Kacyiru,


Rwanda berupa laporan kasus. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk menyajikan
pemarapan deskriptif mengenai kasus infanticide yang terjadi di rumah sakit tersebut.
Definisi infanticide di Rwanda berbeda dari Indonesia, yaitu pembunuhan anak
dalam waktu 12 bulan setelah lahir. Dalam laporan kasus yang berjudul “Trends and
Patterns of Suspected Infanticide Cases Autopsied at the Kacyiru Hospital, Rwanda:
Case Report”, penulis memaparkan dua buah kasus infanticide. Hasil pemeriksaan
luar dan otopsi dari kasus juga dijabarkan dalam laporan kasus. Peristiwa
penelantaran bayi dan penyembunyian kehamilan seringkali mendahului peristiwa
infanticide. Mekanisme kematian infanticide tersering di Rwanda adalah mati lemas,
serupa dengan penelitian Loka dan Alit di Rumah Sakit Sanglah, Bali.10

Kelebihan dari jurnal Mushumba, et al. antara lain:

 Menyajikan pemaparan kasus secara detail disertai foto sehingga pembaca


dapat mempelajari tanda-tanda viability, lahir hidup atau mati, dan ada
tidaknya perawatan.

15
 Dua kasus yang disajikan memiliki variasi berupa kasus bayi lahir hidup dan
kasus bayi lahir mati.

Kekurangan dari jurnal tersebut adalah:

 Tidak dapat ditarik kesimpulan yang berarti dari laporan kasus.


Penelitian serupa juga dilakukan oleh Arora et al (2017). Menurut Arora et al.
(2017), infanticide mengindikasikan pembunuhan pada bayi yang sama istilahnya
dengan homicide atau pembunuhan terhadap seorang individu yang dilakukan oleh
individu yang lain. Bayi adalah istilah atau sebutan untuk anak hingga usia 1 tahun.
Infanticide adalah pembunuhan anak berusia hingga 12 bulan oleh sang ibu yang
berada dalam kondisi belum pulih dari efek kehamilan, persalinan dan laktasi, serta
mengidap gangguan mental. Sebagian besar kasus infanticide terjadi karena alasan
adanya gangguan mental pada sang ibu.
Setelah ibu melahirkan, ibu akan memasuki masa nifas (puerperal period).
Pada masa ini, terdapat perubahan fisik, emosional, dan metabolisme atau sistem
endokrin sehingga mempengaruhi psikis ibu. Terdapat 3 kategori gangguan mood
pasca melahirkan, antara lain baby blues, depresi, dan psikosis. Adanya gangguan
mood tersebut dapat menjadi latar belakang seorang ibu melakukan infanticide.
Beberapa negara telah menetapkan hukum terkait tindakan infanticide. Rusia
menjadi negara pertama yang mengadopsi hukum mengenai perilaku individu di
tahun 1647 dan diikuti oleh seluruh negara Eropa kecuali Inggris di tahun 1888
mengenai hukum infanticide dimana sanksi atau hukuman pelaku infanticide lebih
ringan dibandingkan pembunuhan. Pada tahun 1922 dan 1938, Inggris mengesahkan
Undang-undang mengenai infanticide dengan hukuman pidana yang tidak terlalu
berat dan perawatan oleh psikiater secara wajib bagi sang ibu yang melakukan
infaticide.
Adanya sistem patriarki di India dan Cina menjadikan salah satu alasan utama
tingginya kasus infanticide di kedua negara ini. Terdapat 100 juta wanita di Asia
yang lebih sedikit dari perkiraan dimana angka defisit ini sebagian besar disebabkan
oleh peningkatan infanticide pada bayi perempuan akibat gender. Di India, seorang
perempuan pelaku infanticide akan dikenai pasal 84 Indian Penal Code dan dapat
mengajukan pembelaan apabila memang memiliki gangguan mental pasca
persalinan.
Kelebihan jurnal ini adalah membahas dari segi psikiatri yang dimungkinkan
menjadi alasan seorang ibu membunuh bayinya pasca melahirkan dan bagaimana

16
hukum di India menanggapi gangguan jiwa dalam kaitannya dengan kasus
infanticide.
Sedangkan kelemahan dari jurnal ini adalah hukum dan aspek psikiatri kasus
infanticide tidak dibahas secara global sehingga kurang dapat diambil kesimpulan
bagaimana gambaran insidensi infanticide di dunia.

Penelitian serupa lagi juga dilakukan oleh Christina, et al. di USA berupa
review. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui hubungan antara status
seseorang (belum menikah, menikah, janda) dengan infanticide. Definisi infanticide
berbeda dari Indonesia, yaitu pembunuhan anak-anak hingga usia 2 tahun.
Sedangkan pembunuhan bayi baru lahir dibawah 24 jam disebut neonaticide. Dalam
riview yang berjudul “Matrial Status dan Infainticide”, penulis menyimpulkan
pembunuhan anak yang paling umum di antaranya adalah (1) ibu muda, yang belum
menikah dengan dukungan sosial dan ekonomi yang tidak cukup dan (2) ibu yang
lebih tua dan sudah menikah yang tidak memiliki dukungan sosial dan ekonomi yang
cukup untuk menambah anak atau yang memiliki masalah dalam pernikahan.
Hubungan antara status perkawinan dan pembunuhan bayi sangat dipengaruhi oleh
tingkat dukungan sosial dan ekonomi yang ada pada orang tua.

17
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan journal reading yang dilakukan, dapat dipelajari bahwa untuk


terjadinya infanticide terdapat syarat yang harus dipenuhi yaitu salah satunya adalah
bayi tersebut lahir hidup, viable berusia <24 jam. Bahwa kekerasan yang dilakukan
pada bayi tidak dapat disembunyikan dan mampu dikenali dari pemeriksaan
postmortem. Penyebab kematian utama pada kasus infanticide adalah akibat akibat
trauma tumpul. Hukum yang mengatur tentang kasus infanticide di Indonesia
terdapat pada pasal 341, 342, dan 343 KUHP. Pasal lain pada KUHP yang berisi
mengenai kasus infanticide meliputi 181, 305, 306, dan 308. Pemeriksaan luar dan
dalam untuk kasus infanticide dilakukan untuk menentukan apakah bayi tersebut
lahir hidup atau mati, umur bayi tersebut (intra dan ekstrauterin), tanda perawatan
bayi, dan sebab kematian bayi.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Hertian S, Sampurna B, Purwadianto


A, et al. Ilmu kedokteran forensik, 2nd ed. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 1997. Pembunuhan anak sendiri;
p. 165-76.
2. The Infanticide: Some Forensic and Ethical Issues [Internet]. ResearchGate.
[cited 2017 Apr 30]. Available from: https://www.researchgate.net/publication/
274180894_The_Infanticide_Some_Forensic_and_Ethical_Issues
3. Infant Homicide [Internet]. Child Trends. [cited 2017 Apr 30]. Available from:
https://www.childtrends.org/indicators/infant-homicide/
4. Overview medical evidence of infanticide that examined in Sanglah hospital
forensic medical installation on year period 2010 - 2015. Indonesia Journal of
Biomedical Science - Biology, Medicine & Biochemistry [Internet]. 2017 [cited
2017 May 1]. Available from:
http://ijbsudayana.org/index.php/ijbs/article/view/ 127

5. Tanaka CT, Berger W, Valenca AM, Coutinho ESF, Louis GJ, Fontenelle LF, et
al. The worldwide incidence of neonaticide: a systematic review. Arch womens
Ment Health. 2016:703-10.10.
6. Gondo HK. Skrining Edinburgh postnatal depression scale (EPDS) pada post
partum blues. Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Gondo HK. Skrining Edinburgh postnatal depression scale (EPDS) pada post
partum blues. Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
2013:7-19.
7. Norhayati MN, Hazlina NHN, Asrenee AR, Emilin WMAW. Magnitude and
risk factors for postpartum symptoms: a literature review. Elsevier:2015;34-54.
8. Dahlan S. Ilmu kedokteran forensik: Pembunuhan anak sendiri. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2007;141-8.
9. Rahman A, Salim H, Pranarka K, Relawati R, Bhima SK, Suharto G, et al. Ilmu
kedokteran forensik. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Semarang. 2009:35-42.
10. Mushumba H, et al. Trends and patterns of suspected infanticide cases
autopsied at the Kacyiru hospital, Rwanda: a case report. Rwanda: Rwanda
Medical Journal. 2016: 21-3.

19

Anda mungkin juga menyukai