Anda di halaman 1dari 48

Laporan Kasus

INFANTICIDE

Oleh:

Nabila Shaddad NIM K1B121020

Nilam Nabilah Kusuma NIM K1B121026

Sitti Nurul Fadhilah NIM K1B122017

Serina Darjun NIM K1B122047

Pembimbing:

dr. Mia Yulia Fitrianti, Sp. FM., M.H

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

PADA BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN

MEDIKOLEGAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVESITAS HALU

OLEO/LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN

FEBRUARI 2023HALAMAN JUDU


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I.....................................................................Error! Bookmark not defined.

BAB II....................................................................Error! Bookmark not defined.

BAB III...................................................................Error! Bookmark not defined.

A. IDENTITAS KORBAN..............................Error! Bookmark not defined.

B. ANAMNESIS..............................................Error! Bookmark not defined.

C. HASIL PEMERIKSAAN............................Error! Bookmark not defined.

1. Pemeriksaan Luar....................................Error! Bookmark not defined.

2. Pemeriksaan Dalam.................................Error! Bookmark not defined.

D. KESIMPULAN...........................................Error! Bookmark not defined.

BAB IV PEMBAHASAN......................................Error! Bookmark not defined.

BAB V PENUTUP ................................................Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA............................................Error! Bookmark not defined.


BAB I

PENDAHULUAN

Kasus pembunuhan terhadap bayi yang baru lahir telah dikenal sejak dahulu

dan terjadi dimana saja. Pembunuhan anak sendiri adalah suatu bentuk kejahatan

terhadap nyawa dimana kejahatan ini bersifat berbeda dari yang lain dikarenakan

pelaku pembunuhan haruslah ibu kandungnya sendiri dan alasan ataumotivasi

untuk melakukan kejahatan tersebut adalah karena ibu kandungnya takut ketahuan

bahwa dia telah melahirkan anak, salah satunya karena anak tersebut adalah hasil

hubungan gelap. Selain itu, hal lainnya adalah waktu dilakukannya tindakan

menghilangkan nyawa anaknya, yaitu saat anak dilahirkan atau tidak lama

kemudian saat setelah dilahirkan. Patokannya dapat dilihat apakah sudah atau

belum ada tanda-tanda perawatan, dibersihkan, dipotong tali pusat, atau diberikan

pakaian. Saat dilakukannya kejahatan tersebut, dikaitkan dengan keadaan mental

emosional dari ibu, seperti rasa malu, takut, benci, serta rasa nyeri bercampur

aduk menjadi satu, sehingga perbuatannya dianggap dilakukan tidak dalam

keadaan mental yang tenang, sadar, serta dengan perhitungan yang matang.1,2

Terdapat 10.968 kasus forensik dengan dugaan penyebab kematian tidak

wajar yang tercatat di Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (IKFML FK UNAIR) – Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo Surabaya, dari jumlah tersebut, sebanyak

112 kasus (1,02%) merupakan kasus bayi, baik karena dugaan penelantaran,

pembunuhan, maupun pembunuhan anak sendiri, sedangkan 92 kasus (82,14%)

1
2

merupakan kasus dugaan pembunuhan anak. Dari 10.968 kasus forensik dengan

dugaan penyebab kematian tidak wajar tersebut, 0,83% merupakan kasus dugaan

penyebab pembunuhan anak. di Jakarta, dugaan penyebab kematian yang paling

sering dilakukan adalah dengan cara asfiksia mekanik yaitu 90-95% dari 30-40

kasus pembunuhan anak, kekerasan tumpul di kepala (5- 10%) dan kekerasan

tajam sebanyak satu kasus.2


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Infatisid

Berdasarkan Byard, dan Roger W. Pengertian infantisida adalah

pembunuhan bayi yang terjadi antara usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun

kehidupannya. Sedangkan neonatisida adalah pembunuhan bayi yang terjadi pada

kurang dari 24 jam, atau kurang dari 28-30 hari setelah kelahiran (tergantung pada

hukum yang berlaku).

Substansi infanticide diatur dalam English Infanticide Act 1938 : “Di mana

seorang wanita baik secara sengaja atau karena kelalaian menyebabkan kematian

pada bayi berusia kurang dari 12 bulan. Namun jika pada saat itu juga

keseimbangan pikirannya terganggu oleh karena pengaruh setelah melahirkan atau

efek laktasi, dia bisa dihukum seolah melakukan pembunuhan secara tidak

sengaja pada bayi.”

Perlu diperhatikan bahwa:

• Hal tersebut hanya berlaku bagi ibu – bukan ayah, atau orang lain.

• Bayi tersebut harus berusia kurang dari 1 tahun, meskipun faktanya

kebanyakan infanticide terjadi pada beberapa jam bahkan menit setelah ibu

melahirkan bayi.

• Harus menjadi ‘bayi’ – yaitu, orang yang dapat hidup sendiri di luar tubuh

ibu.

• Kematian disebabkan karena kesengajaan atau kelalaian ibu.

3
4

Yang dimaksud dengan pembunuhan anak sendiri menurut undang- undang di

Indonesia adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada

ketika dilahirkan atau tidak berapa lama setelah dilahirkan, karena takut ketahuan

bahwa ia melahirkan anak.

Ada 3 faktor penting yang dapat dilihat, yaitu:

1. Ibu. Hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan

anak sendiri. Tidak dipersoalkan apakah ia kawin atau tidak. Sedangkan bagi

orang lain yang melakukan atau turut membunug anak tersebut dihukum

karena pembunuhan atau pembunuhan berencana, dengan hukuman yang

lebih berat.

2. Waktu. Dalam undang-undang tidak disebutkan batasan waktu yang tepat,

tetapi hanya dinyatakan “pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian”.

Sehingga boleh dianggap pada saat belum timbul rasa kasih sayang seorang

ibu terhadap anaknya. Bila rasa kasih sayang sudah timbul maka ibu tersebut

akan merawat dan bukan membunuh anaknya.

3. Psikis. Ibu membunuh anaknya karena terdorong oleh rasa ketakutan akan

diketahui orang telah melahirkan anak itu, biasanya, anak yang dibunuh

tersebut didapat dari hubungan yang tidak sah.

2.2 Epidemiologi Infantisid

Sebanyak 5,5 per 100 000 anak di bawah usia 18 tahun di Afrika, dua kali

lipat perkiraan tingkat global WHO sebesar 2,4 per 100 000 tetapi menyerupai

perkiraan untuk Wilayah Afrika (5,6 per 100.000). Hampir setengah (44,4%) dari

semua pembunuhan anak dalam penelitian ini melibatkan pelecehan anak yang
5

fatal, angka yang jauh lebih tinggi daripada Australia, yaitu 36%.4 Angka yang

tinggi di Afrika Selatan mencerminkan tingkat pembunuhan umum yang sangat

tinggi di negara tersebut dan posisi rentan anak-anak di Selatan masyarakat

Afrika.

Ditemukan tingkat pembunuhan di antara anak laki-laki lebih besar daripada

anak perempuan, dengan perbedaan yang lebih mencolok antara keduanya

daripada yang disarankan oleh WHO. Tingkat pengabaian bayi secara signifikan

lebih tinggi di kalangan perempuan dibandingkan laki-laki. Demikian pula,

seperempat dari semua pembunuhan anak perempuan terkait dengan kekerasan

seksual. Pelecehan dan penelantaran anak secara keseluruhan terlibat dalam tiga

perempat dari semua pembunuhan anak perempuan tetapi hanya dalam

seperempat dari pembunuhan anak laki-laki.

Terdapat 10.968 kasus forensik dengan dugaan penyebab kematian tidak

wajar yang tercatat di Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (IKFML FK UNAIR) – Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo Surabaya Dari jumlah tersebut, sebanyak

112 kasus (1,02%) merupakan kasus bayi, baik karena dugaan penelantaran,

pembunuhan, maupun pembunuhan anak sendiri, sedangkan 92 kasus (82,14%)

merupakan kasus dugaan pembunuhan anak. Dari 10.968 kasus forensik dengan

dugaan penyebab kematian tidak wajar tersebut, 0,83% merupakan kasus dugaan

penyebab pembunuhan anak. di Jkaarta, dugaan penyebab kematian yang paling

sering dilakukan adalah dengan cara asfiksia mekanik yaitu 90-95% dari 30-40

kasus pembunuhan anak, kekerasan tumpul di kepala (5- 10%) dan kekerasan
6

tajam sebanyak satu kasus.2

2.3 Faktor Risiko Terjadinya Infantisid

Ibu pelaku infantisid sering melibatkan penyangkalan, disosiasi, dan

disorganisasi ego. Wanita itu mungkin 'tahu' dia hamil tetapi untuk semua maksud

dan tujuan berperilaku seolah-olah dia tidak hamil; atau dia mungkin tidak

mengakui bahkan pada dirinya sendiri bahwa dia hamil. Dalam kedua kasus

tersebut, dia biasanya tidak mencari pertolongan medis dan tidak membuat

persiapan untuk melahirkan. Setelah anak lahir dan dibuang, sang ibu segera

kembali ke kehidupan normalnya sehari-hari.Penolakan kehamilan tersembunyi

ini terkadang begitu kuat sehingga tampaknya juga memengaruhi persepsi orang

lain dan juga wanita hamil tersebut.

Pembunuhan bayi biasanya dikaitkan dengan penyakit mental atau

pelecehan anak, yaitu, orang tua yang telah membunuh anaknya umumnya

dianggap 'gila' atau 'jahat'.

Faktor risiko pembunuhan bayi:

• Riwayat kekerasan dalam keluarga

• Kekerasan dalam hubungan saat ini

• bukti pelecehan atau penelantaran anak di masa lalu

• Gangguan kepribadian dan/atau depresi

Karakteristik pelaku infantisid meliputi ibu dengan usia muda, belum

menikah, kurang perawatan prenatal, melahirkan di luar rumah sakit, tingkat

pendidikan formal yang lebih rendah, dan tingkat pendapatan rendah. Penyakit

mental pasca persalinan, dalam bentuk depresi pasca persalinan atau psikosis
7

pasca persalinan, dapat ditemukan. Ibu dengan psikosis pasca persalinan memiliki

delusi bahwa bayinya jahat dan kemungkinan besar akan membahayakan anaknya

sendiri.

2.4 Pemeriksaan kasus Infantisid

2.4.1 Penentuan Usia Janin Di Dalam Kandungan

Bayi yang cukup bulan atau matur ialah bayi yang lahir setelah dikandung

selama 37 minggu atau lebih tetapi kurang dari 42 minggu penuh (259 sampai 293

hari). Namun bila umur janin 7 bulan dalam kandungan masih bisa dikatakan

infanticide karena pada umur ini janin telah dapat hidup di luar kandungan secara

alami tanpa bantuan peralatan. Umur janin dibawah 7 bulan termasuk kasus

abortus.

Ukuran antropometrik bayi cukup bulan : berat badan ± 3000 gram (2500-

4000), panjang badan dari puncak kepala (vertex) ke tumit 46-50 cm, lingkar

kepala oksipito frontal 33-34 cm, diameter dada (anteroposterior) 8-9 cm,

diameter perut (anteroposterior) 7-8 cm, lingkar dada 30-33 cm, dan lingkar perut

28-30 cm.

Ciri – ciri eksternal bayi cukup bulan:1

• Daun telinga menunjukkan pembentukan tulang rawan yang keras pada

bagian dorsokranialnya dan bila dilipat cepat kembali ke keadaan semula

• Puting susu sudah berbatas tegas, areola menonjol di atas permukaan kulit

dan diameter tonjolan susu 7 mm atau lebih

• Kuku jari tangan sudah panjang, melampaui ujung jari, ujung distalnya tegas

dan relative keras sehingga terasa bila digarukkan pada telapak tangan. Kuku
8

jari kaki masih relatif pendek dan lunak

• Terdapat garis-garis pada seluruh telapak kaki dari depan hingga tumit, yang

dinilai garis yang relatif lebar dan dalam

• Keadaan genitalia eksterna: bila telah terjadi descencus testiculorum maka hal

ini dapat diketahui dari terabanya tetstis pada scrotum, demikian pula halnya

dengan keadaan labia mayora apakah telah menutupi labia minora atau

belum; testis yang telah turun serta labia mayora yang telah menutupi labia

minora terdapat pada anak cukup bulan dalam kandungan ibu.

• Rambut kepala relatif kasar, masing-masing helai terpisah satu sama lain dan

tampak mengkilat, batas rambut pada dahi jelas

• Skin opacity cukup tebal sehingga pembuluh darah yang agak besar pada

dinding perut tidak tampak atau tampak samar-samar

• Processus xyphoideus membengkok ke dorsal, sedangkan bayi premature

membengkok ke ventral atau satu budang dengan korpus manubrium sterni.

• Alis mata sudah lengkap, yakni bagian lateralnya sudah ada.

Untuk menentukan umur bayi dalam kandungan dengan rumus De Haas,

yaitu menentukan umur bayi dari panjang badan bayi:

• < 5 bulan  umur (bulan) = √Panjang Badan (cm)

• 5 bulan  umur (bulan) = Panjang Badan (cm) : 5 Umur bayi sebaiknya

dinyatakan dalam minggu.


9

Tabel 1. Usia janin berdasarkan panjang badan

Usia Panjang Badan (kepala-tumit)

(bulan) (cm)

1 1x1 = 1

2 2x2 = 4

3 3x3 = 9

4 4x4 = 16

5 5x5 = 25

6 6x5 = 30

7 7x5 = 35

8 8x5 = 40

9 9x5 = 45

• Rumus Arey, yaitu menentukan umur bayi dari panjang kepala, tumit

dan bokong:

Umur (bulan) = panjang kepala - tumit (cm) x 0,2 Umur (bulan) =

panjang kepala - bokong (cm) x 0,3

• Rumus Finnstrom, menentukan umur bayi menggunakan panjang

lingkar kepala oksipito-frontal:

Umur gestasi = 11,03 + 7,75 (panjang lingkar kepala)15


10

Terdapat hubungan umur dengan berat badan, misalnya anak cukup

umur 9-10 bulan dengan panjang badan 45-50 cm mempunyai berat

badan 2500-3500 gram, umur 28 minggu kira-kira 1500 gram, umur 20

minggu kira-kira 500 gram.

Penentuan usia dalam kandungan juga dapat dilihat dari pusat penulangan.

Pusat-pusat penulangan khususnya pada tulang paha (femur) mempunyai arti yang

cukup penting. Bagian distal femur dan proksimal tibia akan menunjukkan pusat

penulangan pada umur kehamilan 36 minggu. Demikian juga pada cuboideum dan

cuneiform. Sedangkan, talus can calcaneus pusat penulangan akan tampak pada

umur kehamilan 28 minggu.

Tabel 2. Usia janin berdasarkan pusat penulangan

Pusat penulangan Usia (bulan)

Klavikula 1,5

Tulang panjang (diafisis) 2

Iskium 3

Pubis 4

Kalkaneus 5-6

Manubrium sterni 6

Talus akhir 7

Sternum bawah akhir 8

Distal femur akhir 9/ setelah lahir

Proksimal tibia akhir 9/ setelah lahir

Kuboid akhir 9/ setelah lahir


11

bayi wanita lebih cepat

Pemeriksaan pusat penulangan juga dapat dilakukan secara radiologis atau

diperiksa langsung di meja otopsi.

2.4.2 Lahir Hidup Atau Lahir Mati

Lahir hidup (live born) adalah keluar atau dikeluarkannya hasil konsepsi

yang lengkap, yang setelah pemisahan tersebut, bernafas atau menunjukkan tanda

kehidupan lain seperti denyut atau detak jantung, denyut nadi tali pusat, gerakan

otot volunter (otot rangka), tanpa mempersoalkan usia gestasi, sudah atau

belumnya tali pusat dipotong dan ari dilahirkan.

Lahir mati atau (still born) adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar

atau dikeluarkan oleh ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan (baik sebelum

ataupun sesudah kehamilan berumur 28 minggu dalam kandungan).1,9 Ada dua

keadaan bayi lahir mati yaitu karena dalam kandungan sudah mati (dead born

foetus) dan bayi dalam kandungan masih hidup sewaktu dilahirkan mati (still

born), kemungkinan mati dalam perjalanan kelahiran. Membedakan keduanya

dalam otopsi tidaklah mudah, sebab pada dead born yang masih baru belum

tampak tanda-tanda pembusukan intrauterine (maceration, aceptic

decomposition). Pembusukan maserasi di mulai dari luar tubuh ke arah dalam,

berbeda dengan pembusukan biasa berasal dari dalam tubuh ke luar. Pada awal

maserasi hanya terlihat perubahan pada kulit saja berupa vesikel atau bula yang

berisi cairan kemerahan, yang bila pecah terlihat kulit berwarna kecoklatan. Bayi

sangat lemas dimana sendi lengan dan sendi tungkai melunak sehingga mudah

dilakukan hiperekstensi. Tanda maserasi jelas terlihat bila sudah mati beberapa
12

hari, dengan tanda tanda berbau susu asam, epidermis bewarna keputihan dan

keriput, tubuh mengalami perlunakan sehingga terlihat dada mendatar. Bila telah

lama meninggal bayi bisa mengeras seperti batu (litopedion).

Pada bayi lahir mati (still born):

• Tampak dada datar

• Puncak diafragma biasanya masih tinggi pada iga 3-4. Bila mayat telah

membusuk, penilaian tidak tepat lagi

• Paru-paru bentuknya kecil atau sedikit mengisi rongga dada

• Warna paru coklat uniform seperti hati, konsistensi padat, tidak ada krepitasi,

pinggir paru tajam.

• Bila dilakukan uji apung paru didapati hasil negative (tenggelam).

• Bila dilakukan Tes Fodere, berat kedua paru 30-40mg.

• Bila dilakukan Tes Ploucquet, berat kedua paru 1/70 berat bayi.

• Berat jenis paru 1,040-1,050.

Pada bayi lahir hidup (live born):

• Bentuk dada membukat, warna kemerahan. Diafragma telah menurun setinggi

iga 5 dan 6

• Rongga dada waktu dibuka yang utama terlihat paru-paru yang sebagian telah

menutupi pericard

• Warna paru kemerahan, tidak uniform bergaris seperti mozaik atau marmer,

spongi, ada krepitasi, pinggir paru tumpul.

• Dalam rongga perut terlihat lambung dan usus telah terisi udara. Ini dapat

dipakai untuk menentukan berapa lama telah bayi hidup, sebab perjalanan udara
13

dalam traktus digestivus tidak sekaligus seperti paru-paru, tetapi tahap demi

tahap dari lambung ke bagian distal.

• Bila dilakukan uji apung paru didapati hasil positif (terapung).

• Bila dilakukan Tes Fodere, berat kedua paru 60-70mg.

• Bila dilakukan Tes Ploucquet , berat kedua paru 1/35 berat bayi.

• Berat jenis paru 0,940-0,950.

• Terdapat udara pada telinga tengah.

• Adanya caput succadaneum menandakan bayi hidup saat proses melahirkan dan

hilang dalam waktu 24 jam.

Pemeriksaan yang lengkap, yaitu pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam

(otopsi) pada tubuh bayi perlu dilakukan, bila perlu lakukan pemeriksaan

tambahan seperti pemeriksaan mikroskopis pada jaringan paru (patologi anatomi)

dan pemeriksaan tes apung paru.

2.4.3 Penentuan Usia Janin Di Luar Kandungan

Usia pasca lahir dapat ditentukan dari:

a. Udara dalam saluran pencernaan : terdapat udara dilambung berarti baru saja

lahir, namun belum tentu lahir hidup atau lahir mati. Terdapat udara

diduodenum berarti lebih dari 2 jam. Terdapat udara diusus halus berarti 6- 12

jam. Terdapat udara diusus besar berarti 12-24 jam

b. Bila mekonium telah keluar seluruhnya berarti telah 24 jam atau lebih

c. Perubahan tali pusat. Bila kemerahan dipangkalnya berarti telah 36 jam. Bila

kering berarti 2-3 hari. Bila puput artinya telah 6-8 hari, atau kadang sampai 20

hari. Bila sembuh berarti telah 15 hari. Bila arteri atau vena umbilikalis tertutup
14

berarti 2 hari

d. Duktus arteriosus menutup berarti 3-4 minggu

e. Duktus venosus menutup berarti lebih dari 4 minggu

f. Sel darah merah berinti hilang berarti 24 jam (masih ada jika diambil

disinusoid hati).

g. Ginjal. Pada hari ke 2-4 akan terdapat deposit asam urat menghilang setelah

hari ke 4 saat metabolisme telah terjadi.

h. Obliterasi arteri dan vena umbilikus dalam waktu 3-4 hari.

i. Foramen ovale akan tertutup setelah 3 minggu-1 bulan tetapi kadang- kadang

tidak menutup walaupun sudah tidak berfungsi lagi.

2.4.4 Tanda Perawatan

Jika sudah tampak tanda perawatan maka pembunuhan yang dilakukan

oleh ibu tidak dapat dikatakan sebagai infanticide, tetapi pembunuhan biasa.

Tanda perawatan tersebut antara lain:

• Pemotongan tali pusat dengan alat : dapat dilihat pada ujung pemotongan tali

pusat terlihat rata, apabila tidak dapat dinilai karena sudah mengelisut

penilaian dilakukan dengan memasukan ujung tali pusat didalam air. Sehingga

dapa terlihat apakak ujung pemotongan tersebut rata atau terkoyak.

• Verniks kaseosa pada leher, lipat ketiak dan lipat paha sudah dibersihkan

• Adanya makanan atau susu dalam labung

• Adanya pakaian yang dikenakan oleh bayi.

2.4.5 Penyebab Kematian

Penyebab kematian bayi dapat diketahui bila dilakukan otopsi, dari otopsi
15

tersebut dapat ditentukan apakah bayi tersebut lahir mati, mati secara alamiah,

akibat kecelakaan atau akibat pembunuhan. Kematian yang diakibatkan oleh

tindakan pembunuhan dilakukan dengan mempergunakan kekerasan atau member

racun terhadap bayi tersebut. Cara yang digunakan untuk membunuh anak antara

lain:8 pembekapan, penjeratan, penenggelaman,memukul kepala, membakar bayi,

menggorok leher, menusuk, penelantaran, peracunan, dan penguburan hidup-

hidup.

Pada kasus yang diduga merupakan kasus pembunuhan anak, yang harus

diperhatikan adalah:

a. Adanya tanda-tanda mati lemas: sianosis pada bibir dan ujung- ujung jari,

bintik-bintik perdarahan pada selaput biji mata dan selaput kelopak mata serta

jaringan longgar lainnya, lebam mayat yang lebih gelap dan luas, busa halus

bewarna putih atau putih kemerahan yang keluar dari lubang hidung dan atau

mulut serta tanda-tanda bendungan pada alat-alat dalam.

b. Keadaan mulut dan sekitarnya: adanya luka lecet tekan dibibir atau sekitarnya

yang tidak jarang berbentuk bulan sabit, memar pada bibir bagian dalam yang

berhadapan dengan gusi, serta adanya benda-benda asing seperti gumpalan

kertas koran atau kain yang mengisi rongga mulut.

c. Keadaan di daerah leher dan sekitarnya: adanya luka lecet tekan yang

melinngkari sebagian atau seluruh bagian leher yang merupakan jejas jerat

sebagai akibat tekanan yang ditimbulkan oleh alat penjerat yang

dipergunakan, adanya luka-luka lecet kecil-kecil yang seringkali berbentuk

bulan sabit yang diakibatkan oleh tekanan dari ujung kuku pencekik, adanya
16

luka-luka lecet dan memar yang tidak beraturan yang dapat terjadi akibat

tekanan yang ditimbulkan oleh ujung-ujung jari si pencekik.

d. Adanya luka-luka tusuk atau luka sayat pada daerah leher, mulut atau bagian

tubuh lainnya, dimana menurut literature ada satu metode yang dapat

dikatakan khas yaitu tusukan benda tajam pada langit-langit sampai

menembus ke rongga tengkorak yang dikenal dengan nama “tusukan

bidadari”

e. Adanya tanda-tanda terendam seperti: tubuh yang basah dan berlumpur,

telapak tangan dan telapak kaki yang pucat dan keriput (Washer woman’s

Hand), kulit yang berbintil – bintil (Cutis Anserina) seperti kulit angsa, serta

adanya benda-benda asing terutama di dalam saluran pernafasan (trakea)

yang dapat berbentuk pasir, lumpur, tumbuhan air atau binatang air.

2.4.6 Pemeriksaan Terhadap Pelaku Infanticide

Pemeriksaan terhadap wanita yang disangka sebagai ibu dari bayi

bersangkutan bertujuan untuk menentukan apakah wanita tersebut baru

melahirkan.1 Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :

1. Tanda telah melahirkan

a. Robekan baru pada alat kelamin

b. Ostium uteri dapat dilewati ujung jari

c. Keluar darah dari rahim

d. Ukuran rahim saat post partum setinggi pusat, 6-7 hari post partum

setinggi tulang kemaluan

e. Payudara mengeluarkan air susu


17

f. Hiperpigmentasi aerola mamma

g. Striae gravidarum dari wanita merah menjadi putih

2. Berapa lama telah melahirkan

a. Ukuran rahim kembali ke ukuran semula dalam 2-3 minggu

b. Getah nifas: 1-3 hari post partum berwarna merah, 4-9 hari post partum

berwarna putih, 10-14 hari post partum berwarna getah nifas habis

c. Robekan alat kelamin sembuh dalam 8-10 hari

3.Mencari tanda-tanda partus precipitatus

a. Robekan pada alat kelamin

b. Inversio uteri (rahim terbaalik) yaitu bagian dalam rahim menjadi keluar,

lebih-lebih bila tali pusat pendek

c. Robekan tali pusat anak yang biasanya terdapat pada anak atau pada

tempat lekat tali pusat. Robekannini harus tumpul dibuktikan dengan

pemeriksaan histopatologis

d. Luka pada bayi menyebakan perdarahan dibawah kulit kepala, perdarahan

didalam tengkorak.

4. Pemeriksaan histopatologi yaitu sisa plasenta dalam darah yang berasal

dari rahim.

Upaya membuktikan seorang tersangka ibu sebagai ibu dari anak yang

diperiksa adalah suatu hal yang paling sukar. Beberapa cara dapat digunakan,

yaitu:

a. Mencocokkan waktu partus ibu dengan waktu lahir anak

Ibu diperiksa, apakah memang baru melahirkan (tinggi fundus


18

uteri, lochia, kolostrum dan sebagainya). Sedangkan saat lahir si anak

dilihat dari usia pasca lahir ditambah lama kematian

b. Memeriksa golongan darah ibu dan anak

Hal ini juga sulit karena tidak adanya golongan darah ayah. Ekslusi

hanya dapat ditegakkan bila 2 faktor dominan dapat bersama-sama pada

satu individu sedangkan individu lain tidak punya sama sekali. Contohnya

adalah bila golongan AB, sedangkan si anak golongan O atau sebaliknya.

Penggunaan banyak jenis golongan darah akan lebih memungkinkan

mencapai tujuan, tetapi oleh karena kendala biaya maka cara ini tidak

merupakan prosedur rutin.

c. Pemeriksaan DNA

Cara ini merupakan cara yang canggih dan membutuhkan dana yang besar.

2.5 Landasan Hukum dan Aspek Medikolegal

Dalam KUHP, pembunuhan anak sendiri tercantum di dalam bab kejahatan

terhadap nyawa orang. Adapun bunyi pasalnya, yaitu:

• Pasal 341

“Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak

pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja

merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri,

dengan pidana penjara paling lama 7 tahun.”1

• Pasal 342

“Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan


19

karena takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat

anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya,

diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana,

dengan pidana penjara paling lama 9 tahun.”

• Pasal 343

“Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang

bagi orang lain yang turut serta melakukan sebagai pembunuhan atau

pembunuhan dengan rencana.”

• Pasal 181

“Barang siapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau

menghilangkan mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau

kelahirannya, diancam dengan pidana penjara selama 9 bulan atau

pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.”

• Pasal 308

“Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orang tentang

kelahiran anaknya, tidak lama sesudah melahirkan, menempatkan

anaknya untuk ditemukan atau meninggalkannya dengan maksud untuk

melepaskan diri dari padanya, maka maksimum pidana tersebut dalam

pasal 305 dan 306 dikurangi separuh.”

Adapun bunyi pasal 305 dan 306 tersebut adalah sebagai berikut:

• Pasal 305

“Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh

tahun untuk ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan maksud


20

untuk melepaskan diri daripadanya, diancam dengan pidana penjara

paling lama 5 tahun 6 bulan.”

• Pasal 306

“(1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 itu

mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana

penjara paling lama 7 tahun 6 bulan. (2) Jika mengakibatkan kematian,

pidana penjara paling lama 9 tahun.”1

Untuk memenuhi kriteria pembunuhan anak sendiri, dengan

sendirinya bayi atau anak tersebut harus dilahirkan hidup setelah seluruh

tubuhnya keluar dari tubuh ibu. Bila bayi lahir mati kemudian dilakukan

tindakan membunuh, maka hal ini bukanlah pembunuhan anak sendiri

ataupun pembunuhan. Juga tidak dipersoalkan apakah bayi yang

dilahirkan merupakan bayi yang cukup bulan atau belum cukup bulan,

maupun viable atau non-viable.

Kesimpulannya, tindak pidana merampas nyawa bayi yang

bersifat Kinderdoodslag dan Kindermoord, harus memenuhi syarat

sebagai berikut:

• Pelaku harus ibu kandung

• Korban harus bayi anak kandung sendiri

• Pembunuhan harus dilakukan pada saat dilahirkan atau tidak lama

kemudian

• Motif pembunuhan karena takut ketahuan telah melahirkan anak


BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas Korban

Nama : Ms. X (Orok Bayi)

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tgl Lahir :-

Pekerjaan :-

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama :-

Warga Negara : Indonesia

Alamat :-

B. Anamnesis

Menurut surat penyidik, jenazah tersebut ditemukan pada hari Selasa

tanggal 4 Februari 2023 sekitar jam 11.00 Wita di Pesisir Perairan Sungai

Martapura tepatnya di Jl. Keramat Basirih. RT: 09 RW: 01 Kelurahan

Basirih Kecamatan Banjarmasin Barat kota Banjarmasin. Berdasarkan

informasi kronologis dari pihak pengantar, jenazah ditemukan oleh warga

di tepi sungai, sebelumnya ia ingin mandi dibantaran sungai namun

melihat sebuah kardus di tepi sungai. Saksi mengira isinya hanya sampah,

tetapi setelah diperiksa saksi menyadari bahwa yang ditemukan adalah

jenazah orok. Saksi melaporkan ke tim pemadam dan rescue disekitar

rumahnya. Jenazah kemudian dibawa ke Gedung Forensik Rumah Sakit

Umum Daerah Ulin Banjarmasin.


21
22

C. Hasil Pemeriksaan

I. Pemeriksaan Luar Dan Identifikasi

1. Keadaan Jenazah

Jenazah tidak berlabel terletak di atas meja otopsi.Kantung jenazah

berada didalam kotak kardus berwarna coklat bertuliskan SGM panjang

empat puluh satu sentimeter, lebar tiga puluh dua sentimeter, tinggi dua

puluh enam sentimeter. Jenazah ditutupi dengan kantong jenazah berwarna

hitam dengan tulisan BASARNAS ukuran panjang seratus delapan puluh

delapan sentimeter lebar seratus dua puluh sentimeter. Kepala jenazah orok

dibungkus dalam plastik hitam sampai dengan leher dengan satu buah

simpul hidup dan seluruh tubuh di bungkus dengan plastik warna unggu

dengan dua buah simpul hidup, setelah dibuka terdapat baju tanpa lengan

bermotif bunga dengan ukuran panjang empat puluh satu sentimeter lebar

lima puluh empat sentimeter, celana pendek bahan katun bermotif hello

kitty berwarna biru dengan ukuran panjang empat puluh satu sentimeter

lebar empat puluh empat sentimeter yang diletakan pada posisi wajah, leher

dan bagian dada bayi, jenazah dalam keadaan telanjang dengan ari – ari

yang sudah tidak ada, panjang tali pusat sebelas sentimeter dari pusat

terpotong miring, jenazah telah mengalami pembusukan lanjut.

2. Sikap Jenazah di Atas Meja Otopsi

Sikap jenazah terlentang di atas meja otopsi dengan muka menghadap

ke depan. Lengan kanan atas membentuk sudut enam puluh derajat terhadap

sumbu tubuh, lengan kanan bawah membentuk sudut enam puluh derajat
23

terhadap lengan atas , dengan tangan kanan terbuka menghadap ke depan

dan jari-jari menekuk. Lengan kiri atas membentuk sudut enam puluh

derajat terhadap sumbu tubuh, lengan kiri bawah membentuk sudut enam

puluh derajat terhadap lengan atas, dengan tangan kiri menghadap ke atas

dan telapak tangan membuka menghadap ke depan dengan jari-jari

menekuk. Tungkai atas kanan membentuk sudut enam puluh derajat

terhadap sumbu tubuh dengan tungkai bawah kanan membentuk sudut

empat puluh lima derajat terhadap tungkai atas kanan, telapak kaki kanan

menghadap ke bawah dengan jari-jari lurus. Tungai kiri atas membentuk

sudut enam puluh derajat terhadap sumbu tubuh dengan tungkai bawah kiri

membentuk sudut empat puluh lima derajat terhadap tungai kiri atas,telapak

kaki kiri menghadap ke bawah dengan jari-jari luruh.

3. Kaku Jenazah

Kaku jenazah tertutupi dengan pembusukan lanjut

4. Lebam Jenazah

Lebam mayat tertutupi dengan pembusukan lanjut

5. Pembusukan Jenazah

Terdapat Jenazah telah mengalami pembusukan lanjut yang ditandai

dengan tubuh menggembung, berwarna kehijauan disertai kulit ari yang

mengelupas dan pelebaran pembuluh darah


24

6. Ukuran Jenazah

Panjang jenazah lima puluh satu sentimeter. Berat jenazah dua ribu

lima ratus gram. Lingkar kepala tiga puluh tujuh sentimeter. Lingkar dada

empat puluh dua sentimeter dan lingkar panggul tiga puluh enam sentimeter.

Panjang tali pusar sebelas sentimeter.

7. Kepala

a. Rambut: Rambut lurus, berwarna hitam, panjang rambut tiga

sentimeter. Rambut mudah dicabut, dalam keadaan basah.

b. Bagian yang tertutup rambut: Tidak teraba derik tulang pada tulang

kepala.

c. Wajah: Terdapat pembusukan lanjut. Tampak wajah berwarna

kehitaman disertai bengkak.

d. Dahi: Tidak terdapat luka dan derik tulang.

e. Mata kanan : Dalam keadaan terbuka sebesar nol koma satu

sentimeter. Rambut mata tidak ada. Pada perabaan bola mata teraba

lunak, tidak ada retak tulang. Kelopak mata pucat, Bagian putih

mata berwarna keruh.

f. Mata kiri: Dalam keadaan terbuka sebesar nol koma satu

sentimeter. Rambut mata tidak ada. Pada perabaan bola mata teraba

lunak, tidak ada retak tulang. Kelopak mata pucat, Bagian putih

mata berwarna keruh.


25

g. Hidung : Terdapat dua lubang hidung dan tidak ada keluar cairan.

Tidak terdapat luka dan derik tulang

h. Mulut : Lubang mulut dalam keadaan tertutup, bibir tampak lebih

pucat dari sekitar, tebal bibir atas nol koma lima sentimeter, tebal

bibir bawah nol koma lima sentimeter.

i. Dagu: Tidak terdapat luka dan derik tulang.

j. Pipi: Tidak ada luka atau derik tulang.

k. Telinga: Kedua telinga terbentuk. Tidak ada keluar cairan, tidak

ada luka dan derik tulang

8. Leher

Pada leher sebelah kanan mulai dari dagu sampai dengan cuping

telingga kanan, terdapat luka lecet tekan, ukuran panjang enam

sentimeter lebar nol koma lima sentimeter, bentuk garis mendarat,

batas tegas, warna kemerahan

9. Dada

Terdapat luka terbuka tiga sentimeter dari sumbu tengah tubuh dan

dua sentimeter dari ujung bahu dan delapan sentimeter di atas pusat

dengan ukuran panjang luka sepuluh sentimeter dan lebar sepuluh

sentimeter dengan dasar tulang iga, tepi tidak rata, terdapat jembatan

jaringan, bentuk tidak beraturan, warna kekuningan. kedua puting

susu telah terbentuk


26

10. Perut

tidak terdapat luka dan derik tulang.

11. Alat kelamin

Jenis kelamin perempuan, Jenis kelamin perempuan, bibir

besar kemaluan telah menutupi bibir kecil kemaluan. Tidak

ditemukan tanda – tanda perlukaan dan trauma

12. Anggota gerak atas kanan

a. Lengan atas

Tidak terdapat luka dan derik tulang

b. Lengan bawah

Tidak terdapat luka dan derik tulang

c. Tangan

Kuku jari sudah menutupi buku jari. Tidak terdapat luka dan derik

tulang

13. Anggota Gerak Atas Kiri

a. Lengan Atas

Terdapat luka terbuka bentuk lonjong berjumlah enam luka dengan

salah satu ukuran luka paling besar panjang tiga sentimeter dan lebar dua

sentimer. Luka terletak tujuh sentimeter dari puncak bahu dengan warna

kuning keabuan dan dasar jaringan lemak. Terdapat luka terbuka pada

daerah ketiak dengan ukuran Panjang empat sentimeter dan lebar empat
27

sentimeter dengan warna luka merah bentuk tidak beraturan dan tepi luka

tidak rata.

b. Lengan Bawah

Terdapat luka iris berjumlah empat dengan jarak empat sentimeter

dari siku dengan salah satu ukuran luka paling besar Panjang nol koma lima

sentimeter dan lebar satu koma lima sentimeter

d. Tangan

Kuku jari sudah menutupi buku jari. Tidak terdapat luka dan derik tulang

14. Anggota Gerak Bawah Kanan

a. Paha

Tepat di lipatan paha terdapat luka robek dengan panjang lima

sentimeter dan lebar satu sentimeter, tepi tidak rata, warna kuning

kehijauan. Tidak terdapat derik tulang

b. Tungkai Bawah

Tepat di lipatan lutut terdapat luka robek dengan panjang lima

sentimeter dan lebar satu sentimeter, tepi tidak rata, warna kuning

kehijauan. Tidak terdapat derik tulang.

c. Kaki

Jari-jari sudah terpisah, sudah terdapat garis-garis di telapak kaki.

Kuku sudah tumbah. Tidak terdapat luka dan derik tulang

15. Anggota Gerak Bawah Kiri

a. Paha
28

Pada pinggul terdapat sekumpulan luka robek dengan luka robek

terbesar ukuran panjang tiga sentimeter dan lebar satu sentimeter,tepi tidak

rata, warna kuning kehijauan. Pada paha bagian dalam tiga sentimeter diatas

lutut terdapat sekumpulan luka robek berjumlah empat buah dengan luka

terbesar ukuran panjang tiga sentimeter dan lebar satu sentimeter, tepi tidak

rata, warna kuning kehijauan. Tidak terdapat derik tulang

b. Tungkai Bawah

Pada lipatan lutut terdapat sekumpulan luka robek dengan luka robek

terbesar berukuran panjang satu koma lima sentimeter dan lebar nol koma

tiga sentimeter. Tidak terdapat derik tulang

c. Kaki

Jari-jari sudah terpisah, sudah terdapat garis-garis di telapak kaki.

Kuku sudah tumbah. Tidak terdapat luka dan derik tulang

16. Punggung

Pada punggung tepat pada sumbu tubuh terdapat luka robek empat

sentimeter ke bawah dari pangkal leher dengan ukuran panjang dua

sentimeter dan lebar satu sentimeter, tepi tidak rata, warna kuning

kehijauan. Tidak terdapat derik tulang.

17. Pantat

Pada pantat kiri terdapat luka terbuka dengan ukuran panjang empat

sentimeter dan lebar dua sentimeter, tepi tidak rata, warna kuning kehijauan.

Tidak terdapat derik tulang.

18. Dubur
29

Anus terlihat keluar menonjol. Tidak terdapat luka dan derik tulang.

19. Bagian Tubuh Lainnya

Terdapat tali pusat dengan panjang sebelas sentimeter terpotong

tidak rata, masih menempel di dinding perut. ari – ari tidak ada

II. PEMERIKSAAN DALAM

20. Leher

Pada kulit leher sebelah kanan dibuka terdapat resapan darah ukuran

panjang tiga koma lima sentimeter dan lebar satu koma lima sentimeter

warna kemerahan. Terdapat adanya resapan darah pada leher sebelah kiri

ukuran panjang empat sentimeter dan lebar dua sentimeter warna

kemerahan

21. Dada

Setelah kulit dada dibuka, tebal lemak dada nol koma dua sentimeter,

otot dada nol koma lima sentimeter, lemak perut nol koma lima sentimeter,

otot perut nol koma lima sentimeter, tinggi sela iga kanan dan kiri pada sela

iga ke enam. Paru-paru kanan dan kiri sudah menutupi jantung, tidak

terdapat perlekatan, warna seperti marmer. kandung jantung lima sentimeter

diantara kedua tepi paru. Dalam rongga dada tidak terdapat cairan

21. Jantung

Selaput luar jantung dibuka, didalamnya tidak ditemukan adanya

cairan dan bintik perdarahan. Ukuran jantung delapan kali enam kali satu

sentimeter. Berat jantung dan adenoid tiga puluh empat gram. Warna merah.
30

Konsistensi lunak.

22. Paru-paru

Pada paru kanan tiga bagian, tidak terdapat perlekatan. Konsistensi

paru lunak, warna merah seperti marmer, ukuran paru kanan sebesar delapan

kali delapan sentimeter tinggi dua sentimeter. Dilakukan pemeriksaan tes

apung paru pada paru kanan semua bagian hasil positif (mengapung). Pada

paru kiri terdiri dari dua baga, tidak terdapat perlekatan. Konsistensi lunak,

warna seperti marmer, ukuran paru kiri sebesar tujuh kali tujuh sentimeter,

tinggi satu koma lima sentimeter. Dilakukan uji tes apung paru pada seluruh

bagian paru kanan hasil positif (mengapung). Berat paru kanan adalah

Sembilan belas gram dan kiri limabelas gram.

23. Perut

pengantung usus menutupi sebagian usus, tidak terdapat cairan dalam

rongga perut, tidak tampak kelainan.

24. Hati

Konsistensi lunak, warna gelap. Berukuran tiga belas kali enam

sentimeter. Berat enam puluh satu gram, tidak tampak kelainan.

25. Limpa

Konsistensi lunak, warna gelap. Berukuran tiga koma dua kali tiga koma

satu sentimeter. Berat dua gram, tidak tampak kelainan

26. Lambung, Usus Halus, Usus Besar

Tidak tampak kelainan.


31

27. Pemeriksaan Alat-alat Kencing

a. Ginjal Kanan

Tidak tampak kelainan.

b. Ginjal Kiri

Tidak tampak kelainan.

28. Kepala

Kulit kepala dibuka, ditemukan tulang antar tengkorak terpisah.

Pada kepala bagian kanan sampai dahi terdapat resapan darah sebesar

enam kali empat sentimeter. Tampak resapan darah pada seluruh

belakang kepala sebesar tiga belas kali Sembilan sentimeter. Retak

tulang tidak ada. Tulang atap kepala dibuka, didapatkan otak membubur.

Perdarahan di atas selaput otak tidak ada

l. KESIMPULAN

1. Telah diperiksa jenazah orok perempuan, berusia sekitar tiga puluh

delapan minggu sampai dengan empat puluh minggu, dengan panjang

lima puluh satu sentimeter, berat badan dua ribu lima ratus gram,

orok lahir hidup yang telah mengalami pembusukan lanjut, dengan

sisa panjang tali pusat yang terpotong tidak rata sebelas sentimeter,

tidak ditemukan ari-ari.

2. Kematian orok tersebut diakibatkan oleh jeratan pada leher yang

ditandai dengan luka lecet tekan pada leher sisi kanan mulai dari dagu

sampai telinga kanan membentuk garis mendatar, resapan darah pada

leher kanan dan kiri, bibir pucat yang dapat menyebabkan


32

terhalangnya oksigen kedalam paru-paru menyebabkan kematian. Dari

hasil pemeriksaan juga terdapat resapan darah pada dahi sampai

kepala sebelah kanan, seluruh kepala belakang bagian dalam yang

diakibatkan oleh kekerasan tumbul. Kelainan tersebut dapat

memperberat dan menyebabkan kematian. (I,II)

3. Dari pemeriksaan didapati tali pusat terpotong tidak rata, saluran

makan dan lambung kosong, tidak mengunakan pakaian yang dapat

disimpulkan tidak terdapat tanda-tanda perawatan pada orok tersebut

4. Saat kematian diperkirakan dua puluh empat jam sampai dengan

empat puluh delapan jam sebelum dilakukan pemeriksaan (I.3, I.4, I.5)
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada tanggal 4 Februari 2023, pukul 11.00 WITA, bertempat di

Kamar Jenazah Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin, telah

dilakukan otopsi terhadap jenazah bernama Ms. X (Orok bayi). di Pesisir

Perairan Sungai Martapura tepatnya di Jl. Keramat Basirih. RT: 09 RW:

01 Kelurahan Basirih Kecamatan Banjarmasin Barat kota Banjarmasin.

Berdasarkan informasi kronologis dari pihak pengantar, jenazah ditemukan

oleh warga di tepi sungai, sebelumnya ia ingin mandi dibantaran sungai

namun melihat sebuah kardus di tepi sungai. Saksi mengira isinya hanya

sampah, tetapi setelah diperiksa saksi menyadari bahwa yang ditemukan

adalah jenazah orok. Saksi melaporkan ke tim pemadam dan rescue

disekitar rumahnya. Jenazah kemudian dibawa ke Gedung Forensik

Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin. Berdasarkan surat

penyidik diminta untuk dilakukan otopsi pada jenazah.

Pada kasus penemuan bayi dalam keadaan meninggal, bukti medik

yang harus didapatkan untuk menentukan suatu perkara termasuk infantisid

atau bukan diantaranya adalah menyatakan bayi viable atau mampu hidup

diluar kandungan atau tidak, menyatakan bayi lahir hidup atau tidak,

mengetahui lama hidup di luar kandungan, mencari sebab kematian, dan ada

tidaknya tanda-tanda perawatan terhadap bayi.3

Pada pemeriksaan didapatkan panjang jenazah 51 cm. Berat jenazah

2500 gr. Ukuran fronto-oksipital 37 cm. Lingkar dada 42 cm dan lingkar


33
34

panggul 36 cm. Puting susu telah terbentuk. Kuku sudah melewati ujung

jari. Pada bayi juga tidak didapatkan adanya cacat bawaan. Kondisi ini

sesuai dengan kriteria bayi yang viable, sehingga dapat disimpulkan bahwa

bayi tersebut mampu hidup diluar kandungan setelah dilahirkan.

Viabilitas bayi sama artinya dengan melakukan penilaian terhadap

tingkat kemampuan bayi untuk dapat mempertahankan hidupnya diluar

kandungan tanpa peralatan. Bayi dikatakan viable jika memenuhi

persyaratan sebagai berikut: telah dikandung ibunya selama paling tidak 28

minggu. Tanda-tanda terukur terdiri dari; berat badannya 1,5 kilogram atau

lebih; panjang badan kepala-tumit >35 cm; panjang badan kepala-bokong

30-33 cm; lingkar kepala sudah mencapai 33 cm. Sedangkan tanda-tanda

tidak terukur, terdiri dari jenis kelamin sudah dapat dibedakan, bulu badan,

alis dan bulu mata sudah tumbuh, kuku sudah melewati ujung jari, inti

penulangan sudah terbentuk pada tulang kalkaneus atau talus. Selain itu,

tidak mempunyai cacat berat, seperti misalnya anencephalus (lack of brain).

Usia gestasi pada bayi diperkirakan 10 bulan hasil dari perhitungan

rumus Haase dimana panjang bayi 50,5 cm dibagi 5. Namun untuk lebih

tepatnya harus pengukuran panjang femur (femur length) dengan cara

mengukur mulai dari trokhanter mayor sampai delgan distal femur.3,10,11

Dari hasil pemeriksaan jenazah bayi didapatkan pada paru kanan dan

kiri, tiap-tiap bagian tidak ada perlekatan, tidak ada bintik perdarahan,

warna seperti marmer, konsistensi lunak. Pada daerah perut pengantung

usus menutupi sebagian usus, tidak terdapat cairan dalam rongga perut,
35

tidak tampak kelainan.

Tanda bayi lahir dalam keadaan hidup adalah ditemukannya udara

dalam paru-paru, lambung dan usus, dan telinga tengah. Pada sistem

pernapasan jika sistem pernapasan pernah berfungsi akan ditemukan tanda

dada sudah mengembang, tulang iga akan terlihat lebih mendatar, sela iga

melebar. Adanya udara dalam paru-paru ditandai gambaran paru-paru

memenuhi rongga dada, paru - paru berwarna merah ungu, dan gambaran

mozaik, tepi paru tumpul, terdapat krepitasi dan bila dibenamkan dalam air

akan tampak gelembung udara, berat 1/35 berat badan, tes apung positif,

pada pemeriksaan mikroskopik tampak pengembangan alveoli yang tidak

merata dengan dinding alveoli licin tanpa ada penonjolan (projection) yang

bisa diasumsikan bahwa bayi sudah pernah bernafas.3,11

Pada pemeriksaan terhadap jenazah bayi baru lahir, perlu dibedakan

apakah bayi tersebut lahir hidup atau lahir mati. Lahir hidup atau lahir mati

atas jenazah bayi yang diduga meninggal karena dibunuh menjadi sangat

penting sebab jika bukti medik menunjukkan bahwa bayi lahir mati, berarti

dugaan adanya tindak pidana perampasan nyawa menjadi tidak relevan.

Lahir hidup atau Live Birth adalah keluar atau dikeluarkannya hasil

konsepsi yang lengkap, bernafas atau menunjukkan tanda kehidupan lain

seperti denyut atau detak jantung, denyut nadi tali pusat, gerakan otot

volunter (otot rangka), tanpa mempersoalkan usia gestasi, sudah atau

belumnya tali pusat dipotong dan ari dilahirkan. Lahir mati atau Still Birth

adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar atau dikeluarkan oleh


36

ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan (baik sebelum ataupun

sesudah kehamilan berumur 28 minggu dalam kandungan).10

Tunggul (potongan) tali pusat, adanya proses pelepasan tunggul tali

pusat, yang dimulai dari pengeringan dan pelisutan tunggul tali pusat pada

hari kedua. Setelah itu akan terbentuk garis pemisah berwarna merah (red

line of separation) pada pangkal tunggul dan kemudian pada hari keempat

sampai keenam pemisahan secara sempurna. Epitelisasi akan terjadi terjadi

pada hari kesembilan sampai hari kedua belas.3,12

Pada kasus ini didapatkan tanda-tanda terendam seperti: tubuh yang

basah, telapak tangan dan telapak kaki yang pucat dan keriput (washer

woman`s hand). Selain didapatkan sianosis pada ujung jari-jari tangan dan

kaki. Kematian kemungkinan diakibatkan oleh mati lemas dan kedinginan.

Sebab kematian pasti sulit ditentukan karena kondisi jenazah yang masih

bayi dan telah terjadi pembusukan lanjut. Pada sistem pencernaan, tidak

ditemukan adanya cairan dalam lambung maupun usus.

Apabila dari hasil pemeriksaan yang dilakukan menunjukkan bahwa

bayi lahir hidup maka pemeriksaan selanjutnya diarahkan untuk mencari

sebab kematian. Sebab kematian dibedakan menjadi dua, yaitu wajar

(natural neonatal death) atau tidak wajar (unnatural neonatal death).

Kematian wajar (tidak ada unsur pidana) diantaranya adalah kerusakan otak

waktu dilahirkan; kekurangan oksigen akibat prolaps tali pusat; kelainan

placenta; infeksi intra-uterine (pneumonia); kelainan darah; Respiratory

distress syndrome (hyaline membrane disease); trauma cranial akibat


37

persalinan; infeksi ekstra uterine (bronchopneumonia/sepsis umbilikalis);

perdarahan massif paru. Sedangkan kematian tidak wajar (ada unsur pidana)

diantaranya adalah pembekapan, pemukulan kepala, pencekikan, penjeratan,

penusukan, menggorok leher maupun menenggelamkan bayi.

Salah satu syarat untuk dapat dikatakan kinderdoodslag atau

kindermoord adalah saat dilakukan pembunuhan, yaitu pada saat dilahirkan

atau beberapa lama kemudian. Oleh karena itu harus dapat ditemukan fakta

tentang lamanya bayi sempat hidup diluar kandungan untuk dipakai sebagai

bukti adanya pembunuhan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk

menentukan lamanya bayi hidup diluar kandungan, yaitu kondisi bayi,

masih kotor atau sudah dirawat; meconeum, biasanya sesudah dua hari tidak

ada lagi meconium; tingkat proses pelepasan tunggul tali pusat; ikterus

biasanya pada hari keempat sampai kesepuluh.11,12

Pada kasus ini, tali pusat sudah dipotong namun tampak tidak rata dan

tidak di klem, saat ditemukan, bayi dalam keadaan terbungkus sarung,

sehingga dapat disimpulkan bahwa pada bayi terdapat tanda-tanda

perawatan.

Pada kasus infantisid, biasanya bayi dibunuh segera atau sesaat setelah

dilahirkan sehingga tidak ditemukan tanda-tanda perawatan. Tanda-tanda

perawatan pada bayi diantaranya yaitu tali pusat sudah dipotong dan diikat,

sudah dimandikan atau dibersihkan dari darah dan verniks caeseosa, adanya

makanan atau susu pada lambung, dan sudah diberi pakaian..10,11

Pada hasil pemeriksaan, juga didapatkan tanda-tanda pembusukan


38

pada jenazah, diantaranya perubahan warna dibagian perut warna hijau

kemerahan yang disertai dengan pembusukan lanjut diseluruh tubuh.

Pembusukan adalah perubahan terakhir yang terjadi (late post-mortem

periode) pada tubuh mayat setelah kematian, dimana terjadi pemecahan

protein komplek menjadi protein yang lebih sederhana disertai timbulnya

gas-gas pembusukan yang bau dan terjadinya perubahan warna. Perubahan

yang tampak dari luar pada pembusukan yaitu perubahan warna. Perubahan

ini pertama kali tampak pada fossa iliaka kanan berupa warna hijau

kekuningan, disebabkan oleh perubahan hemoglobin menjadi

sulfmethemoglobin, dilakukan oleh bakteri yang banyak terdapat di daerah

usus besar dekat pembuangan. Perubahan warna tersebut juga diikuti

dengan pembengkakan mayat. Otot sfingter mengalami relaksasi sehingga

urin dan feses keluar. Lidah juga terjulur. Bibir menebal, mulut membuka

dan busa kemerahan bisa terlihat keluar dari rongga mulut. Mayat berbau

tidak enak disebabkan oleh adanya gas pembusukan. Gas ini bisa terkumpul

pada suatu rongga sehingga mayat menjadi tidak mirip dengan korban

sewaktu masih hidup. Gas ini selanjutnya juga bisa membentuk lepuhan

kulit. Organ tubuh bagian dalam juga mengalami perubahan. Bentuk

perubahan sama seperti diatas, jaringan-jaringan menjadi berwarna

kecoklatan. Jaringan yang cepat membusuk dimulai dari Laring dan Trakea,

Otak, Lambung, Limpa, Omentum dan Mesentery, Hati, Gravid Uterus.10

Tenggelam adalah bentuk pembunuhan bayi (infantisid) yang tidak

biasa, tetapi lebih sering merupakan cara membuang anak yang sudah mati,
39

lahir mati, kematian alami atau korban dari beberapa cara pembunuhan bayi

lainnya. Pembusukan dalam air lebih lambat prosesnya dibandingkan

pembusukan pada udara terbuka. Setelah mayat dikeluarkan dari dalam air,

maka proses pembusukan akan berlangsung sangat cepat, lebih kurang 16

kali lebih cepat dibandingkan biasanya. Karena itu pemeriksaan postmortem

harus segera dilaksanakan pada kasus mati tenggelam. Kecepatan

pembusukan juga bergantung kepada jenis airnya; pada air yang kotor tidak

mengalir dan dalam, pembusukan lebih cepat. Berdasarkan hal tersebut,

diperkirakan kematian bayi terjadi 24 jam sampai 48 jam sebelum dilakukan

pemeriksaan.10,13

Infantisid menurut Pasal 341 KUHP adalah pembunuhan bayi yang

dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri, segera atau beberapa saat setelah

dilahirkan, karena takut diketahui bahwa ia telah melahirkan anak.

Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) adalah merupakan suatu bentuk kejahatan

terhadap nyawa yang unik sifatnya. Pelaku pembunuhan adalah ibu

kandungnya sendiri, dan melakukan alasan atau motivasi untuk kejahatan

tersebut adalah karenasi ibu takut ketahuan bahwa ia telah melahirkan anak;

oleh karena anak tersebut umumnya adalah hasil hubungan gelap. Cara atau

metode yang banyak dijumpai untuk melakukan tindakan pembunuhan anak

adalah cara atau metode yang menimbulkan mati lemas (asfiksia) seperti:

penjeratan, pencekikan dan pembekapan serta pembenaman ke dalam air.3

Pada kasus ini, unsur infantisid yang terpenuhi meliputi bayi viable

atau bayi mampu hidup diluar kandungan setelah dilahirkan, bayi lahir
40

hidup dan cukup bulan, serta tidak didapatkan tanda perawatan pada bayi.

Menetapkan identitas bayi dan identitas ibu dapat menjadi masalah, karena

bayi yang meninggal mungkin sering disembunyikan atau ditinggalkan

begitu saja. Pada akhirnya, DNA akan digunakan untuk mengkonfirmasi

identitas bayi dan orangtua jika tidak jelas. Pada kasus ini dilakukan

pemeriksaan DNA dengan sampel diambil dari sternum dan costae. Bila

pelaku adalah ibu kandung, maka dapat dikenakan pasal 341 atau 342

KUHP.11,13

Pasal 341 KUHP berbunyi “Seorang ibu yang, karena takut akan

ketahuan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama

kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam, karena

membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.”

Pasal 342 KUHP berbunyi “Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat

yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa akan melahirkan anak,

pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa

anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan

rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.” Pada kasus ini

jika unsur infantisid terpenuhi, maka pelaku akan terancam hukuman pidana

penjara paling lama tujuh tahun berdasarkan Pasal 341 KUHP.3,11


BAB V

PENUTUP

Telah dilaporkan sebuah laporan kasus jenazah bayi orok perempuan,

cukup bulan, lahir hidup panjang badan lima puluh satu sentimeter dan berat

jenazah dua ribu lima ratus gram. Jenazah merupakan korban mati lemas,

ditemukan pada hari Selasa tanggal 4 Februari 2023 sekitar jam 11.00 Wita

di Pesisir Perairan Sungai Martapura tepatnya di Jl. Keramat Basirih Rt.09

Rw.01 Kel. Basirih Kec. Banjarmasin Barat Kota Banjarmasin

Telah diperiksa jenazah bayi orok perempuan, panjang badan lima

puluh koma lima sentimeter dan berat jenazah dua ribu lima ratus gram.

Dari hasil pemeriksaan, tidak terdapat tanda-tanda perawatan, tali pusat

sudah dipotong namun tidak di klem., tidak terdapat cacat bawaan, dan tidak

terdapat memar maupun derik tulang.

Kematian kemungkinan disebabkan karena mati lemas dan

kedinginan. Sebab kematian pasti sulit ditentukan karena kondisi jenazah

yang masih bayi dan telah terjadi pembusukan lanjut. Saat kematian

diperkirakan dua puluh empat sampai tujuh puluh dua jam sebelum

dilakukan pemeriksaan.

41
DAFTAR PUSTAKA

i. Hoediyanto. Pembunuhan Anak (Infanticide) dalam Buku Ajar Ilmu

Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Edisi 8, eds. Hariadi A., Hoediyanto.

Surabaya: Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas

Kedokteran Universtas Airlangga, Surabaya.

ii. Aflanie I, Nirmalasari N, Arizal MH. Ilmu kedokteran forensik dan

medikolegal. Jakarta: Rajawali Pers; 2017.

iii. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

1997. Amelinda A, Hoediyanto H, Kalanjati V. Profil Kasus Pembunuhan

Anak di Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr.

Soetomo. Profil Kasus Pembunuhan Anak. 2018;6:50–2.

iv. Bardale, R. Principles of Forensic Medicine and Toxicology. New Dehli :

Jaypee Brothers Medical Publishers, 2011.

v. James, Jason Payne, et al. Simpson’s Forensic Medicine. 13th ed.

UK:Hodder Arnold. 2011.

vi. Nirmalasari N. Aborsi dan infantisid di berbagai negara. Banjarmasin:

Lambung Mangkurat University Press; 2020

vii. Salihu HM, Gonzales DN, Dongarwar D. Infanticide, neonaticide, and post-

neonaticide: racial/ethnic disparities in the United States. Eur J Pediatr.

2021;180(8):2591-8

viii. Millia G, Noonan M. Experiences and perspectives of women who have

committed neonaticide, infanticide and filicide: A systematic review and

qualitative evidence synthesis. J Psychiatr Ment Health Nurs. 2022;29:813-


42
43

28

ix. Argo A, Francomano A. The infanticide: some forensic and ethical issues. J

Forensic Sci Criminol.2013;1(1)

x. Aldila BA, Alit, IB. Studi deskriptif terhadap ciri-ciri korban infantisida di

Bali, tahun 2012 sampai 2014. e-Jurnal Medika Udayana. 2015;4

xi. Anisah LN, Amin BS. Dilematika posisi perempuan sebagai ibu dalam tindak

pidana pembuangan dan pembunuhan bayi tinjauan viktimologi kritis. Journal

of Law. 2022;5(1):143-56

xii. Wijaya T, Aliyah FN, Wahyudi I, Fitnasari I. Juridical analysis of the crime of

infantiside based on court decision no. 3311/PID.B/2018/PN.SBY. Formosa

Journal of Sustainable Research. 2022;1(3):409-24

xiii. Parinduri AG. Buku ajar kedokteran forensik & medikolegal. Medan: UMSU

Press; 2020.

xiv. Munawarah S., Suryadi T. Pembunuhan anak sendiri (infanticide): Fakultas

Kedokteran Unsyiah /RSUD dr. Zainoel Abidin.2015:1-8.

xv. Apuranto H, Hoediyanto. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan

Medikolegal. Surabaya: Bagian Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga;2007.

xvi. Jason Payne-James, Richard Martin Jones. Simpson's Forensic Medicine,

14th Edition. UK: CRC Press; 2020.


44

LAMPIRAN
45
46

Anda mungkin juga menyukai