Anda di halaman 1dari 47

Referat

PEMBUNUHAN ANAK SENDIRI

DISUSUN OLEH :

IRVI M. RIADI, S.Ked


ROSSA KAMILA MAHARANI, S.Ked
T. IMAM UTOMO, S.Ked

PEMBIMBING :

dr. Chunin Widyaningsih, MKM

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah


Subhanahu wa Ta’ala atas segala limpahan rahmat dan karunia Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan referat ini, yang berjudul “PEMBUNUHAN ANAK
SENDIRI.” Penulisan referat ini dimaksudkan sebagai salah satu tugas dalam
masa kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Forensik dan Studi Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
Penulis menyadari referat ini terlaksana berkat bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada :
1. dr. Chunin Widyaningsih, MKM selaku dosen pembimbing referat.
2. Seluruh staf Rumah Sakit Bhayangkara Pekanbaru.
3. Teman-teman kepaniteraan klinik senior bagian Ilmu Kedokteran Forensik
dan Studi Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pelaksanaan
dan penyusunan referat ini. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan referat ini. Semoga referat ini bisa bermanfaat bagi
banyak pihak.

Pekanbaru, September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................................ 3
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................................... 3
1.4 Manfaat penulisan ............................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4
2.1 Definisi .............................................................................................................. 4
2.2 Syarat Pembunuhan Anak Sendiri .................................................................... 5
2.3.1 Identifikasi...................................................................................................... 6
2.3.2 Tanda bayi baru lahir dan perawatan bayi ..................................................... 7
2.3.3 Menentukan bayi lahir hidup atau mati .......................................................... 7
2.3.4 Viabilitas bayi .............................................................................................. 10
2.3.5 Umur bayi dalam kandungan ....................................................................... 11
2.3.6 Lama bayi hidup .......................................................................................... 16
2.3.7 Cara dan Sebab Mati Bayi............................................................................ 18
2.4. Perbedaan Pembunuhan Anak Sendiri………………………………………20
2.5 Aspek hukum pada kasus pembunuhan anak sendiri ...................................... 22
BAB III ILUSTRASI KASUS .............................................................................. 25
3.1 Ilustri Kasus .................................................................................................... 25
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 29
4.1 Pembahasan teknik pembuatan Visum et Repertum ....................................... 29
4.2 Temuan pada pemeriksaan luar pada kasus pembunuhan anak sendiri. ......... 31
4.3 Temuan pada pemeriksaan dalam pada kasus pembunuhan anak sendiri....... 36
BAB IV KESIMPULAN....................................................................................... 39
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 43

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakakang

Pembunuhan Anak Sendiri merupakan suatu bentuk kejahatan

terhadap nyawa yang bersifat unik, dalam artian pelaku pembunuhan haruslah

ibu kandungnya sendiri dan memiliki alasan atau motivasi untuk melakukan

kejahatan tersebut, bisa karena sang ibu takut ketahuan bahwa ia telah

melahirkan anak oleh karena anak tersebut adalah hasil hubungan gelap. 1

Menurut World Health Organization (WHO) bayi bisa dikatakan lahir hidup

apabila pada saat seluruh tubuhnya dilahirkan ia bernafas atau menunjukkan

salah satu dari tanda kehidupan lain seperti denyut atau detak jantung, denyut

nadi tali pusat, atau gerakan otot rangka.2

Peraturan mengenai tindak pidana pembunuhan anak sendiri sudah

diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana pada pasal 341 dan 342.3

Menurut pasal tersebut pembunuhan anak sendiri adalah pembunuhan bayi

yang dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri, segera atau beberapa saat

setelah dilahirkan, karena takut diketahui bahwa ia telah melahirkan anak

dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 tahun.3,4

Cara yang paling sering digunakan dalam kasus pembunuhan anak

sendiri adalah membuat keadaan asfiksia mekanik yaitu pembekapan,

pencekikan, penjeratan dan penyumbatan. Di Jakarta dilaporkan bahwa 90-

1
2

tumpul dikepala yaitu sekitar 5-10% dan kekerasan tajam pada leher atau

dada yaitu sekitar 1 kasus dalam 6-7 tahun.1

95% dari sekitar 30-40 kasus pembunuhan anak sendiri per tahun dilakukakan

dengan cara asfiksia mekanik. Bentuk kekerasan lainnya adalah kekerasan

tumpul dikepala yaitu sekitar 5-10% dan kekerasan tajam pada leher atau

dada yaitu sekitar 1 kasus dalam 6-7 tahun.1

Tindakan pembunuhan anak sendiri pada dasarnya dapat dicegah

dengan beberapa hal diantaranya adalah menghindari kehamilan diluar nikah

dengan cara meningkatan pengetahuan mengenai pendidikan seksual dan

dengan penggunaan alat kontrasepsi.5

Dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) 2012, kasus

pembunuhan anak sendiri merupakan kompetensi 3A yaitu dokter umum

harus dapat melakukan diagnosis klinik dan memberi terapi pendahuluan

pada keadaan yang bukan gawat darurat dan menentukan rujukan yang paling

tepat untuk pasien dan mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari

rujukan.6

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas, maka

penulis tertarik untuk menjabarkan mengenai pembunuhan anak sendiri

secara umum dari perspektif forensik dan medikolegal.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada referat ini adalah bagaimana peran kedokteran

forensik pada kasus pembunuhan anak sendiri di Indonesia.


3

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui dan memahami tentang peran forensik dalam

pembunuhan anak sendiri.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengetahui temuan pada pemeriksaan luar pada kasus

pembunuhan anak sendiri.

2) Mengetahui temuan pada pemeriksaan dalam pada kasus

pembunuhan anak sendiri.

3) Mengetahui Teknik pemeriksaan dalam kasus pembunuhan anak

sendiri

4) Mengetahui aspek hukum dalam kasus pembunuhan anak sendiri.

1.4 Manfaat penulisan

1) Dapat menambahkan pengetahuan penulis mengenai pembunuhan anak

sendiri.

2) Dapat menjadi salah satu sumber refrensi yang berkaitan dengan kasus

kedokteran forensic tentang pembunuhan anak sendiri.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Pembunuhan anak sendiri (PAS) adalah pembunuhan yang dilakukan oleh

seorang ibu terhadap anak kandungnya, pada saat anak tersebut dilahirkan atau

tidak lama kemudian dikarenakan takut akan ketahuan bahwa ibu tersebut

melahirkan anak. Pembunuhan anak sendiri atau infanticide juga memiliki arti lain

yaitu pembunuhan terhadap anak di bawah 12 bulan oleh ibu kandung yang belum

sepenuhnya pulih dari efek kehamilan dan memiliki kondisi kejiwaan yang

terganggu. Istilah yang lebih sempit adalah neonaticide, yaitu pembunuhan anak

oleh ibu kandung dalam 24 jam masa kehidupan. Namun, hal ini juga tergantung

pada ketentuan hukum di tiap negara.5,7,9,10

Jerman Barat, pembunuhan anak hanya berlaku apabila anak yang lahir

akibat hubungan yang tidak sah, Amerika dan Eropa Barat, tidak mempersoalkan

apakah dari hubungan sah atau tidak Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) di Inggris,

dengan infanticide act (1938) memperpanjang masa berlakunhya delik khusus ini

hingga masa laktasi (12 bulan).

Penelitian yang dilakukan mengenai kasus pembunuhan anak di

Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr. Soetomo

periode Januari 2013-Desember 2015 didapatkan hasil 49 dugaan kasus dengan 8

diantaranya memiliki tes apung positif. Menurut studi tersebut, korban laki-laki

dan perempuan memiliki peluang yang sama dan penyebab kematian terbanyak

disebabkan oleh asfiksia, diikuti oleh kekerasan tumpul.8

Hasil penelitian oleh Loka di RSUP Sanglah mengenai pembunuhan anak

4
5

sendiri periode 2010-2015 didapatkan 18 kasus dengan 88,9% korban belum

mendapat perawatan. Adapun sebab mati terbanyak adalah akibat kekerasan

tumpul.5

Studi di Amerika Serikat terhadap 55 kasus pembunuhan anak sendiri

memiliki hasil antara lain yaitu umur terbanyak dari pelaku PAS adalah 18 tahun,

sebanyak 96% pelaku menyembunyikan kehamilan dari keluarga, toilet rumah

menjadi tempat melahirkan terbanyak, dengan penyebab kematian lerbanyak

adalah asfiksia, sedangkan penggunaan benda tajam sangat sedikit. 9

2.2 Syarat Pembunuhan Anak Sendiri

Untuk dapat dikatakan sebagai tindak pidana Pembunuhan Anak Sendiri,

kasus pembunuhan perlu memenuhi beberapa unsur yaitu sebagai berikut. 1,7

1. Ibu kandung sebagai pelaku

Pelaku tindakan Pembunuhan Anak Sendiri adalah ibu kandung dari

korban. Jika pelaku pembunuhan tersebut bukan ibu kandung, maka kasus

dipidana dengan pembunuhan atau pembunuhan berencana. Seorang ayah

yang membunuh anaknya karena takut ketahuan juga tidak bisa

dikelompokkan sebagai kasus Pembunuhan Anak Sendiri. Adapun

keadaan kejiwaan ibu biasanya takut akan ketahuan ia telah melahirkan

anak, sehingga hal tersebut mendorong ibu tersebut melakukan

pembunuhan terhadap anaknya sendiri. Syarat takut ketahuan sudah

terpenuhi apabila ibu mempunyai alasan untuk merahasiakan kelahiran

anaknya, apapun alasannya.

2. Tenggang waktu pembunuhan

Berdasarkan undang-undang, tenggang waktu dilakukannya pembunuhan


6

terhadap anak sendiri adalah pada waktu dilahirkan hingga tidak lama

kemudian. Undang-undang tidak menjelaskan dengan tepat berapa lama

tenggang waktu yang dimaksud, menurut Budijanto dkk, tenggang waktu

tidak lama kemudian memiliki arti sebagai selama hayi belum dirawat atau

seperti pada saat dilahirkan.

Tenggang waktu Pembunuhan Anak Sendiri akan berakhir apabila ibu

telah merawat bayi yang dilihat dari tanda-tanda perawatan. Alasan

dipersyaratkannya perawatan bayi adalah pada saat ibu telah merawat

bayinya yang baru dilahirkan, akan timbul naluri keibuan sehingga ia tidak

sampai hati untuk membuang atau membunuh anaknya.

2.3. Pemeriksaan Kasus Pembunuhan Anak Sendiri

2.3.1 Identifikasi

Pemeriksaan terhadap bayi difokuskan untuk menjawab beberapa hal yaitu

viabilitas, bayi baru lahir, tanda dirawat, lahir hidup atau mati, lama hidup serta

sebab mati. Pemeriksaan dilakukan juga untuk mengidentifikasi perkiraan usia

dan mencari hubungan antara pelaku dengan korban, yaitu bayi. Pada tersangka

yaitu ibu kandung dilakukan pemeriksaan untuk melihat tanda-tanda baru

melahirkan anak serta pemeriksaan histopatologi. 7,5,12

Dalam Pembunuhan Anak Sendiri, penting untuk membuktikan bahwa

tersangka merupakan ibu kandung dari korban sehingga perlu dilakukan

pemeriksaan untuk identifikasi tersebut. Untuk proses identifikasi tersebut,

jaringan yang direkomendasikan adalah jaringan tulang bayi karena bersifat

sampel yang dapat bertahan lama walaupun dengan metode pengawetan

sederhana.7,5
7

2.3.2 Tanda bayi baru lahir dan perawatan bayi

Tanda bayi baru saja dilahirkan dan belum dirawat adalah tubuh bayi

masih berlumuran darah, dijumpai verniks kaseosa serta tali pusat masih

terhubung dengan ari-ari ataupun sudah terpisah namun belum diikat. Namun,

darah dan verniks kaseosa bisa saja tidak ditemukan akibat dibersihkan setelah

dibunuh ataupun pada kasus dicemplungkan ke air. Dalam hal ini, verniks kaseosa

biasanya masih ditemukan di lipat kulit di leher, belakang daun telinga, ketiak,

lipat siku dan lutut serta selangkangan. Maka, penentuan keadaan belum dirawat

adalah pada tali pusat yang belum diikat. Selain itu, biasanya potongan tali pusat

tampak tidak rata dan masih ada sisa darah.7,11,12

2.3.3 Menentukan bayi lahir hidup atau mati

1. Lahir hidup

Bayi dikatakan lahir hidup apabila setelah dilahirkan dengan

lengkap, bayi bernapas atau menunjukkan salah satu dari tanda

kehidupan lain, seperti denyut jantung, denyut nadi tali pusat, atau

gerakan otot volunter, tanpa mempedulikan umur gestasi. Namun, pada

pemeriksaan otopsi, tidak dapat ditentukan mutlak bayi tersebut lahir

hidup, hanya dapat ditentukan bayi tersebut bernapas atau tidak. Bukti

bayi lahir hidup hanya dapat diperoleh dari keterangan saksi yang

menyatakan bayi menunjukkan tanda kehidupan pada saat dilahirkan. 7

2. Lahir mati

Bayi dikatakan lahir mati apabila terjadi kematian hasil konsepsi

sebelum dikeluarkan oleh ibunya, tapa melihat umur kehamilan. Bukti


8

bayi lahir mati didasarkan atas keterangan saksi, ditemukannya tanda

pasti lahir mati atau tanda belum bernapas pada mayat bayi. Adapun

tanda pasti lahir mati adalah sebagai berikut.7

a. Maserasi

Maserasi adalah dekomposisi autolisis (aseptik) yang terjadi pada

tubuh janin yang mati intrauterin dengan ketuban mash utuh.

Perubahan diawali pada bagian luar berlanjut ke bagian dalam.

 Beberapa jam : epidermis akan terlepas dari dermis (skin skipping)

 Hari ke 3-4 : gelembung berisi cairan kemerahan pada kulit dan

bila pecah tampak dermis berwarna merah.

 Hari ke 7-10 : kulit menjadi lunak dan berwarna merah kecoklatan

(fetus sanguinolentus). Tubuh melunak, lunglai, berbau khas agak

tengik, sendi melunak termasuk sutura. Alat-alat tubuh melunak,

sembab dan mencair, ditemukan cairan sanguinolen pada rongga

tubuh.

b. Mumifikasi

Mumifikasi intrauterin bisa terjadi pada janin yang mati in utero

dengan ketuban utuh namun cairannya sedikit.

c. Rigor mortis anterpartum

Bayi lahir dalam keadaan kaku.

3. Sudah bernapas atau belum

Pernapasan setelah bayi lahir mengakibatkan perubahan letak

diafragma dan sifat paru-paru sehingga dapat dimanfaatkan untuk

menentukan apakah bayi sudah bernapas atau belum dengan pemeriksaan


9

tertentu.5,7,13,14

a. Letak diafragma

Pada bayi sudah bernapas, letak diafragma setinggi iga ke 5 atau 6.

Pada bayi belum bernapas, letak diafragma setinggi iga ke 3 atau 4.

b. Gambaran makroskopik paru

Paru-paru bayi yang sudah bernapas berwarna merah mudah tidak

homogen, berbercak-bercak dan menunjukkan gambaran mozaik

dengan tepi paru tumpul. Konsistensi paru seperti spons dan

ditemukan krepitasi dengan berat kedua paru kira-kira sama dengan

1/35 berat badan bayi. Paru-paru bayi yang belum bernapas berwarna

merah ungu tua seperti warna hati bayi, homogen, tidak menunjukkan

gambaran mozaik dengan tepi tajam. Konsistensi paru kenyal seperti

hati dengan berat kedua paru kira-kira 1/70 berat badan bayi.

c. Gambaran mikroskopik paru

Gambaran mikroskopik paru yang belum bernapas adalah duktus

alveoli dan alveolus mengembang oleh cairan, dengan dinding berliku

dan banyak tonjolan (projection) yang menjorok ke dalam lumen.

Perdarahan kecil (petechie) dapat dijumpai akibat anoksia intrauterin.

Pada bayi yang telah bernapas, dapat ditemukan alveoli dengan lumen

lebar dan dining yang tegang, membundar atau melengkung dan tidak

menunjukkan adanya projections.

d. Uji apung paru

Untuk uji apung paru, alat-alat leher dan dada terlebih dahulu diangkat

dengan teknik tapa sentuhan, lalu paru-paru dipisahkan dan dilakukan


10

uji apung. Paru kiri dan kanan dimasukkan ke dalam air dan dilihat

mengapung atau tidak. Kemudian paru dibagi per lobus dan kembali

diapungkan. Lima potong dari bagian perifer tiap lobus dimasukkan

ke dalam air, dan diperhatikan apakah mengapung atau tenggelam.

e. Uji telinga tengah

Uji telinga tengah dilakukan dengan membuka segmen timpani di

bawah permukaan air. Uji dikatakan positif apabila timbul gelembung

dari telinga tengah. Pada bayi yang sudah bernapas, uji telinga tengah

positif baik bilateral maupun unilateral. Uji in dapat menyingkirkan

hasil positif palsu pada uji apung lambung-usus akibat pemberian

napas buatan.

f. Uji apung lambung-usus

Uji apung Breslau ini dilakukan dengan merendam usus mulai dari

lambung, duodenum hingga usus besar di daerah rekto-sigmoid yang

telah diikat dengan tali rami dan dilihat apakah organ tersebut

mengapung atau tidak. Pada bayi yang telah bernapas, ditemukan

lambung dan usus mengapung dalam air. Pernapasan buatan dapat

menyebabkan lambung dan usus juga mengapung sehingga bisa

menghasilkan positif palsu pada bayi lahir tidak bernapas.

2.3.4 Viabilitas bayi

Bayi dikelompokkan sudah mampu hidup diluar kandungan ibu (viable)

apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut.7

 Gestasi bayi ≥ 28 minggu

 Berat badan bayi ≥ 1000 gram


11

 Panjang badan kepala-tumit ≥ 35 sentimeter

 Lingkar kepala ≥ 23 sentimeter

 Tidak mengandung cacat bawaan yang tidak memungkinkan untuk hidup

terus

2.3.5 Umur bayi dalam kandungan

Penaksiran umur bayi dalam kandungan (gestasi) dapat dilakukan dengan

beberapa cara, namun yang paling baik adalah dengan memeriksa ciri-ciri

eksternal dan pengukuran lingkar kepala.7

1. Ciri- ciri eksternal

 Daun telinga

Pembentukan tulang rawan daun telinga berlangsung sebagai berikut:

pada antitragus mula-mula tidak teraba tulang rawan, kemudian teraba.

Setelah itu teraba tulang rawan pada antihelix dan akhirnya pada helix.

Untuk menentukan distribusi tulang rawan tersebut, diraba kedua daun

telinga dan apabila terdapat perbedaan, maka penilaian maturitas

didasarkan atas daun telinga yang paling matur. Moninjta dkk dalam

Budijanto menemukan hubungan keadaan dan telinga dengan umur

kehamilan sebagai berikut.3

Tabel 2.1 Klasifikasi Daun Telinga Berdasarkan Masa Kehamilan


Daun telinga Masa kehamilan
Lembek, datar dan bila dilipat tetap terlipat 28-33 minggu
Mulai ada lipatan di tepi daun telinga, bila
24-36 minggu
dilipat akan kembali perlahan-lahan
Tulang rawan tipis, setelah dilipat cepat
kembali. Sebagian daun telinga bagian atas 37-38,5 minggu
melipat
Tulang rawan keras, daun telinga tetap telinga,
38,5-40 minggu
terdapat lipatan dalam yang sempura
12

 Puting Susu
Menurut Monintja dkk sebagai berikut:

Tabel 2.2 Klasifikasi Puting Susu Berdasarkan Masa Kehamilan


Puting susu Masa Kehamilan
Terlihat sedikit, areola tidak terlihat 28-30 minggu
Berbatas tegas dengan aerola yang
34-36 minggu
datar
Berbatas tegas dengan areola yang
37-40 minggu
menonjol

Tabel 2.3 Diameter tonjolan susu berdasarkan masa kehamilan


Diameter tonjolon susu Masa Kehamilan
Tonjolan tidak ada 28-33 minggu
1-2 mm 34-36 minggu
2-4 mm 37-38 minggu
7 mm 39-40 minggu

 Kuku jari tangan

Kuku jari tangan telah panjang, melampaui ujung jari, ujung distal tegas

dan relatif keras sehingga terasa bila digarukkan pada telapak tangan

peng-otopsi. Kuku jari kaki masih relatif pendek. Pada bayi yang

prematur kuku jari tangan belum melampaui ujung jari dan relatif lebih

lunak sehingga ujungnya mudah dilipat.7

 Garis telapak kaki

Pada bayi yang matur terdapat garis-garis pada seluruh telapak kaki dari

tumit hingga depan. Aspek yang dinilai adalah garis yang relatif lebar

dan dalam. Hubungan distribusi garis-garis telapak kaki dengan umur

kehamilan adalah sebagai berikut.7

Tabel 2.4 Garis Telapak Kaki Berdasarkan Masa Kehamilan


Garis telapak kaki Masa Kehamilan
13

Tidak ada 28-31 minggu


Satu garis melintang sebelah depan 32-33 minggu
Dua garis melintang sebelah depan 34-36 minggu
Beberapa garis di dua per tiga bagian depan 37-38 minggu
Seluruh telapak kaki 38-40 minggu
 Alat kelamin luar

Pada bayi laki-laki yang matur, testis sudah turun dengan sempurna

(complete descensus testiculorum), yakni sampai pada dasar skrotum dan

ruggae pada kulit skrotum sudah lengkap. Pada masa kehamilan 28-29

minggu, testis belum turun. Pada masa gestasi 30-35 minggu testis masih

tinggi di dalam kanal inguinal dan pada skrotum tidak tampak ruggae.

Kemudian testis berangsur-angsur turn ke dalam skrotum dan ruggae

berangsur-angsur timbul pada bagian depan, bagian inferior dan akhirnya

pada belakang skrotum.7

Sedangkan pada bayi perempuan yang matur, labia minor sudah tertutup

dengan baik oleh labia mayor. Pada masa kahamilan 28-35 minggu, labia

masih terbuka dan klitoris tampak menonjol. Pada masa 36-38 minggu

labia minor belum tertutup dengan baik oleh labia mayor.7

 Rambut kepala

Rambut kepala relatif kasar, masing-masing helai terpisah satu sama lain

dan tampak mengkilat. Batas rambut pada bayi jelas. Pada bayi yang

prematur rambut kepala halus seperti kapas atau bulu wol, masing-

masing helai sulit dibedakan satu sama lain, dan batas rambut pada dahi

tidak jelas.7

 Skin opacity

Pada bayi matur, jaringan lemak di bawah kulit cukup tebal sehingga
14

pembuluh darah besar pada dinding perut tidak tampak atau tampak

samar. Pada bayi prematur, pembuluh-pembuluh darah tersebut tampak

jelas.7

 Processus xyphoideus

Pada bayi yang matur processus xyphoideus membengkok ke arah dorsal,

sedangkan pada yang prematur membengkok ke arah ventral atau satu

bidang dengan korpus manubrium sterni.7

 Alis mata

Pada bayi yang matur, alis mata sudah lengkap, yakni sudah terdapat

bagian lateralnya, sedangkan pada bayi prematur belum ditemukan. Daun

telinga, diameter tonjolan susu, kuku jari tangan, distribusi garis telapak

kaki dan keadaan alat kelamin luar merupakan ciri-ciri eksternal yang

dapat digunakan dalam penentuan maturitas mayat bayi baru lahir. 7

2. Pusat penulangan

Pemeriksaan pusat penulangan dapat dilakukan dengan foto X-ray (secara

tidak langsung) atau dengan menggunakan pisau (secara langsung). Untuk

memeriksa pusat penulangan pada distal femur dan proksimal tibia, tungkai

bawah difleksikan secara maksimal dan dibuat sebuah sayatan melintang

atau dua buah sayatan membentuk salib pada kulit sendi lutut. Kulit dan

jaringan bawah kulit dilepaskan dari dasarnya dan tulang tempurung

disingkirkan. Fleksi yang semaksimal mungkin membuat ujung femur akan

menonjol keluar. Dengan pisau yang tajam, dibuat irisan-irisan koronal pada

epifisis femur, tipis-tipis (tiap 2 mm), berturut-turut mulai dari distal ke

proksimal.1
15

Pusat penulangan tampak sebagai daerah berwarna merah ditengah epifisis

berwarna putih keruh dan berbentuk bulat. Setelah pusat tersebut ditemukan,

dilanjutkan ke pengirisan ke proximal. Diameter pusat tampak makin

berkurang ke proksimal, kemudian menghilang dan akhirnya dijumpai pusat

penulangan epifisial yang biasanya sudah terdapat pada umur kehamilan 7

minggu. Dengan demikian pusat penulangan yang pertama ditemukan

adalah pusat penulangan epifisial dan bukan diafisial.11

Pada epifisis ujung proksimal tibia, dilakukan pengirisan koronal serial dari

proksimal ke distal dan dilihat apakah terdapat pusat penulangan atau tidak.

Sebagai kontrol, pengirisan dilanjutkan sampai ditemukan pusat penulangan

diafisial. Pemeriksaan pusat penulangan kalkaneus, talus dan kuboid

dilakukan sebagai berikut:

 Kaki bayi dipegang dengan tangan kiri sehingga tumit berada dalam

telapak tangan dan jari-jari kaki menunjuk kearah peng-autopsi.

 Dengan pisau yang panjang dibuat irisan yang dalam pada telapak kaki,

mulai dari tengah-tangah tumit menuju ke celah antara jari ke 3 dan ke 4.

Biasanya irisan ini mengenai pusat penulangan kalkaneus.

 Apabila tidak demikian maka dibuat irisan-irisan lain sejajar dengan

irisan pertama itu sampai ditemukan pusat penulangan atau sampai

diperoleh keyakinan bahwa pusat penulangan itu belum terdapat.

 Dengan memperdalam irisan pertama itu akan teriris talus.

 Dengan cara yang sama seperti pada pemeriksaan kalkaneus diperiksa

apakah pusat penulangan talus sudah terdapat atau belum.

 Untuk memeriksa pusat penulangan kuboid, dibuat irisan yang dalam


16

disebelah lateral dan sejajar dengan irisan pertama tersebut. Irisan in

biasanya mengenai pusat penulangan kuboid.

 Jika tidak demikian maka dibuat irisan-irisan lain sejajar dengannya.

Berikut tabel penentuan usia bayi dalam kandungan berdasarkan pusat

penulangan:1

Tabel 2.5 Pusat Penulangan Berdasarkan Umur


Pusat penulangan pada: Umur (bulan)
Klavikula 1,5
Tulang panjang (diafisis) 2
Iskium 3
Pubis 4
Kalkaneus 5-6
Manubrium sterni 6
Talus Akhir 7
Sternum bawah Akhir 8
Distal femur Akhir 9/setelah lahir
Proksimal tibia Akhir 9/setelah lahir
Kuboid Akhir 9/setelah lahir

3. Penafsiran umur gestasi

Umur gestasi, yakni telah dikandung berapa bulan sebelum dilahirkan, dapat

ditaksir dengan menggunakan rumus empiris berdasarkan panjang badan

bayi pada waktu lahir. Menurut Haase, untuk 5 bulan pertama panjang

kepala-tumit dalam sentimeter adalah sama dengan kuadrat angka bulan.

Untuk 5 bulan terakhir, panjang badan adalah sama dengan angka bulan

dikalikan dengan angka 5.7,11

2.3.6 Lama bayi hidup


Perubahan setelah lahir yang dapat ditemukan pada bayi yang mati atau

dibunuh tidak lama setelah lahir hanyalah lambung yang terisi udara dan

perubahan perbatasan pada tali pusat. Dengan demikian, pada autopsi bayi baru

lahir yang belum dirawat hanya perlu dilakukan uji apung lambung-usus dan
17

pemeriksaan tali pusat.3

1. Penjalaran udara dalam saluran cerna

Tertelannya udara yang menyertai pernapasan setelah bayi lahir

menyebabkan lambung terisi udara dan peristaltik saluran cerna akan

memindahkan udara ke dalam usus. Dengan mengamati sampai sejauh mana

udara itu mengisi saluran cerna dapat diperkirakan berapa lama bayi hidup

setelah dilahirkan. Untuk itu dilakukan uji apung lambung-usus atau

pemeriksaan foto X-ray.3

Pada penelitian Hirvonen dkk, Podolsky dan Jester, dengan menggunakan

foto X-ray menunjukkan bahwa dalam waktu 5 menit setelah bayi lahir

ditemukan ventrikel lambung berisi udara dan pada 15 menit pertama

seluruh lambung terisi udara. Usus halus berisi udara pada 1-2 jam, kolon 5-

6 jam dan rectum 12 jam setelah bayi lahir. Udara dalam caecum atau kolon

asenden pada jam ke 3 dan ke 4, kolon transversum serta kolon desenden

pada jam ke 5 dan ke 6 setelah lahir. Dalam periode 6-9 jam dapat

ditemukan rectum dan sigmoid tidak berisi udara, karena dalam periode

tersebut bayi dapat flatus. Dalam masa waktu 10-12 jam kedua segmen

saluran cerna tersebut dapat terisi udara dan setelah 12 jam tidak berisi

udara lagi karena bayi mengadakan flatus.7

2. Tali pusat

Bila bayi hidup setelah dilahirkan maka dalam jam pertama terbentuk cincin

hiperemis dan pembengkakan di bagian kulit pusat yang berbatasan dengan

lempat pertautan amnion tali pusat. Pada hari ke 2, hiperemis dan

pembengkakan bertambah mencolok terutama pada tepi atas tali pusat


18

bagian kulit dimana akan timbul benjolan. Pada hari ke 3 terdapat reaksi

kulit yang hebat. Tidak lama setelah bayi lahir, timbul alur di tempat

pertautan bagian amnion tali pusat dengan bagian kulit pusat yang

dinamakan cincin pusat. Cincin pusat paling dini dijumpai 15 menit sampai

1 jam setelah bayi dilahirkan. Kadang-kadang baru terlihat 3-24 jam.7

Pada bayi yang lahir mati cincin pusat tidak pernah dijumpai. Sehubungan

dengan hal tersebut maka pada pemeriksaan jenazah perlu dicatat apakah

cincin pusat terdapat atau tidak. Untuk pemeriksaan histologi, tali pusat

diambil sepanjang 1-2 cm bersama dengan pusat dan ligamentum fusiformis

sepanjang 1-2 cm, serta difiksasi dalam larutan formalin. Dibaur irisan-

irisan serial longitudinal, sejajar dengan sumbu panjang tali pusat yang

berbatasan dengan pusat. Sediaan diwarnai dengan hematoksilin eosin. 7

2.3.7 Cara dan Sebab Mati Bayi

Pada pemeriksaan bayi baru lahir yang diduga adalah korban PAS, terdapat

beberapa penyebab kematian wajar yang perlu disingkirkan terlebih dahulu,

mengingat bayi tersebut telah hidup dalam beberapa menit. Beberapa penyebab

kematian wajar pada bayi baru lahir adalah sindrom gangguan nafas, kelainan

bawaan (anensefali, malformasi atau hipoplasia), trauma lahir, infeksi, hipoksia

perinatal ekstrinsik, idiopatic massive pulmonary hemorrhage, neonatal

necrotizing enterocolitis dan penyebab lainnya.7

Pada kasus pembunuhan, cara yang paling sering digunakan adalah cara

yang menyebabkan bayi mati lemas (asfiksia), sedangkan kekerasan tumpul dan

kekerasan tajam jarang ditemukan. Pada kasus pembunuhan umumnya akan

didapatkan sebab kematian karena mati lemas, namun cara kematiannya perlu
19

diidentifikasi. Beberapa cara kematian pada kasus PAS ialah sebagai berikut. 7

1. Pembekapan: pada pembekapan dengan tangan dapat ditemukan luka-luka

memar dan lecet yang masing-masing disebabkan oleh tekanan bagian lunak

(bantalan) ujung jari dan oleh tekanan kuku. Mungkin terdapat memar pada

mukosa bibir. Pembekapan dengan bantal atau selimut mungkin tidak

menimbulkan luka namun serabut-serabut benang atau kapuk dapat

tertinggal pada muka bayi.

2. Penyumbatan: penyumbatan mulut dan saluran nafas bagian atas dengan

kertas atau bahan pakaian kadang-kadang dijumpai. Kerusakan mukosa

mulut dapat ditemukan. Luka lecet dan luka memar dapat ditemukan pada

mukosa mulut dan faring.

3. Pencekikan atau penjeratan: Cara ini merupakan cara yang sering digunakan

sehingga pemeriksaan pada daerah leher perlu dilakukan dengan seksama

dan pola jejas yang khas melingkari leher.

4. Penekanan pada dada: pada pemeriksaan dapat ditemukan luka memar atau

luka lecet pada kulit.

5. Penenggelaman: perlu dilakukan identifikasi bayi apakah bayi tersebut

meninggal sebelum ditenggelamkan atau meninggal karena ditenggelamkan.

6. Kekerasan tumpul pada kepala: pada pemeriksaan ditemukan resapan darah

pada kulit kepala bayi atau patah tulang tengkorak.

7. Kekerasan tajam.

8. Pemutusan tali pusat tanpa diikat.

9. Pembunuhan secara pasif.


20

2.4. Perbedaan Pembunuhan Anak Sendiri, Pembunuhan Anak Biasa dan

Abortus

1. Pembunuhan Anak Biasa (Non Infanticide)

Pembunuhan anak biasa adalah pembunuhan pada anak di atas usia satu

hari yang dilakukan oleh ibu, ayah, atau orang tua tiri. Pembunuhan anak

biasa adalah pembunuhan yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri dan

tidak memenuhi syarat pembunuhan infanticide. Resnick

mengklasifikasikan pembunuhan terhadap anak berdasarkan motif dari

pembunuhan:15

 Altruism: pembunuhan anak yang dilakukan berdasarkan motif rasa

tidak tahan melihat atau membayangkan anaknya menderita. Jenis

pembunuhan ini dilakukan dengan tujuan menghilangkan penderitaan

dari anaknya, biasanya pembunuhan dengan motif ini akan disertai

dengan bunuh diri dari pelaku.

 Acute psychosis: pembunuhan anak sendiri yang dilakukan karena orang

tua tidak mengharapkan anak tersebut.

 Accidental: pembunuhan anak sendiri secara tidak sengaja.

Pembunuhan jenis ini sering berkaitan dengan penyiksaan terhadap

anak yang berujung ke kematian anak tersebut.

 Spousal revange: pembunuhan terhadap anak sendiri dengan tujuan

untuk balas dendam terhadap pasangannya atau untuk memberi

hukuman terhadap pasangannya.

2. Aborsi
21

Abortus berdasarkan definisi medis adalah ancaman atau pengeluaran

hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Anak baru

mungkin hidup di luar kandungan jika beratnya telah mencapai 500 gram

atau umur kehamilan 14 minggu. Metode pada abortus yang sering

dilakukan, yaitu:16

Metode pada abortus yang sering dilakukan, yaitu:17

a. Pada umur kehamilan sampai dengan 4 minggu.

 Kerja fisik yang berlebihan.

 Melakukan kekerasan pada daerah perut.

 Pemberian obat pencahar.

 Koitus yang berlebihan.

 Pemberian obat-obatan dan bahan kimia.

 Electric shock untuk merangsang rahim.

 Menyemprotkan cairan ke dalam vagina.

b. Pada umur kehamilan sampai dengan 8 minggu.

 Pemberian obat-obat yang merangsang otot rahim dan pencahar

agar terjadi peningkatan menstrual flow dan preparat hormonal

guna mengganggu keseimbangan hormonal.

 Penyuntikan cairan ke dalam rahim agar terjadi separasi dari

plasenta dan amnion atau menyuntikkan cairan yang mengandung

karbol (carbolic acid).

 Menyisipkan benda asing ke dalam mulut rahim, seperti kateter

atau pensil dengan maksud agar terjadi dilatasi mulut rahim yang

dapat berakhir dengan aborsi.


22

c. Pada umur kehamilan antara 12-16 minggu

 Menusuk dengan benda runcing seperti sapu lidi, paku, pensil,

sonde, batang jarak, keteter, ruji sepeda.

 Melepaskan fetus.

 Memasukkan pasta atau cairan sabun.

 Dengan instrumen seperti kuretase.

Tabel 2.6 Perbedaan Pembunuhan Pada Anak


Pembunuhan Pembunuhan
Abortus
Anak Sendiri Anak Biasa
Lahir Hidup/Mati Hidup Hidup Mati
Viabilitas Viabel Viabel Non-viabel
Belum
Tanda Perawatan Dirawat Belum Dirawat
Dirawat
Cukup Bulan Ya Ya Tidak
Tidak Harus Ibu Tidak Harus Ibu
Pelaku Ibu Kandung
Kandung Kandung

2.5 Aspek hukum pada kasus pembunuhan anak sendiri

Dalam KUHP, pembunuhan anak sendiri tercantum di dalam bab kejahatan

terhadap nyawa orang. Adapun bunyi pasalnya yaitu:14

1. Pasal 341: Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak

pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja

merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri

dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

2. Pasal 342: Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan

karena takut akan ketahuan hahwa a akan melahirkan anak, pada saat

anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anak sendiri

dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

3. Pasal 343: Bagi orang lain yang turut sera melakukan kejahatan yang
23

diterangkan dalam pasal 342 KUHP diartikan sebagai pembunuhan atau

pembunuhan berencana.

Dari undang-undang ini, maka dapat melihat tiga faktor penting yaitu:5

a. Ibu: hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan

pembunuhan anak sendiri tanpa mengira telah menikah atau tidak.

Sedangkan pada orang lain yang melakukan atau turut membunuh anak

tersebut dihukum karena pembunuhan atau pembunuhan berencana

dengan hukuman yang lebih berat yaitu penjara 15 tahun (ps.338:tanpa

rencana) atau 20 tahun, seumur hidup/hukuman mati (ps.339 dan 340:

dengan rencana).

b. Waktu: dalam undang-undang tidak disebutkan batasan waktu yang

tepat, tetapi hanya dinyatakan "pada saat dilahirkan atau tidak lama

kemudian". Sehingga boleh dianggap pada saat belum timbul rasa kasih

sayang seorang ibu terhadap anaknya.

c. Psikis: ibu membunuh anaknya karena terdorong oleh rasa takut akan

diketahui orang telah melahirkan anak itu, biasanya anak yang

dilahirkan didapatkan dari hubungan tidak sah.

4. Pasal 181: Barangsiapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau

menghilangkan mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau

kelahirannya, diancam dengan pidana penjara selama 9 bulan atau

pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

5. Pasal 305: Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh

tahun untuk ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan maksud

untuk melepaskan diri darinya, diancam dengan pidana dipenjara paling


24

lama 5 tahun 6 bulan.

6. Pasal 306: Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 itu

mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana

penjara paling lama 7 tahun 6 bulan. Jika mengakibatkan kematian, pidana

penjara paling lama 9 tahun.

7. Pasal 308: Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orang tentang

kelahiran anaknya, tidak lama sesudah melahirkan, menempatkan anaknya

untuk ditemukan atau meninggalkannya dengan maksud untuk melepaskan

diri dari padanya, maka maksimum pidana tersebut pasal 305 dan 306

dikurangi separuh.

8. Pasal 338 KUHP: Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang

lain, diancam karena pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama

lima belas tahun.

9. Pasal 339 KUHP: Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh

suatu perbuatan pidana, yang dilakukan dengan maksud untuk

mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau untuk

melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal

tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang

diperolehnya secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara

seumur hidupatau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.

10. Pasal 340 KUHP: Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana

lebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan

dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau penjara seumur

hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh lima tahun.
BAB III
ILUSTRASI KASUS
3.1 Ilustri Kasus
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA
DAERAH RIAU
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
PEKANBARU
Jl. Kartini No. 14 Pekanbaru Telp.
0761 (47691)

PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
No: VER/ /VII/KES.3/2023/RSB

Yang bertanda tangan di bawah ini Mohammad Tegar Indrayana, selaku Dokter
Spesialis Forensik dan Medikolegal pada Rumah Sakit Bhayangkara Pekanbaru,
menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepolisian Sektor Payung
Sekaki Resor Kota Pekanbaru dengan nomor surat VER/26/VII/2023/Polsek
tertanggal 21 Juli 2023, maka dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal 21
Juli 2023, sekira pukul 14.00 WIB, bertempat di Instalasi Kedokteran Forensik dan
Pemulasaran Jenazah Rumah Sakit Bhayangkara Pekanbaru telah dilakukan
pemeriksaan bedah mayat terhadap: ---------------------------------------------------------
Nama : Bayi X. ------------------------------------------------------------------------
Umur : Tidak ada. --------------------------------------------------------------------
Jenis Kelamin : Laki-laki. ----------------------------------------------------------------------
Kebangsaan : Tidak ada. --------------------------------------------------------------------
Agama : Tidak ada. --------------------------------------------------------------------
Pekerjaan : Tidak ada. --------------------------------------------------------------------
Alamat : Tidak ada. --------------------------------------------------------------------
------------------------------------ HASIL PEMERIKSAAN: ------------------------
PEMERIKSAAN LUAR MAYAT: -----------------------------------------------------

1. Label mayat: Tidak ada. -------------------------------------------------------------------


2. Pembungkus mayat: ----------------------------------------------------------------------
a. 1 buah kantung jenazah, berbahan terpal, berwarna oranye, terdapat
sablonan bertuliskan "IDENTIFIKASI POLRI" berwarna hitam dan logo
"IDENTIFIKASI" kombinasi warna biru, kuning, hitam dan putih dengan
ukuran 194 cm x 96 cm. -------------------------------------------------------------

3. Perhiasan mayat: Tidak ada. -------------------------------------------------------------


4. Pakaian mayat: Tidak ada. ----------------------------------------------------------------

25
26

5. Benda di samping mayat: Tidak ada.-------------------------------------------------


6. Kaku mayat dan lebam mayat: Tidak dapat dinilai. --------------------------------
7. Mayat adalah bayi berjenis kelamin laki-laki, berusia 36-38 minggu, warna
kulit tidak dapat dinilai, panjang kepala-tumit tidak dapat dinilai, dengan
berat 785 gram, buah zakar tidak dapat dinilai. ------------------------------------
8. Identitas khusus: Tidak ada. ----------------------------------------------------------
9. Rambut, alis mata, bulu mata, kumis dan jenggot: Tidak dapat dinilai. --------
10. Mata kanan dan kiri: Tidak dapat dinilai. --------------------------------------------
11. Hidung, telinga, mulut, lidah tidak dapat dinilai. -----------------------------------
12. Gigi geligi: Tidak dapat dinilai. --------------------------------------------------------
13. dari lubang mulut, lubang kedua hidung, lubang telinga kanan dan kiri,
kemaluan tidak keluar cairan, dan lubang pelepasan keluar feses berwarna
kuning kehijauan dari lubang mulut, lubang kedua hidung, lubang telinga
kanan dan kiri, kemaluan tidak keluar cairan, dan lubang pelepasan keluar
feses berwarna kuning kehijauan (mekonium). -------------------------------------
14. Luka-luka: Tidak ditemukan. ----------------------------------------------------------
15. Patah tulang: Tidak ada. ---------------------------------------------------------------
16. Lain-lain:----------------------------------------------------------------------------------
a. Pemeriksaan antropometri: ------------------------------------------------------
1) Berat badan: 785 gram. ------------------------------------------------------
2) Panjang badan kepala-tumit: Tidak dapat dinilai -------------------------
3) Panjang kepala-bokong: Tidak dapat dinilai. ------------------------------
4) Lingkar kepala oksipito-frontal: Tidak dapat dinilai. ----------------------
5) Diameter dada (antero-posterior): Tidak dapat dinilai. ------------------
6) Diameter perut (antero-posterior): Tidak dapat dinilai.------------------
7) Lingkar dada: Tidak dapat dinilai.-------------------------------------------
8) Lingkar perut: Tidak dapat dinilai. ------------------------------------------
b. Pemeriksaan tanda-tanda maturitas:
1) Daun telinga: Tidak dapat dinilai. -------------------------------------------
2) Puting susu: Tidak dapat dinilai. --------------------------------------------
3) Kuku jari tangan dan kaki: Belum melampaui ujung-ujung jari. --------
4) Telapak kaki kanan dan kiri: Tidak dapat dinilai. -------------------------
5) Testis (buah zakar) dan skrotum (kantong buah zakar): Tidak dapat
dinilai. ---------------------------------------------------------------------------
6) Rambut kepala: Tidak dapat dinilai. ----------------------------------------
7) Jaringan lemak bawah kulit: Tidak dapat dinilai. -------------------------
8) Processus xyphoideus (tulang taju pedang): Tidak dapat dinilai. ------
9) Alis mata : Tidak dapat dinilai. ----------------------------------------------
c. Pemeriksaan tanda-tanda perawatan:
1) Bayi tampak berlumuran darah. ---------------------------------------------
27

2) Tidak terdapat pakaian. ------------------------------------------------------


3) Tali pusar belum terpotong, masih berhubungan dengan uri
(plasenta). ----------------------------------------------------------------------
4) Tidak terdapat lemak bayi (verniks kaseosa). -----------------------------
5) Permukaan tubuh tidak terbungkus selaput ketuban. -------------------
6) Ari ari tidak ada. ---------------------------------------------------------------
d. Pemeriksaan tanda-tanda pembusukan:
1) Seluruh permukaan tubuh berwarna coklat kehijauan. ------------------
2) Kulit ari sudah mengalami pengelupasan (skin slippage). ---------------
3) Kantong buah zakar tidak dapat dinilai. -----------------------------------
4) Rongga dada dan perut tidak dapat dinilai. -------------------------------
e. Ditemukan luka post mortal ( luka yang terjadi paska kematian), dengan
deskripsi sebagai berikut. ---------------------------------------------------------
1) Pada bokong sebelah kanan, 4 cm dari garis pertengahan belakang,
5 cm di bawah taju atas belakang tulang usus, terdapat luka terbuka
dengan tepi rata, kedua sudut lancip, tidak terdapat jembatan
jaringan, dasar luka tampak jaringan lemak, bila di rapatkan
membentuk garis 5 cm. -----------------------------------------------------
2) Pada bokong kanan, 3 cm dari garis pertengahan belakang, 4 cm di
bawah taju atas belakang tulang usus, terdapat luka terbuka dengan
tepi rata, kedua sudut lancip, tidak terdapat jembatan jaringan,
dasar luka tampak jaringan lemak, bila di rapatkan membentuk garis
2 cm. ---------------------------------------------------------------------------

PEMERIKSAAN DALAM MAYAT: ------------------------------------------------

17. Jaringan lemak di bawah kulit tidak dapat dinilai . -----------------------------------


Otot-otot tidak dapat dinilai. ----------------------------------------------------------
Tulang dada: Tidak utuh. --------------------------------------------------------------
Iga-iga: Tidak utuh. --------------------------------------------------------------------
18. Jaringan ikat di bawah kulit daerah leher: Tidak dapat dinilai. -------------------
Jaringan ikat dibawah otot leher: Tidak dapat dinilai. -----------------------------
19. Selaput dinding perut: Tidak dapat dinilai. -------------------------------------------
Otot dinding perut: Tidak dapat dinilai.--------------------------------------------
Dalam rongga perut: Tidak dapat dinila.-------------------------------------------
20. Lidah: Tidak dapat dinilai.--------------------------------------------------------------
21. Jantung: Tidak dapat dinilai. - ----------------------------------------------------------
22. Paru kanan: Tidak dapat dinilai.-------------------------------------------------------
23. Paru kiri: Tidak dapat dinilai.--------------------------------------------------------- -
24. Limpa: Tidak dapat dinilai.------------------------------------------------------------
25. Hati: Tidak dapat dinilai.---------------------------------------------------------------
28

26. Kelenjar liur perut: Tidak dapat dinilai.---------------------------------------------


27. Lambung: Tidak dapat dinilai.--------------------------------------------------------
28. Kelenjar anak ginjal kanan dan kiri: Tidak dapat dinilai.-------------------------
29. Ginjal kanan dan kiri: Tidak dapat dinilai.------------------------------------------
30. Kandung kemih: Tidak dapat dinilai.------------------------------------------------
31. Tulang tengkorak: .--------------------------------------------------------------
a. Pada tulang pelipis sebelah kanan, terdapat resapan darah dengan
ukuran 0,3 cm x 0,3 cm. ----------------------------------------------------
b. Pada tulang baji (os sphenoid), terdapat resapan darah dengan ukuran
1 cm x 1 cm.------------------------------------------------------------------
32. Selaput keras otak, selaput lunak otak, otak besar, otak kecil, batang otak
dan bilik otak: Tidak dapat dinilai.-----------------------------------------------
33. Lain-lain:----------------------------------------------------------------------------
a. Tes apung paru tidak dapat dilakukan karena organ paru sudah
mengalami proses pembusukan.---------------------------------------------
b. Dilakukan penentuan usia bayi di dalam kandungan berdasarkan
panjang tulang femur dextra (paha kanan), didapatkan panjang femur
68,9 mm. Maka perkiraan usia bayi di dalam kandungan: 36-38 minggu.
c. Dilakukan pengambilan sampel tulang paha kanan untuk pemeriksaan
DNA guna kepentingan identifikasi apabila diperlukan.----------------------
d. Pada jaringan ikat pembungkus tulang wajah, terdapat resapan darah
dengan ukuran 6 cm x 1.5 cm.--------------------------------------------------

KESIMPULAN: ---------------------------------------------------------------------------------

Pada pemeriksaan mayat bayi berjenis kelamin laki-laki, berusia sekira 36-38 minggu di
dalam kandungan (cukup bulan/matur), usia di atas 24 jam, belum ada tanda-tanda
perawatan dan sudah mengalami proses pembusukan lanjut ini, terdapat resapan
darah pada jaringan ikat pembungkus tulang wajah, tulang pelipis kanan, dan tulang
baji akibat kekerasan tumpul.---------------------------------------------------------------------------
Tanda-tanda lahir hidup (sudah bernafas) dan sebab mati dapat diakibatkan oleh
kekersan tumpul daerah kepala. -----------------------------------------------------------------------
Perkiraan saat kematian 3 hingga 7 hari sebelum pemeriksaan. ----------------------------------

Demikianlah Visum et Repertum ini dibuat dengan sebenarnya, menggunakan


keilmuan yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana.- ---------------------------------------------------------------
Pekanbaru, 21 Juli 2023

Dokter Pemeriksa

dr. Mohammad Tegar Indrayana, Sp. FM


NIP. 19801112.200912.1.002
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan teknik pembuatan Visum et Repertum

PEMBAHASAN DASAR TEORI KESIMPULAN


PRO JUSTITIA PRO JUSTITIA Kata ini harus Pada visum et repertum yang
dicantumkan di kiri atas, dengan dibuat dikasus sudah sesuai
demikian visum et repertum dengan dasar teori yaitu
tidak perlu bermeterai. Maksud dicantumkan di kiri atas.
pencantuman kata "Pro justitia"
adalah sesuai dengan artinya,
yaitu dibuat secara khusus hanya
untuk kepentingan peradilan. Di
bagian atas tengah dapat
dituliskan judul surat tersebut,
yaitu : Visum et Repertum. 18

PENDAHULUAN \Yang PENDAHULUAN Pada bagian Pada bagian pendahuluan ini


bertanda tangan di bawah ini pendahuluan ini minimal sudah terdapat identitas
Mohammad Tegar Indrayana, memuat : identitas pemohon pemohon visum et repertum,
selaku Dokter Spesialis visum et repertum, tanggal dan tanggal dan pukul diterimanya
Forensik dan Medikolegal pada pukul diterimanya permohonan permohonan visum et
Rumah Sakit Bhayangkara visum et repertum, identitas repertum, identitas dokter yang
Pekanbaru, menerangkan dokter yang melakukan melakukan pemeriksaan,
bahwa atas permintaan tertulis pemeriksaan, identitas objek identitas objek yang diperiksa :
dari Kepolisian Sektor Payung yang diperiksa : nama, jenis nama, jenis kelamin, umur,
Sekaki Resor Kota Pekanbaru kelamin, umur, bangsa, alamat, bangsa, alamat, pekerjaan,
dengan nomor surat pekerjaan, kapan dilakukan kapan dilakukan pemeriksaan,
VER/26/VII/2023/Polsek pemeriksaan, dimana dilakukan dimana dilakukan
tertanggal 21 Juli 2023, maka pemeriksaan. 18 pemeriksaan.
dengan ini menerangkan
bahwa pada tanggal 21 Juli
2023, sekira pukul 14.00 WIB,
bertempat di Instalasi
Kedokteran Forensik dan
Pemulasaran Jenazah Rumah
Sakit Bhayangkara Pekanbaru
telah dilakukan pemeriksaan
bedah mayat terhadap: ---------------------------------------------------------------------------------------------
Nama : Bayi X. ----------------------------------------------------------------------------------------
Umur : Tidak ada

29
30

jenis Kelamin : Laki-laki. --------------------------------------------------------------------------------------


Kebangsaan : Tidak ada. -------------------------------------------------------------------------------------
Agama : Tidak ada. -------------------------------------------------------------------------------------
Pekerjaan : Tidak ada. -------------------------------------------------------------------------------------
Alamat : Tidak ada. ------------------------------------------------------------------------------------

PaKESIMPULAN : Pada KESIMPULAN pemeriksaan Pada kesimpulan sudah sesuai


pemeriksaan mayat bayi luar jenazah Pada pemeriksaan dengan dasar teori.
berjenis kelamin laki-laki, mayat perempuan berusia empat
puluh lima sampai lima puluh
berusia sekira 36-38 minggu di
tahun ini, ditemukan luka lecet
dalam kandungan (cukup tekan (jejas) yang melingkari
bulan/matur), usia di atas 24 leher akibat kekerasan tumpul.
jam, belum ada tanda-tanda Ditemukan bintik-bintik
perawatan dan sudah perdarahan pada selaput kelopak
mengalami proses pembusukan dan bola mata serta pada bagian
lanjut ini, terdapat resapan wajah. Tidak ditemukan
kekerasan di bagian tubuh lain.
darah pada jaringan ikat
Sebab matinya mayat tidak dapat
pembungkus tulang wajah, ditentukan karena tidak
tulang pelipis kanan, dan dilakukan pemeriksaan bedah
tulang baji akibat kekerasan mayat. Hal-hal yang penting
diperhatikan pada kesimpulan
tumpul. ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
nda-tanda lahir hidup (sudah visum et repertum adalah : a.
bernafas) dan sebab mati dapat identitas korban, biasanya cukup
dituliskan jenis kelamin dan usia
diakibatkan oleh kekersan tumpul korban. b. Jenis luka dan jenis
daerah kepala.-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
kekerasan. Untuk jenis
Perkiraan saat kematian 3 hingga 7 kekerasan, hindari penggunaan
kata “benda tumpul” atau “benda
hari sebelum pemeriksaan. ----------------------------------------------------------------------------------------
tajam”. Pengalaman penulis
Demikianlah Visum et menunjukkan bahwa
Repertum ini dibuat dengan penggunaan kekerasan benda
sebenarnya, menggunakan tajam atau kekerasan benda
keilmuan yang sebaik-baiknya, tumpul, dalam pemikiran
mengingat sumpah sesuai penegak hukum harus selalu ada
dengan Kitab Undang-Undang “benda” yang berbentuk fisik
seperti kayu, batu dan
Hukum Acara Pidana.- ---------------------------------------------------------------------------------------------
sebagainya (untuk benda
tumpul) atau pisau, silet dan
sebagainya (untuk benda tajam).
Padahal tidak selalu sebuah luka
diakibatkan oleh suatu “benda”,
contohnya memar bisa
diakibatkan oleh pukulan
tangan.. 18
31

4.2 Temuan pada pemeriksaan luar pada kasus pembunuhan


anak sendiri.
NO PEMBAHASAN DASAR TEORI KESIMPULAN
1 Label mayat: Tidak ada Periksa label mayat ada atau Pada kasus ini untuk label mayat
tidak.18 diperiksa, sudah sesuai dengan teori
dan pada kasus ini tidak ada label
mayat.
Untuk pembahasan sudah sesuai
dengan teori.
2 Pembungkus mayat: Periksa tutup atau bungkus Pada kasus ini tutup atau bungkus
a. 1 buah kantung jenazah, mayat.. 18 mayat sudah diperiksa. sudah
berbahan terpal, berwarna sesuai dengan teori. Ketika
oranye, terdapat sablonan diperiksa ditemukan :
bertuliskan "IDENTIFIKASI 1 buah kantung jenazah, berbahan
POLRI" berwarna hitam dan terpal, berwarna oranye, terdapat
logo "IDENTIFIKASI" sablonan bertuliskan
kombinasi warna biru, kuning, "IDENTIFIKASI POLRI"
hitam dan putih dengan ukuran berwarna hitam dan logo
194 cm x 96 cm. "IDENTIFIKASI" kombinasi
warna biru, kuning, hitam dan putih
dengan ukuran 194 cm x 96 cm.
Untuk pembahasan sudah sesuai
dengan teori.
3 Perhiasan mayat: Tidak ada. Periksa perhiasan mayat. 18 Pada kasus ini untuk perhiasan
mayat sudah diperiksa dan tidak
ditemukan perhiasan mayat.
Untuk pembahasan sudah sesuai
dengan teori.
4 Pakaian mayat: Tidak ada. Periksa pakaian mayat Pada kasus ini untuk pakaian mayat
(sebutkan dengan lengkap, sudah diperiksa dan tidak
jenis pakaian, warna dasar, ditemukan perhiasan mayat.
corak, adanya robekan, Untuk pembahasan sudah sesuai
32

bercak, dsb). 18 dengan teori.


5 Benda di samping mayat: Periksa benda di samping Pada kasus ini untuk benda
Tidak ada. mayat. 18 disamping mayat sudah diperiksa
dan tidak ditemukan benda
disamping mayat.
Untuk pembahasan sudah sesuai
dengan teori.
6 Kaku mayat dan lebam Periksa kaku mayat dan Pada kasus ini untuk kaku mayat
mayat: Tidak dapat dinilai. lebam mayat. 18 dan lebam mayat sudah diperiksa.
Kaku mayat dan lebam mayat:
Tidak dapat dinilai.
Untuk pembahasan sudah sesuai
dengan teori.
7 Mayat adalah bayi berjenis Periksa jenis kelamin, ras, Pada kasus ini untuk jenis kelamin,
kelamin laki-laki, berusia 36- perkiraan usia, tinggi badan, ras, perkiraan usia, tinggi badan,
38 minggu, warna kulit tidak warna kulit dan apabila laki- warna kulit dan apabila laki-laki
dapat dinilai, panjang kepala- laki periksalah apakah zakar periksalah apakah zakar disunat
tumit tidak dapat dinilai, disunat atau tidak. 18 atau tidak.
dengan berat 785 gram, buah Bayi dikelompokkan sudah Pada pemeriksaan didapatkan
zakar tidak dapat dinilai. mampu hidup diluar Mayat adalah bayi berjenis kelamin
kandungan ibu (viable) laki-laki, berusia 36-38 minggu,
apabila memenuhi warna kulit tidak dapat dinilai,
persyaratan sebagai panjang kepala-tumit tidak dapat
pembunuhan anak sendiri : dinilai, dengan berat 785 gram,
 Gestasi bayi ≥ 28 buah zakar tidak dapat dinilai.
minggu Untuk pembahasan sudah sesuai
 Berat badan bayi ≥ dengan teori.
1000 gram  Pada gestasi bayi sesuai
 Panjang badan dengan kriteria
kepala-tumit ≥ 35 pembunuhan anak sendiri
sentimeter karena berusia 36-38
 Lingkar kepala ≥ 23 minggu sedangkan pada
33

sentimeter PAS Gestasi bayi ≥ 28


 Tidak mengandung minggu
cacat bawaan yang  Berat badan bayi disini
tidak memungkinkan tidak sesuai dengan kriteria
untuk hidup terus. pembunuhan anak sendiri
karena berat badan bayi
disin 785 gram sedangkan
kriteria untuk berat badan
bayi yang termasuk kategori
PAS Berat badan bayi ≥
1000 gram. Hal ini
kemungkinan bisa
disebabkan oleh faktor
faktor pada masa
kehamilan.
 panjang kepala-tumit tidak
dapat dinilai untuk kategori
Panjang badan kepala-tumit
≥ 35 sentimeter. Pada kasus
ini tidak bisa dinilai
disebabkan oleh keadaan
bayi yang sudah membusuk.
 Pada bayi Tidak
mengandung cacat
bawaan yang tidak
memungkinkan untuk
hidup terus

8 Identitas khusus: Tidak ada. Periksa identitas khusus Pada kasus ini untuk identitas
(cacat bawaan, tattoo, khusus (cacat bawaan, tattoo,
jaringan parut). 18 jaringan parut) sudah dilakukan dan
tidak ada indentitas khusus.
34

Untuk pembahasan sudah sesuai


dengan teori.
9 Rambut, alis mata, bulu Periksa rambut, alis mata, Pada kasus ini untuk Rambut, alis
mata, kumis dan jenggot: bulu mata (wrana, tumbuhnya mata, bulu mata, kumis dan
Tidak dapat dinilai. dan panjangnya) kalau laki- jenggot: Tidak dapat dinilai.
laki periksa juga kumis dan Untuk pembahasan sudah sesuai
18
jenggot. dengan teori.
10 Mata kanan dan kiri: Tidak periksa keadaan mata kanan Pada kasus ini mata kanan dan kiri:
dapat dinilai. maupun kiri : apakah terbuka Tidak dapat dinilai.
atau tertutup, kornea (selaput Karena sudah terjadi proses
bening mata), pupil (teleng pembusukan.
mata), warna iris (tirai mata), Untuk pembahasan sudah sesuai
selaput bola mata, selaput dengan teori.
kelopak mata. 18
11 Hidung, telinga, mulut, lidah Periksa keadaan hidung, Pada kasus ini Hidung, telinga,
tidak dapat dinilai. telinga, mulut dan lidah. 18 mulut, lidah tidak dapat dinilai.
Karena sudah terjadi proses
pembusukan.
Untuk pembahasan sudah sesuai
dengan teori.
12 Gigi geligi: Tidak dapat Periksa gigi geligi. 18 Pada kasus ini Gigi geligi: Tidak
dinilai. dapat dinilai.
Karena belum tumbuh.
Untuk pembahasan sudah sesuai
dengan teori.
13 dari lubang mulut, lubang Periksa ada tidaknya cairan / Pada kasus ini dari lubang mulut,
kedua hidung, lubang telinga darah / materi yang keluar lubang kedua hidung, lubang
kanan dan kiri, kemaluan dari lubang mulut, lubang telinga kanan dan kiri, kemaluan
tidak keluar cairan, dan hidung, kedua lubang telinga, tidak keluar cairan, dan lubang
lubang pelepasan keluar lubang kemaluan dan lubang pelepasan keluar feses berwarna
feses berwarna kuning pelepasan. 18 kuning kehijauan dari lubang
kehijauan dari lubang mulut, mulut, lubang kedua hidung, lubang
35

lubang kedua hidung, lubang telinga kanan dan kiri, kemaluan


telinga kanan dan kiri, tidak keluar cairan, dan lubang
kemaluan tidak keluar pelepasan keluar feses berwarna
cairan, dan lubang pelepasan kuning kehijauan (mekonium).
keluar feses berwarna Untuk pembahasan sudah sesuai
kuning kehijauan dengan teori.
(mekonium).
14 Luka-luka: Tidak ditemukan. Periksa luka-luka. Deskripsi Pada kasus ini luka luka tidak
luka secara umum sama ditemukan.
dengan deskripsi luka pada Untuk pembahasan sudah sesuai
korban hidup. 18 dengan teori.
15 Patah tulang: Tidak ada Periksa ada tidaknya patah Pada kasus ini patah tulang tidak
tulang. 18 ada.
Untuk pembahasan sudah sesuai
dengan teori.
16 Lain-lain: Periksa kondisi lain-lain Pada kasus ini lain lain yang
a. Pemeriksaan seperti golongan darah, ditemukan :
antropometri: -- tanda-tanda pembusukan,  Berat badan bayi disini
1) Berat badan: 785 gram. perubahan warna jaringan di tidak sesuai dengan kriteria
2) Panjang badan kepala- bawah kuku. 18 pembunuhan anak sendiri
tumit: Tidak dapat dinilai karena berat badan bayi
3) Panjang kepala-bokong: disin 785 gram sedangkan
Tidak dapat dinilai. kriteria untuk berat badan
4) Lingkar kepala oksipito- bayi yang termasuk kategori
frontal: Tidak dapat dinilai. PAS Berat badan bayi ≥
5) Diameter dada (antero- 1000 gram. Hal ini
posterior): Tidak dapat dinilai. kemungkinan bisa
6) Diameter perut (antero- disebabkan oleh faktor
posterior): Tidak dapat dinilai. faktor pada masa
7) Lingkar dada: Tidak dapat kehamilan.
dinilai.  Untuk yang lainya tidak
8) Lingkar perut: Tidak dapat bisa dinilai karena sudah
36

dinilai terjadi proses pembusukan


b. Pemeriksaan tanda-tanda
maturitas: 1) Daun telinga:
Tidak dapat dinilai
2) Puting susu: Tidak dapat
dinilai.
3) Kuku jari tangan dan kaki:
Belum melampaui ujung-ujung
jari.
4) Telapak kaki kanan dan kiri:
Tidak dapat dinilai.
5) Testis (buah zakar) dan
skrotum (kantong buah zakar):
Tidak dapat dinilai.

4.3 Temuan pada pemeriksaan dalam pada kasus pembunuhan


anak sendiri.

NO PEMBAHASAN KESIMPULAN
17 Jaringan lemak di bawah kulit tidak dapat Pada bagian ini tidak bisa dinilai karena
dinilai . sudah terjadinya pembususkan.
Otot-otot tidak dapat dinilai
Tulang dada: Tidak utuh
Iga-iga: Tidak utuh.

18 Jaringan ikat di bawah kulit daerah leher: Pada bagian ini tidak bisa dinilai karena
Tidak dapat dinilai. sudah terjadinya pembususkan.
Jaringan ikat dibawah otot leher: Tidak dapat
dinilai.
19 Selaput dinding perut: Tidak dapat dinilai. Pada bagian ini tidak bisa dinilai karena
Otot dinding perut: Tidak dapat dinilai. sudah terjadinya pembususkan.
Dalam rongga perut: Tidak dapat dinilai
37

20 Lidah: Tidak dapat dinilai. Pada bagian ini tidak bisa dinilai karena
sudah terjadinya pembususkan.
21 Jantung: Tidak dapat dinilai. Pada bagian ini tidak bisa dinilai karena
sudah terjadinya pembususkan.
22 Paru kanan: Tidak dapat dinilai. Pada bagian ini tidak bisa dinilai karena
sudah terjadinya pembususkan.
23 Paru kiri: Tidak dapat dinilai Pada bagian ini tidak bisa dinilai karena
sudah terjadinya pembususkan.
24 Limpa: Tidak dapat dinilai. Pada bagian ini tidak bisa dinilai karena
sudah terjadinya pembususkan.
25 Hati: Tidak dapat dinilai. Pada bagian ini tidak bisa dinilai karena
sudah terjadinya pembususkan.
26 Kelenjar liur perut: Tidak dapat dinilai. Pada bagian ini tidak bisa dinilai karena
sudah terjadinya pembususkan.
27 Lambung: Tidak dapat dinilai. Pada bagian ini tidak bisa dinilai karena
sudah terjadinya pembususkan.
28 Kelenjar anak ginjal kanan dan kiri: Tidak Pada bagian ini tidak bisa dinilai karena
dapat dinilai. sudah terjadinya pembususkan.
29 Ginjal kanan dan kiri: Tidak dapat dinilai. Pada bagian ini tidak bisa dinilai karena
sudah terjadinya pembususkan.
30 Kandung kemih: Tidak dapat dinilai. Pada bagian ini tidak bisa dinilai karena
sudah terjadinya pembususkan.
31 Tulang tengkorak: Pada pemeriksaan terdapat resapan
a. Pada tulang pelipis sebelah kanan, terdapat darah pada jaringan ikat pembungkus
resapan darah dengan ukuran 0,3 cm x 0,3 tulang pelipis kanan, dan tulang baji
cm. akibat kekerasan tumpul
b. Pada tulang baji (os sphenoid), terdapat
resapan darah dengan ukuran 1 cm x 1 cm.
32 Selaput keras otak, selaput lunak otak, otak Selaput keras otak, selaput lunak otak, otak
besar, otak kecil, batang otak dan bilik otak: besar, otak kecil, batang otak dan bilik otak:
Tidak dapat dinilai. Tidak dapat dinilai karena sudah terjadi
proses pembusukan.
38

33. Lain-lain:
a. Tes apung paru tidak dapat dilakukan a. Tes apung paru tidak dapat dilakukan
karena organ paru sudah mengalami proses karena organ paru sudah mengalami proses
pembusukan. pembusukan.
b. Dilakukan penentuan usia bayi di dalam b. Dilakukan penentuan usia bayi di dalam
kandungan berdasarkan panjang tulang femur kandungan berdasarkan panjang tulang
dextra (paha kanan), didapatkan panjang femur dextra (paha kanan), didapatkan
femur 68,9 mm. Maka perkiraan usia bayi di panjang femur 68,9 mm. Maka perkiraan
dalam kandungan: 36-38 minggu. usia bayi di dalam kandungan: 36-38
c. Dilakukan pengambilan sampel tulang minggu.
paha kanan untuk pemeriksaan DNA guna c. Pada jaringan ikat pembungkus tulang
kepentingan identifikasi apabila diperlukan wajah, terdapat resapan darah akibat
d. Pada jaringan ikat pembungkus tulang kekerasan tumpul. Bukti adanya tanda
wajah, terdapat resapan darah dengan ukuran tanda kekerasan.
6 cm x 1.5 cm.
BAB IV

KESIMPULAN

kesimpulan bahwa Pada pemeriksaan mayat bayi berjenis kelamin laki-

laki, berusia sekira 36-38 minggu di dalam kandungan (cukup bulan/matur), usia

di atas 24 jam, belum ada tanda-tanda perawatan dan sudah mengalami proses

pembusukan lanjut ini, terdapat resapan darah pada jaringan ikat pembungkus

tulang wajah, tulang pelipis kanan, dan tulang baji akibat kekerasan tumpul.

Tanda-tanda lahir hidup (sudah bernafas) dan sebab mati dapat diakibatkan oleh

kekersan tumpul daerah kepala. Perkiraan saat kematian 3 hingga 7 hari sebelum

pemeriksaan.

Pada autopsi forensik atas mayat bayi baru lahir, perlu dijawab beberapa

pertanyaan yaitu apakah bayi baru dilahirkan dan belum dirawat, apakah bayi

sudah mampu hidup terus di luar kandungan ibu atau belum, umur bayi dalam

kandungan, prematur, matur atau post matur, sudah bernafas (lahir hidup) atau

lahir mati, bila terbukti lahir hidup dan telah dirawat, berapa jam atau hari

tersebut, adakah tandatanda kekerasan, bila terbukti lahir hidup apa sebab

kematiannya, bila terbukti lahir mati, apakah sebab matinya.

Pada contoh kasus ilustrasi kasus diatas bayi tersebut baru lahir dan belum

dirawat karena tali pusat belum terpotong dan belum diikat ini sesuai dengan

petunjuk terpenting dari keadaan belum dirawat. Bayi sudah mampu hidup di luar

kandungan ibunya pada pemeriksaan bayi lahir setelah dikandung 36-38 minngu ,

dengan berat badan 785 gram. Bayi yang cukup bulan dan matur bayi yang

39
dikandung selama 37 minggu atau lebih tetapi kurang dari 42 minggu.

Cukup bulan dapat dilihat dari ukuran antropometri yang terbaik untuk

menentukan maturitas adalah ukuran lingkar kepala, namun pada ilustrasi kasus

ini tidak dinilai karena sudah mengalami proses pembusukan lanjut. Keadaan

maturitas juga bisa dari ciriciri eksternal keadaan daun telinga, diameter tonjolan

susu, keadaan kuku jari tangan, distribusi garis-garis telapak kaki dan keadaan alat

kelamin luar.
BAB V

PENUTUP

Pembunuhan anak sendiri/PAS (infanticide) adalah pembunuhan yang

dilakukan oleh seorang ibu atas anak kandungnya pada saat lahir atau tidak lama

kemudian karena takut ketahuan telah melahirkan anak. Motif pembunuhan anak

sendiri hanya satu, yaitu takut ketahuan telah melahirkan anak. Dalam KUHP,

pembunuhan anak sendiri tercantum di dalam bab kejahatan terhadap nyawa

orang. Pasal yang mengatur mengenai pembunuhan anak sendiri, terdiri dari

pasal 341, pasal 342, dan pasal 343. Berdasarkan undang-undang, terdapat tiga

faktor penting mengenai pembunuhan anak sendiri, yaitu faktor ibu, waktu, dan

psikis.

Pemeriksaan kedokteran forensik pada kasus pembunuhan anak atau

yang diduga kasus pembunuhan anak ditujukan untuk memperoleh kejelasan

mengenai anak tersebut dilahirkan hidup atau lahir mati, adanya tanda-tanda

perawatan, luka-luka yang dapat dikaitkan dengan penyebab kematian, anak

tersebut dilahirkan cukup bulan dalam kandungan dan adanya kelainan bawaan

yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidupnya.

Pemeriksaan terhadap kasus pembunuhan anak sendiri dilakukan

terhadap pelaku/tertuduh (ibu kandung yang baru melahirkan) dan korban (bayi

yang baru dilahirkan). Pada ibu, diperiksa tanda telah melahirkan anak, berapa

lama telah melahirkan, adanya tanda-tanda partus precipitatus, pemeriksaan

golongan darah dan pemeriksaan histopatologi terhadap sisa plasenta dalam

darah yang berasal dari rahim. Sedangkan, pada korban diperiksa viabilitas,

41
42

penentuan umur, pernah atau tidak pernah bernapas, umur ekstrauterin, dan

sebab kematian. Sebab kematian dapat berupa akibat penyakit, kecelakaan, dan

tindakan kriminal. Salah satu contoh kematian akibat tindakan kriminal adalah

tindakan pembunuhan berupa pembekapan.


43

DAFTAR PUSTAKA

1. Afandi D, Hertian S, Surya Atmadja D, Riyanto Widjaja I, Riau U.


Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) Dengan Kekerasan Multipel. Maj
Kedokt Indon [Internet]. 2008 [cited 2023 Aug 23];58(9). Available
from: https://dediafandi.staff.unri.ac.id/files/2010/05/Pembunuhan-
Anak-Sendiri.pdf
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia
2018. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2018.
3. Undang-undang nomor 01 tahun 1946 tentang Peraturan hukum pidana.
4. Iwan Aflanie, Nila Nirmalasari MH. Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal. 1, editor. 2017. 214 p.
5. Dettmeyer, reinhard B, Marcel A. Verhoff, and Harald F. Schutz.
Infanticide and Neonaticide. In : Forensic Medicine. Berlin: Springer.
2014.321-35
6. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Indonesia.
2012. 57 p.
7. Budijanto A, Sudiono S, Widiatmaka W. Pembunuhan anak sendiri. Ed 1.
1988. Jakarta: Yayasan AFIAT.
8. Amanda A, Hoediyanto H, Kalajanti V. Profil kasus pembunuhan anak di
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal SUD Dr.
Soetomo.eJKI.2018;6:50-52.
9. Arora A, Yadav J, Yadav SK, Singh HR. Infanticide: A concept. J
Forensic eJKI.2018:6:50-52.
10. Pitt S, Bal: E. Neonaticide, infanticide, and filicide: a review of the
literature. Bull Am Acad Psychiatry Law. 1995;23(3): 375-386.
11. Iris AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Jakarta:
Binarupa Aksara; 1997. Hal: 256-269.
12. Padure A, Bondarev A. Infanticide, neonaticide, medico-legal examination
of nest born cadaver. 2015. Department of Forensic Medicine. State
University of Medicine and Farmacy Nicola Testemitanu.
13. Byard R. Medicolegal problems with neonaticide. In: Forense pathology
reviews. Humana Press, Totowa, NJ, 2004, p. 171-185.
44

14. Budiyanto, dkk. limo Kedokteran Forensik. Edisi pertama, cetakan kedua.
Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fokultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 1997.
15. Apuranto I, dan Hoediyanto. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal, Surabaya: Bagian Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangpa: 1997.
16. Pradono, Julianty et al. Pengguguran yang Tidak Aman di Indonesia,
SDKI 1997. Jumal Epidemiologi Indonesia. Volume 5 Bdisi 1-2001. hal.
14-19.
17. Cunningham, Gary, F. dkk. 2006, Obstetri Williams Vol. 2. Jakarta: BOC.
951-964.
18. Afandi D. Visum et Repertum Tata Laksana dan Teknik Pembuatan. Edisi
Kedua Death. Pekanbaru: Fakultas Kedokteran Universitas Riau; 2017.

Anda mungkin juga menyukai