Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
G1B119009 KHAFIVAH MAISULVI
G1B11 9019 HANI FRANSISKA PURBA
G1B11 9029 RIZKI DINI MAHARANI
G1B11 9039 NURMARDIAH
G1B11 9051 RENY HARYANI
G1B11 9053 YAYU ANGGRIANI
G1B11 9059 MUTIA SALSA BI LLA
G1B11 9061 MELIKSON KAKYARMABIN
G1B11 9065 NADIA RI FELDA
G1B11 9067 HARNIKA
G1B119069 TRI GUMAY KHAYRUPAN
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini
yang berjudul “ISOLASI SOSIAL" tepat pada Waktunya Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya
Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................................1
1.2. Rumusan masalah........................................................................................3
1.3. Tujuan.........................................................................................................3
1.4. Manfaat.......................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi Resiko Bunuh Diri.......................................................................4
2.2. Faktor Resiko Bunuh Diri.........................................................................4
2.3. Tanda Dan Gejala Resiko Bunuh Diri......................................................5
2.4. Pohon Masalah Resiko Bunuh Diri...........................................................6
2.5. Penatalaksanaan Resiko Bunuh Diri.........................................................7
2.6. Komplikasi Resiko Bunuh Diri.................................................................7
2.7. Manifestasi Klinis Resiko Bunuh Diri......................................................7
2.8. Rentan Resiko Bunuh Diri........................................................................8
2.9. Etiologi Resiko Bunuh Diri.......................................................................9
2.10. Jenis Perilaku Resiko Bunuh Diri.............................................................9
2.11. Sp Komunikaasi Resiko Bunuh Diri.......................................................10
2.12. Asuhan Keperawatan Kasus Isolasi Sosial.............................................13
1
tahun atau satu orang per jam. (BPS, 2016). Di dunia lebih dari 1000 tindakan
bunuh diri terjadi tiap hari, di Inggris ada lebih dari 3000 kematian bunuh diri tiap
tahun (Ingram, Timbury dan Mowbray, 1993). Di Amerika Serikat, dilaporkan
25.000 tindakan bunuh diri setiap tahun (Wilson dan Kneisl,1988), dan
merupakan penyebab kematian kesebelas. Rasio kejadian bunuh diri antara pria
dan wanita adalah tiga berbanding satu (Stuart dan Sundden, 1987, hlm. 487).
Pada usia remaja, bunuh diri merupakan penyebab kematian kedua (Leahey dan
Wright, 1987, hlm.79).
Selain karena faktor kecelakaan. Pada laki - laki tiga kali lebih sering
melakukan bunuh diri daripada wanita, karena laki - laki lebih sering
menggunakan alat yang lebih efektif untuk bunuh diri, antara lain dengan pistol,
menggantung diri, atau lompat dari gedung yang tinggi, sedangkan wanita lebih
sering menggunakan zat psikoaktif overdosis atau racun, namun sekarang mereka
lebih sering menggunakan pistol. Selain itu wanita lebih sering memilih cara
menyelamatkan dirinya sendiri atau diselamatkan orang lain. Ada banyak
penyebab orang sampai nekad untuk melakukan bunuh diri, bahkan ada yang
sampai lebih dari satu kali melakukan percobaan karena sebelumnya gagal.
Laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut bahwa terdapat tiga pemicu
utama bunuh diri di Indonesia. Kasus terbanyak adalah putus cinta, disusul
masalah ekonomi, dan soal pendidikan. Melihat data tersebut, berarti yang paling
mendominasi terjadinya bunuh diri adalah faktor eksternal walaupun faktor
internal juga tidak dapat dipungkiri juga mempengaruhi hal tersebut. Klien
dengan resiko bunuh diri dapat melakukan tindakan - tindakan berbahaya atau
menciderai dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang
lain, memecahkan perabot, membakar rumah, dan lain - lain.
Bunuh diri terjadi karena seseorang merasa dirinya sedang menanggung
beban permasalahan yang besar dan dianggap sudah tidak bisa diselesaikan.
Sebagai seorang perawat, peran yang dapat dilakukan adalah sebagai konselor.
Perawat dalam hal ini dapat menjadi sebuah fasilitator yang dapat digunakan
untuk sarana berkonsultasi terkait permasalahan - permasalahan yang dihadapi
seseorang dan sebagai seorang individu kita wajib mengengarahkan pikiran kita
untuk selalu berpikir positif.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut bagaimana “ Konsep Teori Resiko
Bunuh Diri dan Konsep Asuhan Keperawatan Resiko Bunuh Diri “ ?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami “ Konsep Teori Resiko Bunuh Diri dan
Konsep Asuhan Keperawatan Resiko Bunuh Diri “.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami definisi resiko bunuh diri.
b. Mahasiswa mampu memahami factor penyebab resiko bunuh diri.
c. Mahasiswa mampu memahami tanda dan gejala resiko bunuh diri.
d. Mahasiswa mampu memahami pohon masalah resiko bunuh diri.
e. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan resiko bunuh diri.
f. Mahasiswa mampu memahami komplikasi resiko bunuh diri.
g. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis resiko bunuh diri.
h. Mahasiswa mampu memahami rentang respon resiko bunuh diri.
i. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari resiko bunuh diri.
j. Mahasiswa mampu memahami jenis perilaku resiko bunuh diri.
k. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan resiko bunuh diri.
1.4 MANFAAT
1.4.1 Bagi Penulis
Penulis dapat terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber,
mengambil bagian penting, bisa memahami setiap sumber materi yang
diperoleh dan mengembangkan ke tingkat yang lebih tinggi.
KONSEP TEORI
2.1 DEFINISI BUNUH DIRI
Bunuh diri yakni suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk
mengakhiri kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya
melaksanakan hasratnya untuk mati. Stuart (2007) mengemukakan bunuh diri
adalah setiap aktifitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian.
Isaacs (2004), menyatakan bahwa bunuh diri adalah pikiran untuk menghilangkan
nyawa sendiri.
a. faktor predisposisi
Dalam teori Freud, Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa
bunuh diri merupakan hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri, yaitu
bahwa kehilangan objek berkaitan dengan agresi dan kemarahan, perasaan
negative terhadap diri sendiri dan terakhir depresi,
b. faktor presipitasi
1. Perilaku Koping
2. Mekanisme Koping
1. Keputusasaan
2. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna
3. Alam perasaan depresi
4. Agitasi dan gelisah
5. Insomnia yang menetap
6. Penurunan BB
7. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.
8. Petunjuk psikiatrik :
a. Upaya bunuh diri sebelumnya
b. Kelainan afektif
c. Alkoholisme dan penyalahgunaan obat
d. Kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja
e. Dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansia
f. Riwayat psikososial :
1) Baru berpisah, bercerai/ kehilangan
2) Hidup sendiri
3) Tidak bekerja, perbahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami
9. Faktor-faktor kepribadian
a. Implisit, agresif, rasa bermusuhan
b. Kegiatan kognitif dan negative
c. Keputusasaan
d. Harga diri rendah
e. Batasan/gangguan kepribadian antisosial
Kerja
“Apa saja dalam kehidupan H yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira
yang sedih dan rugi kalau H meninggal. Coba H ceritakan hal-hal yang baik
dalam kehidupan H. keadaan yang bagaimana yang membuat H merasa puas?
Bagus. Ternyata kehidupan H masih ada yang baik dan patut H syukuri. Coba H
sebutkan kagiatan apa yang masih dapat H lakukan selama ini. Bagaimana kalau
H mencoba melakukan kegiatan tersebut, mari kita latih.”
Terminasi
“Bagaimana perasaan H setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan
kembali apa-apa saja yang patut syukuri dalam kehidupan H? Ingat dan ucapkan
hal-hal yang baik dalam kehidupan H jika terjadi dorongan mengakhiri kehidupan
(afirmasi). Bagus H! Coba H ingat lagi hal-hal lain yang masih H miliki dan perlu
disyukuri! Nanti, jam 12 kita bahas tentang cara mengatasi masalah dengan baik,
Dimana tempatnya? Baiklah.”
“kalau ada perasaan-perasaan yang tidak terkendali segera hubungi suster
ya!”
Kerja
“coba ceritakan situasi yang membuat H ingin bunuh diri. Selain bunuh
diri, apalagi kira-kira jalan keluarnya? Ternyata banyak juga jalan keluarnya. Nah,
coba kita diskusikan keuntungan dan kerugian masing-masing cara tersebut. Mari
kita pilih cara mengatasi masalah yang paling menguntungkan! Menurut H cara
yang mana? Ya, saya setuju. H bisa coba! Mari kita buat rencana kegiatan untuk
masa depan.”
Terminasi
“Bagaimana perasaan H, setelah kita bercakap-cakap? Apa cara mengatasi
masalah yang H akan gunakan? Coba dalam satu hari ini, H menyelesaikan
masalah dengan cara yang dipilih H tadi. Besok dijam yang sama kita akan
bertemu lagi di sini untuk membahas pengalaman H menggunakan cara yang
dipilih.”
2.12. Asuhan Keperawatan RBD
1. Pengkajian
a. Kaji Keluhan utama klien
b. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
c. Konsep diri : Harga diri rendah
(Umumnya pasien mengatakan hal yang negatif tentang dirinya,
yang menunjukkan harga diri yang rendah)
d. Alam perasaan
( ) sedih
( ) putus asa
( ) ketakutan
( ) gembira berlebihan
(pasien pada umumnya merasakan kesedihan dan keputusasaan
yang sangat mendalam)
e. Interaksi selama wawancara
( ) bermusuhan
( ) Tidak kooperatif
( ) Defensi
( ) Kontak mata kurang
( ) mudah tersinggung
( ) curiga
(pasien biasanya menunjukkan kontak mata yang kurang)
f. Afek
( ) Datar
( ) Labil
( ) Tumpul
( ) Tidak sesuai
(pasien biasanya menunjukkan afek yang datar atau tumpul)
g. Mekanisme koping maladaptif
( ) minum alkohol
( ) bekerja berlebihan
( ) reaksi lambat
( ) mencederai diri
( ) menghindar
( ) lainnya
(pasien biasanya menyelesaikan masalahnya dengan cara
menghindar dan mencederai diri)
h. Masalah psikososial dan lingkungan
( ) masalah dengan dukungan keluarga
( ) masalah dengan perumahan
Jelas atauada
Sering dan konstan
dipikirkan dengan
rencana spesipik
2. Diagnose keperawatan
Jika ditemukan data bahwa pasien menunjukkan isyarat bunuh diri,
masalah keperawatan yang mungkin muncul adalah: Harga diri rendah.
Bila telah merumuskan masalah ini, maka tindakan keperawatan yang
paling utama dilakukan adalah meningkatkan harga diri pasien. Jika
ditemukan data bahwa pasien memberikan aneaman atau mencoba
bunuh diri, masalah keperawatan yang mungkin muncul : Risiko
bunuh diri. Bila telah merumuskan masalah ini, maka perawat perlu
segera melakukan tindakan keperawatan untuk melindungi pasien.
3. Perencanaan keperawatan
Rencana tindakan keperawatan pada pasien bunuh diri dan keluarga
terdiri dari 3 macam yaitu :
a. Ancaman bunuhdiri.
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh klien, berisi
keinginan untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri
kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana
tersebut. Secara aktif klien telah memikirkan rencana bunuh diri,
namun tidak disertai dengan percobaan bunuhdiri.
Walaupun dalam kondisi ini klien belum pernah mencoba bunuh
diri, pengawasan ketat harus dilaksanakan. Kesempatan sedikit saja
dapat dimanfaatkan klien untuk melaksanakan rencana bunuh
dirinya.
b. Isyarat bunuhdiri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak
langsung ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan :”Tolong
jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh!” atau “Segala
sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”
Pada kondisi ini klien mungkin sudah memiliki ide untuk
mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan
percobaan bunuh diri. Klien umumnya mengungkapkan perasaan
seperti rasa bersalah/ sedih/ marah/ putus asa/ tidak berdaya. Klien
juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah.
c. Percobaan bunuhdiri.
Percobaan bunuh diri merupakan tindakan klien mencederai atau
melukai diri untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini,
klien aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum
racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat
tinggi.
4. Tindakan keperawatan
1. Ancaman/percobaan bunuh diri dengan diagnosa keperawatan :
Risiko Bunuh Diri
a. Tindakan keperawatan untuk pasien pereobaan bunuh diri
1) Tujuan: Pasien tetap aman dan selamat
2) Tindakan: Melindungi pasien
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba
bunuh diri, maka perawat dapat melakukan tindakan
berikut :
a) Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat
dipindahkan ketempat yang aman
b) Menjauhkan semua benda yangberbahaya (misalnya
pisau, silet, gelas.tali pinggang)
c) Memeriksa apakah pasien benar-benartelah mermnum
obatnya, jika pasien mendapatkan obat
d) Dengan lembut menjelaskan padapasien bahwa
perawat akan melindungipasien sampai tidak ada
keinginan bunuh diri.
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien
percobaan bunuh diri
1) Tujuan : Keluarga berperan serta melindungi anggota
keluarga yang mengancam atau mencoba bunuh diri
2) Tindakan :
a. Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien
serta jangan pemah meninggalkan pasien sendirian
b. Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat
menjauhi barang-barang berbahaya disekitar pasien
c. Mendiskusikan dengan keluargauntuk tidak sering
melamun sendiri
d. Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien
minum obat secara teratur
2. Isyarat Bunuh Diri dengan diagnosa harga diri rendah
a. Tindakan keperawatan untuk pasien isyarat bunuh diri
1) Tujuan:
a) Pasien rnendapat perlindungan dari lingkungannya
b) Pasien dapat rnengungkapkan perasaanya
c) Pasien dapat rneningkatkan harga dirinya
d) Pasien dapat rnenggunakan cara penyelesaian rnasalah
yang baik
2) Tindakan keperawatan :
a) Mendiskusikan tentang cara rnengatasi keinginan bunuh
diri, yaitu dengan rnerninta bantuan dari keluarga atau
ternan.
b) Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
- Mernberi kesernpatan pasien rnengungkapkan
perasaannya.
- Berikan pujian bila pasien dapat rnengatakan
perasaan yang positif.
- Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
- Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya
disyukuri oleh pasien
- Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan
c) Meningkatkan kernarnpuan menyelesaikan masalah,
dengan cara:
- Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan
masalahnya
- Mendiskusikan dengan pasien efektifitas
masmgmasing cara penyelesaian masalah
- Mendiskusikan dengan pasiencara menyelesaikan
masalah yang lebih baik
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien isyarat
bunuh diri
1) Tujuan : Keluarga mampu merawat pasien dengan risiko
bunuh diri.
2) Tindakan keperawatan :
a) Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh
diri
b) Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh
diri yang pemah muncul pada pasien
c) Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya
muncul pada pasien berisiko bunuh diri.
d) Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari
perilaku bunuh diri:
e) Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan
keluarga bila pasien memperlihatkan tanda dan gejala
bunuh diri.
f) Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien,
antara lain:
g) Memberikan tempat yang aman
h) Menempatkan pasien di tempat yang mudah diawasi,
jangan biarkan pasien mengunci diri di kamamya atau
jangan meninggalkan pasien sendirian di rumah
i) Menjauhkan barang-barang yang bisa digunakan untuk
bunuh diri. Jauhkan pasien dari barang-barang yang
bisa digunakan untuk bunuh diri, seperti: tali, bahan
bakar minyaklbensin, api, pisau atau benda tajam
lainnya, zat yang berbahaya seperti obat nyamuk
atauracun serangga.
j) Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan
pengawasan apabila tanda dan gejala bunuh diri
meningkat
k) Jangan pemah melonggarkan pengawasan, walaupun
pasien tidak menunjukan tanda dan gejala untuk bunuh
diri.
l) Menganjurkan keluarga untuk melaksanakan cara
tersebut di atas.
m) Mengajarkan keluarga tentang hal-halyg dpt dilakukan
apabila pasien melakukan percobaan bunuh diri, antara
lain:
n) Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka
masyarakat untuk menghentikan upaya bunuh diri tsb.
o) Segera membawa pasien ke rumah sakit atau puskesmas
mendapatkan bantuan medis
p) Membantu keluarga mencari rujukanfasilitas kesehatan
yang tersedia bagi pasien
q) Memberikan informasi tentang nomortelepon darurat
tenaga kesehatan
r) Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien
berobat/kontrolsecara teratur untuk mengatasi masalah
bunuh dirinya
s) Menganjurkan keluarga utk membantu pasien minum
obat sesuai prinsip lima benar yaitu benar orangnya,
benar obatnya, benar dosisnya, benar cara
penggunaannya, benar waktu penggunaannya
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi pada tingkah laku bunuh diri memerlukan pemantauan
yang teliti tentang tingkah laku klien setiap hari. Perubahan dapat
segera terjadi yang memerlukan modifikasi perencanaan. Peran serta
klien pada perencanaan, evaluasi dan modifikasi rencana sangat
membantu pencapaian tujuan asuhan keperawatan. Tujuan utama
asuhan keperawatan adalah melindungi klien sampai ia dapat
melindungi diri sendiri, melalui intervensi yang aktif dan efektif
diharapkan klien dapatmengembangkan alternative pemecahan
masalah bunuh diri.
LAMPIRAN
SKENARIO KASUS 2
LO
Jawaban: Ekstasi, atau MDMA, adalah zat psikodisleptik psikoaktif (atau kata
lainnya pengganggu), sejenis zat yang mengubah aktivitas otak dan menyebabkan
perubahan persepsi dan suasana hati. Karena komposisi kimianya, bersama
dengan mescaline dan obat lain yang termasuk dalam kelompok fenilalkilamina.
(Fenni Dwi Ananda G1B119014).
Jawaban: Pelecehan seksual adalah segala tindakan seksual yang dipaksakan atau
diancam pada korban, baik itu berupa lisan, fisik, atau isyarat tertentu yang
membuat mereka merasa tersinggung, dipermalukan, bahkan terintimidasi. (Fira
Dilla Zaskia G1B119012)
Trauma adalah kondisi yang terjadi sebagai akibat dari peristiwa buruk yang
menimpa diri seseorang (Nadia Rifelda G1B119065)
3. Cara meningkatkan pikiran positif pada klien agar dia tidak merasa malu
dan berpikiran negatif tentang orang terdekatnya yaitu dengan tahap-tahap
berikut.
a. Mengidentifikasi penyebab, tanda, gejala, proses terjadinya dan akibat
rasa malu dan tidak percaya pada orang lain. Hal-hal tersebut perlu
diidentifikasi terlebih dahulu agar dapat digunakan sebagai data acuan
dalam membantu pasien meningkatkan pikiran positif dan melatih
pasien agar mau berinteraksi dan percaya pada orang lain.
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
Kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien dapat dijadikan
sarana atau bahan latihan meningkatkan pola pikir dan melatih pasien
dalam berinteraksi.
c. Mendiskusikan serangkaian kegiatan sehari-hari pasien. Kegiatan
sehari-hari pasien akan didiskusikan untuk mengetahui bagaimana
kegiatan pasien sehari-hari contohnya hanya berdiam diri dikamar atau
tidur seharian, dan sebagainya.
d. Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu
pasien kesan atau penilaian yang negatif
e. Menilai kemampuan yang dapat digunakan. Setelah mengidentifikasi
beberapa hal kemudian menilai kemampuan mana yang dapat
digunakan sebagai alat untuk melatih cara interaksi dan meningkatkan
pola pikir pasien
f. Menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan.
Setelah didapat kemampuan yang dapat digunakan, perawat dan pasien
menyepakati atau berdiskusi mengenai bentuk latihan apa yang akan
digunakan untuk melatih atau meningkatkan pola pikir pasien
g. Melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuan
h. Melakukan kegiatan yang sudah dilatih
i. Mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan (Yayu Anggriani-
G1B119053)
10. Karena efek ekstasi yang bisa langsung dirasakan adalah perubahan
suasana hati menjadi sangat bahagia dan berenergi. Dan dalam narkoba
ada zat stimulan yaitu zat yang mempunyai sifat menenangkan. Alkohol
yang Zat yang bersifat menekan susunan saraf pusat bisa menimbulkan
sedikit efek lupa terhadap masalah yang dihadapi. Itulah mengapa klien
dengan masalah emosional/banyak pikiran sering menggunakan alkohol
untuk menghilangkan rasa tidak nyamannya.(Nurmardiah G1B119039)
11. Menurut saya bisa, sebagaimana yang kita tau bahwa korbam perkosaan
kemungkinan mengalami stres pasca perkosaan. Baik stres yang langsung
terjadi dan stres jangka panjang. Tentu saja selama masa pemulihan kita
sebagai perawat juga harus memastikan bahwa korban pemerkosaan ini
mendapatkan dukungan sosial yg baik seperti dari teman, psikiater,
keluarga dan juga orang tua atau siapa saja yang dapat mendengarkan
mereka tanpa menghakimi, disini peran keluarga dan orang tua sangat
besar untuk memberikan dukungan dan juga rasa aman kepad korban
selama masa pemulihan berlangsung (Septia Dwi Mawarti G1B119050)
12. Pengaruh napza dapat menjadi faktor pencetus orang melakukan bunuh
diri. Biasanya hal ini dipicu karena faktor depresi sehingga berkeinginan
mengakhiri hidup, pengguna napza dapat membuat orang yang
memakainya menjadi tidak dapat berfikir dengan jernih dan cenderung
bertindak sesuka hatinya. Faktor lain yang mendukung hal ini menurut
kasus adalah remaja tersebut merasa membuat malu kedua orangtuanya
akibat apa yang dia lakukan (Hani Fransiska Purba)
(15th)
Etiologi
Merasa hidup tidak berharga (keputusasaan) Dihukum karena melakukan pelecehan seksual pada anak tetangga
Merasa orang lain pasti menjauhinya (kehilanganMengalami
hubungansindr
interpersonal)
om trauma perkosaan
Menggunakan narkoba ekstasi
Data objektif:
Tampak murung
Menunduk saat berbicara
Menolak berbicara dengan orang lain
Penampilan tidak rapi
Pandangan kosong
Menjawab pertanyaan singkat
Nada suara pelan
Data subjektif:
Malu dihukum
Merasa tidak berharga
Merasa orang lain menjauhinya jika keluar dari Lapas
Merasa tindakan merugikan diri sendiri
Membuat malu kedua orang tua
Bosan hidup
Ingin mengakhiri hidup
Merasa hidupnya sudah tidak berguna
Jawaban:
Berdasarkan data dari kasus, dapat disimpulkan bahwa remaja tersebut mengalami
masalah keperawatan jiwa resiko bunuh diri.
Jawaban:
A. Fase orientasi
1.1 Salam
“Selamat pagi adik, saya Ners Yayu. Saya perawat yang berdinas di area
Kecamatan Telanaipura. Kakak kesini bertujuan untuk membantu Adik dalam
meningkatkan kesehatan pada. Hari ini saya berkesempatan berkunjung kesini
didampingi Ibu Walikota. Boleh saya tau nama Adik? Adik senangnya dipanggil
siapa?
1.2 Evaluasi
“Bagaimana kabar Adik hari ini? Saya mendapat informasi dari tim LAPAS
mengenai kondisi Adik sekarang. Sekarang bagaimana perasaan Adik? Apakah
Bapak bersemangat dan gembira hari ini?”
1.3 Validasi
“Jadi adik Banu merasa malu dan tidak berguna hidup ya Dik?”
1.4 Kontrak
1.4.1 Topik dan Tujuan
“Hari ini saya akan berdiskusi dengan Adik Banu mengenai kondisi Adik saat ini
supaya perasaan Adik menjadi lebih baik dari sebelumnya.”
1.4.2 Waktu
“Waktunya selama 30 menit Dik.”
34
1.4.3 Tempat
“Adik lebih nyaman duduk seperti ini atau bagaimana Dik?”
B. FASE KERJA
2.1 Pengkajian
“Berdasarkan ungkapan adik Banu tadi bahwa adik Banu merasa malu dan tidak
berharga untuk hidup. Boleh Adik ceritakan mengapa hal itu bisa terjadi dan
merasa tidak berharga dalam hidup”?
2.2 Diagnosis
“Adik Banu sudah sangat bagus menceritakan mengenai perasaan adik saat ini
dan penyebab rasa itu muncul. Berdasarkan perasaan malu dan ingin mengakhiri
kehidupan yang adik Banu rasakan, adik Banu mengalami masalah keperawatan
jiwa resiko bunuh diri.
2.3 Tindakan keperawatan
2.3.1 Jelaskan kepada pasien bahwa hidup adalah anugerah yang wajib
dijaga dan disyukuri.
“Menurut adik Banu kehidupan itu penting atau tidak? Sejauh mana adik Banu
mensyukuri semua yang ada dalam kehidupan adik banu saat ini?”
“Jadi dik, kehidupan merupakan takdir yang sudah Tuhan rencanakan kepada kita.
Kehidupan merupakan perjalanan yang harus kita jalani dengan baik. Saya
manusia biasa begitu pula adik Banu juga manusia biasa. Oleh karena itu jika kita
berbuat kesalahan bukan berarti hidup kita tidak berguna. Kita bisa memperbaiki
hidup kita secara perlahan dan kita tidak boleh menyalahkan diri kita atas apa
yang terjadi.”
2.3.2 Jelaskan kepada pasien mengenai sisi positif yang dimiliki setiap
individu
“Kira-kira sisi positif atau kemampuan saat ini yang dimiliki adik Banu apa saja?
“Iya, bagus sekali. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan tentunya kita memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Seperti yang disebutkan adik Banu
bahwa Banu pandai menyanyi dan bermain musik. Mungkin untuk mengisi waktu
adik Banu bisa dengan cara bernyanyi atau bermain musik.
2.3.3 Dorong pasien untuk lebih menghargai diri sendiri
“Dik, setiap manusia tentunya pernah melakukan kesalahan sama seperti Adik
Banu saat ini yang sedang melakukan hukuman karena perbuatan Adik Banu.
Namun adik Banu hewab telah bertanggung jawab saat ini. Sejak sekarang dan
sampai kapanpun adik Banu adalah individu yang hebat dan berharga yang
diciptakan oleh Tuhan. Oleh karena itu ke depannnya adik Banu harus percaya
dan lebih menghargai diri sendiri. Walaupun kita telah melakukan kesalahan pasti
ada jalan bagi kita untuk menjadi lebih baik karena Tuhan Maha Pemaaf. Adik
Banu harus tetap semangat dan jangan lagi berkata bahwa hidup kamu tidak
berharga ya, Dik.”
C. FASE TERMINASI
3.1 Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Adik Banu setelah tadi kita berdiskusi?”
3.2 Evaluasi objektif
Nah kalau begitu mari kita coba ulangi ya Dik. Tolong Adik sebutkan mengapa
hidup kita berharga yang wajib dijaga dan disyukuri?”
3.3 Rencana Tindak Lanjut
“Bagus sekali jawabannya Adik, berarti Adik Banu sudah paham ya. Kalau begitu
untuk pertemuan selanjutnya kira-kira kapan Adik bisa? Jam berapa dan
tempatnya dimana Dik?
“Baik kalau begitu hari Minggu pagi kita bertemu lagi disini ya Dik”
3.4 Salam
“Terimakasih atas waktu Adik Banu telah berdiskusi dengan sangat baik dengan
saya. Semoga Adik semakin membaik yaa. Saya pamit dahulu. Permisi Dik.
STEP VI. REFERENSI
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang
dapat mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri
karena merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh
diri disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu
gagal dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi
masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan
untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi,
dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan
hubungan yang berarti, perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat
merupakan hukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan
(Stuart, 2006). Bunuh diri adalah segala perbuatan dengan tujuan untuk
membinasakan dirinya sendiri dan yang dengan sengaja dilakukan oleh
seseorang yang tahu akan akibatnya yang mungkin pada waktu yang singkat.
Menciderai diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusanterakhir dari
individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008). Bunuh
diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari individu
untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 1991 : 4). Risiko bunuh diri
dapat diartikan sebagai resiko individu untuk menyakitidiri sendiri, mencederai
diri, serta mengancam jiwa. (Nanda, 2012).
1. Faktor predisposisi
a. Diagnosis psikiatri
Tiga gangguan jiwa yang membuat klien berisiko untuk bunuh diri
yaitu gangguan alam perasaan, penyalahgunaan obat, dan
skizofrenia.
b. Sifat kepribadian
c. Lingkungan psikososial
d. Biologis
Banyak penelitian telah dilakukan untuk menemukan penjelasan
biologis yang tepat untuk perilaku bunuh diri. Beberapa peneliti
percaya bahwa ada gangguan pada level serotonin di otak, dimana
serotonin diasosiasikan dengan perilaku agresif dan kecemasan.
Penelitian lain mengatakan bahwa perilaku bunuh diri merupakan
bawaan lahir, dimana orang yang suicidal mempunyai keluarga
yang juga menunjukkan kecenderungan yang sama. Walaupun
demikian, hingga saat ini belum ada faktor biologis yang
ditemukan berhubungan secara langsung dengan perilaku bunuh
diri
e. Psikologis
Leenars (dalam Corr, Nabe, & Corr, 2003) mengidentifikasi tiga
bentuk penjelasan psikologis mengenai bunuh diri. Penjelasan yang
pertama didasarkan pada Freud yang menyatakan bahwa “suicide is
murder turned around 180 degrees”, dimana dia mengaitkan antara
bunuh diri dengan kehilangan seseorang atau objek yang
diinginkan. Secara psikologis, individu yang beresiko melakukan
bunuh diri mengidentifikasi dirinya dengan orang yang hilang
tersebut. Dia merasa marah terhadap objek kasih sayang ini dan
berharap untuk menghukum atau bahkan membunuh orang yang
hilang tersebut. Meskipun individu mengidentifikasi dirinya
dengan objek kasih sayang, perasaan marah dan harapan untuk
menghukum juga ditujukan pada diri. Oleh karena itu, perilaku
destruktif diri terjadi
f. Sosiokultural
Penjelasan yang terbaik datang dari sosiolog Durkheim yang
memandang perilaku bunuh diri sebagai hasil dari hubungan
individu dengan masyarakatnya, yang menekankan apakah individu
terintegrasi dan teratur atau tidak dengan masyarakatnya
2. Faktor presipitasi
Bunuh diri
E. POHON MASALAH RESIKO BUNUH DIRI
Bunuh diri
Depresi
Isolasi sosial
Adaptif Maladaptif
pertumbuhan langsung
yaitu:
b) Keluhan utama
1) Faktor Predisposisi
2) Aspek fisik
3) Genogram
2. Diagnosa Keperawatan
Keperawatan
1 Resiko Bunuh Tujuan: A. Klien: 1. Perkenalkan diri dengan klien
Diri Klien tidak mencederai diri. 1. Klien dapat membina 2. Tanggapi pembicaraan klien dengan
Kriteria hasil: hubungan saling sabar dan tidak menyangkal.
1. Pasien dapat menunjukan Percaya dengan 3. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
pengendalian implus komunikasi terapeutik 4. Bersifat hangat dan bersahabat.
dengan indikator 2. Klien dapat terlindung 5. Temani klien saat keinginan
sebagai berikut: dari perilaku bunuh diri mencederai diri meningkat.
a. Mengeluarkan 3. Klien dapat 6. Jauhkan klien dari benda-benda yang
perasaaan negatif mengekspresikan dapatmembahayakan (pisau, silet,
secara tepat perasaanya gunting, tali, kaca, dan lain-lain).
b. Mengidentifikasi 4. Klien dapat 7. Tempatkan klien di ruangan yang
meningkatkan hargadiri tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
perasaan atau
5. Klien dapat 8. Awasi klien secara ketat setiap saat.
perilaku yang menggunakan koping 9. Dengarkan keluhan yang dirasakan.
mengarah pada yang adaptif Bersikap empati untuk
tindakan implusif 6. Klien dapat meningkatkan ungkapan keraguan,
menggunakan dukungan ketakutan dan keputusasaan.
53
sosial 10. Beri dorongan untuk mengungkapkan
c. Mengungkapkan
7. Klien dapat
secara verbal tentang mengapa dan bagaimana harapannya.
menggunakan obat
pengendalian secara
11. Beri waktu dan kesempatan
dengan benar dan tepat
implus untuk menceritakan arti
penderitaan, kematian,dan lain-lain.
d. Menghindari B. Keluarga:
lingkungan dan 1. Keluarga berperan 12. Beri dukungan pada tindakan atau
situasi beresiko serta melindungi ucapan klien yang menunjukkan
tinggi anggota keluarga keinginan untuk hidup.
yang mengancam atau
13. Bantu untuk memahami bahwa klien
mencoba bunuhdiri
dapatmengatasi keputusasaannya.
2. Keluarga pasien
14. Kaji dan kerahkan sumber-sumber
mampu merawat
internal individu.
pasien dengan
15. Bantu mengidentifikasi sumber-sumber
resiko bunuh diri
harapan (misal: hubungan antar sesama,
keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).
61
sendiri
3. Mendorong pasien untuk
menghargai diri sebagai
individu yang berharga
SP III
1. Mengidentifikasi pola koping
yang biasa diterapkan pasien
2. Menilai pola koping yang
biasa dilakukan
3. Mengidentifikasi pola koping
pasien
K. STANDAR PELAKSAAN KOMUNIKASI PADA PASIEN RESIKO
BUNUH DIRI
SP I
SP II
SP III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan. Banyak penyebab atau alasan seseorang melakukan
resiko bunuh diri diantaranyakegagalan beradaptasi,perasaan marah dan
terisolasi, dan lainnya.
Resiko bunuh diri biasanya didahului oleh isyarat bunuh diri, ancaman
bunuh diri serta, percobaan bunuh diri. Pengkajian resiko bunuh dirimencakup
apakah orang tersebut sudah membuat rencana yang spesifik dan apakah
tersedia alatuntuk melakukan rencana bunuh diri.
3.2 Saran
63
Dengan adanya konsep resiko bunuh diri, dan kasus tutorial keperawatan
jiwa diharapkan mahasiswa keperawatan mengetahui cara mengenali dan
memberikan asuhan keperawatan dengan baik. Hendaknya perawat
melibatkan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
gangguan jiwa.
64
DAFTAR PUSTAKA