Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

KLIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI

MAKALAH

oleh:
Kelompok 4

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKes HUTAMA ABDI HUSADA
TULUNGAGUNG
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI

MAKALAH
disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Medikal
Bedah
Dosen Pengampu: Sri Agustiana, S.Kep., Ns., M. Kes., M. Kep

oleh:
Kelompok 4
Amadea Yollanda 122310101009
Ananta Efrandau 122310101015
Ajeng Dwi Retnani 112310101020

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKes HUTAMA ABDI HUSADA
TULUNGAGUNG

ii
PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul“Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Resiko Bunuh Diri” yang diajukan sebagai tugas pemicu mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah. Dalam proses pembuatan makalah ini, penulis didukung
oleh berbagai pihak sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Sri Agustiana, S.Kep., Ns., M. Kes., M. Kep selaku dosen pembimbing
2. orang tua yang senantiasa member motivasi dan doa yang tiada henti dan tak
pernah putus;
3. teman-teman angkatan 2018, yang selalu memberikan dorongan semangat dan
dukungan, sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari para
pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.

Tulunggung, 26 Juli 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ I
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... Ii
PRAKATA .......................................................................................................... Iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... Iv
BAB 1. PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................... 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3
2.1 Pengertian ............................................................................................. 3
2.2 Psikopatologi/ Psikodinamika ............................................................. 5
2.2.1 Etiologi Resiko Bunuh Diri......................................................... 5
2.2.2 Penatalaksanaan Klien Dengan Perilaku Bunuh Diri ................... 11
2.3 Contoh Kasus........................................................................................ 12
2.3.1 Pengkajian .................................................................................. 13
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................... 15
2.3.3 Intervensi Keperawatan .............................................................. 15
2.3.4 Implementasi .............................................................................. 17
2.3.5 Evaluasi...................................................................................... 17
BAB III. PENUTUP ............................................................................................. 18
4.1 Kesimpulan ........................................................................................... 18
4.2 Saran ..................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19

iv
1

BAB I. PENDAHULUAN

Latar Belakang
Bunuh diri adalah sebuah tindakan sengaja yang menyebabkan kematian diri
sendiri. Bunuh diri seringkali dilakukan akibat adanya rasa keputusasaan yang
disebabkan oleh gangguan jiwa misalnya depresi, gangguan bipolar, schizophrenia,
ketergantungan alkohol/alkoholisme atau penyalahgunaan obat.
Di dunia lebih dari 1000 tindakan bunuh diri terjadi tiap hari. Di Inggris ada
lebih dari 3000 kematian bunuh diri tiap tahun. Di Amerika Serikat dilaporkan 25.000
tindakan bunuh diri setiap tahun dan merupakan penyebab kematian kesebelas. Rasio
kejadian bunuh diri antara pria dan wanita adalah tiga berbanding satu. Pada usia
remaja, bunuh diri merupakan penyebab kematian kedua. (Susanto, 2010)
Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa
1 juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau setiap 15-34 tahun, selain karena
faktor kecelakaan. Pada laki-laki tiga kali lebih sering melakukan bunuh diri daripada
wanita, karena laki-laki lebih sering menggunakan alat yang lebih efektif untuk bunuh
diri, antara lain dengan pistol, menggantung diri, atau lompat dari gedung yang tinggi,
sedangkan wanita lebih sering menggunakan zat psikoaktif overdosis atau racun, namun
sekarang mereka lebih sering menggunakan pistol. Selain itu wanita lebih sering
memilih cara menyelamatkan dirinya sendiri atau diselamatkan orang lain.
Berdasarkan fenomena tersebut, kelompok ingin membahas lebih lanjut
mengenai peran perawat dalam menghadapi dan membantu klien dengan resiko bunuh
diri.
Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah sebagai berikut:
Tujuan umum
Mahasiswa keperawatan mampu memahami dengan baik dan menerapkan
di lapangan mengenai asuhan keperawatan klien dengan gangguan
kepribadian
Tujuan khusus:
Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai konsep dasar mengenai resiko bunuh diri
Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada klien dengan resiko bunuh
diri yang mengacu pada teori Stuart
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian

Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan
perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress
yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme
koping yang digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri
kehidupan adalah kegagalan untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress,
perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal
melakukan hubungan yang berarti, perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat
merupakan hukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan
(Stuart,2006).

Sumber: googleimage.com
Bunuh diri adalah segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya
sendiri dan yang dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akan akibatnya
yang mungkin pada waktu yang singkat. Menciderai diri adalah tindakan agresif yang
merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan
keputusanterakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain,
2008).
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari individu
untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 1991 : 4). Risiko bunuh diri dapat
diartikan sebagai resiko individu untuk menyakitidiri sendiri, mencederai diri, serta
mengancam jiwa. (Nanda, 2012)
Menurut Beck (1994) dalam Keliat (1991 hal 3) mengemukakan rentang harapan-
putus harapan merupakan rentang adaptif -maladaptif.Respon adaptif merupakan respon
yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku,
sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
budaya setempat. Prilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak di cegah
dapatmengarah kepada kematian. Rentang respon protektif diri mempunyai
peningkatandiri sebagai respon paling adaptif, sementara perilaku destruktif diri,
pencederaan diri,dan bunuh diri merupakan respon maladaptif (Wiscarz dan Sundeen,
1998). Pikiran bunuh diri biasanya muncul pada individu yang mengalami gangguan
mood, terutama depresi. Bunuh diri adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja
untuk membunuh diri sendiri (Videbeck, 2008).
Sehingga dari beberapa pendapat diatas, bunuh diri merupakan tindakan yang
sengaja dilakukan seseorang individu untuk mengakhiri hidupnya dengan berbagai cara.
Dan seseorang dengan gangguan psikologi tertentu atau sedang depresi dapat pula
beresiko melakukan bunuh diri. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang bunuh
diri, dapat dari faktor eksternal seperti lingkungan dan faktor internal seperti gangguan
psikologi dalam dirinya.
Perilaku bunuh diri terbagi menjadi tiga kategori yaitu (Stuart, 2006):
1) Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa seseorang
tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang yang ingin bunuh diri mungkin
mengungkapkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih lama
lagi atau mengomunikasikan secara non verbal.
2) Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh
individu yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.
3) Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan. Orang yang melakukan bunuh diri dan yang tidak bunuh diri akan terjadi
jika tidak ditemukan tepat pada waktunya.
Sementara itu, Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh diri,
meliputi:
1) Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh faktor
lingkungan yang penuh tekanan (stressful) sehingga mendorong seseorang untuk
bunuh diri.
2) Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan kehormatan
seseorang ketika gagal dalam melaksanakan tugasnya.
3) Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor dalam diri
seseorang seperti putus cinta atau putus harapan.
Psikodinamika
Etiologi Resiko Bunuh Diri
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri ada dua
faktor, yaitu factor predisposisi (factor risiko) dan factor presipitasi (factor pencetus).
a. Faktor predisposisi
Stuart (2006) menyebutkan bahwa faktor predisposisi yang menunjang perilaku
resiko bunuh diri meliputi:
1) Diagnosis psikiatri
Tiga gangguan jiwa yang membuat klien berisiko untuk bunuh diri yaitu
gangguan alam perasaan, penyalahgunaan obat, dan skizofrenia.
2) Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan peningkatan resiko
bunuh diri adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.
3) Lingkungan psikososial
Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian,kehilangan yang
dini, dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang
berhubungan dengan bunuh diri.
4) Biologis
Banyak penelitian telah dilakukan untuk menemukan penjelasan biologis
yang tepat untuk perilaku bunuh diri. Beberapa peneliti percaya bahwa ada
gangguan pada level serotonin di otak, dimana serotonin diasosiasikan
dengan perilaku agresif dan kecemasan. Penelitian lain mengatakan bahwa
perilaku bunuh diri merupakan bawaan lahir, dimana orang yang suicidal
mempunyai keluarga yang juga menunjukkan kecenderungan yang sama.
Walaupun demikian, hingga saat ini belum ada faktor biologis yang
ditemukan berhubungan secara langsung dengan perilaku bunuh diri
5) Psikologis
Leenars (dalam Corr, Nabe, & Corr, 2003) mengidentifikasi tiga bentuk
penjelasan psikologis mengenai bunuh diri. Penjelasan yang pertama
didasarkan pada Freud yang menyatakan bahwa “suicide is murder turned
around 180 degrees”, dimana dia mengaitkan antara bunuh diri dengan
kehilangan seseorang atau objek yang diinginkan. Secara psikologis,
individu yang beresiko melakukan bunuh diri mengidentifikasi dirinya
dengan orang yang hilang tersebut. Dia merasa marah terhadap objek kasih
sayang ini dan berharap untuk menghukum atau bahkan membunuh orang
yang hilang tersebut. Meskipun individu mengidentifikasi dirinya dengan
objek kasih sayang, perasaan marah dan harapan untuk menghukum juga
ditujukan pada diri. Oleh karena itu, perilaku destruktif diri terjadi
6) Sosiokultural
Penjelasan yang terbaik datang dari sosiolog Durkheim yang memandang
perilaku bunuh diri sebagai hasil dari hubungan individu dengan
masyarakatnya, yang menekankan apakah individu terintegrasi dan teratur
atau tidak dengan masyarakatnya
b. Faktor presipitasi
Stuart (2006) menjelaskan bahwa pencetus dapat berupa kejadian yang
memalukan, seperti masalah interpersonal, dipermalukan di depan umum,kehilangan
pekerjaan, atau ancaman pengurungan. Selain itu, mengetahui seseorang yang
mencoba atau melakukan bunuh diri atau terpengaruh media untuk bunuh diri, juga
membuat individu semakin rentan untukmelakukan perilaku bunuh diri.
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah perasaan
terisolasi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan
yang berarti, kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres, perasaan
marah/bermusuhan dan bunuh diri sebagai hukuman pada diri sendiri, serta cara utuk
mengakhiri keputusasaan.
c. Respon terhadap stres
1) Kognitif: Klien yang mengalami stress dapat mengganggu proses kognitifnya,
seperti pikiran menjadi kacau, menurunnya daya konsentrasi, pikiran berulang,
dan pikiran tidak wajar.
2) Afektif: Respon ungkapan hati klien yang sudah terlihat jelas dan nyata akibat
adanya stressor dalam dirinya, seperti: cemas, sedih dan marah.
3) Fisiologis: Respons fisiologis terhadap stres dapat diidentifikasi menjadi dua,
yaitu Local Adaptation Syndrome (LAS) yang merupakan respons lokal tubuh
terhadap stresor (misal: kita menginjak paku maka secara refleks kaki akan
diangkat) dan Genital Adaptation Symdrome (GAS) adalah reaksi menyeluruh
terhadap stresor yang ada.
4) Perilaku: Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam
kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara
sadar memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri
berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor social maupun budaya.
5) Sosial: Struktur social dan kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan
mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi social dapat
menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan
bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu
menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam kegiatan
keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
d. Kemampuan mengatasi masalah/ sumber coping
1) Kemampuan personal: kemampuan yang diharapkan pada klien dengan resiko
bunuh diri yaitu kemampuan untuk mengatasi masalahnya.
2) Dukungan sosial: adalah dukungan untuk individu yang di dapat dari keluarga,
teman, kelompok, atau orang-orang disekitar klien dan dukungan terbaik yang
diperlukan oleh klien adalah dukungan keluarga.
3) Asset material: ketersediaan materi antara lain yaitu akses pelayanan kesehatan,
dana atau finansial yang memadai, asuransi, jaminan pelayanan kesehatan dan
lain-lain.
d. Keyakinan positif: merupakan keyakinan spiritual dan gambaran positif
seseorang sehingga dapat menjadi dasar dari harapan yang dapat
mempertahankan koping adaptif walaupun dalam kondisi penuh stressor.
Keyakinan yang harus dikuatkan pada klien resiko bunuh diri adalah keyakinan
bahwa klien mampu mengatas masalahnya.
e. Mekanisme coping
Klien dengan penyakit kronis, nyeri, atau penyakit yang mengancam kehidupan
dapat melakukan perilaku destruktif-diri. Sering kali klien secara sadar memilih bunuh
diri. Menurut Stuart (2006) mengungkapkan bahwa mekanisme pertahanan ego yang
berhubungan dengan perilaku destruktif diri tidak langsung adalah penyangkalan,
rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi. Menurut Fitria (2012) mengemukakan
rentang harapan-putus harapan merupakan rentang adaptif-maladaptif.

Adaptif Maladaptif

Peningkatan Destruktif Pencederaan


Berisiko Bunuh diri
diri diri tidak diri
destruktif
langsung

Keterangan:
a. Peningkatan diri: seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahan diri secara
wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahan diri.
b. Beresiko destruktif: seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami
perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya
dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika
dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan
secara optimal.
c. Destruktif diri tidak langsung: seseorang telahmengambil sikap yang kurang tepat
terhadap situasi yangmembutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri.
d. Pencederaan Diri: seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri
akibat hilangnya harapan terhadapsituasi yang ada.
e. Bunuh diri: seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya
hilang.
Perilaku bunuh diri menunjukkan terjadinya kegagalan mekanisme koping.
Ancaman bunuh diri menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan
adgar untuk mengatasi masalah. Resiko yang mungkin terjadi pada klien yang
mengalami krisis bunuh diri adalah mencederai diri dengan tujuan mengakhiri hidup.
Perilaku yang muncul meliputi isyarat, percobaan atau ancaman verbal untuk
melakukan tindakan yang mengakibatkan kematian perlukaan atau nyeri pada diri
sendiri. Faktor Presipitasi Faktor Predisposisi

Sumber Koping <<<

Mekanisme Koping Maladaptif Ketidakefektifan Koping Individu

Respon Konsep Diri Maladaptif

Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah (HDR)

Malu, merasa bersalah

Menarik Diri
Isolasi sosial

Risiko Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi


Perilaku kekerasan

Risiko membahayakan diri: Risiko Bunuh Diri


f. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat diambil pada klien dengan resiko bunuh diri
adalah:
Resiko bunuh diri
g. Intervensi
a) Bantu klien untuk mengenal masalah yang sedang dialami
b) Bantu klien untuk menurunkan resiko perilaku destruktif (behavior management)
c) Berikan lingkungan yang aman (safety) berdasarkan tingkatan resiko
d) Bantu klien mengidentifikasi dan mendapatkan dukungan sosial
e) Membantu klien mengembangkan mekanisme koping yang positif

h. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


1. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada klien resiko bunuh diri
salah satunya adalah dengan terapi farmakologi. Menurut (videbeck, 2008), obat-
obat yang biasanya digunakan pada klien resiko bunuh diri adalah SSRI (selective
serotonine reuptake inhibitor) (fluoksetin 20 mg/hari per oral), venlafaksin (75-
225 mg/hari per oral), nefazodon (300-600 mg/hari per oral), trazodon (200-300
mg/hari per oral), dan bupropion (200-300 mg/hari per oral). Obat-obat tersebut
sering dipilih karena tidak berisiko letal akibat overdosis.
Mekanisme kerja obat tersebut akan bereaksi dengan sistem neurotransmiter
monoamin di otak khususnya norapenefrin dan serotonin. Kedua neurotransmiter
ini dilepas di seluruh otak dan membantu mengatur keinginan, kewaspadaan,
perhataian, mood, proses sensori, dan nafsu makan.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian pada klien dengan resiko bunuh diri selanjutnya
perawat dapat merumuskan diagnosa dan intervensi yang tepat bagi klien. Tujuan
dilakukannya intervensi pada klien dengan resiko bunuh diri adalah (Keliat, 2009)
1) Klien tetap aman dan selamat
2) Klien mendapat perlindungan diri dari lingkungannya
3) Klien mampu mengungkapkan perasaannya
4) Klien mampu meningkatkan harga dirinya
5) Klien mampu menggunakan cara penyelesaian yang baik
Penatalaksanaan Klien Dengan Perilaku Bunuh Diri
Menurut Stuart dan Sundeen (1997, dalam Keliat, 2009:13) mengidentifikasi
intervensi utama pada klien untuk perilaku bunuh diri yaitu :
1) Melindungi
Merupakan intervensi yang paling penting untuk mencegah klien melukai
dirinya. Intervensi yang dapat dilakukan adalah tempatkan klien di tempat yang
aman, bukan diisolasi dan perlu dilakukan pengawasan, temani klien terus-
menerus sampai klien dapat dipindahkan ke tempat yang aman dan jauhkan klien
dari semua benda yang berbahaya.
2) Meningkatkan harga diri
Klien yang ingin bunuh diri mempunyai harga diri yang rendah. Bantu klien
mengekspresikan perasaan positif dan negatif. Berikan pujian pada hal yang
positif.
3) Menguatkan koping yang konstruktif/sehat
Perawat perlu mengkaji koping yang sering dipakai klien. Berikan pujian
penguatan untuk koping yang konstruktif. Untuk koping yang destruktif perlu
dimodifikasi atau dipelajari koping baru.
4) Menggali perasaan
Perawat membantu klien mengenal perasaananya. Bersama mencari faktor
predisposisi dan presipitasi yang mempengaruhi prilaku klien.
5) Menggerakkan dukungan sosial
Untuk itu perawat mempunyai peran menggerakkan sistem sosial klien, yaitu
keluarga, teman terdekat, atau lembaga pelayanan di masyarakat agar dapat
mengontrol prilaku klien.
a. Penatalaksanaan klien dengan resiko bunuh diri yaitu:
1) Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan
meminta bantuan dari keluarga atau teman.
2) Meningkatkan harga diri klien, dengan cara:
a) Memberi kesempatan klien mengungkapkan perasaannya.
b) Berikan pujian bila klien dapat mengatakan perasaan yang positif.
c) Meyakinkan klien bahwa dirinya penting
d) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh klien
e) Merencanakan aktifitas yang dapat klien lakukan
3) Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:
a) Mendiskusikan dengan klien cara menyelesaikan masalahnya
b) Mendiskusikan dengan klien efektifitas masing-masing cara penyelesaian
masalah
c) Mendiskusikan dengan klien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik

Contoh Kasus
Tn.K berusia 30 tahun merupakan penulis terkenal yang memiliki banyak
penggemar. Kesuksesannya tidak diimbangi dengan keharmonisan keluarga yang
diidamkan setiap keluarga. Tn.K memiliki riwayat masa lalu yang bisa dikatakan suram.
Ketika dia duduk di sekolah dasar, ibunya menikah lagi dengan laki-laki kasar yang
suka memukul. Hampir setiap hari dia, kakak, dan ibunya dipukul oleh ayah tirinya
tersebut. Sampai pada akhirnya ketika Tn.K dipukul oleh ayahnya, kakaknya marah dan
mengambil pisau, dan setelah terjadi beberapa kali perdebatan, sang ayah tertusuk pisau
dan meninggal. Karena sang kakak ingin melindungi adiknya maka dia rela dipenjara,
akan tetapi ternyata hukuman yang dijatuhkan lama dan akhirnya sang kakak
menghabiskan waktu 13 tahun dipenjara. Karena kejadian itu, kakak Tn.K memiliki
dendam kepada adiknya yang pada akhirnya pada saat keluar penjara kakak Tn.K
menyerang Tn.K dengan menusuknya. Sejak kejadian itu, Tn.K mempunyai teman anak
SMA yang mengaku fansnya yang ternyata memiliki kisah yang sama dengan dirinya
yaitu sering dipukuli oleh ayahnya. Setelah teman-temannya menyelidiki, ternyata anak
SMA yang dimaksud Tn.K hanyalah teman khayalan yang dia ciptakan sendiri. Dan
karena teman khayalannya tersebut, Tn.K seringkali melukai dirinya demi
menyelamatkan anak SMA tersebut, sampai pernah kejadian dia menabrakkan mobilnya
untuk melindungi anak SMA tersebut dari bahaya. Sehingga Tn.K seringkali mengalami
bahaya sampai orang yang melihatnya Tn.K seperti bunuh diri karena sering
membahayakan dirinya sendiri. Dan Tn.K tidak mempercayai ketika teman-temannya
mengatakan bahwa anak SMA itu tidak nyata. Sehingga dia dipaksa untuk dibawa di
rumah sakit dan ternyata didiagnosis skizopfrenia.
Pengkajian
a. Faktor predisposisi
1) Diagnosis psikiatri
Tn.K dalam kasus tersebut didiagnosis skizofrenia.
2) Sifat kepribadian
Sifat kepribadian pada Tn.K yang meningkatkan resiko bunuh diri adalah
adanya teman khayalan sehingga Tn.K selalu berusaha melindunginya
dengan mengorbankan dirinya sendiri yang bisa membahyakan.
3) Lingkungan psikososial
Tn.K mulai mengalami gangguan adalah ketika dia diserang dan dicoba
dibunuh oleh kakaknya yang baru keluar penjara dimana kakaknya
mengalami dendam terhadapnya.
4) Biologis
Tidak ada keturunan dari Tn.K yang sama memiliki gangguan seperti
dirinya.
5) Psikologis
Perilaku yang ditujukan oleh Tn.K dengan selalu melindungi teman
khayalannya yang merupakan cerminana dirinya tersebut karena dia ingin
teman khayalan tersebut tidak seperti dirinya sekarang. Dia juga merasa
bersalah dengan apa yang terjadi pada kakaknya sehingga dia juga
tertekan. Tn.K akan selalu berusaha melindungi dengan cara yang
membahayakan dirinya tanpa dia sadari tersebut. Karena pada dunia Tn.K,
teman khayalan yang dia lihat itu nyata dan perlu perlindungannya.
6) Sosiokultural:
Hubungan dengan orang disekitarnya, Tn.K memiliki hubungan yang baik
dan Tn.K merupaka tokoh yang diidolakan karena karya bukunya. Akan
tetapi, hubungan Tn.K dengan kakaknya sangat tidak baik. Dan hal
tersebut salah satu yang melatarbelakangi apa yang dialaminya sekarang.
b. Faktor prepitasi
Faktor pencetus dari kasus diatas adalah adanya rasa bersalah terhadap
kakaknya, dan adanya perasaan dendam dari kakaknya yang terus ingin
menyerang Tn.K, sehingga teman khayalan Tn.K muncul sebagai cerminan
dirinya.
c. Respon terhadap stres
1) Kognitif
Kognitif klien sejak mengalami gangguan ini terganggu, yaitu
kemampuan menulisnya sangat menurun dan cenderung hanya
mengulang tulisan yang sudah pernah dia tulis sebelumnya.
2) Afektif
Tn.K seringkali merasakan cemas akan serangan dari kakaknya, dan
selain itu bayangan dari masa lalunya terus saja datang membayangi
3) Fisiologis:
Tn.K sering kali merasakan keringat dingin dan susah tidur ketika
bayangan dari masa lalunya sudah mulai ada, dan Tn.K selalu
mencemaskan teman bayangannya.
4) Perilaku
Tn.K sehari-harinya berperilaku seperti orang normal lainnya dalam
menjalani aktivitas hariannya, hanya saja orang sekeliling Tn.K sering
melihat Tn.k mengobrol sendiri seolah ada orang lain didepannya yang
diajak mengobrol. Selain itu, Tn.K sering berperilaku yang
membahayakn seperti menabrakkan mobilnya sendiri dan menjatuhkan
dirinya sendiri seperti orang yang sedang dipukuli
5) Sosial
Hubungan sosial Tn.k dengan sekitar baik, tidak mengalami gangguan
d. Kemampuan Mengatasi Masalah/ Sumber Coping
1) Kemampuan personal:
Tn.K kurang bisa mengendalikan dirinya apabila sudah menyangkut
dengan teman bayangannya, sehingga menurut orang sekitar Tn.K sering
melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya.
2) Dukungan social:
Pada awalnya, keluarga dan temannya tidak mengetahui apa yang sedang
dialami Tn.K, akan tetapi ketika mengetahui Tn.K sedang sakit keluarga
dan temannya memberikan dukungan penuh pada Tn.K agar cepat
sembuh.
3) Asset material:
Tn.K merupakan penulis terkenal, sehingga memiliki penghasilan yang
cukup untuk kehidupannya dan keluarganya
4) Keyakinan positif:
Tn.K memiliki keyakinan penuh bahwa dirinya akan sembuh dengan
keyakinan padaNya, selain itu dukungan dari keluarga dan orang sekitar
juga menjadi penyemangat tersendiri baginya.
Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri
Intervensi Keperawatan
Diagnosa NOC NIC

Resiko Bunuh 1. Pengendalian Diri 1. Membantu klien untuk mengenali


Diri Terhadap Bunuh masalah yang sedang dialami.
Diri 2. Manajemen perilaku
a. Bantu klien untuk menurunkan
resiko perilaku destruktif yang
diarahkan pada diri sendiri
dengan cara:
1) Kaji tingkatan resiko yang
dialami klien: tinggi, sedang,
rendah
2) Kaji level Long-Term Risk:
lifestyle, dukungan sosial,
tindakan yang bisa
membahayakan dirinya
b. Bantu klien untuk meningkatkan
harga diri
1) Tidak menghakimi dan
bersikap empati
2) Mengidentifikasi aspek
positif yang dimiliki
3) Berikan jadwal aktivitas
harian yang terencana untuk
klien dengan control impuls
yang rendah
4) Lakukan terapi kelompok
dan terapi kognitif serta
perilaku bila diindikasikan

3. Surveillance: safety
a. Berikan lingkungan yang aman
(safety)
1) Tempatkan klien di ruang
perawatan yang mudah
dipantau
2) Mengidentifikasi dan
mengamankan benda-benda
yang dapat membahayakan
klien
3) Berikan ruangan yang
nyaman, dan aman yaitu
dengan situai lingkungan
yang cukup cahaya dan
jendela yang tidak terbuka
lebar untuk menghindari
kemungkinan klien lari dari
ruang perawatan
4) Ketika memberikan obat oral,
dampingi klien dan pastikan
semua obat telah diminum
5) Monitor keadaan klien scara
kontinyu
6) Batasi orang dalam ruangan
Klien
4. Active Listening
a. Bantu klien untuk
mendapatkan dukungan sosial
1) Informasikan kepada
keluarga dan saudara bahwa
klien membutuhkan
dukungan sosial yang
adekuat
2) Dorong klien melakukan
aktivitas sosial
3) Jadilah pendengar yang baik
bagi klien dan bantu klien
untuk mengatasi masalah
5. Afirmasi Positif
6. Berikan reinforcement positif kepada
klien

Implementasi
Melakukan apa yang sudah direncakan di intervensi kepada klien
Evaluasi
S : Tuliskan apa yang masih dirasakan klien
a. Klien masih sering melihat teman bayangannya setiap waktu yang seolah-
olah selalu meminta bantuannya

O : Klien masih terlihat sering berbicara sendiri seolah ada lawan bicara
didepannya.
A : Tanda gejala yang masih ada atau yang sudah hilang
a. klien masih terlihat murung dan melakukan hal yang mengarah pada
mencedari diri dengan alasan melindungi temannya
b. klien masih sering mengobrolsendiri
c. klien masih menaganggap bahwa temannya itu nyata

P : Lanjutkan intervensi no 2, 4, 5, 6
BAB 3. PENUTUP

Kesimpulan
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri
kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk
mati. Prilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan dan ancaman verbal yang
akan mengakibatkan kematian, atau luka yang menyakiti diri sendiri. Terjadinya bunuh
diri dapat diakibatkan oleh depresi maupun gangguan sensori seperti halusinasi.
Penatalaksanaan dilakukan dari segi medis dan keperawatan. Penatalaksanaan medis
yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan terapi farmakologi sedangkan
penatalaksanaan keperawatan yang dilakukan berfokus pada klien dan keluarga klien.
Selain penatalaksanaan, resiko bunuh diri dapat dicegah melalui upaya pencegahan,
baik upaya pencegahan dari diri sendiri tetapi juga upaya pencegahan yang berasal dari
lingkungan klien

Saran
Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan para pembaca mengetahui
bagaimana cara mengenali dan merawat orang-orang dengan resiko bunuh diri dengan
baik. Karena dengan adanya manajemen yang baik, maka kejadian bunuh diri dapat
ditekan dan hidup masyarakat akan menjadi lebih baik pula
DAFTAR PUSTAKA

Captain. 2008. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih bahasa
oleh Yasmin Asih. Jakarta: EGC.

Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tidakan Keperawatan (LP dan SP) revisi 2012. Jakarta: Salemba
Medika.

Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta: EGC.

Keliat, Budi Anna. 2009.Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.

NANDA. (2012). Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2012-2014.


Philadelphia: NANDA International.

Stuart, G.W. & Sundeen, S.J. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Videbeck, Sheila L. 2008.Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Wilkinson, J.M., & Ahern N.R..2012. Buku Saku Diagnosis KeperawatanDiagnosa


NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC Edisi kesembilan. Jakarta: EGC

Yosep, I. 2010.Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai