Disusun Kelompok 6 :
1. Gesti Kartanti ( 201601046 )
2. Mozzaki Thoriqoh ( 201601070 )
3. Dyah Eka L ( 201601047 )
4. Esga Restyan P S ( 201601048 )
5. Dinda O ( 201601072 )
6. Ogis Yoga E ( 201601063)
Puji dan Syukur Penyusun Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Penyusun dapat menyusun makalah yang berjudul
“ Makalah Asuhan Keperawatan Dengan Klien Gangguan Resiko Bunuh Diri” tepat pada
waktunya. Dalam penyusunan makalah ini, Penyusun banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.
Karena itu, Penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat
balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Penyusun menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat Penyusun harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kami sekalian.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
kata pengantar......................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
pendahuluan.......................................................................................................................1
1.3 Tujuan.................................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................................3
tinjauan teori......................................................................................................................3
2.1 Pengertian...............................................................................................................3
2.2.1 Etiologi...............................................................................................................3
2.2.4 Patofisiologi.....................................................................................................2
2.4.1 Pengkajian........................................................................................................4
2.4.3 Perencanaan....................................................................................................6
2.4.5 Evaluasi..........................................................................................................18
BAB III..............................................................................................................................19
iii
tinjauan kasus.....................................................................................................................19
3.2.1 Pengkajian......................................................................................................19
3.2.3 Perencanaan..................................................................................................21
3.7 Pelaksanaan..........................................................................................................29
BAB IV PENUTUP..........................................................................................................57
Kesimpulan....................................................................................................................57
daftar pustaka.....................................................................................................................58
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
Tujuan Umun :
Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan resiko bunuh
diri.
Tujuan Khusus :
1. Mengetahui dan memahami tentang bunuh diri
2. Mengetahui penyebab terjadinya bunuh diri
3. Memahami motif yang mendasari klien
4. Mengetahui faktor yang dapat menyebabkan bunuh diri
5. Mengerti tentang tanda dan gejaa pada klien bunuh diri
6. Memahami susunan penatalaksanaan pada kasus tersebut
7. Dan memahami tentang asuhan keperawatan pada klien gangguan bunuh diri
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 1991 : 4).
Menurut Beck (1994) dalam Keliat (1991 hal 3) mengemukakan rentang harapan–putus
harapan merupakan rentang adaptif – maladaptif.
Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada
kematian (Gail w. Stuart, 2007). Bunuh diri adalah pikiran untuk menghilangkan nyawa
sendiri (Ann Isaacs, 2004.)
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat mengancam
kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku untuk
mengakhiri kehidupannya. [ CITATION Stu06 \l 1136 ]
Kesimpulan dari pengertian diatas bahwa bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang
merusak diri sendiri dengan mengemukakan rentang harapan-harapan putus asa, sehingga
menimbukan tindakan yang mengarah pada kematian.
2.2.1 Etiologi
Bedasarkan teori terdapat 3 penyebab terjadinya bunuh diri , sebagai berikut :
Faktor genetik memperngaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada keturunannya disamping
itu adanya penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya resiko
bunuh diri
3
Teori sosiologi
Teori Psikologi
a. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Sundeen (1997), faktor predisposisi bunuh diri antara lain :
Diagnostik > 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri,
mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan apektif,
penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
Sifat kepribadian, tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya
resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
Lingkungan psikososial, Seseorang yang baru mengalami kehilangan,
perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan
sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
Riwayat keluarga/factor genetik, Factor genetic mempengaruhi terjadinya resiko
bunuh diri pada keturunannya serta merupakan faktor resiko penting untuk
prilaku destruktif.. Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat
menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya resiko buuh diri.
4
Faktor biokimia, Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan
depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku
destrukif diri.
b. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah :
1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.
2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri
`sendiri.
4. Cara untuk mengakhiri keputusan
c. Perilaku koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan
dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar
memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berrhubungan
dengan banyak factor, baik factor social maupun budaya. Struktur social dan
kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan mendorong klien melakukan
perilaku bunuh diri. Isolasi social dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan
keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam
kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stress dan menurunkan angka
bunuh diri. Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang
melakukan tindakan bunuh diri.
d. Mekanisme koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang
berhubbungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization,
regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada
seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan koping alternative.
Selain itu terdapat pula beberapa motif terjadinya bunuh diri, Motif bunuh diri ada
banyak macamnya. Di golongkan dalam kategori sebab, misalkan :
a. Dilanda keputusasaan dan depresi
b. Cobaan hidup dan tekanan lingkungan.
5
c. Gangguan kejiwaan / tidak waras (gila).
d. Himpitan Ekonomi atau Kemiskinan (Harta / Iman / Ilmu)
e. Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan
Pada tahapan ini merupakan proses kontemplasi dari suicide, atau sebuah metode
yang digunakan tanpa melakukan aksi atau tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak
akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan. Walaupun demikian, perawat perlu
menyadari bahwa pasien pada tahap ini memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati.
2. Suicide Intent
Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan perencanaan yang
konkrit untuk melakukan bunuh diri.
7
3. Suicide Threat
Pada tahap ini klien mengekpresikan adanya keinginan dan hasrat yang dalam,
bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya.
4. Suicide Gesture
Pada tahap ini klien menunjukan perilaku destruktif yang diarahkan pada diri
sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya tetapi sudah pada percobaan
untuk melakukan bunuh diri.Tindakan yang dilakukan umumnya tidak mematikan karena
mengalami ambivalensi kematian. Individu ini masih memiliki kemampuan untuk hidup,
ingin diselamatkan, dan individu ini sedang mengalami konflik mental. Tahap ini
dinamakan “Crying For Help” .
5. Suicide Attempt
Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyaiindikasi individu ingin
mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum obat yang mematikan, namun masih
ada yang mengalami ambivalensi.
6. Suicide
Tindakan bunuh diri ini sebelumnya telah didahului oleh beberapa percobaan
bunuh diri sebelumnya. 30 % orang berhasil melakukan bunuh diri adalah orang yang
pernah melakukan percobaan bunuh diri sebelumnya.Suicide ini merupakan pilihan
terakhir utnuk mengatasi kesedihan yang mendalam.
1
2.2.4 Patofisiologi
Ide bunuh
diri
Pertimbangan untuk
melakukan bunuh diri
Ancaman bunuh diri
Kurangnya respon
Ambifal
positif atau putus
en
asa
Upaya bunuh diri
atau pencederaan
diri
Bunuh
2.3 Tanda Dan Gejala diri
1. Mempunyai ide untuk bunuh diri
2. Mengungkapkan keiinginan untuk mati
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusan
4. Impulsif
5. Menunjukan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh)
6. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tenteng obat dosis
kematian)
7. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah, dan mengasing
kan diri)
3
2.4 Konsep asuhan keperawatan secara teori
2.4.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan utama dari proses keperawatan, pengkajian
merefleksikan isi, proses dan informasi yang berhubungan dengan kondisi bilogis,
psikologis, sosial dan spiritual klien yang terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan masalah pasien ( Keliat, 2006 ).
Untuk menyaring data di perlukan format pengkajian yang didalamnya berisi:
a. Identitas Klien
Meliputi Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, dan dari penanggung jawab.
b. Keluhan Utama Dan Alasan Masuk
Keluhan utama atau alasan masuk ditanyakan pada keluarga/ klien, apa yang
menyebabkan klien dan keluarga datang ke rumah sakit.
c. Faktor Predisposisi
Faktor yang menjadi penyebab utama klien mengalami gangguan jiwa. Juga
berisi tentang riwayat pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya, riwayat
pengobatan, trauma dan ketegangan peran.
d. Aspek Fisik
Mengukur dan mengobservasi TTV, ukur TB dan BB, aktivitas sehari-hari,
pola tidur, pola istirahat, rekreasi dan kaji fungsi organ tubuh bila ada keluhan.
e. Aspek Psikososial
Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi.
Konsep diri :
- Citra tubuh : Persepsi klien terhadap tubuhnya.
- Identitas diri : Status dan posisi klien sebelum dirawat
- Peran diri : Tugas yang diemban dalam keluarga
- Ideal diri : Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas dll.
- Harga diri : Hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan
penghargaan orang lain terhadap dirinya.
4
Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok
yang diikuti dalam masyarakat
Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
f. Status Mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas
motorik klien, alam perasaan klien (sedih,takut,khawatir, interaksi selama
wawancara, persepsi klien, proses fikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentrasi, kemampuan penilaian dan daya tilik diri).
g. Kebutuhan Persiapan Pulang
Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat
makan
Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
membersihkan dan merapikan pakaian
Mandi klien dan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien
Istirahat dan tidur klien, aktivitas didalam dan diluar rumah
Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat.
h. Mekanisme Koping
Kemampuan klien dalam menyelesaikan masalah dengan bantuan perawat
atau keluarga. Mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku merusak diri
tak langsung adalah denial, rasionalisasi, intelektualisasi dan regresi. Seseorang
yang melakukan tindakan bunuh diri adalah individu telah gagal menggunakan
mekanisme pertahanan diri sehingga bunuh diri sebagai jalan keluar menyelesaikan
masalah hidupnya
i. Masalah Psikososial Dan Lingkungan
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.
j. Pengetahuan
Didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang
dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
k. Aspek Medik
5
Terapi yang diterima klien bisa berupa terapi obat-obatan, terapi
psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi lingkungan.
2.4.3 Perencanaan
NCP ( RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN )
Diagnosis Perencanaan
No Intervensi
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
1. Risiko Tinggi Klien tidak 1. Klien mau 1.1 Beri salam / panggil
Bunuh Diri melakukan membalas nama
bunuh diri salam a. sebutkan nama
TUK 1 2. Klien mau perawat
Klien dapat menjabat tangan b. Jelaskan maksud
membina 3. Klien mau hubungan interaksi
hubungan saling menyebutkan c. Jelaskan akan
percaya nama kontrak yang akan
4. Klien mau dibuat
tersenyum d. Beri rasa aman dan
5. Klien mau sikap empati
mengetahui e. Lakukan kontak
nama perawat singkat tapi sering
.
6
untuk bunuh diri
b. Tempatkan klien
diruangan yang
nyaman dan mudah
terlihat oleh perawat
2.2 Awasi klien secara
ketat setiap saat
2.3 Mengajarkan cara
mengendalikan
dorongan bunuh
diri
7
mendemonstrasi mudah dilakukan
kan cara fisik Untuk mencegah
untuk mencegah perilaku bunuh diri
perilaku bunuh yaitu: tarik nafas
diri. dalam
4.3 Klien 4.4 Diskusikan cara
mempunyai melakukan nafas
jadwal untuk dalam dengan klien.
melatih cara
pencegahan 4.5 Beri contoh klien
fisik yang telah tentang cara menarik
dipelajari nafas dalam.
sebelumnya. 4.6Minta klien
mengikuti contoh
4.4 Klien yang diberikan
mengevaluasi sebanyak 5 kali.
kemampuan 4.7Beri pujian positif
dalam atas kemampuan
melakukan cara klien
fisik sesuai mendemonstrasikan
jadwal yang cara nafas menarik
telah disusun. dalam.
4.8Tanyakan perasaan
klien setelah selesai
bercakap-cakap.
4.9 Anjurkan klien
menggunakan cara
yang telah dipelajari
saat bunuh diri itu
muncul.
4.1.1 Lakukan hal yang
sama dengan 6.2.1
sampai 6.2.6 untuk cara
fisik lain dipertemuan
yang lain.
4.1.2Diskusikan dengan
klien mengenai
frekuensi latihan
yang akan
dilakukan sendiri
oleh klien.
4.1.1 Susun jadwal
kegiatan untuk
melatih cara yang
telah dipelajari.
4.1.2 Klien
mengevaluasi
8
pelaksanaan
latihan, cara
pencegahan
perilaku bunuh
diri yang telah
dilakukan dengan
mengisi jadwal
kegiatan harian
( self- evaluation).
validasi
kemampuan klien
dalam
melaksanakan
latihan.
9
dengan jadwal tidak dikabulkan”
yang telah 5.4 Minta klien
disusun mengulangi sendiri
5.5 Beri pujian atas
keberhasilan pasien
5.6 Diskusikan dengan
klien tentang waktu
dan kondisi cara
bicara yang dapat
dilatih di ruangan,
misalnya:
Mmeminta obat,
baju dlll, menolak
ajakan merokok,
tidur tidak tepat
pada waktunya,
menceritakan
kekesalan pada
perawat.
5.7 Susun jadwal
kegiatan untuk
melatih cara yang
telah dipelajari
5.8 Klien mengevaluasi
pelaksanaan latihan
cara bicara yang
baik dengan mengisi
jadwal kegiatan
5.9 Validasi
kemampuan klien
dalam melaksanakan
latihan
5.1.1 Beri pujian atas
keberhasilan klien,
tanyakan kepada
klien, “Bagaimana
perasaan klien
setelah latihan
bicara yang baik?
apakah keinginan
bunuh diri
berkurang?”
10
minum obat minum obat warna, besarnya):
untuk mencegah serta manfaat Waktu minum obat (
bunuh diri dari obat itu jika 3 kali: pkl.
(Prinsip 5 07.00, 13.00, 19.00)
benar: benar cara minum obat.
orang, obat, 6.2 Dengan klien
dosis, waktu, tentang manfaat
dan cara minum obat secara
pemberian). teratur:
6.2 Klien a. Beda perasaan
mendemonstra sebelum minum
sikan obat dan sesudah
kepatuhan minum obat.
minum obat b. Jelaskan bahwa
sesuai jadwal dosis obat hanya
yang boleh diubah oleh
ditetapkan dokter.
6.3 Klien c. Jelaskan mengenai
mengevaluasi akibat minum obat
kemampuan yang tidak teratur,
dalam misalnya penyakit
mematuhi kambuh.
minum obat.
6.3 Diskusikan tentang
proses minum obat:
a. Klien meminta
obat kepada
perawat(jika di
rumah sakit),
kepada
keluarga(jika di
rumah).
b. Klien memeriksa
obat sesuai dosis.
c. Klien minum obat
padawaktu yang
tepat
6.4 Klien mengevaluasi
pelaksanaan minum
obat dengan mengisi
jadwal kegiatan
harian (self-
evaluation)
6.5 Validasi
pelaksanaan minum
obat
11
6.6 Beri pujian atas
keberhasilan klien.
6.7 Tanyankan kepada
klien : “
bagaimanaperasaan
anda dengan minum
obat secara teratur?
apakah keinginan
untuk bunuh diri
brkurang?
TUK 7 7.1 Klien 7.1 Anjurkan klien
Klien dapat mengikuti tak: untuk ikut tak:
mengikuti tak stimulasi stimulasi persepsi
stimulasi persepsi pencegahan bunuh
persepsi pencegahan diri.
pencegahan bunuh diri. 7.2 Klien mengikuti
bunuh diri. 7.2 Klien tak:stimulasi
mengikuti tak: persepsi pencegahan
stimulasi bunuh diri( kegiatan
persepsi mandiri).
pencegahan 7.3 Diskusikan dengan
bunuh diri. klien tentang
7.3 Klien kegiatan selama tak.
mempunyai 7.4 Fasilitasi klien untuk
jadwal. klien mempraktikkan
melakukan hasil kegiatan tak
evaluasi dan beri pujian atas
terhadap keberhasilannya.
pelaksanaan 7.5 Diskusikan dengan
tak. klien tentang jadwal
tak
7.6 Masukkan jadwal
tak ke dalam jadwal
kegiatan harian.
7.7 Beri pujian atas
kemampuan
mengikuti tak
7.8 Tanyakan kepada
klien: “ bagaiman
perasaan anda
setelah ikut tak?
13
Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri
b) Sp 2 pasien
a. Mengidentifikasi asspek positif pasien
b. Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri sendiri
c. Mendorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu yang berharga
c) Sp 3 pasien
a. Mengidentifikasi pola koping yang bisa diterapkan pasien
b. Menilai pola koping yang biasa dilakukan
c. Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif
d. Mendorong pasien memilih pola koping yang konstruktif
e. Menganjurkan pasien menerapkan pola koping yang konstruktif dalam
kegiatan harian
d) Sp 4 pasien
a. Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien
b. Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis
c. Member dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa
depan yang realistis
e) Sp 1 keluarga
a. Mendiskusikan masalh yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala resiko bunuh diri, dan jenis perilaku
bunuh diri yang dialami pasien beserta proses terjadinya
c. Menjelaskan cara-cara merrawat pasien resiko bunuh diri
f) Sp 2 keluarga
a. Melatih keluarga mempraktikkan cara meraat pasien dengan resiko bunuh diri
b. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien resiko
bunuh diri
g) Sp 3 keluarga
a. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat
b. Menjelaskan follow up pasien
2.4.5 Evaluasi
14
1. Bagi klien yang memberikan ancaman atau melakukan percobaan bunuh diri ,
keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan keadaan klien yang tetap
selamat dan aman
2. Bagi keluaga dengan angota keluarga yang memberikan ancaman atau melakukan
percobaan bunuh diri ditandai dengan kemampuan keluarga untuk melindungi
anggota keluarganya
3. Bagi klien yang memberikan isyarat bunuh diri keberhasilan asuhan keperawatan
ditandai dengan klien mampu mengungkapkanya perasaan
3
15
BAB III
TINJAUAN KASUS
16
1. Karena di PHK, kondisi perekonomian Tn.B memburuk dan Tn.B tidak bisa
menafkahi istrinya sehingga Tn.B merasa tertekan dan putus asa akan keadaan.
2. Klien tidak pernah mengalami ganguan jiwa sebelumnya
3. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
IV. Pemeriksaan fisik
TTV: dalam kasus di atas tidak di ketahui tanda-tanda vitalnya
Ukuran: dalam kasus di atas tidak di ketahui berat badan dan tinggi badan klien
V. Psikososial
1. Genogram
a. Gambaran genogram keluarga klien dengan 3 generasi: dalam keluarga
klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa
b. Klien tinggal dengan istrinya. Tetapi saat klien terkena PHK, istri klien
meminta cerai
2. Konsep diri
a. Gambaran diri : klien merasa tidak ada yang ia sukai lagi dari dirinya,
merasa dirinya sudah tidak berguna
b. Identitas diri : klien sudah menikah dan mempunyai istri
c. Peran : klien merupakan kepala rumah tangga
d. Ideal diri : setelah keluar dari RS klien bingung akan bekerja
dimana dan bagaimana membangun keluarganya lagi seperti dulu
e. Harga diri : sebelum di PHK klien orang yang ramah ,humoris dan
suka berinteraksi dengan orang lain. Dan sekarang klien menjadi orang
pendiam, pemurung, dan jarang berinteraksi.
VI. Status mental
1. Aktifitasmotorik
Saatdibawake RS
Pasienmasihdalamkeadaantaksadarkandiridansaatsadarpasiendalamkeadaa
nlemahdanlesu
2. Afek dan emosi
Afek : tumpul
Alam perasaan (emosi) : kesepian, putus asa
17
Interaksiselamawawwancara
Pohon masalah
18
3.2.3 Perencanaan
Diagnosis Perencanaan
No Intervensi
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
1. Risiko Tinggi Klien tidak 1. Klien 1.1 Beri salam /
Bunuh Diri melakukanbunu maumembalas panggilnama
hdiri salam a. Sebutkan nama
TUK 1 2. Klien mau perawat
Klien dapat menjabat tangan b. Jelaskan maksud
membina 3. Klien mau hubungan interaksi
hubungan saling menyebutkan c. Jelaskanakan
percaya nama kontrak yang
4. Klien mau akandibuat
tersenyum d. Beri rasa aman dan
5. Klien mau sikapempati
mengetahui nama e. Lakukan kontak
perawat singkat tapi sering
.
19
3. Klien dapat berbincang –
membuat bincang mengenai
rencana masa perasaannya
depan yang namun jangan
realistis memaksa
3.2 Identifikasiaspek
positif yang
dimilikiklien
3.3 Bantu
mengidentifikasisu
mber-
sumberharapan,
(misal :
hubunganantarsesa
ma, keyakinan,
hal-
haluntukdiselesaik
an).
2.2 Bantu klien
merencanakan
masa depan yang
realistis
TUK 4 1. Klien 4.1 Ajarkanpasienmen
Klien dapat dapat gidentifikasipengal
menggunakan menggunakan aman-pengalaman
koping yang koping yang yang
adaptif adaptif menyenangkan
2. Klien 4.2 Bantu untuk
mempunyai mengenali hal-hal
pandangan dan yang ia cintai dan
keyakinan sayangi dan
positif pentingnya
kehidupan orang
lain
4.3Beri dorongan
untuk berbagi
keprihatinan pada
orang lain
TUK 5 1. 5.1 Observasi dan
Klien dapat menggunakan manfaatkan
menggunakan dukungan social sumber-sumber
dukungan sosial dari keluarga eksternal individu
ataupun teman- 5.2 observasi system
temannya pendukung
2. keyakinan yang
20
otivasi yang dimilikiklilen
positifdandapat 5.3
menerapkannya lakukanrujukansesuaii
ndikasi (permuka
agama)
Dalam kasus di atas Tn.B merasa frustasi, tertekan dan putus asa karena setelah
Tn.B mengalami pemecatan (PHK) di kantornya, keadaan pereekonomian Tn.B
memburuk sehingga istrinya tidak menghargainya lagi bahkan meminta cerai pada
Tn.B karena dirasa sudah tidak bisa menafkahinya
21
3.4 Terapi Modalitas pada Resiko Bunuh Diri
1. Terapi individu
Terapi ini digunakan karena menumbuhkan rasa kepercayaan antara perawat dan
pasien,mendorong klien untuk mengeksplorasi semua masalah yang ada pada dirinya dan
bagaimana cara klien untuk menyelesaikan masalahnya sehingga perawat lebih mudah
membantu klien menyelesaikan masalahnya.
2. Terapi keluarga
Terapi ini digunakan karena peran keluarga klien dalam mengatasi masalah klien
sangat berpengaruh,karena dukungan keluarga bisa dijadikan sumber kekuatan bagi klien
untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.karena keluarga merupakan tempat
dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan lingkungannya.
3. Terapi kelompok
Terapi kelompok digunakan karena untuk melibatkan klien dengan orang lain dan
meningkatkan hubungan interpersonal klien sehingga klien dapat meningkatkan ketrampilan
hubungan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Terapi Kognitif
Terapi ini digunakan karena membantu klien agar dapat menjadi lebih
sehat,memperoleh pengalaman yang memuaskan,dan dapat memenuhi gaya hidup
tertentu,dengan cara memodifikasi pola pikir dan perilaku tertentu (menstimulasi persepsi
klien).
5. Terapi Spiritual
Terapi ini digunakan karena pasien dapat lebih memaknai arti dari tujuan hidupnya
dengan cara mendekatkan dirinya kepada tuhan.Misalnya pasien dibantu untuk meditasi agar
selalu berfikir positif dan menerima keadaan hidupnya.
6. Terapi Biologis
Terapi ini digunakan karena pasien sudah mengalami depresi dan sudah melakukan
percobaan bunuh diri sehingga harus diberikan anti depresan.
7. Terapi Bermain
Karena dengan terapi bermain menimbulkan kesenangan untuk diri klien dan klien
dapat menyelesaikan konflik yang dialaminya.
8. Terapi Perilaku
22
Terapi ini digunakan karena dapat merubah prilaku klien yang tadinya maladaptif
menjadi adaptif
9. Terapi Lingkungan
Karena dengan menata lingkungan rumah sakit/bangsal yang bersih dan nyaman akan
menciptakan rasa aman dan nyaman dan juga senang bagi pasien. Sehingga pasien tidak
merasa takut dengan lingkungannya.
TAK yang cocok pada klien RBD yaitu stimulasi presepsi pencegahan bunuh diri.Karena klien
RBD mengalami kemunduran orientasi,Harga diri rendah, dan memiliki perilaku
maladaptif.Maka dari itu diperlukan stimulus persepsi upaya memotivasi proses berpikir dan
mengurangi perilaku maladaptif.
a. Topik
Pencegahan bunuh diri
Sesi 1 : melindungi pasien dari bunuh diri untuk mencapai TUK 2
b. Tujuan
1. Tujuan umum :
Peserta TAK mampu meningkatkan hubungan interpersonal anggota kelompok ,
berkomunikasi, mampu berinteraksi maupun merespon terhadap stimulasi yang
diberikan.
2. Tujuan khusus
Sesi 1 :
a. Klien dapat mengendalikan saat ada keinginan atau dorongan untuk bunuh diri
b. Klien dapat mengekspresikan perasaan
23
Sesi 2
Peran perawat dalam pemberian obat di butuhkan karena dalam kasus pasien sudah
mengalami depresi yang di akibatkan oleh koping individu yang tidak efektif,
sehingga membuat pasien mengalami penurunan harga diri dan membuatnya
melakukan percobaan bunuh diri. Sehingga disini perawat perlu memberikan obat anti
depressan kepada pasien
Terapi ini dibutuhkan pada kasus diatas karena meningkatkan kemandirian pasien
pada area aktivitas yang di inginkan pasien atau di butuhkan pasien dalam kehidupan
sehari-hari melalui kerja sama dangan kelompok sehingga pasien dapat dengan
mandiri mengembangkan kemampuan yang ada pada pasien dalam hal produktivitas,
perawatan diri maupun penggunaan waktu luang yang positif.
24
Peran dan fungsi perawat pada terapi Rehabilitasi
Terapi ini di butuhkan agar gangguan depresi dapat di obati dan di pulihkan melalui
konseling atau psikoterapi dan memerlukan tambahan terapi fisik maupun kombinasi
keduannya, karena ada beberapa faktor yang saling berinteraksi untuk timbulnya
gangguan depresif, penatalaksanaan yang komprehensif sangat di perluan, jenis terapi
bergantung dari diagnosis, berat penyakit, umur penderita dan respon terhadap terapi
sebelumnya.
25
2.7 Pelaksanaan
LAPORAN PENDAHULUAN
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
a. Klien mengungkapkan perasaan bersalah/sedih/marah/putus asa/tidak berdaya.
klien juga sering mengungkapkan hal-hal negativ tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah.
b. Memiliki ide untuk bunuh diri/ mengakhiri kehidupannya. dan sudah pernah
melakukan percobaan bunuh diri.
c. Berbicara tentang kematian dan menanyakan tentang obat/ dosis yang mematikan,
serta mengungkapkan keinginan untuk mati.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko bunuh diri
3. Tujuan khusus
TUK 1 :Klien dapat membina hubungan saling percaya
TUK 2 ;Klien dapat terlindung dari resiko bunuh diri
4. Tindakan Keperawatan:sp 1 pasien
a. Membina hubungan saling percaya dengan klien
b. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien
c. Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien
d. melakukan kontrak treatment
29
e. mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
f. Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri
g. Masuk jadwal kegiatan pasien.
2. FASE KERJA
30
“Apakah Bapak tahu, apa akibat bagi diri Bapak dan keluarga Bapak jika
Bapak meninggal dengan cara yang Bapak lakukan?”
“Jika bapak merasa memiliki hasrat ingin bunuh diri bapak bisa
mengalihkan kepada benda benda seperti bantal, guling, ya pak.. atau bisa juga
berteriak memanggil perawat yang ada!”
3. FASE TERMINASI
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan Bapak B setelah kita bercakap-cakap?Apakah Bapak
merasa ada manfaatnya dari perbincangan kita saat ini?Apakah keinginan bunuh diri
itu masih ada?”
b. Evaluasi Obyektif
“Bapak masih ingat cara mengatsi keinginan bunuh diri?Coba Bapak sebutkan
cara agar keinginan bunuh diri itu tidak muncul lagi!”
c. Rencana tindak lanjut
“Saya harap, bila nanti keinginan bunuh diri itu muncul lagi, Bapak bisa mempraktikkan
cara-cara yang telah kita pelajari tadi.”
d. Kontrak yang akan datang
d. Topik: “Baiklah….Sementara itu dulu yang kita bicarakan hari ini.
Bagaimana kalau nanti kita bercakap-cakap tentang menghargai diri sebagai
individu yang berharga
31
e. Tempat: “Dimana tempatnya nanti kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau
disini saja?”
f. Waktu: “Mau jam berapa pak kita ngobrol-ngobrol lagi? Bagaimana kalau
jam 17.00 sore nanti”?
32
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN
DENGAN RESIKO BUNUH DIRI
PERTEMUAN KE 2
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Klien masih nampak bingung, diam, kontak mata kurang, mau menatap lawan
bicara walau sering menunduk, berkomunikasi kurang kooperatif dengan
perawat, pembicaraan kadang terarah
b. Memiliki ide untuk bunuh diri/ mengakhiri kehidupannya. dan sudah pernah
melakukan percobaan bunuh diri.
c. Kadang mengungkapkan keinginan untuk mati.
2. Diagnosa
Resiko Bunuh Diri
3. Tujuan khusus
TUK 3 :Klien Dapat meningkatkan harga diri
TUK 3 :Klien dapat mengekspresikan perasaannya
4. Tindakan Keperawatan: SP2
a. Evaluasi kegiatan lalu (SP 1)
b. Mengidentifikasi aspek positif pasien
c. Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri
d. Mendorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu yang berharga
e. Masuk jadwal kegiatan pasien
33
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1. FASE KERJA
“Coba bapak ceritakan kemarin sudah saya ajak ngapain aja , dan sudah
belajar tentang apa aja bapak? Hayo bapak masih ingat tidak kemarin pagi ngapain
aja setelah bangun pagi ? coba di ceritakan kembali .. dan apakah hari ini bapak juga
melakukan hal yang sama seperti kemarin yang sudah saya ajarkan pak? Iya bapak
bagus sekali”
“Apakah bapak tau apa yang menyebabkan bapak hingga ingin melakukan
bunuh diri”?
“Apa yang menyebabkan Bapak memiliki perasaan ingin mengakhiri
kehidupan Bapak?
“Bagaimana perasaaan keluarga jika bapak melakukan bunuh diri ?
“Apa bapak tahu, jika bapak melakukan bunuh diri dapat merugikan bapak ?
“Apa yang menjadi cita-cita Bapak?Apa harapan Bapak terhadap tubuh,
status, tugas dan lingkungan?”
“Hal apa yang biasa Bapak lakukan saat keinginan bunuh diri itu muncul?
Bagaimana cara Bapak mewujudkannya?”
“Apakah Bapak tahu, apa akibat bagi diri Bapak dan keluarga Bapak jika
Bapak meninggal dengan cara yang Bapak lakukan?”
“Nah.., karena Bapak tampaknya masih memiliki keinginan untuk mengakhiri
hidup, maka saya tidak akan membiarkan Bapak sendiri.”
“Kalau keinginan itu muncul, maka untuk mengatasinya, Bapak harus
langsung minta bantuan kepada perawat atau keluarga dan teman yang sedang
besuk . Jadi usahakan, jangaan pernah sendirian ya Bapak…
“Apakah hari ini Bapak sudah minum obat?Kalau belum, saya akan bantu
Bapak untuk minum obat ya.”
“Bapak suka menyanyi tidak pak ? suka lagu apa ? coba deh bapak menyanyi
lagu yang bapak sukai .. iya bagus sekali bapak”
2. FASE TERMINASI
a. Evaluasi Subjektif
34
‘’Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang hal-hal
yang menyebabkan bapak bunuh diri?’’Masih ada dorongan untuk bunuh diri?
b. Evaluasi Objektif
‘’Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari!Bagus
sekali, sekarang kita masukkan dalam jadwal. Berapa kali sehari bapak mau
latihan bicara yang baik?Bisa kita buat jadwal?’’.
c. Rencana Tindak lanjut klien
‘ “Saya harap, bila nanti keinginan bunuh diri itu muncul lagi, Bapak bisa
mempraktikkan cara-cara yang telah kita pelajari tadi.”
Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau besok kita membahas mendemonstrasikan cara fisik
untuk mencegah bunuh diri
Waktu : “ besok kita ketemu lagi jam 09.00 WIB.”
Tempat :bapak ingin bercakap-cakap dengan saya dimana ? apakah tetap
disini atau ditempat lain ?”Baiklah kalau begitu kita sudahi perbincangan kita
saat ini, terima kasih sampai jumpa besok ya pak !! wassalamu’alaikum...
35
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN
DENGAN RESIKO BUNUH DIRI
PERTEMUAN KE 3
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Klien sudah tidak murung lagi, dan ingin melakukan aktivitas ibadah sesuai
agama yang di anutnya
b. Ide untuk bunuh diri/ mengakhiri kehidupannya berkurang.
c. Mulai mengungkapkan keinginan untuk bertahan hidup.
2. Diagnosa
Resiko Bunuh Diri
3. Tujuan khusus
TUK 4 :Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah bunuhdiri
4. Tindakan Keperawatan:Sp3 pasien
a. Evaluasi kegiatan lalu dan verbal (SP 1,2)
b. Mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien
c. Menilai pola koping yang biasa dilakukan
d. Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif
e. Mendorong pasien memilih pola koping yang konstruktif
f. Menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstruktif dalam kegiatan harian
g. Masuk jadwal kegiatan pasien
36
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
2. FASE KERJA
“Kemarin bapak kan sudah belajar banyak ya , sudah saya ajari apa saja bapak ?
masih ingat tidak bapak ? seperti merapikan tempat tidur , menulis , membaca ,
menyanyi masih ingat kan pak ? apa sudah bisa melakukan sendiri pak ? coba bapak
cerita ke saya “
“Apakah bapak sering mengucapkan syukur ketika bapak mendapatkan suatu rezeki,
atau sedang mengalami kebahagiaan“Apa saja dalam hidup Bapak yang perlu Bapak
syukuri?Siapa saja kira-kira yang sedih dan rugi kalau Bapak meninggal?”
“Keluarga masih membutuhkan Bapak. Coba Bapak ceritakan hal-hal yang Bapak
rasakan, baik itu yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan dalam
kehidupan ini! Keadaan seperti apa yang membuat Bapak meraasa puas?
Bagus.Ternyata kehidupan Bapak masih banyak yang menyenangkan, dan itu patut
disyukuri. Coba sekarang Bapak sebutkan juga ibadah shalat 5 waktu yang bapak
ketahui” Coba ceritakan kegiatan ibadah yang bisa bapak lakukan !!Bagus. Baik,yang
mana mau dicoba? ”
“Nah,,kalau fikiran bapak mulai muncul ingin bunuh diri coba bapak langsung duduk
dan tarik nafas dalam. Jika fikiran tersebut belum reda juga rebahkan badan agar
rileks. Jika masih belum reda juga ambil air wudlu kemudian shalat”
3. FASE TERMINASI
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap? Bisa Bapak
sebutkan kembali apa saja yang Bapak patut syukuri dalam hidup ini? Bagus
Bapak..”
b. Evaluasi Objektif
“Jadi sudah berapa cara untuk mengendalikan fikiran bapak jika terlintas
ingin untuk bunuh diri? Bagus.”
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan bapak.Mau
berapa kali bapak shalat? Baik kita masukkan shalat..dan..(sesuai kesepakatan
pasien)”
37
c. Rencana Tindak lanjut klien
“Setelah ini coba bapak lakukan jadwal shalat sesuai jadwal yang telah
kita buat”
d. Kontrak
Topik :
“baiklah kapan kita bisa bertemu lagi pak ?baiklah besok kita akan
berbincang-bincang tentang cara mencapai rencana masa depan/harapan yang
realistis
Waktu :
“ nanti kita ketemu lagi jam 10.00 WIB.”
Tempat :
Bagaimana kalau nanti kita ketemu di ruangan ini saja?”
Baiklah kalau begitu kita sudahi perbincangan kita saat ini, terima
kasih sampai jumpa besok ya pak !! wassalamu’alaikum....!!!(sambil berjabat
tangan)
38
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN
DENGAN RESIKO BUNUH DIRI
PERTEMUAN KE 4
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
klien tampak bingung, diam, dan juga menyendiri dan sudah tidak memiliki ide
untuk bunuh diri/ mengakhiri kehidupannya
2. Diagnosa
Resiko Bunuh Diri
3. Tujuan khusus
TUK 8 :Klien dapat meningkatkan mekanisme koping
4. Tindakan Keperawatan: SP4
a. Evaluasi kegiatan yang lalu (sp 1.2.3)
b. Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien
c. Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis
d. Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa depan
yang realistis
e. Masukkan jadwal kegiatan pasien
39
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
2. FASE KERJA
“Kesibukan apa yang bapak lakukan selama ini, apakah bapak bekerja, atau
memiliki usaha sendiri dirumah?”
“Apakah bapak mempunyai keahlian di bidang tertentu, misalnya pandai
mengoperasikan komputer, pandai memperbaiki kendaraan bermotor atau juga bisa
melakukan kegiatan di bidang perdagangan?”
“Apakah bapak tidak ingin mengembangkan keahlian bapak tersebut?“suatu
bakat atau kemampuan jika tidak kita kembangkan maka akan menjadi sesuatu hal
yang tidak bermanfaat untuk orang lain. Jika bapak memiliki bakat untuk usaha,
misalkan berdagang.bapak bisa kembangkan potensi tersebut.Tetapi yang harus bapak
ingat, dalam setiap usaha pasti ada naik turunnya atau untung ruginya. ketika kita
sedang mengalami kegagalan, kita harus tetap mempunyai semangat untuk bangkit
lagi. Jangan sampai kita tambah jatuh terus kita tidak mau brusaha, nanti malah tidak
akan mendapatkan hasil apa-apa.”.kuncinya adalah sabar, meskipun sabar itu sulit,
tapi hasilnya akan berbuah manis. Ketika bapak memiliki kendala, ataupun masalah
dalam pekerjaan, bapak bisa mengungkapkannya pada orang-orang yang dapat
dipercaya untuk menjaga rahasia bapak.Misalnya istri, atau pun keluarga dekat, atau
juga bisa teman dekat”.
2. FASE TERMINASI
Evaluasi Subjektif
‘’Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang rencana
mengembangkan keahlian yang bapak miliki?’’ apakah bapak sudah termotivasi
untuk mengembangkannya?
Evaluasi Objektif
‘’Coba bapak sebutkan lagi apa yang sudah saya jelaskan tadi dan
bagaimana caranya agar bapak termotivasi untuk bangkit lagi ketika dalam
keadaan gagal.
Rencana Tindak lanjut klien
‘’Bagaimana kalau besok kita ketemu lagi bapak?’’
40
Kontrak
Topik:
“Bagaimana kalau besok kita membahas mendemonstrasikan cara fisik
untuk mencegah bunuh diri
Waktu :
“ besok kita ketemu lagi jam 09.00 WIB.”
Tempat :
bapak ingin bercakap-cakap dengan saya dimana ? apakah tetap disini
atau ditempat lain ?”Baiklah kalau begitu kita sudahi perbincangan kita saat
ini, terima kasih sampai jumpa besok ya pak !! wassalamu’alaikum...!!
41
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
( KELUARGA ) PADA PASIEN
DENGAN RESIKO BUNUH DIRI
PERTEMUAN KE 5
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
klien sudah tidak Memiliki ide untuk bunuh diri/ mengakhiri kehidupannya.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko bunuh diri
3. Tujuan khusus
TUK 3 :Klien dapat mengekspresikan perasaannya
4. Tindakan Keperawatan:sp 1 keluarga
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan pasien kepada keluarga
b. Menjelaskan pengertian tanda dan gejala resiko bunuh diri dan jenis perilaku yang
dialami pasien beserta proses terjadinya
c. Menjelaskan cara-cara merawat pasien resiko bunuh diri yang dialami pasien
beserta prosses terjadinya
42
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
2. FASE KERJA
“Pengalaman apa saja yang sudah ibu ketahui tentang masalah yang dialami
saat ini?”bisakah ibu menjelaskan tentang tanda dan gejala resiko bunuh diri?
“Apakah ibu sudah mengenali tingkah laku yang bapak lakukan ketika bapak
ada masalah?”
“Nah mengenali tanda dan gejala yang bapak alami saat sakit ini sangatlah
penting karena jika suatu saat masalah bapak kambuh, ibu sudah bisa mengenalinya
dan segera melakukan tindakan yang lebih lanjut”
3. FASE TERMINASI
“Sementara itu dulu yang kita bicarakan hari ini”.
“Baiklah Ibu sampai nanti, terima kasih”.
43
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(KELUARGA) PADA PASIEN
DENGAN RESIKO BUNUH DIRI
PERTEMUAN 6
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien terlihat lebih tenang, keluarga dapat mengidentifikasi masalah yang
dihadapi saat merawat klien.
2. Diagnosa
ResikoBunuhDiri
3. Tujuan khusus
TUK 8 : Klien mendapatkan dukungan keluarga dalam melakukan cara pencegahan
bunuh diri
4. Tindakan Keperawatan:Sp 2 keluarga
a.Evaluasi (Sp 1,2,3)
b.Latih (langsung ke pasien)
c. Rencana tindak lanjut keluarga:
Follow up
Rujukan
44
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
2. FASE KERJA
“Ibu..ini jadwal Bapak B selama di rumah sakit. coba perhatikan , dapatkah
dilakukan di rumah. Tolong dilanjutkan di rumah, baik jadwal aktivitas maupun
jadwal minum obatnya!”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh Bapak B selama di rumah.Kalau misalnya Bapak A terus menerus
mengatakan ingin bunuh diri, tampak gelisah dan tidak terkendali serta tidak
mempelihatkan pernaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain, tolong Bapak/ Ibu segera hubungi suster E di Klinik Bakti
Persada, klinik terdekat dari rumah Ibu dan Bapak, ini nomor telepon puskesmasnya
032198765.”
“Selanjutnya, perawat yang akan membantu memantau perkembangan Bapak
A selama di rumah.”
B. FASE TERMINASI
“Bagaimana Ibu? Ada yang belum jelas?”
“Ini jadwal kegiatan harian Bapak B untuk dibawa pulang.Jangan lupa kontrol
kesana sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak.”
“Silahkan selesaikan administrasinya ya….! Terima kasih”
5. Evaluasi
4. Bagi klien yang memberikan ancaman atau melakukan percobaan bunuh diri ,
keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan keadaan klien yang tetap
selamat dan aman
5. Bagi keluaga dengan angota keluarga yang memberikan ancaman atau melakukan
percobaan bunuh diri ditandai dengan kemampuan keluarga untuk melindungi
anggota keluarganya
6. Bagi klien yang memberikan isyarat bunuh diri keberhasilan asuhan keperawatan
ditandai dengan klien mampu mengungkapkanya perasaan
45
3.8 Proposal Terapi Aktifitas Kelompok (Tak)
46
Sesi 1
Stimulasi persepsi : Pencegahan Bunuh Diri
Mencegah Keinginan untuk Bunuh Diri Untuk Mencapai (TUK 2)
Tujuan :
1. Klien dapat mengendalikan saat ada keinginan atau dorongan untuk bunuh diri
2. Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Setting :
Alat
Metode
47
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mencegah keinginan untuk bunuh
diri
2. Terapis menjelaskan aturan main berikut :
a. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
b. Lama kegiatan30 menit.
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Terapis memperkenalkan diri : nama lengkap dan nama panggilan serta
memakai papan nama.
b. Terapis menanyakan perasaan klien saat ini
c. Terapis menanyakan apakah klien masih ada keinginan bunuh diri
d. Terapis menanyakan apa yang dilakukan klien saat keinginan tersebut
muncul
e. Terapis menjelaskan cara mengalihkan bila keinginan untuk bunuh diri
muncul dengan modifikasi lingkungan psikis.
f. Terapis memberi pujian pada setiap peran serta klien.
4. Tahap terminasi.
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut.
Terapis meminta klien menceritakan kembali cara mengalihkan
bila keinginan bunuh diri muncul secara tertulis.
48
1. Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu mengidentifikasi hal positif
yang dimiliki untuk meningkatkan harga diri
2. Menyepakati waktu dan tempat.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
sesi2stimulasi persepsi :pencegahan resiko bunuh diri, kemampuan klien yang diharapkan
adalah mampu menceritakan kembali cara mencegah bila keinginan bunuh diri. Formulir
evaluasi sebagai berikut :
2 Menyebutkan efektivitas
cara
3 Memperagakan
mengalihkan bila keinginan bunuh
diri muncul
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama.
2. Beri tanda (√) jika klien mampu dan tanda (X) jika klien tidak mampu.
49
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki oleh klien saat TAK pada
catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi , TAK stimulasi
persepsi pencegahan resiko bunuh diri. Klien mampu menuliskancara mengalihkan bila
keinginan bunuh diri muncul dan tingkatkan reinforcement (pujian).
50
Sesi 2
Tujuan :
Setting :
Alat :
Metode :
1. Diskusi
2. Permainan
Langkah kegiatan :
3. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan gangguan konsep diri, harga
diri rendah.
b. Membuat kontrak dengan kien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
4. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien.
2. Perkenalkan nama dan panggilan terapis ( pakai papan nama).
3. Menanyakan nama dan panggilan semua klien ( beri papan nama )
51
b. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu bercakap-cakap tentang hal positif diri
sendiri.
2. Terapis menjelaskan aturan main berikut.
a. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada
terapis.
b. Lama kegiatan 45 menit.
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
a. Terapis memperkenalkan diri : nama lengkap dan nama panggilan serta memakai
papan nama.
b. Terapis membagikan kertas dan spidol kepada klien.
c. Terapis meminta tiap klien menulis pengalaman yang tidak menyenangkan.
d. Terapis memberi pujian atas peran serta klien.
e. Terapis membagikan kertas yang kedua.
f. Terapis meminta tiap klien menulis hal positif tentang diri sendiri, kemampuan
yang dimiliki, kegiatan yang biasanya dilakukan di rumah dan dirumah sakit.
g. Terapis meminta klien membacakan hal positif yang sudah ditulis secara
bergiliran sampai semua klien mendapat giliran.
h. Terapis memberi pujian pada setiap peran serta klien
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut.
Terapis meminta klien menulis hal positif lain yang belum tertulis.
52
c. Kontrak yang akan dating.
1. menyepakati TAK yang akan datang, yaitu melatih hal positif diri yang dapat
diterapkan dirumah sakit dan dirumah.
2. Menyepakati waktu dan tempat.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi presepsi: harga diri rendah sesi 3, kemampuan klien yang diharapkan adalah
menuliskan pengalaman yang tidak menyenangkan dan aspek positif (kemampuan) yang
dimiliki. Formulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 2
Kemampuan menulis pengalaman yang tidak menyenangkan dan hal positif diri sendiri
Petunjuk:
3. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama.
53
4. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menulis pengalaman yang tidak
menyenangkan dan aspek positif diri sendiri. Beri tanda cek jika klien mampu dan tanda
silang jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperaawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 3, TAK stimulasi persepsi harga diri
rendah. Klien mampu menuliskan tiga hal pengalaman yang tidak menyenangkan, mengalami
kesulitan menyebutkan hal positif diri.Anjurkan klien menulis kemampuan dan hal positif
dirinya dan tingkatkan rinforcement (pujian)
54
3.9 RENCANA PENYULUHAN KESEHATAN
RENCANA PENYULUHAN KESEHATAN
JIWA KELUARGA PADA KASUS DIATAS
Penyuluhan ini diberikan dalam bentuk pendidikan kesehatan jiwa kepada keluarga
pasien RBD untuk memperdayakan keluarga-keluarga pasien mengatasi masalah bersama-
sama.Isi progam disesuaikan dengan kebutuhan dan harapan keluarga untuk kesembuhan
pasien.Progam ini di laksanakan dalam bentuk pertemuan antara dokter,perawat,dan
keluarga.Contohnya membantu keluarga dalam membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk
minum obat,melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pasien RBD.
55
3.10 PRINSIP MENEJEMEN KEGAWATDARURATAN
PRINSIP MENEJEMEN KEGAWATDARURATAN PASIEN RBD
1. Strategi preventif
Perawat mengajarkan klien cara berkomunikasi dan cara mengekspresikan marah yang
tepat dengan menggunakan koping adaptif.Dan pasien lebih mampu berfikir positif.
2. Strategi antasipatif
a. Strategi berkomunikasi : bersikap tenang dan bicara lembut,tidak
menghakimi,tunjukan respect pada klien,tidak membuat janji jika tidak dapat
perawat tepati
b. Perubahan lingkungan
Klien RBD diatas klien membutuhkan lingkungan yang aman dan nyaman
dengan cara perawat membuat aktivitas positif untuk klien.
c. Strategi pemberian obat psikofarmakologi
3. Strategi pengurungan
Dilakukan jika klien RBD mencoba melakukan percobaan bunuh diri lagi dan
mencoba mencederai diri sendiri dan orang lain.
56
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Beberapa ahli psikiatri mengemukakan pengertian tentang bunuh diri antaralain:
Bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir dari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.
Bunuh diri mikro (microsuicide ) : kematian akibat perilaku bunuh diri misalnya
bunuh diri “ pelan pelan” atau terdapat pada orang orang yang dengan sengaja tidak mau
berobat meskipun menderita sakit, mogok makan, diet berlebih, dsb.
Bunuh diri terselubung (masked suicide) : orang yang sengaja melakukan tindakan
yang mengakibatkan kematian dengancara terselubung, misalnya : mendatangi tempat
kerusuhan sehingga terbunuh, olahraga yang berbahaya, overdosis pada pasien
ketergantungan zat dan sebagainya.
Menurut WHO membagi bunuh diri menjadi 4 kategori sosial, yaitu : Bunuh diri egoistic,
Bunuh diri altruistic, Bunuh diri anomik , Bunuh diri fatalistic
Faktor Penyebab terjadinya Bunuh diri,yaitu :
1. Etiologi bunuh diri yang digolongkan atas berbagai unsur :
2. Faktor determinan, meliputi : Kebudayaan, Jenis kelamin,Umur, Status sosial.
Asuhan keperawatan pasien dengan resiko perilaku bunuh diri Pengkajian,Diagnosa
keperawatan, Perencanaan, Tindakan keperawatan, Evaluasi
57
DAFTAR PUSTAKA
Jenny., dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.
Azizah, Lilik M. 2011. Keperawatan Jiwa (Aplikasi Praktik Klinik). Yogyakarta: Graha Ilmu
http:www.ilmukeperawatan/denganklienbunuhdiri.com
Keliat, Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I. Jakarta: EGC.
Keliat, Budi Ana. 1999. Gangguan Konsep Diri, Edisi I. Jakarta : EGC.
Stuart, G. W. 2006. “Buku Saku Keperawatan Jiwa”. Jakarta: EGC
Azizah, Lilik M, dkk. 2016. Buku ajar keperawatan kesehatan jiwa. Yogyakarta: Indomedia
pustaka.
58