NAMA
LUFY AFIESTASARI
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan berkah-Nya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan “Laporan Kasus Akhir”.
Dalam penyusunan laporan akhir ini penulis merasa banyak kekurangan-kekurangan
baik teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
penyusunan laporan akhir ini.
Dalam penyusunan laporan akhir ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang
tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan pembuatan makalah
ini khususnya kepada ibu Triyana Harlia Putri, S. Kep, Ners, M. Kep selaku dosen
koordinator stase jiwa dan bapak Ns. Faisal Kholid Fahdi M.Kep selaku pembimbing
kelompok 3.
Akhir kata, saya sebagai penulis berharap semoga penyusunan laporan akhir ini dapat
menambah wawasan dan memberikan manfaat kepada pembaca agar lebih mengenal dan
mendalamimengenai praktik profesi stase jiwa.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................... ........ 2
DAFTAR ISI.......................................................................................... ........ 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang ...................................................................... ........ 4
1.2 Tujuan Penulisan .................................................................. ........ 5
1.3 Manfaat Penulisan ................................................................ ........ 5
3
BAB IV PERAN PERAWAT PENDIDIK
4.1. Laporan Hasil Penyuluhan ............................................ ........ 460
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan .................................................................... ........ 520
6.2. Saran.............................................................................. ........ 521
BAB 1
PENDAHULUAN
4
E) yang memiliki fungsi melayani pasien yang menderita penyakit yang lebih
dikhususkan, seperti penyakit jiwa. Rumah Sakit jiwa termasuk salah satu rumah sakit
khusus untuk merawat pasien gangguan mental serta menyelenggarakan kegiatan
pendidikan, pelayanan, dan penelitian (Budi, 2011)
Kesehatan jiwa merupakan unsur yang penting bagi pertumbuhan dan kehidupan
manusia. Harapannya yaitu agar manusia dapat hidup secara selaras, serasi, dan seimbang
dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya (Mulyandari, 2014). Kesehatan jiwa
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan dan merupakan bagian untuk
menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh (yulianti, 2015). Usaha-usaha
yang dapat dilakukan dalam bidang kesehatan jiwa, antara lain melalui perawatan,
penyaluran bekas penderita penyakit jiwa dengan masyarakat sekitarnya , dan pengobatan
terhadap penderita (Mulyandari, 2014).
Rumah Sakit Jiwa Sungai Bangkong merupakan salah satu rumah sakit yang
memberikan pelayanan kepada masyarakat Provinsi Kalimantan Barat umumnya dan kota
Pontianak khususnya, dimana lembaga ini adalah milik pemerintah Provinsi Kalimantan
Barat. Tujuan dari dibangunnya rumah sakit jiwa Sungai Bangkok bertujuan untuk
memberikan pelayanan, memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat, dan memberikan
perawatan terutama untuk pasien yang menderita gangguan penyakit jiwa. Pasien rumah
sakit jiwa membutuhkan pelayanan baik secara menginap maupun jalan dalam melakukan
proses pengobatan untuk kesembuhan pasiennya. (Mulyandari, 2014).
5
c. Mengetahui dan memahami tentang Waham
h. Mengetahui dan memahami kritisi jurnal intervensi pada pasien dengan gangguan
jiwa
masyarakat.
BAB II
MANAJEMEN KASUS
GANGGUAN JIWA
6
3) Pengalaman kesendirian seorang individu yang diterima sebagai perlakuan dari
orang lain serta sebagai kondisi yang negatif atau mengancam (Wilkinson, 2011)
4) Gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme individu terhadap
sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang
lain dan lingkungan (Dalami, 2009).
7
dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan (double bind)
yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang
saling bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi
dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan
diluar keluarga.
Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suati
faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini
disebabkan oleh norma-norma yang salah dianut oleh keluarga, dimana setiap
anggota keluarga yang tidak produktif seperti usia lanjut, berpenyakit kronis,
penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.
Faktor Biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat memengaruhi
terjadinya gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien
skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial memiliki struktur
yang abnormal pada otak seperti atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk
sel-sel dalam limbik dan daerah kortikal.
2) Faktor Presipitasi
Terjadinya gangguan hubungan sosial juga dapat ditimbulkan oleh faktor internal
dan eksternal seseorang. Faktor stresorpresipitasi dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
Faktor eksternal
Contohnya adalah stresor sosial budaya, yaitu stres yang ditimbulkan oleh
faktor sosial budaya seperti keluarga.
Faktor internal
Contohnya adalah stresor psikologis, yaitu stres terjadi akibat ansietas yang
berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemempuan
individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk
berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan individu.
8
Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial.
Kurang spontan.
Apatis (acuh terhadap lingkungan).
Ekspresi wajah kurang berseri.
Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri.
Tidak ada atau kurang komunikasi verbal.
Mengisolasi diri.
Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
Asupan makanan dan minuman tergangggu.
Retensi urin dan feses.
Aktivitas menurun.
Kurang energi (tenaga).
Rendah diri.
Postur tubuh berubah, misalnya sikapfetus/janin (khususnya pada posisi tidur).
Perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang menilai dirinya rendah,
sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak
dilakukan intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan perubahan persepsi sensori:
halusinasi dan resiko tinggi mencederai diri, orang lain bahkan lingkungan. Perrilaku
yang tertutup dengan orang lain juga bisa menyebebkan intoleransi aktivitas yang
akhirnya bisa berpengaruh terhadap ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah
dalam hidupnya, sehingga orang tersebut berperilaku tidak normal (koping individu
tidak efektif). Peran keluarga cukup besar dalam mendorong klien agar mampu
menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, bila sistem pendukungnya tidak baik (koping
keluarga tidak efektif) maka akan mendukung seseorang memiliki harga diri rendah.
9
lain.
Tidak mau berkomunikasi.
Data tentang klien biasanya didapat dari keluarga yang
mengetahui keterbatasan klien (suami, istri, anak, ibu,
ayah, atau teman dekat).
Objektif:
Kurang spontan.
Apatis (acuh terhadap lingkungan).
Ekspresi wajah kurang berseri.
Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan
kebersihan diri.
Tidak ada atau kurang komunikasi verbal.
Mengisolasi diri.
Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan
sekitarnya.
Asupan makanan dan minuman terganggu.
Retensi urin dan feses.
Aktivitas menurun.
Kurang berenergi dan bertenaga.
Rendah diri.
Postir tubuh berubah, misalnya sikap fetus atau janin
(khususnya pada posisi tidur).
5. Diagnosa Keperawatan
1) Isolasi sosial.
6. Rencana Tindakan Keperawatan
1) Rencana tindakan keperawatan untuk klien.
Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk klien.
Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial.
Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
Berdiskusi dengan klien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.
Mengajarkan kepada klien tentang cara berkenalan dengan satu orang.
Menganjurkan kepada klien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan
orang lain dalam kegiatan harian.
Strategi Pelaksanaan 2 (SP 2) untuk klien.
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
Memberikan kesempatan kepada klien mempraktikkan cara berkenalan dengan
satu orang.
Membangtu klien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan harian.
Strategi pelaksanaan 3 (SP 3) untuk klien.
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
Memberikan kesempatan kepada klien berkenalan dengan dua orang atau lebih.
Menganjurkan kepada klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
11
Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien isolasi sosial.
Strategi pelaksanaan 3 (SP 3) untuk keluarga.
Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat.
Menjelasjkan follow up klien setelah pulang.
12
Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh
diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah
gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh
diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian
negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian.
Kekuatan dukungan social sangat penting dalam menciptakan intervensi yang
terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah, respons
seseorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor penting
yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotonin, adrenalin,
dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui ekaman gelombang
otak Electro Encephalo Graph (EEG).
2) Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang
dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau
membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun
percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi
sangat rentan.
13
3) Perilaku Koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan
dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar
memilih untuk melakukan tindakanbunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan
dengan banyak faktor, baik faktor social maupunbudaya. Struktur social dan
kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan mendorong klienmelakukan
perilaku bunuh diri. Isolasi social dapat menyebabkan kesepian dan
meningkatkankeinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang
aktif dalam kegiatanmasyarakat lebih mampu menoleransi stress dan menurunkan
angka bunuh diri. Aktif dalamkegiatan keagamaan juga dapat mencegah
seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
4) Mekanisme Koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping
yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization,
regression, dan magical thinking.Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya
tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif.
Minor
Subjektif
1) Mengungkapkan isyarat untuk melakukan bunuh diri, tetapi tidak disetai dengan
ancaman melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri
2) Mengungkapkan perasaan bersalah, sedih, marah, putus asa atau tidak berdaya
3) Mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga
diri rendah
Objektif
1) Kontak mata kurang
2) Tidur kurang
3) Mondar mandir
4) Banyak melamun
5) Terlihat sedih
6) Menangis terus-menerus.
15
Objektif:
Impulsif
Menunjukkan perilaku yang mencurigakan
(biasanya menjadi sangat patuh)
Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis,
dan penyalahgunaan alkohol)
Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau
penyakit terminal)
Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan
pekerjaan, atau kegagalan dalam karier)
Status perkawinan yang tidak harmonis
5. Diagnosa keperawatan
Risiko bunuh diri
19
2.1.3 Laporan Pendahuluan Waham
1. Definisi
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi
dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan itu
berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol (Depkes RI, 2000 dalam
Fitria, 2012).
Waham adalah keyakinan salah yang didasarkan oleh kesimpulan yang salah
tentang realita eksternal dan dipertahankan dengan kuat (Keliat & Akemat, 2007;
Sadock, 2010; SDKI, 2016; Erawati, Keliat, & Moritz, 2007). Waham dapat berupa
waham kebesaran, curiga, persekusi, somatik dan kendali pikir.
3. Klasifikasi
No Jenis Waham Pengertian Contoh
21
1 Waham Kebesaran Meyakini bahwa ia memiliki “Saya ini pejabat di
kebesaran atau kekuasaan departemen kesehatan
khusus, diucapkan berulang loh.” Atau “Saya
kali tetapi tidak sesuai punya tambang emas”
kenyataan
2 Waham Curiga Meyakini bahwa ada “Saya tahu. Anda ingin
seseorang atau kelompok menghancurkan hidup
yang berusaha saya karena iri dengan
merugikan/mencederai kesuksesan saya
dirinya, diucapkan
berulangkali tetapi tidak
sesuai kenyataan.
3 Waham Agama Memiliki keyakinan terhadap “Kalau saya mau
suatu agama secara masuk surga saya
berlebihan, diucapkan harus menggunakan
berulangkali tetapi tidak pakaian putih setiap
sesuai kenyataan hari.”
4 Waham Somatik Meyakini bahwa tubuh atau “Saya sakit kanker”
bagian tubuhnya terganggu/ Setelah pemeriksaan
terserang penyakit, diucapkan laboratorium tidak
berulangkali tetapi tidak ditemukan tanda-tanda
sesuai kenyataan kanker namun pasien
terus mengatakan
bahwa ia
terserangnkanker
5 Waham Nihilistik Meyakini bahwa dirinya “Ini kan alam kuburya,
sudah tidak ada di dunia / semua yang ada disini
meningggal, diucapkan adalah roh-roh”
berulangkali tetapi tidak
sesuai kenyataan
22
Tanda dan gejala pada klien dengan perubahan proses pikir: waham adalah sebagai
berikut:
Menolak makan.
Tidak ada penelitian pada perawatan diri.
Ekspresi wajah sedih/gembira/ketakutan.
Gerakan tidak terkontrol.
Mudah tersinggung.
Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.
Tidak bisa membedakan antara kenyataan dengan yang bukan kenyataan.
Menghindar dari orang lain.
Mendominasi pembicaraan.
Berbicara kasar.
Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan.
23
Perubahan proses pikir: Subjektif:
waham somatik Klien mengatakan bahwa dirinya sakit kanker
otak.
Objektif:
Klien terus bicara tentang penyakit yang
dimilikinya.
Pembicaraan klien cenderung berulang-ulang.
Isi pembicaraan tidak sesuai dengan
kenyataan.
7. Diagnosa Keperawatan
Perubahan proses pikir: waham somatik
25
Jelaskan pada klien mengenai program pengobatannya ( manfaat, dosis
obat, jenis dan efek samping obat yang diminum serta cara meminum obat
yang benar)
Diskusikan akibat yang terjadi bila klien berhenti minum obat tanpa
konsultasi
26
Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba
Medika.
Keliat, Budi Anna [et al]. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
27
2) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya sebagian
anggota tubuh, berubahnya penampilan, atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan,
serta menurunnya produktivitas. Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis
ini dapat terjadi secara situasional maupun kronik.
Situasional. Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis yang terjadi
secara situasional bisa disebabkan oleh trauma yang muncul secara tiba-tiba
misalnya harus dioperasi, mengalami kecelakaan, menjadi korban pemerkosaan,
atau menjadi narapidana, sehingga harus masuk penjara. Selain itu, dirawat di
rumah sakit juga bisa menyebabkan rendahnya harga diri seseorang dikarenakan
penyakit fisik, pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman, harapan
yang tidak tercapai akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh, serta perlakuan
petugas kesehatan yang kurng menghargai klien dan keluarga.
Kronik. Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis biasanya sudah
berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat.
Klien sudah memiliki pikiran negatif sebelum dirawat dan menjadi semakin
meningkat saat dirawat.
Baik faktor perdisposisi maupun presipitasi di atas bila telah memengaruhi
seseorang baik dalam berpikir, bersikap, maupun bertindak, maka dianggap telah
memengaruhi koping individu tersebut sehingga menjadi tidak efektif (mekanisme
koping individu tidak efektif). Bila kondisi klien dibiarkan tanpa ada intervensi
lebih lanjut dapat menyebabkan kondisi dimana klien tidak memiliki kemauan
untuk bergaul dengan orang lain (isolasi sosial). Klien yang mengalami isolasi
sosial dapat membuat klien asyik dengan dunia dan pikirannya sendiri sehingga
dapat muncul resiko perilaku kekerasan.
29
Tidak berani menatap lawan bicara
Lebih banyak menundunk
Bicara lambat dengan nada suara lemah
5. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah
30
Tindakan keperawatan untuk klien
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien.
Perawat dapat melakukan hal-hal berikut utuk membantu klien
mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki.
1) Mendiskusikan bahwa klien maasih memiliki sejumlah kemampuan
dan aspek positif seperti kegiatan klien di rumah, adanya keluarga dan
lingkungan terdekat klien.
2) Beri pujian yang realistis atau nyata dan hindarkan penilaian yang
negatif setiap kali bertemu dengan klien.
b. Membantu klien dalam menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan
saat ini setelah mengalami bencana.
2) Mantu klien menyebutkannya dan berikan penguatan terhadap
kemampuan diri yang berhasil diungkapkan klien.
3) Perlihatkan respons yang konduktif dan jadilah pendengar yang aktif.
c. Membantu klien agar dapat memilih atau menetapkan kegiatan sesuai
dengan kemampuan. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut:
1) Mendiskusikan dengan klien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan
dan pilih sebagai kegiatan yang akan dilakukan sehari-hari.
2) Bantu klien menetapakan aktivitas yang dapat dilakukan secara
mandiri. Tentukan aktivitas-aktivitas yang memerlukan bantuan
minimal dan bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat
klien. Berikan contoh cara pelaksanaan aktivitas yang dapat dilakukan
klien. Lakukan penyusunan aktivitas bersama klien dan buatlah daftar
aktivitas atau kegiatan sehari-hari klien.
d. Melatih kegiatan klien yang sudah dipilih sesuai kemampuan.
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Mendiskusikan dengan klien untuk menetapkan urutan kegiatan (yang
sudah dipilih klien yang akan dilatih.
2) Bersama klien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan yang
akan dilakukan klien.
31
3) Berikan dukungan dan pujian yang nyata pada setiap kemajuan yang
diperlihatkan klien.
e. Membantu klien agar dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuan.
Untuk mencapai tujuan dari tindakan keperawatan tersebut, saudara dapat
melakukan hal-hal berikut:
1) Memberi kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilakukan.
2) Berikan pujian atas aktivitas atau kegiatan yang dapat yang dapat
dilakukan klien setiap hari.
3) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan
setiap aktivitas.
4) Menyusun daftar setiap aktivitas yang sudah dilakukan bersama klien
dan keluarga.
5) Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
setelah melaksanakan kegiatan
6) Yakikan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang dilakukan
oleh klien.
32
Tindakan keperawatan untuk keluarga.
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat klien.
b. Jeleskan kepada keluarga tentang kondisi klien yang mengalami gangguan
konsep diri; harga diri rendah kronis.
c. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimiliki klien.
d. Jelaskan cara-cara merawat klien dengan gangguan konsep diri: harga diri
rendah kronis.
e. Demostrasikan cara merawat klien dengan gangguan konsep diri: harga
diri rendah kronis.
f. Bantu klien menyusun rencana kegiatan klien di rumah.
Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba
Medika.
Kartika Sari Wijayaningsih, S. N. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik
Keperawatan Jiwa. Jakarta: CV.Trans Info Media.
Keliat, Budi Anna [et al]. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Keliat, Windarwati, Pawirowiyono, Subu (2016). Diagnosis keperawatan definisi dan
klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3.
Yogjakarta: Mediaction Publishing
Wahyuni, Sri Nurul (2017). Asuhan Keperawatan Jiwa, Ponorogo, Unmuh Ponorogo
Press
33
2.1.5 Laporan Pendahuluan Risiko Perilaku Kekerasan
1. Definisi
Risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain adalah rentan melakukan perilaku
yang menunjukan dapat membahayakan orang lain secara fisik dan emosional
(NANDA-I, 2018).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun pada
orang lain, disertai amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol (Farida & Yudi,
2011).
Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasan akan kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman
(Yusuf, 2015).
34
secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan rendahnya harga
diri pelaku tindak kekerasan.
6) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologik dipengaruhi oleh
contoh peran eksternal dibandingkan anak-anak tanpa faktor predisposisi
biologik.
b. Faktor sosial budaya
Seseorang akan berespons terhadap peningkatan emosionalnya secara
agresif sesuai dengan respons yang dipelajarinya. Sesuai dengan teori menurut
Bandura bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Faktor
ini dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering
mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan terjadi. Budaya
juga dapat mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu
mendefinisikan ekspresi marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat
diterima.
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku
kekerasan sebagai cara penyelesaiannya masalah perilaku kekerasan
merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan.
c. Faktor biologis
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya stimulus elektris ringan
pada hipotalamus (pada sistem limbik) ternyata menimbulkan perilaku agresif,
dimana jika terjadi kerusakan fungsi limbik (untuk emosi dan perilaku), lobus
frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal (untuk interpretasi
indra penciuman dan memori) akan menimbulkan mata terbuka lebar, pupil
berdilatasi, dan hendak menyerang objek yang ada di sekitarnya.
Selain itu berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai berikut
a) Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis
mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls
agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya
perilaku bermusuhan dan respon agresif.
b) Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam Townsend (1996)
menyatakan bahwa berbagai neurotransmitter (epinefrin, norepinefrin,
dopamine, asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi
35
dan menghambat impuls agresif. Peningkatan hormon androgen dan
norepinefrin serta penurunan serotonin dan GABA (6 dan 7) pada cairan
serebrospinal merupakan faktor predisposisi penting yang menyebabkan
timbulnya perilaku agresif pada seseorang.
c) Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat
kaitannya dengan genetik termasuk genetik tipe kariotipe XYY, yang
umumnya dimiliki oleh penghuni penjara tindak kriminal (narapidana)
d) Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan berbagai
gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbik dan lobus
temporal) trauma otak, apenyakit ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus
temporal) terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak
kekerasan.
2. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa
injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut.
a. Klien
Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh
dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b. Interaksi
Penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa
terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal
dari lingkungan.
c. Lingkungan
Panas, padat, dan bising.
3. Tanda dan Gejala
1) Fisik: mata melotot/ pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2) Verbal: mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada
keras, kasar dan ketus.
3) Perilaku: menyerang orang lain, melukai diri sendiri/ orang lain, merusak
lingkungan, amuk/agresif.
36
4) Emosi: tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan
dan menuntut.
5) Intelektual: mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata sarkasme.
6) Spiritual: merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keraguan-raguan, tidak
bermoral, dan kreativitas terhambat.
7) Sosial: menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran
8) Perhatian: bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual.
37
Halusinasi Perilaku kekerasan Pps: haliusinasi
regimen terapeutik
inefektif regimen terapeutik
inefektif
regimen terapeutik
inefektif
Koping keluarga
Tidak efektif
5. Diagnosa Keperawatan
1) Perilaku kekerasan
2) Resiko mendedrai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
3) Perubahan persepsi sensori :halusinasi
4) Harga diri rendah kronis
5) Isolasi sosial
6) Berduka disfungsional
7) Penatalaksaan regimen terpeutik inefektif
8) Koping keluarga inefektif
38
Strategi pelaksanaan 3 (SP 3) untuk klien.
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal
Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
Strategi pelaksanaan 4 (SP 4) untuk klien.
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual
Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
Strategi pelaksanaan 5 (SP 5) untuk klien
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara meminum obat
Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
Tindakan keperawatan untuk klien.
Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan yang terjadi di masa
lalu dan saat ini
Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
Diskusikan bersama klien mengenai tanda dan gejala perilaku kekerasan, baik
kekerasan fisik, psikologis, sosial, spiritual maupun lingkungan
Diskusikan bersama klien perilaku secara verbal yang bisa dilakukan pada saat
marah baik terhadap diri sendriri, orang lain maupun lingkungan
Diskusikan bersama klien akibat yang ditimbulkan dari perilaku marahnya
Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan baik secara
fisik(pukul kasur atau bantal serta tarik napas dalam), obat-obatan, sosial,
verbal (dengan mengungkapkan kemarahannya secara asertif), ataupun
spiritual (shalat atau berdoa sesuai keyakinan klien)
39
Melatih keluarga mempraktikan cara merawat klien perilaku kekerasan.
Melatih keluarga melakukan cara merawat klien perilkau kekerasan.
Strategi pelaksaan 3 (SP 3) untuk keluarga.
Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat.
Menjelaskan follow up klien setelah pulang.
Tindakan keperawatan untuk keluarga.
Diskusikan bersama keluarga masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat klien
Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan meliputi penyebab,
tanda dan gejala, perilaku yang muncul, serta akibat dari perilaku kekerasan
Latih keluarga untuk merawat anggota keluarga dengan perilaku kekerasan
a) Anjurkan keluarga untuk selalu memotivasi klien agar melkukan tindakan
yang telah diajarkan oleh perawat
b) Ajarkan keluarga untuk membrikan pujian kepada klien bila anggota
keluarga dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat
c) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila klien
menunjukan gejala-gejala perilaku kekerasan
Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi klien yang perlu segera dilaporkan
kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang lain.
Farida, K., & Yudi, H. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba
Medika.
Keliat, Budi Anna [et al]. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
40
Yusuf, Ahmad Dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika
41
Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa
disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan yang
membesarkannya.
Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang
mengalami stres yang berlebihan, maka di dalam tubuhnya akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokomia seperti buffofenon dan
dimethytransferase (DMP).
Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda
bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan mengakibatkan stres
dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi realitas.
Faktor Genetik
Gen yang berpengaruh dalam skizoprenia belum diketahui, tetapi hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menujukkan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.
2) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepkan oleh individu sebagai
tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memelurkan energi ekstra untuk
menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti partisipasi klien
dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi, objek yang ada di
lingkungan, dan juga suasana yang sepia atau terisolasi sering menjadi pencetus
terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan stres dan kecemasan yang
merangsang tubuh mengeluarkan zat halusonigenik.
42
dengan stimulus yang nyata tertentu ngajak bercakap-cakap
atau lingkungan). Menutup telinga Mendengar suara
menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya
Halusinasi Penglihatan Menunjuk-nunjuk ke arah Melihat bayangan, sinar,
(klien melihat gambaran tertentu bentuk geometris, kartun,
yang jelas atau samar Ketakutan pada sesuatu yang melihat hantu atau monster.
terhadap adanya stimulus tidak jelas
yang nyata dari lingkungan
dan oranmg lain tidak
melihatnya).
Halusinasi Penciuman Mengendus-endus seperti Membaui bau-bauan seperti
(klien mencium suatu sedang membaui bau-bauan bau darah, urin, feses, dan
bauyang muncul dari tertentu. terkadang bau-bau tersebut
sumber tertentu tanpa Menutup hidung menyenangkan bagi klien.
stimulus yang nyata).
Halusinasi Pengecapan Sering meludah Merasakan rasa seperti darah,
(klien merasakan sesuatu Muntah urine, atau feses.
yang tidak nyata,sering
meludah biasanya
merasakan rasa makanan
yang tidak enak).
Halusinasi Perabaan Menggaruk-garuk
Mengatakan ada serangga
(klien merasakan sesuatu permukaan kulit di permukaan kulit
pada kulitnya tanpa ada Merasakan seperti tersengat
stimulus yang nyata). listrik.
Halusinasi Kinestetik Memegang kakinya yang Mengatakan badannya
(klien merasa badannya dianggapnya bergerak melayang di udara
bergerak dalam suatu sendiri.
ruangan atau anggota
badannya bergerak)
Halusinasi Fiseral Memegang badannya yang Mengatakan perutnya
(perasaan tertentu timbul dianggap berubah bentuk menjadi mengecil setelah
dalam tubuhnya) dan tidak normal seperti minum soft drink.
biasanya.
43
halusinasi Klien mengatakan mendengar sesuatu.
Klien mengatakan melihat bayangan putih.
Klien mengatakan dirinya seperti disengat listrik.
Klien mencium bau-bauan yang tidak sedap, seperti
feses.
Klien mengatakan kepalanya melayang di udara.
Objektif:
Klien terlihat bicara atai tertawa sendiri saat dikaji.
Bersikap seperti mendengarkan sesuatu.
Berhenti bicara di tengah-tengah kalimat untuk
mendengarkan sesuatu.
Disorientasi.
Konsentrasi rendah.
Pikiran cepat berubah-ubah.
Kekecuan alur pikiran.
5. Diagnosis Keperawatan
Perubahan persepsi sensori: halusinasi.
44
b. Mengidentifikasi isi halusinasi.
c. Mengindentifikasi waktu halusinasi.
d. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi.
e. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi.
f. Mengidentifikasi respons klien terhadap halusinasi
g. Mengajarkan klien menghardik halusinasi.
h. Menganjurkan klien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian.
Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk klien.
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain.
c. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
Strategi pelaksana 3 (SP 3) untuk klien.
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan
(kegiatan yang biasanya dilakukan klien di rumah)
c. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
Strategi pelaksanaan 4 (SP 4) untuk klien.
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur.
c. Mengajurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
Tindakan keperawatan untuk klien.
a. Membantu klien mengenali halusinasi.
Diskusi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membantu klien
mengenali halusinasinya. Perawat dapat berdiskusi dengan klien terkait isi
halusinasi (apa yang didengar atau dilihat), waktu terjadi halusinasi,
frekuensi terjadinya halusinasi muncul, dan perasaan klien saat halusinasi
muncul (komunikasinya sama dengan pengkajian di atas).
b. Melatih klien mengontrol halusinasi.
Perawat dapat melatih empat cara dalam mengedalikan halusinasi pada
klien. Keempat cara tersebut sudah terbukti mampu mengontrol halusinasi
seseorang. Keempat cara tersebut adalah menghardik halusinasi, bercaka-
45
cakap dengan orang lain, melakukan aktivitas yang terjadwal dan
mengonsumsi obat secara teratur.
46
7. Referensi Laporan Pendahuluan
47
2.1.7 Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan Diri
1. Definisi
a. Defisist Perawatan Diri adalah sikap tidak mampu melakukan atau menyelesaikan
aktivitas perawatan diri (SDKI, 2016). Defisit Perawatan Diri meliputi
ketidakmampuan dalam melakukan kebersihan diri, berpakaian, makan dan
minum, eliminasi dan lingkungan.
b. Defisit perawatan Diri : kebersihan diri adalah ketidakmampuan melakukan
pembersihan diri secara seksama dan mandiri.
c. Defisit peraatan diri : berpakaian adalah ketidakmampuan untuk mengenakan
atau melepas pakaian secara mandiri (NANDA-I, 2018).
d. Defisit Perawatan Diri : makan dan minum adalah ketidakmampuan makan secara
mandiri (NANDA-I, 2018).
e. Defisit Perawatan Diri : eliminasi adalah ketidakmampuan untuk melakukan
secara mandiri tugas yang berkaitan dengan eliminasi fekal dan urine (NANDA-I,
2018).
BAB/BAK (toiletting)
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban
atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk
toiletting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram
toilet atau kamar kecil.
49
Menurut Depkes (2000) dalam Yusuf (2015) tanda dan gejala klien dengan
defisit perawatan diri adalah :
Fisik
Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi
kotor disertai mulut bau, penampilan tidak rapi
Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif, menarik diri, isolasi diri, merasa tak berdaya, rendah
diri dan merasa hina.
Psikomotor
Interaksi kurang, kegiatan kurang, tidak mampu berperilaku sesuai norma, cara
maakn tidak teratur BAK dan BAB disembarang tempat, gosok gigi dan mandi
tidak mampu mandiri.
Afektif
Klien merasa bosan, lambat dalam menghabiskan waktu, afek tumpul dan kurang
motivasi untuk perawatan diri
Kognitif
Daya konsentrasi menurun, pikiran inkoheren, gangguan halusinasi dan
disorientasi.
Keterbatasan perawatan diri di atas biasanya diakibatkan karena stressor
yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa mengalami harga diri
rendah), sehingga dirinya tidak mau mengurus atau merawat dirinya sendiri baik
dalam hal mandi, berpakaian, berhias, makan, maupun BAB/BAK. Bila tidak
dilakukan intervensi oleh perawat, maka kemungkinan klien bisa mengalami
masalah risiko tinggi isolasi sosial.
50
4. A. Pengkajian Keperawatan Jiwa yang dikaji
Masalah Keperawatan Data yang Perlu Dikaji
Defisit Perawatan Diri Subjektif:
Klien mengatakan dirinya malas mandi
karena airnya dingin atau di RS tidak tersedia
alat mandi.
Klien mengatakan dirinya malas berdandan.
Klien mengatakan ingin disuapin makan.
Klien mengatakan jarang membersihkan alat
kelaminnya setelah BAB/BAK.
Objektif:
Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri
ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor,
kulit berdaki, dan berbau, serta kuku panjang
dan kotor.
Ketidakmampuan berpakaian/berhias ditandai
dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor
dan tidak rapi, pakaian tidak sesual, tidak
bercukur (laki-laki), atau tidak berdandan
(wanita).
Ketidakmampuan makan secara mandiri
ditandai dengan ketidakmampuan mengambil
makan sendiri/ makan berceceran, dan makan
tidak pada tempatnya.
Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri
ditandai dengan BAB/BAK tidak pada
tempatnya, tidak membersihkan diri dengan
baik setelah BAB/BAK.
5. Diagnosis Keperawatan
Defisit perawatan diri
51
6. Rencana Tindakan Keperawatan
1) Rencana tindakan keperawatan untuk klien.
Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk klien.
Mengkaji kemampuan klien melakukan perawatan diri meliputi
mandi/kebersihan diri, berpakaian/berhias, makan, serta BAB/BAK secara
mandiri.
Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk klien.
Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien.
Memberikan latihan cara melakukan mandi/kebersihan diri secara mandiri.
Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
Strategi pelaksanaan 3 (SP 3) untuk klien.
Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien.
Memberikan latihan cara berpakaian/berhias secara mandiri.
Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
Strategi pelaksanaan 4 ( SP 4) untuk klien.
Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien.
Memberikan latihan cara makan secara mandiri.
Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
Strategi pelaksanaan 5 (SP 5) untuk klien.
Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien.
Memberikan latihan cara BAB/BAK secara mandiri.
Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti
mandi/membersihkan diri, berpakaian/ berhias, makan, dan BAB/BAK.
Tindakan keperawatan untuk klien:
Mengkaji kemampuan melakukan perawatan diri yang meliputi
mandi/membersihkan diri,berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK secara
mandiri.
Memberikan latihan cara melakukan mandi/membersihkan diri,
berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK secara mandiri.
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang
perawatan diri.
52
2) Tindakan Keperawatan untuk Keluarga Klien
Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk keluarga.
Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh klien untuk menjaga perawatan diri.
Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk keluarga.
Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri klien dan membantu
mengingatkan klien dalam merawat diri (sesuai jadwal yang telah
disepakati).
Melatih keluarga melakukan cara merawat klien yang mengalami defisit
perawatan diri.
Strategi pelaksanaan 3 (SP 3) untuk keluarga.
Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan klien dalam
merawat diri.
Menjelaskan follow up klien setelah pulang.
Tindakan keperawatan untuk keluarga klien.
Keluarga dapat meneruskan melatih klien dan mendukung agar kemampuan
klien dalam perawatan dirinya meningkat.Serangkaian intervensi ini dapat
Saudara lakukan dengan cara sebagai berikut:
Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh klien agar dapat menjaga kebersihan diri.
Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat dan membantu klien dalam
merawat diri (sesuai jadwal yang telah disepakati).
Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan klien dalam
merawat diri.
53
Yusuf,A., Fitriyani PK, R. And Endang Nihayati, H. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta Selatan: Salemba Medika,
1. Proses Keperawatan.
a. Kondisi Klien
Data subjektif :
Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain.
Klien mengatakan tidak ada yang mau berteman dengannya
Data objektif :
Klien tampak menyendiri.
Klien terlihat mengurung diri.
Klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain.
c. Tujuan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial.
c. Klien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan dengan orang
lain.
d. Klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap.
e. Klien mampu menjelaskan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain.
f. Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial.
g. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
54
d. Tindakan Keperawatan
Membina hubungan saling percaya.
Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien.
Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain
Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan
orang lain dalam kegiatan harian.
B. Proses Pelaksanaan
1. Orentasi.
a. Salam Terapeutik.
Assalamualaikum..!!! selamat pagi mba …… perkenalkan nama saya Lufy Afiestasari,
biasa dipanggil Lufy. Saya mahasiswa Keperawatan Universitas Tanjungpura yang akan
dinas di ruangan Bunga Kol ini selama 3 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari jam
08:00 sampai jam 13:00 siang. Saya akan merawat mba selama di rumah sakit ini. Nama
mba siapa? Senangnya mba di panggil apa?
b. Evaluasi / Validasi.
Bagaimana perasaan mba …… hari ini? O.. jadi mba merasa bosan dan tidak berguna.
Apakah mba masih suka menyendiri ??
c. Kontrak.
Topik:
Baiklah mba, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan mba dan
kemampuan yang mba miliki? Apakah bersedia? Tujuananya Agar mba dengan saya
dapat saling mengenal sekaligus mba dapat mengetahui keuntungan berinteraksi dengan
orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
Waktu : Berapa lama mba mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit saja ya?
Tempat : mba mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?.
55
Siapa anggota keluarga dan teman mba yang tidak dekat dengan mba?
apa yang membuat mba tidak dekat dengan orang lain?
Apa saja kegiatan yang biasa mba lakukan saat bersama keluarga?
Bagaimana dengan teman-teman yang lain?
Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul dengan orang lain?
Apa yang menghambat mba dalam berteman atau bercakap-cakap dengan orang lain?
Menurut mba apa keuntungan kita kalau mempunyai teman?
Wah benar, kita mempunyai teman untuk bercakap-bercakap.
Apa lagi mba? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa)
Nah kalau kerugian kita tidak mempunyai teman apa mba? ya apa lagi? (sampai
menyebutkan beberapa) jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya.
Kalau begitu ingin mba belajar berteman dengan orang lain?
Nah untuk memulainya sekrang mba latihan berkenalan dengan saya terlebih dahulu.
Begini mba, untuk berkenalan dengan orang lain dengan orang lain kita sebutkan dahulu
nama kita dan nama panggilan yang kita sukai.
Contohnya: nama saya Lufy Afiestasari, senang sipanggil Lufy.
Selanjutnya mba menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya nama
Bapak siapa ? senangnya dipanggil apa?
Ayo mba coba dipraktekkan! Misalnya saya belum kenal dengan mba. coba mba
berkenalan dengan saya.
Ya bagus sekali mba!! coba sekali lagi mba..!!! bagus sekali mba!!
Setelah berkenalan dengan mba, orang tersebut diajak ngobrol tentang hal-hal yang
menyenangkan. Misalnya tentang keluarga, tentang hobi, pekerjaan dan sebagainya,
Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan bercakap-cakap dengan teman mba. (dampingi
pasien bercakap-cakap).
3. Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan mba setelah kita latihan berkenalan?
Nah sekarang coba ulangi dan peragakan kembali cara berkenalan dengan orang lain!
b. Tindak Lanjut Klien
Baiklah mba, dalam satu hari mau berapa kali mba latihan bercakap-cakap dengan
teman? Dua kali ya mba? baiklah jam berapa mba akan latihan? Ini ada jadwal
kegiatan, kita isi pada jam 11:00 dan 15:00 kegiatan mba adalah bercakap-cakap
56
dengan teman sekamar. Jika mba melakukanya secara mandiri maka mba menuliskan
M, jika mba melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau teman maka
mba buat B, Jika mba tidak melakukanya maka mba tulis T. apakah mba mengerti?
Coba mba ulangi? Naah bagus mba.
c. Kontrak yang akan datang :
Topik :
Baik lah mba bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang pengalaman
mba bercakap-cakap dengan teman-teman baru dan latihan bercakap-cakap dengan
topik tertentu. apakah mba bersedia?
Waktu :
mba mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00?
Tempat :
mba maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu??
Baiklah mba besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok mba. saya
permisi Assalamualaikum Wr,Wb.
57
b. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan
satu orang.
c. Membenatu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan harian.
B. Proses Pelaksanaan
1. Fase Orentasi.
a. Salam Terapeutik.
Assalamualaikum, Selamat pagi mba, Masih ingat dengan saya?
b. Evaluasi/ Validasi :
Bagaimana dengan perasaan mba hari ini? Apakah masih ada perasaan kesepian,
bagaimana semangatnya untuk bercakap-cakap dengan teman? Apakah mba sudah
mulai berkenalan dengan orang lain? Bagai mana perasaan mba setelah mulai
berkenalan?
c. Kontrak :
Topik :
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini kita akan latihan bagai mana
berkenalan dan bercakap-cakap dengan 2 orang lain agar mba semakin banyak
teman. Apakah mba bersedia?
Waktu :
Berapa lama mba mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?
Tempat :
mba mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?
2. Fase Kerja.
Baiklah hari ini saya datang bersama dua orang ibu perawat yang juga dinas di
ruangan Bunga Kol , mba bisa memulai berkenalan.. apakah mba masih ingat
bagaimana cara berkenalan? (beri pujian jika pasien masih ingat, jika pasien lupa,
bantu pasien mengingat kembali cara berkenalan) nah silahkan mba mulai (fasilitasi
perkenalan antara pasien dengan perawat lain) wah bagus sekali mba, selain
nama,alamat, hobby apakah ada yang ingin mba ketahui tetang perawat C dan D?
(bantu pasien mengembangkkan topik pembicaraan) wah bagus sekali, Nah mba apa
58
kegiatan yang biasa mba lakukan pada jam ini? Bagai mana kalau kita menemani
teman mba yang sedang menyiapkan makan siang di ruang makan sambil menolong
teman mba bisa bercakap-cakap dengan teman yang lain. Mari mba.. (dampingi
pasien ke ruang makan) apa yang ingin ibu bincangkan dengan teman mba. ooh
tentang cara menyusun piring diatas meja silahkan mba ( jika pasien diam dapat
dibantu oleh perawat) coba mba tanyakan bagaimana cara menyusun piring di atas
meja kepada teman mba? apakah harus rapi atau tidak? Silahkan mba, apalagi yang
ingin bu bincangkan.. silahkan.
Oke sekarang piringnya sudah rapi, bagai mana kalau mba dengan teman mba
melakukan menyusun gelas diatas meja bersama… silahkan bercakap-cakap mba.
3. Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan mba setelah kita berkenalan dengan perawat B dan C dan
bercakap-cakap dengan teman mba saat menyiapkan makan siang di ruang makan?
Coba mba sebutkan kembali bagaimana caranya berkenalan?
b. RTL
Bagaimana kalau ditambah lagi jadwal kegiatan mba yaitu jadwal kegiatan
bercakap-cakap ketika membantu teman sedang menyiapkan makan siang. Mau
jam berapa mba latihan? Oo ketika makan pagi dan makan siang.
c. Kontrak yang akan datang :
Topik :
Baik lah mba bagaimana kalau besok saya kan mendampingi mba berkenalan
dengan 4 orang lain dan latihan bercakap-cakap saat melakukan kegiatan harian
lain, apakah mba bersedia?
Waktu :
mba mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10:00 ? Baiklah mba besok saya akan
kesini jam 10:00 sampai jumpa besok mba. saya permisi. Assalamualaikum
Tempat :
Mba maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu?
B. Proses Pelaksanaan
1. Fase Orentasi.
a. Salam Terapeutik.
Assalamualaikum mba, Selamat pagi mba, masih ingat dengan saya?
b. Evaluasi/ Validasi :
Bagaimana dengan perasaan mba hari ini? Apakah masih ada perasaan
kesepian? Apakah mba sudah bersemangat bercakap-cakap dengan otrang lain?
Apa kegiatan yang dilakukan sambil bercakap-cakap? Bagaimana dengan
jadwal berkenalan dan bercakap-cakap, apakah sudah dilakukan? Bagus mba.
c. Kontrak :
Topik :
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini saya akan mendampingi mba
berkenalan atau bercakap-cakap dengan tukang masak, serta bercakap-cakap
dengan teman sekamar saat melakukan kegiatan harian. Apakah mba bersedia?
Waktu :
Berapa lama mba mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?
Tempat :
Mba mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?
2. Fase Kerja.
60
Baiklah mba, bagaimana jika kita menuju ruang dapur, disana para juru masak
sedang memasak dan juru masak disana berjumlah lima orang disana. Bagaimana
jika kita berangkat sekarang? Apakah mba sudah siap bergabubg dengan banyak
orang? Nah mba sesampainya disana mba langsung bersalaman dan
memperkenalakan diri seperti yang sudah kita pelajari, mba bersikap biasa saja
dan yakin bahwa orang-orang disana senang dengan kedatangan mba. baik lah mba
kita berangkat sekarang ya mba.
(selanjutnya perawat mendampingi pasien di kegiatan kelompok, sampai dengan
kembali ke kamar).
Nah mba, sekarang kita latihan bercakap-cakap dengan teman saat melakukan
kegiatan harian, kegiatan apa yang ingin mba lakukan? Ooh merapikan kamar
baiklah dengan siapa mba ingin didampingi? Dengan Nn. E? baiklah mba.
kegiatannya merapikan tempat tidur dan menyapu kamar tidur ya mba ( perawat
mengajak pasien E untuk menemani pasien merapikan tempat tidur dan menyapu
kamar, kemudian memotivasi pasien dan teman sekamar bercakap-cakap.
3. Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan mba setelah kita berkenalan dengan juru masak di dapur ?
kalau setelah merapikan kamar bagaimana mba? apa pengalaman mba yang
menyenangkan berada dalam kelompok? Adakah manfaatnya kita bergabung
dengan orang banyak?
b. RTL :
Baiklah mba selanjutnya mba bisa menambah orang yang mba kenal. Atau mba
bisa ikut kegiatan menolong membawakan nasi untuk dimakan oleh teman-
teman mba. jadwal bercakap-cakap setiap pagi saat merapikan tempat tidur kita
cantumkan dalam jadwal ya mba. setiap jam berapa mba akan berlatih? Baiklah
pada pagi jam 08:00 dan sore jam 16:00.
c. Kontrak yang akan datang :
Topik :
Baik lah mba bagaimana kalau besok saya kan mendampingi mba dalam
melakukan berbincang-bincang saat menjemput pakaian ke laundry. apakah mba
bersedia?
Waktu :
mba mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00
61
Tempat :
mba maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu?
Baiklah mba besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok mba. saya
permisi. Assalamualaikum.
B. Proses Pelaksanaan
1. Fase Orentasi.
a. Salam Terapeutik.
Assalamualaikum mba, Selamat pagi mba. Apakah mba masih kenal dengan
saya?
b. Evaluasi/ Validasi :
Bagaimana dengan perasaan mba hari ini? masih ada perasaan kesepian, rasa
enggan berbicara dengan orang lain? Bagaimana dengan kegiatan hariannya
62
sudah dilakukan?dilakukan sambil bercakap-cakap kan mba? sudah berapa
orang baru yang mba kenal? Dengan teman kamar yang lain bagaimana?
Apakah sudah bercakap-cakap juga? Bagaiman perasaan mba setelah
melakukan semua kegiatan? Waah mba memang luar biasa.
c. Kontrak :
Topik :
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini saya akan mendampingi mba
dalam menjemput pakaian ke laundry atau latihan berbicara saat melakukan
kegiatan sosial. Apakah mba bersedia?
Waktu :
Berapa lama mba mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?
Tempat :
mba mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?
2. Fase Kerja.
Baiklah, apakah mba sudah mempunyai daftar baju yang akan di ambil? (sebaiknya
sudah disipakan oleh perawat) baiklah mba mari kita berangkat ke ruangan
laundry.(komunikasi saat di ruangan laundry).
Nah mba caranya yang pertama adalah mba ucapkan salam untuk ibu siti, setelah
itu mba bertanya kepada ibu Siti apakah pakaian untuk ruangan Bunga Kol sudah
ada? Jika ada pertanyaan dari ibu siti ibu jawab ya.. setelah selesai, minta ibu siti
menghitung total pakaian dan kemudian mba ucapkan terimakasih pada Ibu siti..
Nah sekarang coba mba mulai ( perawat mendampingi pasien)
3. Terminasi.
a. Subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan mba setelah bercakap-cakap saat menjemput pakaian ke
ruangan laundry? Apakah pengalaman yang menyenangkan mba?
b. RTL :
Baiklah mba, selanjutnya mba bisa terus menambah orang yang mba kenal dan
melakukan kegiatan menjemput pakaian ke ruangan laundry.
c. Kontrak yang akan datang :
Topik :
Baik lah mba bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang
kebersihan diri. apakah mba bersedia?
Waktu :
63
mba mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00
Tempat :
1. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien
Data Objektif :
Klien terlihat murung dan tidak bersemangat
Klien lebih banyak diam
Klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain
Sesekali klien terlihat menangis
Klien melakukan percobaan bunuh diri dengan meminum racun
Data Subjektif :
Klien mengatakan : Klien sedih karena calon istrinya meninggal akibat kecelakaan
satu bulan sebelum pernikahan, ia mengatakan sering mengurung diri di kamar dan
menangis.
Klien meminta perawat untuk menjaga ibu dan kedua adiknya, klien selalu
mengatakan ingin pergi jauh.
c. Tujuan
Kognitif, klien mampu:
) Menyebutkan penyebab risiko bunuh diri
a) Menyebutkan tanda dan gejala risiko bunuh diri
b) Menyebabkan akibat yang ditimbulkan bunuh diri
c) Menetapkan harapan dan masa depan
64
Psikomotor, klien mampu:
a) Mengendalikan lingkungan yang aman
b) Melatih diri berpikir positif dan afirmasi positif
c) Menggunakan kelompok untuk bercakap-cakap dalam menyelesaikan masalah
d) Melakukan aspek positif dalam mencapai harapan dan masa depan
Afektif :
a) Merasakan manfaat diri sendiri
b) Membedakan perasaan sebelum dan sesudah latihan
c) Merasa hidup lebih optimis
d. Tindakan Keperawatan
1. Mendiskusikan dan mengamankan lingkungan dari risiko bunuh diri (lingkungan
aman)
2. Bantu klien membangun harapan dan masa depan
3. Latih cara mencapai harapan dan masa depan secara bertahap
4. Latih cara mengendalikan dorongan bunuh diri
5. Beri motivasi untuk membangun harapan dan mengendalikan dorongan bunuh
diri
6. Berikan pengawasan ketat dan terkendali jika klien tidak dapat mengendalikan
dorongan bunuh diri
2. Kerja
a. Pengkajian
“Apa peristiwa yang menyebabkan mas tidak ada harapan?”
“Apakah yang mas pikirkan terkait peristiwa tersebut?”
“apakah ada keinginan atau ide untuk mengakhiri kehidupan?”
“Apakah pernah menyampaikan ancaman akan bunur diri?”
“Apakah mas pernah mencoba bunuh diri?”
b. Diagnosis
“Jadi, sesuai dengan yang mas katakan, maka mas ingin mengakhiri
kehidupan, kita masukkan skore 2 atau ide bunuh diri”.
c. Tindakan
“Mas, ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya bunuh diri.
Bagaimana mas? Bersedia melakukannya?”
“Mas mari kita bekerja sama, saya akan mengobservasi Mas setiap 15-30
menit. Mas juga berupaya untuk tidak melakukannya. Jika dorongannya
tidak dapat dikendalikan segera sampaikan pada saya atau keluarga yang
ada di rumah”.
“Mas mari kita diskusikan apa saja cita-cita dan harapan masa depan mas.
“Bagus sekali”, “apa yang dapat dilakukan untuk mencapai cita-cita dan
masa depan?”
“Apa yang telah mas coba untuklakukan dalam mencapainya?”, “Baik,
mari kita catat ya”, “Dari semua keingina dan harapan ini, mana yang
ingin mas capai terlebih dahulu?”, “Baik, mari kita susun langkah-langkah
untuk mencapai harapan, Mas”, “Pertama minum obat, kedua melakukan
66
berpikir positif terhadap diri , keluarga dan lingkungan. “Ketiga...... dan
seterusnya”
“Bagaiama langkah-langkah dalam melakukan kegiatan tersebut?”
“Untuk obat, nanti akan saya jelaskan setelah kita bertemu dokter.”
“Berpikir positif terhadap diri, keluarga dan lingkungan sudah dilakukan
ya.”
“Untuk kegiatan...mari kita susun langkah-langkahnya!”
“Bagus! Pertama....kedua...ketiga...., dan seterusnya. Bagus sekali!”
Terminasi :
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
“Bagaimana perasaan Mas setelah kita latihan menyusun harapan dan
rencana masa depan?”
“Coba sebutkan kembali langkah-langkah mencapai harapan Mas!”
“Bagus! Tepat sekali yang Mas katakan. Jadi untuk mencapai harapan Mas
dilakukan secara bertahap ya, dimulai dengan minum obat agar Mas pulih
kembali.”
“Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian”
b. Tindakan Lanjutan Klien
“Baiklah, mari kita masukkan rencana kegiatannya dalam jadwal agar Mas
dapat lakukan setiap hari.”
c. Kontrak yang akan datang :
Topik :
“Baiklah sekarang Mas saya tinggal dlu, kapan kita bisa bertemu lagi mas?
“Bagaimana kalau besok?”, “Baiklah besok kita akan membahas tentang
cara berpikir positif tentang diri sendiri dan menghargai diri sebagai
individu yang berharga”
Waktu :
“Jam berapa mas? Bagaimana kalau jam 09.00?”
Tempat :
“Tempatnya mau dimana mas?”, “Bagaimana kalau di taman mas? Apakah
mas setuju? Baiklah mas selamat berisitirahat.
67
STRATEGI PELAKSANAAN 2 (SP 2)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
Data Objektif :
Klien tampak berekspresi murung, tak bergairah
Data Subjektif :
Klien menyatakan ingin pergi jauh
Klien mengatakan tak sanggup menjalani hidup
3. Tujuan
Klien dapat berpikir positif terhadap dirinya sendiri
4. Tindakan Keperawatan
a. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri
b. Meningkatkan harga diri klien yaitu :
1) memberi kesempatan klien mengungkapkan perasaannya
2) berikan pujian bila klien dapat mengatakan perasaan positif
3) meyakinkan klien bahwa dirinya penting
4) membicarakakn keadaan yang sepatutnya disyukuri
5) merencanakan aktifitas yang dapat dilakukan
c. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan :
1) Mendiskusikan dengan klien cara menyelesaikan masalahnya
2) Mendiskusikan dengan klien efektifitas masing-masing cara penyelesaian
masalah
3) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik
4) Memasukkan jadwak kegiatan selanjutnya
B. Proses Pelaksanaan
1. Fase Orientasi :
“Assalammualaikum, mas … masih ingat saya??? baguss
68
“Bagaimana perasaan mas pagi ini ? Wah tampak gembira”
“Mas masih ingat dengan kontrak kita kemarin?”, “Iya, kita akan berbincang-
bincang tentang cara berpikir positif tentang diri sendiri dan menghargai diri
sendiri.” “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang di taman sesuai dengan
kontrak kita kemarin?”, “Apa mas mau? Berapa lama Kita akan berbicara?
Bagaimana kalau 15 menit sesuai kontrak kita kemarin juga yang telah
ditentukan? Apakah mas setuju?”
2. Fase Kerja :
“Apa saja hal-hal yang mas sukai dari diri mas?”, “Ya, bagus! Ternyata banyak
ya yang mas sukai”, “ Apa yang mas tidak sukai dari diri mas? Bisa mas jelaskan
alasan mas tidak menyukai itu”, “apakah mas tahu apa saja kerugian dari rasa
tidak suka itu” “Kalau kita tidak menyukai hal tersebut, menjadikan kita pribadi
yang tidak bersyukur”, “mas tidak mau kanmenjadi orang yang tidak mau
bersyukur?”, “ Jadi kalau mas merasa hal itu tidak mas sukai,cobalah dari
sekarang mas mulai mencoba menyukainya, contoh : Mas bisa menulis dengan
tekhnik yang berbeda, lihat mas seperti saya. Coba mas lakukan seperti saya tadi,
yaa..begitu mas...bagus!!”
3. Fase Terminasi :
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
“Bagaimana perasaan mas, setelah apa yang kita bicarakan tadi” ,“Saya
senang jika mas mulai sekarang menyukai hal yang mas anggap tidak suka.
Nah sekarang coba mas lakukankembali apa yang sudah kita bicarakn tadi dan
tekhnik cara menulis. Iya.. bagus mas, mas luar biasa!”
CATATAN:
Strategi pelaksanaan selanjutnya, sama dengan SP 2 dengan kegiatan yang
dimiliki sesuai kemampuan pasien lainnya (yang belum dilatih)
1. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien
Data Objektif :
Klien terus berbicara tentang penyakit yang dimilikinya
Pembicaraan klien cenderung berulang-ulang
Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
Data Subjektif :
- Pasien merasa yakin menderita penyakit kanker otak
- Pasien mengatakan ia pernah mencoba gantung diri
- Pasien merasa kakaknya memperhatikannya
70
c. Tujuan
Kognitif, klien mampu:
a) Menyebutkan orientasi terhadap realitas
b) Menyebutkan kebutuhan yang belum terpenuhi
c) Menyebutkan aspek positif yang dimiliki
Psikomotor, klien mampu:
a) Berorientasi terhadap realitas (orang, tempat dan waktu)
b) Memenuhi kebutuhan
c) Melatih aspek positif yang dimiliki
d) Minum obat dengan prinsip 8 benar ( benar obat, benar klien, benar waktu, benar
cara, benar dosis, benar manfaat, benar kadaluarsa dan benar dokumentasi)
Afektif :
a) Merasa manfaat dari latihan yang dilakukan
b) Merasa nyaman dan tenang
d. Tindakan Keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya. Sebelum memulai mengkaji klien waham,
membina hubungan saling percaya penting dilakukan agar klien merasa aman dan
nyaman saat berinteraksi
2. Bantu Orientasi Realita
a) Tidakmendukung atau membantah waham klien
b) Yakinkan klien berada dalam keadaan aman
c) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
d) Jika klien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa memberi
dukungan atau menyangkal sampai klien berhenti membicarakannya
e) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi klien sesuai dengan realitas
3. Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenihi sehingga
menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah
4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional klien
5. Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki
6. Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki
7. Berdiskusi tentang obat yang diminum
8. Melatih minum obat yang benar
71
2. Proses Pelaksanaan Tindakan
Orentasi
“ Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu, perkenalkan nama saya Lufy Afiestasari,
saya biasa dipanggil Lufy. Saya perawat yang dinas diruang Wortel ini, saya dinas
diruangan ini selama 3 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari pukul 08.00 sampai
pukul 13.00 WIb, jadi selama 3 minggu ini saya yang merawat ibu.
“Kalau saya boleh tahu nama Ibu siapa? Dan senang nya dipanggil apa?”
“ Bagaimana perasaan Ibu saat ini?”
“Baiklah Ibu, bagaimana kalau kita berbincang-bincang?”
“Berapa lama Ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?”
“Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?.”
Fase kerja
“ Saya mengerti bahwa Ibu merasa memiliki sakit kanker otak, tapi sulit bagi saya
untuk mempercayai ibu juga belum atau tidak menunjukan hasil pemeriksaan ibu
dari rumah sakit. Bisa kita lanjutkan pembicaraan kita yang terputus Ibu ?
Tampaknya ibu gelisah sekali, bisa ibu ceritakan apa yang ibu rasakan?”
“ O...jadi Ibu merasa trauma karena dulu suami ibu sering memukuli kepala ibu? Ibu
juga marah-marah karena sering dipaksa minum obat? Siapa yang sering memaksa
ibu minum obat? Jadi ibu dan kedua kakak ibu ya? Kalau ibu sendiri inginya
bagaimana? Bagus...ibu sudah punya rencana dan jadwal untuk ibu sendiri. Coba
kita tuliskan rencana dan jadwal ibu resebut. Wah...bagus sekali, jadi setiap harinya
ibu ingin ada kegiatan diluar rumah dan teman bicara karena ibu bosan diam di
rumah terus ya?”
Terminasi
a. Evaluasi Subjektif dan Objektif
“Bagaimana perasaan Ibu setelah berbincang- bincang dengan saya? Sekarang coba
Ibu ulangi apa saja tadi yang kita bicarakan? Bagus sekali Ibu sudah menjawabnya
dengan benar.”
b. Tindak Lanjut Klien
“Baiklah Ibu bagaimana kalau bincang-bincang kita ini, Ibu masukan ke jadwal?
Apakah ibu bersedia ? Naah bagus Ibu.”
c. Kontrak yang Akan datang
72
Topik :
“Baik lah Ibu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang menggali kemampuan
positif dan mempraktekannya?. apakah Ibu bersedia?”
Waktu :
“Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00?”
Tempat :
“Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu??”
“Baiklah Ibu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok Ibu. saya
permisi Assalamualaikum WR,WB.”
3. Tujuan
Kognitif, klien mampu:
d) Menyebutkan orientasi terhadap realitas
e) Menyebutkan kebutuhan yang belum terpenuhi
f) Menyebutkan aspek positif yang dimiliki
Psikomotor, klien mampu:
e) Berorientasi terhadap realitas (orang, tempat dan waktu)
f) Memenuhi kebutuhan
g) Melatih aspek positif yang dimiliki
73
h) Minum obat dengan prinsip 8 benar ( benar obat, benar klien, benar waktu, benar
cara, benar dosis, benar manfaat, benar kadaluarsa dan benar dokumentasi)
Afektif :
c) Merasa manfaat dari latihan yang dilakukan
d) Merasa nyaman dan tenang
Orentasi
“Assalamualaikum Ibu, Selamat pagi Ibu, masih ingat dengan saya?”
“Bagaimana dengan perasaan Ibu hari ini? Apakah ibu sudah mengingat ingat apa saja
hobi atau kegemaran Ibu ? Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”
“Berapa lama Ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?”
“Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?”
Fase Kerja.
“Baiklah Ibu, sebelumnya apa saj hobi ibu ? Saya catat ya bu, terus apalagi?”
“Wah...rupanya ibu pandai menulis puisi ya, tidak semua orang bisa menulis puisi
seperti itu loh bu”
“Bisa ibu ceritakan kepada saya kapan pertama kali ibu belajar menulis puisi ? siap
yang dulu mengajarkan ibu menulis puisi? Bisa tidak ibu tuliskan sebuah puisi?
Temanya bebas bu”
“wah..bagus sekali isi puisinya”
“Coba kita buat jadwal untuk menulis puisi ya, ibu maunya sehari berapa kali menulis
puisinya bu?, apa yang ibu harapkan dari menulis puisi ini ? Ada tidak kemampuan
atau hobi lain selain menulis puisi?”
Terminasi
a. Evaluasi subjektif dan Objektif
Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berbincang-bincang dan menulis puisi?
Bahagia ya ? Bisa Ibu sebutkan lagi apa saja yang sudah kita bicarakan? Yah
bagus sekali.
b. Rencana Tindakan Lanjutan
74
“Baiklah Ibu kita sudah melakukan memasukkan kegiatan menulis puisi ke dalam
jadwal. Setelah ini ibu coba lakukan sesuai jadwal yang telah dibuat ya.
3. Tujuan
Kognitif, klien mampu:
g) Menyebutkan orientasi terhadap realitas
75
h) Menyebutkan kebutuhan yang belum terpenuhi
i) Menyebutkan aspek positif yang dimiliki
Psikomotor, klien mampu:
i) Berorientasi terhadap realitas (orang, tempat dan waktu)
j) Memenuhi kebutuhan
k) Melatih aspek positif yang dimiliki
l) Minum obat dengan prinsip 8 benar ( benar obat, benar klien, benar waktu, benar
cara, benar dosis, benar manfaat, benar kadaluarsa dan benar dokumentasi)
Afektif :
e) Merasa manfaat dari latihan yang dilakukan
f) Merasa nyaman dan tenang
2. Fase Kerja
“Baiklah Ibu, sekarang kita akan diskusikan tentang obat dan cara meminumnya..
Berapa Ibu, berapa macam obat yang ibu minum agar pikirannya menjadi tenang ?
Jam berapa saja obatnya diminum ?”
“Obatnya ada tiga macam ya bu, yang warna orange namanya CPZ gunanya agar
tenang, yang putih namanya THP gunanya agar rileks dan yang merah jambu ini
namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur.”
“Semuanya ini diminum 3 kali sehari ya bu”, “Diminum pada jam 7 pagi, jam 1 siang
dan jam 7 malam.”
“Bila nanti setelah minum obat mulut ibu terasa kering, untuk membantu
mengatasinyaibu bisa banyak minum air. Sebelum minum obat ini, ibu harus
mengecek dulu label di kotak obat, apakah benar nama ibu Vanesa yang tertulis disitu,
76
berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca
juga apakah nama obatnya sudah benar.”
“Obat-obat ini harus diminumsecara teratur dan kemungkinan besar harus diminum
dalam waktu yang lama, agar tidak kambuh lagi. Sebaiknya ibu tidak menghentikan
sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter.”
3. Terminasi :
a. Evaluasi subjektif dan objektif
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita belajar dan berbincang-bincang tentang
obat yang ibu minum? Apa saja nama obatnya ? jam berapa minum obat ?
Baiklah Ibu ibu sudah menyebutkan dan melakukannya dengan benar, Bagus !”
b. Rencana Tindakan Lanjutan
“Selanjutnya kita masukkan kegiatan minum obat kedalam jadwal ya. Jangan
lupa untuk menulis M jika ibu melakukannya sendiri, tulis B jika ibu
melakukannya seteelah diingatkan atau disuruh perawat,dan T jika ibu tidak
melakukannya.”
c. Topik
“Baik lah Ibu besok kita akan ketemu lagi dan membicrakan tentang pemenuhan
kebutuhan dasar ibu, apakah Ibu bersedia?”
d. Waktu
“Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00”
e. Tempat
“Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu?
? Baiklah Ibu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok Ibu. saya
permisi. Assalamualaikum …”
77
STATEGI PELAKSANAAN (SP) 4 : MELATIH PEMENUHAN KEBUTUHAN
a. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien.
Klien tenang, koorperatif dan merespon pembicaraan
Klientidak tahu bagaimana cara memenuhi kebutuhan
3. Tujuan
a. Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi yang
berhubungan dengan realitas
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengkaji kegiatan dan kebutuhan sehari-hari klien
b. Mendiskusikan cara memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi
c. Meminta klien menulis kemampuan yang dimiliki untuk memenuhi
kebutuhan
d. Memasukkan kegiatan memenuhi kebutuhan dasar kedalam jadwal harian
78
“Ibu, jika ibu mau kita bisa membuat jadwal untuk kegiatan ibu agar kebutuhan
ibu terpenuhi semua, bisa kan?”
“Sekarang saya ingin tahu apakah ibu merasa asing dengan lingkungan yang
sekarang?” , “Apakah ibu saling mengenal dengan semua teman-teman yang
berada disini? Apakah ibu kebingungan denganhari, tanggal dan jam ?”
“Apakah ibu mampu untuk bekerja sama dengan teman teman disini? Ibu kalau
ada yang ibu keluhkan disini ibu bisa berbicara dengan saya atau perawat lain di
ruangan ini.”
“Ibu kemarin kan sudah berkenalan dengan teman-teman yang ada disini, ibu juga
bisa bekerjasama dengan mereka. Semua yang ada disi adalah teman ibu.”
“Wah bagus sekali ibu, sudah bisa berbincang-bincang dengan teman-temannya.
Pertahankan ya bu”
Terminasi
a. Evaluasi Subjektif dan Objektif
Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berbincang-bincang? Saya senang sekali ibu
mau mengobrol dengan saya. Bisakah ibu mengulangi apa saja yang sudah kita
perbincangkan? Bagus sekali Ibu”
3. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien
Data Objektif :
Pasien telihat memandang negatif dirinya
Pasien terlihat pasif
Pasien telihat lesu dan tidak bergairah
Data Subjektif :
Pasien mengatakan ia tidak memiliki teman
Pasien mengatakan ia tidak berguna, tidak berarti dan tidak mempunyai
kemampuan apapun
Pasien mengatakan ia tidak bisa meberikan kebahagiaan kepada kedua orang
tuanya
Pasien merasa ia tidak mendapat perhatian dari kakaknya semenjak kakaknya
berkeluarga
Pasien mengatakan lebih suka menyendiri dan mengurung diri di kamar
c. Tujuan
1. Kognitif, klien mampu:
a) Mengenal aspek positif dan kemampuan yang dimiliki
b) Menilai aspek positif dan kemampuan yang dapat dilakukan
c) Memilih aspek positif dan kemampuan yang ingin dilakukan
2. Psikomotor, klien mampu
1. Melakukan aspek positif dan kemampuanyang dipilih
2. Berperilaku aktif
3. Menceritakan keberhasilan kepada orang lain
80
3. Afektif, klien mampu
a) Merasakan manfaat latihan
b) Menghargai kemampuaan diri (bangga)
c) Meningkatkan harga diri.
d. Tindakan Keperawatan
9. Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
10. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
11. Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
12. Melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan
kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.
81
Kerja
“Ibu Winda ,apa saja kemampuan yang Ibu Winda miliki ? Bagus ,apa lagi?
Saya buat daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa Ibu Winda
lakukan ? Bagaimana dengan merapikan kamar? Menyapa? Mencuci piring
……….dst”.
“Wah ,bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang Ibu Winda miliki”.
“Ibu Winda dari lima kegiatan kemampuan ini ,yang mana yang masih dapat
dikerjakan di rumah sakit ?
Coba kita lihat ,yang pertama bisakah ,yang kedua………sampai 5 (misalnya ada
3 yang masih bisa dilakukan).Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa
kerjakan di rumah sakit ini.
“Sekarang ,coba Ibu Winda pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di
rumah sakit ini”. “O yang nomor satu ,merapikan tempat tidur? Kalau
begitu,bagaimana kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur Ibu
Winda”.Mari kita lihat tempat tidur Ibu Winda ya.
Coba lihat ,sudah rapikah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur ,mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya.bagus! Sekarang kita angkat spreinya dan kasurnya kita balik.
”Nah,sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari atas ya bagus! Sekarang
sebelah kaki , tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang
ambil bantal,rapikan dan letakkan di sebelah atas kepala. Mari kita lipat selimut
,nah letakkan sebelah bawah kaki ,bagus!”
“Ibu Winda sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali . Coba
perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan ? Bagus”
“ Coba Ibu Winda lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau Ibu
Winda lakukan tanpa disuruh , tulis B(bantuan ) jika diingatkan bisa melakukan
,dan T ( tidak) melakukan .
Terminasi :
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
“Bagaimana perasaan Ibu Winda setelah kita bercakap-cakap dan latihan
merapikan tempat tidur ? yah?, Ibu Winda ternyata banyak memiliki kemampuan
yang dapat dilakukan di rumah sakit ini.
82
Salah satunya , merapikan tempat tidur , yang sudah Ibu Winda praktekkan
dengan baik sekali
Coba ulangi bagaimana cara merapikan tempat tidur tadi, Bagus sekali”
b. Tindakan Lanjutan Klien
“Sekarang ,mari kita masukkan pada jadual harian . Ibu Winda,mau berapa kali
sehari merapikan tempat tidur. Bagus ,dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa? Lalu
sehabis istirahat ,jam 16.00”
“ Coba Ibu Winda lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau Ibu
Winda lakukan tanpa disuruh , tulis B(bantuan ) jika diingatkan bisa melakukan
,dan T ( tidak) melakukan .
c. Kontrak yang akan datang
Topik :
“Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Ibu Winda masih ingat
kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapikan
tempat tidur? Ya bagus,menyapu lantai ….”
Waktu :
“ Kalau begitu kita akan latihan menyapu lantai besok ya, Ibu Winda maunya
jam berapa besok? Bagaimana kalau jam 08.00 pagi?”
Tempat :
“ Tempatnya mau dimana Ibu Winda ? bagaimana kalau di koridor sehabis
makan pagi? Baiklah Ibu Winda saya pamit dulu ya sampai jumpa
…Assalamu’alaikum”
83
7. Tujuan
Klien dapat melakukan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki yang lain (yang belum dilakukan)
8. Tindakan Keperawatan
Klien dapat merencanakan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.
2. Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan
3. Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan dirumah sakit
4. Bantu klien melakukannya, kalau perlu beri contoh
5. Beri pujian atas kegiatan dan keberhasilan klien
6. Diskusikan jadwal kegiatan harian atau kegiatan yang telah dilatih
D. Proses Pelaksanaan
4. Fase Orientasi :
“Assalammu‘alaikum, Ibu Winda … masih ingat saya??? baguss
Bagaimana perasaan Ibu Winda pagi ini ? Wah tampak gembira”
“ Bagaimana ibu, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin tadi pagi ?
Bagus ( kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi ),
Sekarang kita akan latihan kemampuan kedua, masih ingat apa kegiatan itu bu?”
“Ya benar kita akan latihan menyapu lantai di koridor ruangan ini”
“Waktunya 10 menit, mari kita ke koridor”
5. Fase Kerja :
“Ibu Winda, sebelum kita menyapu lantai kita perlu siapkan dulu perlengkapanya,
yaitu sapu ijuk untuk membersikan lantai dan sekop untuk menampung sampah,
oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sampah yang telah
disapu.
“sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“setelah semuanya perlengkapan tersedia, Ibu Winda ambil sapu dan sekop
sampahnya, kemudian ibu sapu perlahan lahan dengan mengayunkan tangan dari
belakang ke depan, masukkan sampah dan debu tadi ke dalam sekop sampah,
84
kemudian buang sampah ke tempat sampah. Lakukan semua perlahan lahan agar
debu tidak berterbangan. nah selesai
“sekarang coba Ibu Winda yang melakukan”
“Bagus sekali, Ibu Winda dapat mempraktekkan menyapu lantai dengan baik,
sekarang dicuci ya tanganya
6. Fase Terminasi :
a. Evaluasi subjektif dan objektif
“Bagaimana perasaan mba setelah latihan menyapu lantai”
“Coba ulangi cara menyapu lantai…baguss”
b. Tindakan lanjutan klien
“ bagaimana kalau kegiatan menyapu lantai ini dimasukan menjadi kegiatan
sehari – hari mba. mau berapa kali mba menyapu lantai? bagus sekali mba
menyapu lantai 2 kali sehari ya”
c. Kontrak yang akan datang
Topik:
“besok kita akan latihan untuk kemampuan ke tiga, setelah merapikan tempat
tidur dan menyapu lantai. Masih ingat kegiatan apakah itu ? ya benar kita akan
latihan mencuci piring”
Waktu :
“mau jam berapa? Sama dengan sekarang ya? Jam 8 ya Ibu Winda?
Tempat :
“tempatnya mau dimana ibu Winda? Bagaimana kalau disini saja seperti hari
ini? “baiklah kalau begitu saya izin pamit dulu ya, besok saya akan kembali
untuk melkukan kegiatan kita.”
“sampai jumpa Ibu Winda …Assalamu’alaikum”
CATATAN:
Strategi pelaksanaan selanjutnya, sama dengan SP 2 dengan kegiatan yang
dimiliki sesuai kemampuan pasien lainnya (yang belum dilatih).
85
2.2.5 SPTK Risiko Perilaku Kekerasan
Nama Pasien : Tn. A
Ruang : Wortel
4. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien
Data Objektif :
Pandangan pasien tajam
Nada bicara pasien tinggi dan kasar
Pasien mengepal-ngepalkan tangannya dan mengatupkan rahangnya
Data Subjektif :
c. Tujuan
Kognitif, klien mampu:
d) Menyebutkan penyebab risiko perilaku kekerasan
e) Menyebutkan tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan
f) Menyebutkan akibat yang ditimbulkan
g) Menyebutkan cara mengatasi risiko perilaku kekerasan
86
e) Patuh minum obat dengan 8 benar (benar nama klien, benar obat, benar dosis,
benar cara, benar waktu, benar manfaat, benar tanggal kadaluarsa dan benar
dokumentasi)
Afektif :
a) Merasakan manfaat dari latihan yang dilakukan
b) Membedakan perasaan sebelum dan sesudah latihan
d. Tindakan Keperawatan
13. Bina hubungan saling percaya. Sebelum memulai mengkaji klien risiko perilaku
kekerasan, membina hubungan saling percaya penting dilakukan agar klien merasa
aman dan nyaman saat berinteraksi
14. Latih klien untuk melakukan relaksasi : Tarik napas dalam, pukul bantal dan
kasur,senam, dan jalan-jalan
15. Latih klien untuk bicara dengan baik : Mengungkapkan perasaan, meminta dengan
baik dan menolak dengan baik
16. Latih deeskalasi secara verbal maupun tertulis
17. Latih klien melakukan kegiatan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
yang dianut (sholat, berdoa dan kegiatan ibadah yang lainnya)
18. Latih klien patuh minum obat dengan cara 8 benar (benar nama klien, benar
obat,benar dosis, benar cara, benar waktu, benar manfaat, benar tanggal kadaluarsa
dan benar dokumentasi
19. Bantu klien dalam mengendalikan risiko perilaku kekerasan jika klien mengalami
kesulitan
20. Diskusikan manfaat yang didapatkan setelah mempraktikkan latihan
mengendalikan risiko perilaku kekerasan
21. Berikan pujian pada klien saat mampu mempraktikkan latihan mengendalikan
risiko perilaku kekerasan.
87
diruangan ini selama 3 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari jam 7 sampai jam 1
siang, jadi selama 3 minggu ini saya yang merawat bapak.
Nama bapak siapa? Dan senang nya dipanggil apa?”
“ Bagaimana perasaan bapak saat ini? masih ada perasaan kesal atau marah?”
“ Baiklah sekarang kita akan berbincang-bincang tentang perasaan marah yang bapak
rasakan,”
“ Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang ? bagaimana kalau 10 menit
.Dimana kita akan bincang-bincang? Bagaimana kalau diruang tamu?”
Fase kerja
“Apa yang menyebabkan bapak marah? Apakah sebelumnya bapak pernah marah?
Terus penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?”
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti tetangga atau saudara bapak yang tidak
percaya dengan apa yang bapak katakan, apa yang bapak rasakan?”
“Apakah bapak merasa kesal, kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot,
rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal? apa yang bapak lakukan selanjutnya”
“ Apakah dengan bapak marah-marah, keadaan jadi lebih baik? Menurut bapak
adakah cara lain yang lebih baik selain marah-marah? maukah bapak belajar
mengungkapkan marah dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
” ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, hari ini kita belajar satu
cara dulu”
“ begini pak, kalau tanda- marah itu sudah bapak rasakan bapak berdiri lalu tarik
nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan secara perlahan-lahan dari mulut
seperti mengeluarkan kemarahan, coba lagi bapak dan lakukan sebanyak 5 kali. Bagus
sekali bapak sudah dapat melakukan nya”
“ nah sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu
rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”.
Terminasi
a. Evaluasi Subjektif dan Objektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan
bapak? ”
“ Coba bapak sebutkan penyebab bapak marah dan yang bapak rasakan dan apa
yang bapak lakukan serta akibatnya
88
b. Tindak Lanjut Klien
“Baiklah pak bagaimana kalau latihan kita ini, Bapak masukan ke jadwal? Apakah
bapak bersedia ? Naah bagus pak.”
“Nanti tolong bapak tulis M, bila bapak melakukannya sendiri, tulis B, bila bapak
dibantu dan T, bila bapak tidak melakukan”
c. Kontrak yang Akan datang
Topik :
“Baik lah pak bagaimana kalau besok kita latihan cara lain untuk mencegah dan
mengendalikan marah bapak ? apakah bapak bersedia?”
Waktu :
“Bapak mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00?”
Tempat :
“Bapak maunya dimana kita latihan? Bagaimana kalau di ruang tamu??” “Baiklah
pak besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok pak. saya permisi
Assalamualaikum WR,WB.”
Data Subjektif :
c. Tujuan
Kognitif, klien mampu:
a) Menyebutkan penyebab risiko perilaku kekerasan
89
b) Menyebutkan tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan
c) Menyebutkan akibat yang ditimbulkan
d) Menyebutkan cara mengatasi risiko perilaku kekerasan
Afektif :
c) Merasakan manfaat dari latihan yang dilakukan
d) Membedakan perasaan sebelum dan sesudah latihan
Fase Kerja.
“Sekarang kita latihan cara bicara Bapak baik untuk mencegah marah. Kalau marah
sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega,
maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak:
90
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan suara yang rendah serta tidak menggunakan
kata-kata kasar. Kemarin Bapak mengatakan penyebab marahnya karena tetangga dan
saudara-saudara bapak di rumah tidak mendengarkan bapak ya:” bapak bisa
menggunakan kata tolong seperti, tolong dengarkan apa yang saya ucapkan, tolong
sediakan makan dan bereskan rumah” Nanti biasakan dicoba disini untuk meminta baju,
minta obat dan lain-lain. Coba Bapak praktekkan . Bagus pak. “
Yang kedua : Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan Bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: ‘maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada
kerjaan’. Coba Bapak praktekkan . Bagus pak.”
Yang ketiga Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal bapak dapat mengatakan:’Saya jadi ingin marah karena perkataan mu
itu’. Coba praktekkan. Bagus.”
Terminasi
d. Evaluasi subjektif dan Objektif
“Bagaimana perasaan Bapak setelah bercakap-cakap tentang cara mengontrol
marah dengan bicara yang baik?’
“Coba Bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari.”“Bagus
sekali”
e. Rencana Tindakan Lanjutan
“sekarang mari kita masukkan dalam jadwal. Berapa kali sehari Bapak mau
latihan bicara yang baik? bisa kita buat jadwalnya?”
“Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya meminta
obat, makanan dll. Bagus nanti dicoba ya pak!”
f. Kontrak yang Akan Datang
Topik :
“Baik lah Bapak besok kita akan ketemu lagi kita akan belajar untuk
mengendalikan melalui kegiatan spiritual yaitu ibadah., apakah Bapak bersedia?”
Waktu :
Bapak mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00
Tempat :
Bapak maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang
tamu? ? Baiklah Bapak besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa
besok pak. saya permisi Assalamualaikum WR,WB.
91
STATEGI PELAKSANAAN 3 (SP 3) :
B. Proses Keperawatan.
1. Kondisi
Data Objektif
Pandangan pasien tajam
Nada bicara pasien tinggi dan kasar
Pasien mengepal-ngepalkan tangannya dan mengatupkan rahangnya
Data Subjektif :
D. Tujuan
Kognitif, klien mampu:
a) Menyebutkan penyebab risiko perilaku kekerasan
b) Menyebutkan tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan
c) Menyebutkan akibat yang ditimbulkan
d) Menyebutkan cara mengatasi risiko perilaku kekerasan
92
Afektif :
a) Merasakan manfaat dari latihan yang dilakukan
b) Membedakan perasaan sebelum dan sesudah latihan
1. Fase Kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus, yang mana yang
mau di coba?Nah, kalau Bapak sedang marah coba langsung duduk dan langsung
tarik nafas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika
tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.
“ Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
“Coba Bapak sebutkan sholat 5 waktu? Bagus, mau coba yang mana? Coba sebutkan
caranya?”
2. Terminasi :
a. Evaluasi subjektif dan objektif
“Bagaiman perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang
ketiga ini?”“ Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari?
Bagus”
sekali”
Data Subjektif :
94
C. Tujuan
Kognitif, klien mampu:
e) Menyebutkan penyebab risiko perilaku kekerasan
f) Menyebutkan tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan
g) Menyebutkan akibat yang ditimbulkan
h) Menyebutkan cara mengatasi risiko perilaku kekerasan
Afektif :
c) Merasakan manfaat dari latihan yang dilakukan
d) Membedakan perasaan sebelum dan sesudah latihan
Terminasi
d. Evaluasi Subjektif dan Objektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara kita
minum obat yang benar?”
“Coba bapak sebutkan lagi jenis jenis obat yang bapak minum! Bagaiman cara
minum obat yang benar?”
e. Rencana Tindakan Lanjutan
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari? Sekarang
kita tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan
semua dengan teratur ya”
6. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien
Data Objektif :
Raut muka bingung karena bisikan tidak jelas
Pasien terlihat mengarahkan telinga ke arah tertentu
Pasien terlihat tidak dapat memfokuskan fikiran
Data Subjektif :
c. Tujuan
Kognitif, klien mampu:
a) Menyebutkan penyebab halusinasi
b) Menyebutkan karakteristik halusinasi yang dirasakan: Jenis, isi, frekuensi, durasi,
waktu, situasi yang menyebabkan dan respons
c) Menyebutkan akibat yang ditimbulkan dari halusinasi
d) Meyebutkan cara yang selama ini digunakan untuk mengendalikan halusinasi
e) Menyebutkan cara mengendalikan halusinasi yang tepat
97
Psikomotor, klien mampu:
a) Melawan halusinasi dengan menghardik
b) Mengabaikan halusinasi dengan bersikap cuek
c) Mengalihkan halusinasi dengan cara distraksi yaitu bercakap-cakap dan
melakukan aktivitas
d) Minum obat dengan prinsip 8 benar (benar nama klien, benar obat, benar dosis,
benar cara, benar waktu, benar manfaat, benar tanggal kadaluarsa dan benar
dokumentasi)
Afektif :
a) Merasakan manfaat cara-cara mengatasi halusinasi
b) Membedakan perasaan sebelum dan sesudah pelatihan
d. Tindakan Keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya. Sebelum memulai mengkaji klien risiko perilaku
kekerasan, membina hubungan saling percaya penting dilakukan agar klien merasa
aman dan nyaman saat berinteraksi
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala halusinasi, tanda, penyebab dan kemampuan
klien mengatasinya.
3. Tidak mendukung dan tidak membantah halusinasi klien
4. Latih klien melawan halusinasi dengan menghardik
5. Latih klien mengabaikan halusinasi dengan bersikap cuek
6. Latih klien mengalihkan halusinasi dengan bercakap-cakap dan melakukan
kegiatan secara teratur.
7. Latih klien minum obat dengan prinsip 8 benar, yaitu benar namaklien, benar nama
obat, benar manfaat, benar dosis obat, benar frekuensi, benar cara benar tanggal
kadaluwarsa, dan benar dokumentasi.
8. Diskusikan manfaat yang didapatkan setelah mempraktikkan latihanmengendalikan
halusinasi
9. Berikan pujian pada klien saat mampu mempraktikan latihan mengendalikan
halusinasi.
98
7. Proses Pelaksanaan Tindakan
Orentasi
“ Assalamu’alaikum, selamat pagi Bu, perkenalkan nama saya Lufy Afiestasari, saya
biaya dipanggil Lufy. Saya perawat yang dinas diruang wortel ini, saya dinas
diruangan ini selama 3 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari jam 7 sampai jam 1
siang, jadi selama 3 minggu ini saya yang merawat Ibu.
Nama ibu siapa? Dan senang nya dipanggil apa?”
“ Bagaimana perasaan ibu saat ini? masih ada perasaan kesal atau marah?”
“ Baiklah sekarang kita akan berbincang-bincang tentang perasaan marah yang ibu
rasakan,”
“ Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang ? bagaimana kalau 10 menit .Dimana
kita akan bincang-bincang? Bagaimana kalau diruang tamu?”
Fase kerja
“Apakah ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya?”
“Apa yang dikatakan suara itu?”
“Apakah ibu melihat sesuatu/orang/bayangan/makhluk?”
“Apakah terus-menerus suara tersebut terdengar atau hanya sewaktu-waktu saja?”
“Kapan paling sering ibu mendengar suara tersebut?”
“Berapa hari sekali ibu mendengar suara tersebut?”
“Pada keadaan apa, apakah pada waktu sendiri?”
“Apa yang ibu rasakan pada saat mendengar suara tersebut?”
“Apa yang ibu lakukan pada saat mendengar suara tersebut?”
“Apakah dengan cara itu suarabisikan yang ibu dengar dapat hilang?”
“Bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara tersebut agar tidak
muncul lagi?”
“Ibu, ada empat cara untuk mencegah suara-suara agar tidak muncul lagi.”
“Pertama, dengan menghardik suara tersebut.”
“Kedua, dengan carabercakap-cakap dengan orang lain.”
“Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal.”
“Keempat, minum obat dengan teratur.”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.”
“Caranya seperti ini :
99
- Saat suara-suara itu muncul, langsung Ibu bilang, pergi..saya tidak mau
dengar, saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu berulang-ulang
sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba Abang peragakan! Nah begitu
caranya. Bagus! Coba lagi! Ya bagus ibu sudah bisa.”
Terminasi
a. Evaluasi Subjektif dan Objektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tadi? ”
“ Coba ibu sebutkan cara untuk mencegah suara itu agar tidak muncul lagi.
“Bagus sekali bu!”
b. Tindak Lanjut Klien
“Kalau suara itu muncul lagi, silahkan ibu coba cara tersebut”
Baiklah ibu bagaimana kalau latihan kita ini, ibu masukan ke jadwal? Apakah ibu
bersedia ? Naah bagus bu.”
“Nanti tolong ibu tulis M, bila ibu melakukannya sendiri, tulis B, bila ibu dibantu
dan T, bila ibu tidak melakukan”
c. Kontrak yang Akan datang
Topik :
“Baik lah pak bagaimana kalau besok kita latihan cara untuk berbicara dengan oral
lain saat suara itu muncul? apakah ibu bersedia?”
Waktu :
“Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00?”
Tempat :
“Ibu maunya dimana kita latihan? Bagaimana kalau di ruang tamu??” “Baiklah bu
besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok bu. saya permisi
Assalamualaikum WR,WB.”
Data Subjektif :
b. Tujuan
Kognitif, klien mampu:
f) Menyebutkan penyebab halusinasi
g) Menyebutkan karakteristik halusinasi yang dirasakan: Jenis, isi, frekuensi, durasi,
waktu, situasi yang menyebabkan dan respons
h) Menyebutkan akibat yang ditimbulkan dari halusinasi
i) Meyebutkan cara yang selama ini digunakan untuk mengendalikan halusinasi
j) Menyebutkan cara mengendalikan halusinasi yang tepat
Afektif :
c) Merasakan manfaat cara-cara mengatasi halusinasi
d) Membedakan perasaan sebelum dan sesudah pelatihan
101
c. Tindakan Keperawatan
10. Bina hubungan saling percaya. Sebelum memulai mengkaji klien risiko perilaku
kekerasan, membina hubungan saling percaya penting dilakukan agar klien merasa
aman dan nyaman saat berinteraksi
11. Mengidentifikasi tanda dan gejala halusinasi, tanda, penyebab dan kemampuan
klien mengatasinya.
12. Tidak mendukung dan tidak membantah halusinasi klien
13. Latih klien melawan halusinasi dengan menghardik
14. Latih klien mengabaikan halusinasi dengan bersikap cuek
15. Latih klien mengalihkan halusinasi dengan bercakap-cakap dan melakukan
kegiatan secara teratur.
16. Latih klien minum obat dengan prinsip 8 benar, yaitu benar namaklien, benar nama
obat, benar manfaat, benar dosis obat, benar frekuensi, benar cara benar tanggal
kadaluwarsa, dan benar dokumentasi.
17. Diskusikan manfaat yang didapatkan setelah mempraktikkan latihanmengendalikan
halusinasi
18. Berikan pujian pada klien saat mampu mempraktikan latihan mengendalikan
halusinasi.
Fase Kerja.
“Nah, karena Ibu telah bersedia, mari kita mulai mengobrol dan latihan bercakap-cakap.”
Seperti yang telah saya jelaskan kemarin, ada 4 cara mengendalikan halusinasi, salah
satunya adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain.”
“Jadi, kalau Ibu mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari teman untuk diajak
ngobrol. “
102
“Minta teman untuk mengobrol dengan Ibu.”
“Contohnya begini: Tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya
untuk menghilangkan suara-suara itu.”
“Ayo Bu, coba Ibu ikuti apa yang saya katakan tadi. Ya, begitu.Bagus sekali.”
Terminasi
a. Evaluasi subjektif dan Objektif
“Bagaimana perasaan Ibu dengan obrolan kita tadi ? Apakah ibu merasa senang
karena ada reman ngobrol”
“Apakah ibu bisa menyimpulakn pembicaraan kita tadi? “
“Apa cara kedua mengendalikan halusinasi selain menghardik yang kita latih
kemarin ? Bagaimana caranya?”
b. Rencana Tindakan Lanjutan
“Kalau bisikan tersebut muncul, Ibu bisa coba bercakap-cakap dengan orang lain
terutama jika sedang waktu luang / menyendiri”
c. Kontrak yang Akan Datang
Topik :
“Baik lah Bapak besok kita akan ketemu lagi kita akan mengobrol tentang cara
mengendalikan halusinasi yang ketiga yaitu dengan melakukan aktivitas rutin
RSJ., apakah Ibu bersedia?”
Waktu :
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00
Tempat :
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu? ?
Baiklah Ibu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok pak. saya
permisi Assalamualaikum WR,WB.
103
Pasien terlihat tidak dapat memfokuskan fikiran
Data Subjektif :
e. Tujuan
Kognitif, klien mampu:
a) Menyebutkan penyebab halusinasi
b) Menyebutkan karakteristik halusinasi yang dirasakan: Jenis, isi, frekuensi, durasi,
waktu, situasi yang menyebabkan dan respons
c) Menyebutkan akibat yang ditimbulkan dari halusinasi
d) Meyebutkan cara yang selama ini digunakan untuk mengendalikan halusinasi
e) Menyebutkan cara mengendalikan halusinasi yang tepat
Afektif :
a) Merasakan manfaat cara-cara mengatasi halusinasi
b) Membedakan perasaan sebelum dan sesudah pelatihan
104
f. Tindakan Keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya. Sebelum memulai mengkaji klien risiko perilaku
kekerasan, membina hubungan saling percaya penting dilakukan agar klien merasa
aman dan nyaman saat berinteraksi
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala halusinasi, tanda, penyebab dan kemampuan
klien mengatasinya.
3. Tidak mendukung dan tidak membantah halusinasi klien
4. Latih klien melawan halusinasi dengan menghardik
5. Latih klien mengabaikan halusinasi dengan bersikap cuek
6. Latih klien mengalihkan halusinasi dengan bercakap-cakap dan melakukan
kegiatan secara teratur.
7. Latih klien minum obat dengan prinsip 8 benar, yaitu benar namaklien, benar nama
obat, benar manfaat, benar dosis obat, benar frekuensi, benar cara benar tanggal
kadaluwarsa, dan benar dokumentasi.
8. Diskusikan manfaat yang didapatkan setelah mempraktikkan latihanmengendalikan
halusinasi
9. Berikan pujian pada klien saat mampu mempraktikan latihan mengendalikan
halusinasi.
2. Fase Kerja
“Coba Ibu sebutkan kegiatan yang dilakukan dari bangun pagi sampai tidur malam?”
“Kita akan mencatatnya.”
“Apa yang biasa Ibu lakukan setelah bangun pagi?”
“Jam berapa biasanya Ibu bangun pagi?”
105
“Apalagi kegiatan Ibu setelah itu?”
“Apakah Ibu biasa ikut piket/bersih-bersih lingkungan disini?”
“Bersih-bersih apa yang biasa Ibu lakukan ?”
“Apakah menyapu,mengepel atau apa?”
“Ayo kita latihan.”
“Ya, bagus sekali Bu.”
“Nah, karena Ibu telah bersedia, mari kita mulai mengobrol dan latihan bercakap-
cakap.”
3. Terminasi :
a. Evaluasi subjektif dan objektif
“Bagaiman perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang
ketiga ini?”“ Jadi sudah berapa cara mengendalikan halusinasi yang kita
pelajari? Bagus”
sekali”
b. Rencana Tindakan Lanjutan
“Mari kita masukkan kegiatan melakukan aktivitas RS pada jadwal kegiatan
Ibu. Mau berapa kali ibu melakukannya. Baik kita masukkan kegiatan …….dan
……(sesuai yang di sebutkan pasien).”
“Coba Ibu sebutkan lagi cara melakukan aktivitas RS yang dapat Ibu lakukan
bila Ibu mendengar bisikan-bisikan itu lagi”
“Setelah ini coba Ibu lakukan kegiatan tersebut sesuai jadwal yang telah kita
buat tadi”
d. Kontrak yang Akan Datang
Topik
“ Bagaimana kalau besok kita ketemu lagi?”
“ besok kita akan membicarakan cara tentang cara menggunakan obat dengan
benar apakah Ibu bersedia?”
Waktu
“Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00”
Tempat
106
“Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang
tamu? ? Baiklah Bu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok Bu.
saya permisi. Assalamualaikum …”
Data Subjektif :
h. Tujuan
Kognitif, klien mampu:
a) Menyebutkan penyebab halusinasi
b) Menyebutkan karakteristik halusinasi yang dirasakan: Jenis, isi, frekuensi, durasi,
waktu, situasi yang menyebabkan dan respons
c) Menyebutkan akibat yang ditimbulkan dari halusinasi
d) Meyebutkan cara yang selama ini digunakan untuk mengendalikan halusinasi
e) Menyebutkan cara mengendalikan halusinasi yang tepat
107
c) Mengalihkan halusinasi dengan cara distraksi yaitu bercakap-cakap dan
melakukan aktivitas
d) Minum obat dengan prinsip 8 benar (benar nama klien, benar obat, benar dosis,
benar cara, benar waktu, benar manfaat, benar tanggal kadaluarsa dan benar
dokumentasi)
Afektif :
c) Merasakan manfaat cara-cara mengatasi halusinasi
d) Membedakan perasaan sebelum dan sesudah pelatihan
108
“Kalau suara dan bayangannya sudah hilang, Ibu harus tetap meminum obatnya;
sebab kalau putus obat, Ibu akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan
semula.”
“Pastikan bahwa obat yang Ibu minum adalah obat milik Ibu, jangan sampai keliru
ya.”
“Pastikan obat diminum pada waktunya, dan dengan cara yang benar.”
“Ibu juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum
air.”
Terminasi
g. Evaluasi Subjektif dan Objektif
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara kita minum
obat yang benar?”
“Coba Ibu sebutkan lagi jenis jenis obat yang Ibu minum! Bagaiman cara minum
obat yang benar?”
h. Rencana Tindakan Lanjutan
“Nah, sudah berapa cara mengontrol halusinasi yang kita pelajari? Sekarang kita
tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan
semua dengan teratur ya”
109
2.2.7 SPTK Defisit Perawatan Diri
Nama Pasien : Ny.J
Ruang : Wortel
8. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien
Data Objektif :
Pasien menggunakan pakaian berlapis-lapis
Pasien terlihat tidak menyikat giginya
Rambut pasien terlihat acak-acakan
Pasien terlihat tidak mengganti pakaiannya selama berhari-hari
Data Subjektif :
c. Tujuan
Kognitif, klien mampu:
h) Menjelaskan perawatan diri
i) Mengidentifikasi masalah perawatan diri yang alami
j) Mengetahui cara perawatan diri : Kebersihan diri, berpakaian, makan dan minum,
eliminasi dan lingkungan
Psikomotor, klien mampu:
m) Melakukan kebersihan diri : Mandi, keramas, sikat gigi, berpakaian, berdandan
n) Memenuhi kebutuhan makan dan minum
o) Melakukan eliminasi BAB dan BAK
p) Menciptakan lingkungan rumah yang bersih dan aman
110
Afektif :
g) Merasa nyamandengan perawatan diri
h) Merasakan manfaat perawatan diri
i) Mempertahankan perawatan diri
d. Tindakan Keperawatan
19. Melatih kebersihan diri: Mandi, keramas, sikat gigi, berpakaian, berhias dan
gunting kuku
20. Melatih makan dan minum
21. Melatih eliminas BAB dan BAK
22. Melatih kebersihan dan kerapian lingkungan rumah:
klien dilatih membersihkan dan merapikan lingkungan rumah, yaitu kamar tidur,
ruang tamu, ruang makan, dapaur, kamar mandi dan halaman.
Fase kerja
Masalah kebersihan diri
“Berapa kali Ibu mandi dalam sehari? Menurut Ibu apa kegunaan mandi? Apa alasan
Ibu sehingga tidak bisa merawat diri? Menurut Ibu apa manfaatnya kalau kita
menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang merawat diri dengan baik
111
seperti apa? Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut Ibu
yang bisa muncul? Sekarang apa saja alat untuk menjaga kebersihan diri, seperti kalau
kita mandi, cuci rambut, gosok gigi apa saja yang disiapkan? Benar sekali, Ibu perlu
menyiapkan pakaian ganti, handuk, sabun sikat gigi, odol, shampo serta sisir. Wah
bagus sekali, Ibu bisa menyebutkan dengan benar.
Masalah berdandan
“apa yang Ibu lakukan untuk merawat rambut dan wajah ? Kapan saja Ibu menyisir
rambut? Bagaimana dengan wajah? Apa tujuan kita sisiran dan berdandan? Jadi
bisakah Ibu sebutkan alat yang digunakan untuk berdandan? Betul, bagus sekali
sisir, bedak, lipstik dan kaca.
Masalah makan dan minum
“Berapa kali Ibu makan sehari? Iya bagus Ibu makan 3 kali sehari. Kalau minum
sehari berapa gelas Ibu? Betul, minum 10 gelas perhari. Apa saja yang disiapkan
untuk makan? Dimana Mas makan? Bagaimana cara makan yang baik menurut Ibu?
Apa yang dilakukan sebelum makan? Apa pula yang dilakukan setelah makan?”
Masalah BAB dan BAK
“Berapa kali ibu BAB sehari? Kalau BAK berapa kali? Dimana biasanya Ibu
BAB/BAK? Bagaimana membersihkannya?
“Kita sudah bicara tentang kebersihan diri, berdandan, berpakaian, makan dan minum
serta BAB dan BAK. sekarang bisakah Ibu cerita bagaimana cara melakuakn mandi,
keramas dan gosok gigi. Ya benar pertama Ibu bisa siram seluruh tubuh Ibu
termasuk rambut lalu ambil shampo gosokkan pada kepala Ibu sampai berbusa lalu
bilas sampai bersih. Selanjutnya mabil sabun, gosokkan diseluruh tubuh secara
merata lalu siram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol..
giginya disikat mulai dari arah atas ke bawah. Gosok seluruh gigi Ibu mulai dari
depan ke belakang. Bagus lalu kumur-kumur sampai bersih. Terakhir siram lagi
seluruh tubuh Ibu sampai bersih lalu keringkan dengan handuk. Ibu bagus sekali
melakukannya. Selanjutnya Ibu bisa pasang baju dan sisir rambutnya dengan baik,
memakai bedak danmenggunakan lipstik.
Terminasi
a. Evaluasi Subjektif dan Objektif
112
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita mendiskusikan tentang pentingnya kebersihan
diri, manfaat dan alat serta cara melakuakan kebersihan diri? Sekarang coba Ibu
ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi? Apa saja alat untuk menjaga kebersihan diri,
bagaimana cara menjaga kebersihan diri? Bagus sekali Ibu sudah menjawabnya
dengan benar. Bagaimana perasaan Ibu setelah mandi? Coba lihat dicermin, lebih
bersih dan segar ya.”
b. Tindak Lanjut Klien
“Baiklah Ibu. Kalau mandi yang paling baik sehari berapa kali Ibu? Ya bagus mandi
2 kali sehari, sikat gigi 2 kali sehari, keramas 2 kali seminggu. Nanti Ibu masukan ke
jadwal ya Ibu. Jika Ibu melakukanya secara mandiri makan Ibu menuliskan M, jika
Ibu melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau teman maka Ibu buat
B, Jika Ibu tidak melakukanya maka Ibu tulis T. Apakah Ibu mengerti? Coba Ibu
ulangi? Naah bagus Ibu.”
c. Kontrak yang Akan datang
Topik :
“Baik lah Ibu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang cara
berdandan. apakah Ibu bersedia?”
Waktu :
“Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00?”
Tempat :
“Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu??”
“Baiklah Ibu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok Ibu. saya
permisi Assalamualaikum WR,WB.”
3. Tujuan
a. Klien dapat mengetahui pentingnya perawatan diri (Berdandan)
b. Klien dapat mengetahui cara-cara melakukan perawatan diri (Berdandan).
c. Klien dapat melaksanakan perawatan diri (berdandan) dengan bantuan perawat.
d. Klien dapat melaksanakan perawatan diri (Berdandan) secara mandiri.
e. Klien mendapatkan dukungan keluarga untuk meningkatkan perawatan diri
(Berdandan)
4. Tindakan Keperawatan.
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Klien.
b. Menjelaskan cara berdandan yang benar.
c. Membantu Klien mempraktikkan cara berdandan yang benar dan memasukkan
dalam jadwal.
d. Menganjurkan Klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
Orentasi
“Assalamualaikum Ibu, Selamat pagi Ibu, masih ingat dengan saya?”
“Bagaimana dengan perasaan Ibu hari ini? Apakah Ibu sudah mandi?.Tampak bersih
sekali, rambut juga sudah disisir, kukunya sudah digunting yah? Bagus sekali. Kalau
gosok giginya bagaimana? Bagus sekali ternyata sudah Ibu lakukan. Coba saya lihat
jadwalnya? Bagus sekali Ibu sudah melakukannya. Mandi 2 x sehari sudah dilakukan
dengan mandiri, gosok gigi sehari juga sudah, keramas 2 minggu sekali juga sudah
mandiri, gunting kuku juga sudah 1 x seminggu, kalau ini masih dibantu kemaren ya
Ibu. Yang masih dibantu sama suster nanti Ibu melakukannya sendiri.”
“Masih ingat apa yang mau kita bicarakan hari ini. Hari ini kita akan latihan
berdandan. Apakah Ibu bersedia?”
“Berapa lama Ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?”
“Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?”
Fase Kerja.
114
“Baiklah Ibu, sebelum berdandan alat apa saja yang harus disiapkan? Ya benar sekali
sisir, bedak, lipstik dan kaca. Bagaimana cara Ibu berdandan?” “Apakah menyisir
rambut dulu? Atau berbedak dulu ? Bagaimana cara Ibu menyisir? Sekarang sisir
rambut dulu ya. Bagus sekali coba lihat dikaca, sudah rapi?. Wah selanjutnya kita
menggunakan bedak dan lipstik yaaa...Wah... Ibu tampak cantik sekali. Coba lihat
dikaca cantik ya.”
Terminasi
a. Evaluasi subjektif dan Objektif
Bagaimana perasaan Ibu setelah kita latihan cara berdandan? Lebih cantik dan
rapi ya? Bisa Ibu sebutkan lagi apa saja alat yang diperlukan untuk berdandan?
Yah bagus sekali. Sekarang coba sebutkan caranya bagaimana? Wah Ibu memang
hebat.
115
STATEGI PELAKSANAAN 3 (SP 3) :
MELATIH CARA MAKAN DAN MINUM YANG BAIK
B. Proses Keperawatan.
1. Kondisi
Data Objektif :
Klien mengatakan sudah mandi dan menyisir rambut
Klien mengatakan tidak tahu cara makan dan minum yang baik dan benar
Data Subjektif :
Klien terlihat lebih segar dan rambut terlihat rapi
Klien mengatakan tidak tahu cara makan dan minum yang baik dan benar.
Klien terlihat berserakan ketika makan dan minum
3. Tujuan
a. Pasien dapat mengetahui peralatan yang digunakan untuk makan.
b. Pasien dapat mengetahui cara-cara makan dan minum yang baik dan benar
c. Pasien dapat melaksanakan makan dan minum yang baik dan benar dengan
bantuan perawat.
d. Pasien dapat melaksanakan cara makan dan minum yang baik secara mandiri.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b. Menjelaskan cara makan dan minum yang baik dan benar.
c. Membantu pasien mempraktikkan cara makan dan minum yang benar dan
memasukkan dalam jadwal.
d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
116
sekali. Kalau gosok giginya bagaimana? Bagus sekali ternyata sudah Ibu lakukan.
Coba saya lihat jadwalnya? Bagus sekali Ibu sudah melakukannya. Mandi 2 x sehari
sudah dilakukan dengan mandiri, gosok gigi sehari juga sudah, keramas 2 minggu
sekali juga sudah mandiri, gunting kuku juga sudah 1 x seminggu, sudah dilakukan
secara mandiri. Jadi Ibu sudah bagus tentang kebersihan dirinya. Kalau berdandan
dilakukan sama siapa Ibu? Oh sudah sendiri bagus sekali. Kalau berpakaiannya
bagaimana? Dilakukan sendiri, bagus sekali.”
“Masih ingat apa yang mau kita bicarakan hari ini. Hari ini kita akan bicara tentang
kebutuhan makan dan minum, cara makan dan minum. Apakah Ibu bersedia?
Berapa lama Ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?”
“Mas mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?”
2. Fase Kerja
“Baiklah Ibu, sekarang kita akan diskusikan tentang kebutuhan makan pada orang
dewasa sepertin Ibu dalam satu hari. Kebutuhan makan perhari dewasa untuk
perempuan antara 2000-2200 kalori dan untuk laku-laki antara 2400-2800 kalori
setiap hari. Biasanya pada orang dewasa membutuhkan semua itu didapat dari
makanan seperti makanan pokok untuk memberi rasa kenyang : nasi, jagung, ubi jalar,
singkong, dll selain itu perlu juga lauk seperti : lauk hewani berupa daging ayam, ikan
dll serta lauk nabati seperti kacang-kacangan, hasil olahan tahu, dan tempe. Sayur
diberikan untuk memberikan rasa segar dan melancarkan proses menelan makanan,
karena biasanya dihidangkan dalam bentuk berkuah : sayur dan umbian, kacang-
kacangan, buah dan susu sebagai pelengkap, akan lengkap ditinjau dari kecukupan
gizi serta minum 8-10 gelas (2500ml) sehari. “Bagaimana Ibu apakah sudah
mengerti?”
“Kalau kita mau makan alatnya apa saja Ibu? Jadi harus ada gelas piring dan sendok
yah, sekarang piring gunanya untuk apa? Ya benar sekali untuk menaruh makanan,
selanjutnya sendok untuk apa? Kalau gelas disiapkan untuk apa? Bagus sekali Ibu
sudah bisa menjawab dengan benar, bagaimana kebiasaan sebelum , saat maupun
sudah makan? Makan dimeja makan ya? Sebelum makan kita harus cuci tangan pakai
sabun. Ya mari kita praktekkan setelah itu duduk dan ambil makanan. Sebelum
disantap kita berdoa dulu. Silakan Ibu yang pimpin. Bagus! Mari kita makan. Saat
makan kita harus mnyupakan makan satu-satu dengan pelan-pelan. Ya mari kita
117
makan. Setelah kita mkan kita bereskan piring dan gelas yang kotor. Ya betul dan kita
akhiri dengan cuci tangan. Ya bagus.”
3. Terminasi :
a. Evaluasi subjektif dan objektif
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita belajar makan dan minum? Alat apa saja
yang kita gunakan untuk makan? Setelah makan apa saja yang kita lakukan?.
Baiklah Ibu kita sudah melakukan latihan cara makan dan minum kita masukan
kedalam jadwal ya. Berapa kali akan Ibu mau makan? tiga kali sehari? Kalau
pagi jam berapa? Siang? Malam? Jadi Ibu bisa tulis dijadwal harian.
c. Topik
“Baik lah Ibu besok kita akan ketemu lagi dan membicrakan tentang BAB dan
BAK, apakah Ibu bersedia?”
d. Waktu
“Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00”
e. Tempat
“Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu?
? Baiklah Ibu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok Ibu. saya
permisi. Assalamualaikum …”
118
STATEGI PELAKSANAAN (SP) 4 : MELATIH BAB DAN BAK YANG BAIK.
a. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien.
Klien mengatakan sudah mandi dan menyisir rambur
Klien mengatakan sudah makan pagi dengan baik
Klien mengatakan tidak tahu cara BAB dan BAK yang baik dan benar.
Klien terlihat bersih dan segar. Rambut tersisir dengan rapi
Klien terlihat BAK sembarangan.
3. Tujuan
a. Klien dapat mengetahui cara-cara BAB dan BAK yang baik dan benar.
b. Klien dapat melaksanakan cara BAB dan BAK yang baik secara mandiri
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b. Menjelaskan cara BAB dan BAK yang baik dan benar.
c. Menganjurkan Klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
119
berpakaiannya bagaimana? Dilakukan sendiri, bagus sekali. Kalau makan dan
minum masih dibantu yah. Besok harus sudah melakukannya sendiri yah. Ibu bisa
kan bu ? pasti bisa karena Ibu hebat.”
“Masih ingat apa yang mau kita bicarakan hari ini. Hari ini kita akan bicara
tentang cara BAB dan BAK. Apakah Ibu bersedia?”
“Berapa lama Ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?”
“Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?”
Kerja.
“Baiklah Ibu, Ibu BAB dan BAK dikamar mandi yah? Hati-hati pakaian jangan
sampai kena ya. Lalu jongkok diwc? Bagaimana cara Ibu cebok? Bagus
sebaiknya Ibu cebok yang bersih setelah BAB dan BAK. yaitu dengan menyiram
air dari arah depan ke belakang. Jangan terbalik ya. Cara seperti ini berguna
untuk mencegah masuknya kotoran /tinja yang ada dianus kebagian kemaluan
kita. Setelah Ibu selesei cebok, jangan lupa tinja/air kencing tersebut dengan air
secukupnya sampai tinja / air krncing itu tidak tersisa dikaskus/ WC. Jika Ibu
membersihkan membersihkan tinja/ air kencing seperti ini, berarti Ibu ikut
mencegah penyebaran kuman berbahaya yang ada pada kotoran / air kencing.
Setelah selesei membersihkan tinja/air kencing, Ibu perlu merapikan pakaian
sebelum keluar dari wc. Pastikan resleting sudah tertutup dengan rapi. Dan
setelah itu jangan lupa cuci tangan pakai sabun ya Ibu.”
Terminasi
j. Evaluasi Subjektif dan Objektif
Bagaimana perasaan Ibu setelah kita membicarakan cara BAB dan BAK? Apa
saja yang dilakukan saat BAB Dan BAK? Bagus sekali Ibu. Nah sekarang coba
Ibu sebutkan cara perawatan diri yang telah kita pelajari dan latih? Bagus sekali.”
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny. Y (P) Tgl. Pengk. : 06 Oktober 2020
Umur : 30 th No. RM :
Umur : 35 th Pendidikan : S1
121
Alamat : jl. Desa Mantul Hub dgn klien : Kakak Kandung
122
[ ] Berhasil [ ] Kurang berhasil [ V ] Tidak Berhasil
Gejala :
Riwayat pengobatan/perawatan :
123
IV. PERSEPSI DAN HARAPAN KLIEN
1. PERSEPSI KLIEN ATAS MASALAHNYA
Pasien merasa sedih dan tidak dihargai saaat ini
V. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
[ ] Bicara dengan orang lain [ ] Minum alkohol
[ ] Mampu menyelesaikan masalah [ V ] Reaksi lambat/berlebih
[ ] Teknik relokasi [ ] Bekerja berlebihan
[ V ] menghindar
[ ] Aktivitas konstruktif
[ ] Olah raga [ ] Mencederai diri
[ ] Lainnya [ ] Lainnya
124
Jelaskan : Pasien sering mengurung diri di kamar dan
menarik diri dari keramaian
125
VI. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda vital TD: 110/70 N: 80x/mnt S: 36,5 oC P:
mmHg 19x/mnt
126
2. Ukur TB: 160 BB: 52 kg [ ] Naik [ V ]
Turun
127
3. Keluhan fisik [ ] Ya [ V ] Tidak
Jelaskan :
VII. KELUARGA
1. GENOGRAM (tiga Generasi)
X X
30
Keterangan :
= Perempuan
= Laki-laki
30
= Umur pasien
= Umur pasien
2. SISTEM KOMUNIKASI
Pasien menggunakan bahasa Indonesia sehari hari
128
3. POLA ASUH KELUARGA
Pasien dibesarkan oleh kedua orang tuanya
IX. PSIKOSOSIAL
1. KONSEP DIRI
129
2. HUBUNGAN SOSIAL
a. Orang yang berarti : Ibu
4. GAYA HIDUP
Pasien merupakan seseorang yang mudah beradaptasi dengan orang
maupun lingkungan baru, pasien orang yang pandai menghandle waktu
namun mudah juga percaya kepada orang baru.
5. BUDAYA
Pasien mengatakan bersuku Jawa. Sebgai seseorang yang dibesarkan
oleh orang tua yang bersuku Jawa, pasien memiliki sifat lemah lembut
dan tidak enakan sehingga selalu merasa tidak nyaman jika menolak
sesuatu dari teman temannya.
6. SPIRITUAL
a. Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan beragama islam dan percaya Allah itu ada
b. Kegiatan ibadah
Pasien mengikuti pengajian setiap hari jum”at mengikuti proses
rehabilitasi
130
Masalah keperawatan :
Tidak ada
X. STATUS MENTAL
1. Penampilan
[ V ] Tidak rapi [ ] Penggunaan pakaian [ ] Cara berpakaian
tidak sesuai
tidakseperti biasa Jelaskan :
Penampilan pasien tidak rapi, mengenakan pakaian yang
disediakan oleh RSJ
Masalah keperawatan :
Tidak ada
2. Pembicaraan
[ ] Cepat [ ] Keras [ ] Gagap [V] Inkoheren
[ ] Apatis [V] Lambat [ ] Membisu [V] Tidak mampu
memulai
pembicaraan
Jelaskan : Pasien berbicara lambat namun dapat dipahami
Masalah keperawatan :
Tidak ada
3. Aktivitas motorik
[V] Lesu [ ] Tegang [ ] Gelisah [ ] Agitasi
[ ] Tik [ ] Grimasen [ ] Tremor [ ] Kompulsif
Jelaskan : Pasien terlihat lesu dan tidak bersemangat. Aktivitas pasien selalu
berbaring di tempat tidur
Masalah keperawatan :
Intoleransi Aktivitas
4. Alam perasaan
131
[V ] Sedih [ ] Ketakutan [V ] Putus asa
[ ] Khawatir [ ] Gembira berlebihan
132
Masalah keperawatan :
Tidak ada
5. Afek
[ ] Datar [V ] Tumpul [ ] Labil [ ] Tidak sesuai
Jelaskan : Pasien terlihat sedih ketika membicarakan bagaimana keluarga
dan teman temannya memperlakukannya
Masalah keperawatan :
Tidak ada
Masalah keperawatan :
Harga Diri Rendah Situasional
7. Persepsi
Halusinasi
Masalah keperawatan :
Tidak ada
8. Proses pikir
[ ] Sirkumstansial [ ] Tangensial [ ] Kehilangan asosiasi
[ ] Flight of ideas [V] Blocking [V ] Perseverasi
Masalah keperawatan :
Tidak ada
9. Isi pikir
[ ] Obsesi [ ] Fobia [ ] Hipokondria
[V] Depersonalisasi [ ] Ide terkait [ ] Pikiran magis
133
Waham
[ ] Agama [ ] Somatik [ ] Kebesaran [ ] Curiga
[ ] Nihilistik [ ] Sisip pikir [ ] Siar pikir [ ] Kontrol pikir
Jelaskan :
Masalah keperawatan :
Tidak ada
134
[V ] Bingung [ ] Sedasi [ ] Stupor
[ ] Disorientasi tmpt [ ] Disorientasi wkt [ ] Disorientasi org
Masalah keperawatan :
Tidak ada
11. Memori
[ ] Gangguan daya ingat jangka [ ] Gangguan daya ingat jangka
pendek
panjang
[]
[ ] Gangguan daya ingat saat ini
Konfabulasi
Jelaskan: Pasien dapat mengingat kejadian kejadian 2 hingga 3 tahun yang
lalu dengan jelas. Pasien dapat mengingat kegiatan kegiatan apa saja yang
pernah dilakukan dan melakukannya dengan siapa.
Masalah keperawatan :
Tidak ada
Masalah keperawatan :
Tidak ada
14. Daya tilik diri
[ ] Mengingkari penyakit yang diderita [ ] Menyalahkan hal-hal diluar
dirinya
135
Masalah keperawatan :
Tidak ada
136
Tempat tinggal [ ] Ya [ V ] Tidak
Keuangan [ ] Ya [V ] Tidak
Jelaskan : Pasien dapat mengurus dirinya ecara
mandiri
138
Mengantisipasi kebutuhan sendiri [ ] Ya [V ]
Tidak Membuat keputusan berdasaran keinginan sendiri [ ] Ya
[V ] Tidak Mengatur penggunaan obat [ ] Ya [V
] Tidak Melakuakan pemeriksaan kesehatan [ ] Ya [V ]
Tidak Jelaskan : Masalah Keperaw
4. Aktivitas di dalam rumah
a.Menyajikan makanan [ ] Ya [V
] Tidak b.Merapihkan rumah [ ] Ya
[V ] Tidak
a. Mencuci pakaian [V] Ya [] Tidak
Jelaskan :
[ ] Lainnya:
140
Terapi Medik :
c. Kehilangan
e. Isolasi Sosial
f. Intoleransi Aktivitas
h. Insomnia
j. Kurang Pengetahuan
141
3. Analisa Data
No Dat Masalah
a Keperawatan
1 DS :
- Pasien mengatakan ia mengurung diri Isolasi Sosial
di kamar
- Pasien mengatakan ia lebih suka
menyendiri
- Pasien mengatakan ia tidak memiliki
teman
DO :
- Pasien berbicara lambat
- Kontak mata tidak ada
- Pasien terlihat lesu
- Pasien tidak mampu memulai
pembicaraan selalu pengkaji/perawat
yang memulai pembicaraan
142
2 DS :
Harga Diri Rendah
- Pasien mengatakan teman temannya
menjauhinya karena ia tidak memiliki
apa-apa
- Pasien merasa tidak ada lagi yang
peduli dengannya
- Pasien mengatakan lebih suka
menyendiri dan mengurung diri di
kamar
DO :
- Pasien terlihat sering menunduk
ketika diajak berbicara
- Pasien terlihat memandang negatif
dirinya
- Pasien terlihat lesu
- Pasien lebih banyak diam dan tidak
memulai pembicaraan ketika ditanya.
143
5. Intervensi Keperawatan
145
ingin berinteraksi
berinteraksi
dengan orang
dengan orang
lain lain
Bantu klien
mengenal - - Agar klien
keuntungan menyadari
berhubungan
dengan orang lain kerugian yang
dengan cara ditimbulkan
mendiskusikan
keuntungan bila akibat
klien memiliki berinteraksi
banyak temandan
bergaul akrab dengan orang
dengan mereka lain
Bantu pasien
mengenal kerugian - Belajar
tidak berhubungan berkenalan
dilakukan dengqn
cara : menimbulkan
- Mendiskusikan motivasi klien
kerugian bila
untuk
klien hanya
mengurung diri berinteraksi
dan tidak
dengan orang
bergaul dengan
orang lain lain
- Menjelaskan
pengaruh sosial - Memberikan
terhadap
kesehatan fisik rasa tanggung
146
klien jawab pada
Latih dan ajarkan
klien untuk
klien berkenalan
dengan cara : melaksanakan
- Jelaskan pada
kegiatan
klien cara
berinteraksi dengan teratur
dengan perawat
atau orang lain
- Sebutkan
terlebih dahulu
nama kita, nama
panggilan dan
hobi
- Minta klien
menanyakan
nama, nama
panggilan dan
hobi
Masukkan dalam
jadwal kegiatan
harian
SP 2 : SP 2 - - Sebagai dasar
147
berkenalan dengan jadwal harian berinteraksi
2 – 3 orang sambil berkenalan dengan
berbicara dan 2-3 orang pasien, - - Memberikan
melakukan 2 perawat dan tamu, motivasi klien
kegiatan harian berbicara saat
Mampu melakukan untuk
memasukkan ke kegiatan berinteraksi
dalam jadwal
kegiatan harian dan
mendapatkan
respon yang
positif
- - Memberikan
motivasi dan
rasa tanggung
jawab pada
pasien untuk
melaksanakan
kegiatan
berkenalan
dengan teratur
SP 3 SP 3 - - Sebagai dasar
perawat
Setelah berinteraksi, Evaluasi kegiatan menilai
klien mampu : sebelumnya perkembangan
Beri pujian klien dalam
148
Latih cara mengenal cara
berbicara saat berinteraksi
Mampu melakukan -
- Pujian dapat
menyebutkan kegiatan harian (2 meningkatkan
kegiatan yang sudah kegiatan harian rasa percaya
dilakukan baru) diri klien
Berinteraksi dengan Masukkan dalam - - Memberikan
orang lain secara jadwal kegiatan motivasi klien
bertahap harian untuk untuk
Berkenalan dengan latihan berkenalan berinteraksi
4-5 orang sambil 4-5 orang dan
melakukan 2 berbicara saat mendapatkan
kegiatan baru melakukan lebih respon yang
Memasukkan dalam dari 2 kegiatan positif
jadwal kegiatan harian -
- Memberikan
harian motivasi dan
rasa tanggung
jawab pada
klien untuk
melaksanakan
kegiatan
berkenalan
dengan teratur
SP 4 : SP 4 - - Menilai
perkembanga
Klien mampu Evaluasi kegiatan n dan
sebelumnya kemajuan
Menyebutkan Latih cara bicara klien
kegiatan yang sudah sosial : meminta - - Memberikan
dilakukan sesuatu, menjawab motivasi klien
Berinteraksi dengan pertanyaan untukberinter
orang lain secara Masukkan pada aksi dan
149
bertahap : jadwal kegiatan mendapatkan
berkenalan dengan untuk latihan respon yang
lebih dari 5 orang berkenalan dengan positif
dan bersosialisasi lebih dari 5 orang, - - Memberikan
Mampu orang baru, motivasi dan
memasukkan dalam berbicara saat rasa
jadwal kegiatan melakukan kegiatan tanggungjawab
dan bersosialisasi pada klien
harian
untuk
melaksanakan
kegiatan
berkenalan
dengan teratur.
2 Gangguan Untuk Klien SP 1: Untuk Klien Rasa percaya
Konsep Diri dapat
: Harga Diri Setelah melakukan SP 1:
interaksi, klien membuat
Rendah 1. Kognitif, klien mampu: Bina hubungan
mampu: klien merasa
d) Mengenal aspek positif dan kemampuan yang dimiliki saling percaya
Mengungkapkan aman dan
e) Menilai aspek positif dan kemampuan yang dapat Mengidentifikasi
perasaannya nyama
dilakukan aspek positif yang
Ekspresi wajah dengan
f) Memilih aspek positif dan kemampuan yang ingin dimiliki klien
bersahabat perawat
dilakukan seperti kegiatan di
Ada kontak mata Ungkapan
rumah, adanya
2. Psikomotor, klien mampu Menunjukan rasa dari klien
keluarga dan
c. Melakukan aspek positif dan kemampuanyang dipilih senang mengenai
lingkungan
d. Berperilaku aktif Klien mau duduk kemampuan
terdekat klien
e. Menceritakan keberhasilan kepada orang lain dan aspek
150
berdampingan Membantu klien positif dapat
3. Afektif, klien mampu Mau menilai memacu
a. Merasakan manfaat latihan mengutarakan kemampuan klien perubahan
b. Menghargai kemampuaan diri (bangga) masalah yang yang masih dapat mindset.
k) Meningkatkan harga diri. dihadapi digunakan Kegiatan
Mampu Membantu klien yang dipilih
memasukkan memilih kegiatan sesuai
kegiatan ke yang akan dilatih kemampuan
jadwal harian sesuai dengan membuat
kemampuan klien klien merasa
Melatih klien tidak
sesuai dengan terbebani.
kemampuan yang Memberikan
dipilih pujian dapat
Beri pujian yang meningkatk
wajar terhadap an rasa
keberhasilan klien percaya diri
Menganjurkan klien
pasien Memasukka
memasukan n jadwal
kegiatan ke dalam kegatan
151
jadwal selanjutnya
membantu
klien dalam
meningkatk
an rasa
percaya
dirinya
SP 2: SP 2: SP 2: Evaluasi
152
harian secara tidak
mandiri terbebani
Memasukka
n jadwal
kegatan
selanjutnya
membantu
klien dalam
meningkatka
n rasa
percaya
dirinya
Untuk keluarga : Keluarga : Untuk Keluarga Pentingnya
SP 1 SP 1: SP 1 : peran
keluarga
Keluarga mampu : Setelah melakukan
interaksi, keluarga dalam
Mengidentifikasi masalah yang dirasakan dalam merawat Mendiskusikan mendukung
mampu:
klien pentingnya peran klien
Menjelaskan
Memahami pengertian harga diri rendah, tanda dan gejala serta keluarga sehingga
tentang
serta proses terjadinya harga diri rendah sebagai klien
pengertian
Merawat klien dengan harga diri rendah pendukung termotivasi
menarik diri
153
Tanda dan untuk mengatasi untuk
gejala menarik gangguan harga mengatasi
diri diri rendah gangguan
Penyebab dan Mendiskusikan harga
akibat menarik potensi keluarga dirinya.
diri untuk membantu Membantu
Cara merawat klien mengatasi keluarga
klien harga diri gangguan harga untuk
rendah. diri rendah mengatasi
Menjelaskan hal-hal yang
pengertian harga dapat
diri rendah, memicu
tanda dan gejala munculnya
serta proses harga diri
terjadinya harga rendah pada
diri rendah klien
Menjelaskan cara Keluarga
merawat klien dapat
dengan harga merawat dan
diri rendah mengajarkan
klien utntuk
154
merawatnya
secara
mandiri.
SP 2 SP 2 SP 2: Mempraktek
Tahu cara merawat klien dengan harga diri rendah Setelah melakukan Melatih keluarga kan cara
interaksi, keluarga mempraktekkan merawat
mampu: pasien dapat
cara merawat
Mempraktekkan pasien dengan membantu
cara merawat harga diri rendah keluarga
klien gangguan untuk
harga diri rendah melihat
secara
langsung
bagaimanak
ah cara
merawat
klien
SP 3 SP 3 SP 3 Melatih
Mengetahui cara merawat langsung klien harga diri rendah Mengetahui hal Melatih keluarga cara
155
merawat klien langsung kepada membantu
dengan harga diri klien harga diri keluarga
rendah rendah untuk
Tanya perasaan melihat dan
keluarga setelah mencoba
mencoba cara secara
yang dilatihkan langsung
bagaimanak
ah merawat
klien
SP 4 SP 4 SP 4 Pengaturan
Membuat jadwal aktifitas klien di rumah termasuk minum Memanage waktu Membantu keluarga jadwal
Menjalankan follow up klien setelah pulang terkait apa aktifitas di rumah klien agar
156
dalam
meminum
obat
Follow up
membantu
keluarga
untuk
mengetahui
perkembang
an kesehatan
klien secara
bertahap
157
6. Implementasi dan Evaluasi
158
cara mendiskusikan keuntungan bila klien - Klien mampu
memiliki banyak temandan bergaul akrab mempraktekkan cara
dengan mereka berkenalan dengan
Membantu klien mengenal kerugian tidak
satu orang.
berhubungan dilakukan dengqn cara :
- Mendiskusikan kerugian bila klien Perencanaan
hanya mengurung diri dan tidak bergaul
dengan orang lain - Anjurkan klien
- Menjelaskan pengaruh sosial terhadap mengulang cara
kesehatan fisik klien
berkenalan dengan
Melatih dan ajarkan klien berkenalan
dengan cara : orang lain
- Jelaskan pada klien cara berinteraksi - Anjurkan klien
dengan perawat atau orang lain latihan berkenalan 2x
- Sebutkan terlebih dahulu nama kita, sehari
nama panggilan dan hobi
- Minta klien menanyakan nama, nama
panggilan dan hobi
Memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
Senin 2 SP 1: Subjektif :
10.00 - Klien mengatakan ia
Membina hubungan saling percaya merasa lebih baik
Mengidentifikasi aspek positif yang - Klien mengatakan ia
masih sulit
dimiliki klien seperti kegiatan di rumah, berinteraksi dengan
adanya keluarga dan lingkungan terdekat orang lain
klien
Membantu klien menilai kemampuan Objektif
159
klien yang masih dapat digunakan kurang
- Klien dapat
Membantu klien memilih kegiatan yang
memperkenalkan
akan dilatih sesuai dengan kemampuan dirinya
klien
Melatih klien sesuai dengan kemampuan
Analisa
yang dipilih
Memberi pujian yang wajar terhadap - Klien mampu
merapikan tempat
keberhasilan klien
tidurnya
Menganjurkan pasien memasukan - Klien mampu
kegiatan ke dalam jadwal memasukkan latihan
sesuai kemampuan
kedalam jadwal
harian.
Perencanaan
160
2.3.2 Asuhan Keperawatan Risiko Bunuh Diri
1. Pengkajian
Umur : 26 th No. RM :
161
a. Data Pada saat masuk RS
Sebelum masuk RSJ pasien mengurung diri di kamar, sering menangis dan ingin bunuh diri dengan minum racun
X. FAKTOR PREDISPOSISI
3. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? [] Ya [V ] Tidak
4. Pengobatan sebelumnya:
162
[ ] Berhasil [ ] Kurang berhasil [] Tidak Berhasil
Gejala :
Riwayat pengobatan/perawatan :
163
XII. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
[ ] Bicara dengan orang lain [ ] Minum alkohol
[ ] Mampu menyelesaikan masalah [ V ] Reaksi lambat/berlebih
[ ] Teknik relokasi [ ] Bekerja berlebihan
[] menghindar
[ ] Aktivitas konstruktif
[ ] Olah raga [ V] Mencederai diri
[ ] Lainnya [ ] Lainnya
164
Masalah Keperawatan : Tidak ada
165
XIV. KELUARGA
5. GENOGRAM (tiga Generasi)
X X X X
26
Keterangan :
= Perempuan
= Laki-laki
26
= Umur pasien
= Umur pasien
166
6. SISTEM KOMUNIKASI
Pasien menggunakan bahasa Indonesia sehari hari
7. POLA ASUH KELUARGA
Pasien dibesarkan oleh kedua orang tuanya, namun semenjak ayahnya
meninggal dunia, pasien menggantikan peran ayahnya
167
Masalah : Harga Diri Rendah
keperawatan
XIV. PSIKOSOSIAL
1. KONSEP DIRI
168
2. HUBUNGAN SOSIAL
a. Orang yang berarti : Ayah
4. GAYA HIDUP
Pasien merupakan seseorang yang mudah beradaptasi dengan orang
maupun lingkungan baru, memiliki loyalitas yang tinggi dan semangat
kerja tinggi
5. BUDAYA
Pasien mengatakan bersuku Melayu. Sebgai seseorang yang dibesarkan
oleh orang tua yang bersuku Melayu, pasien memiliki sifat mdah
besosialisasi dan memiliki toleransi yang tinggi terhadap sesama.
6. SPIRITUAL
a. Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan beragama islam dan percaya Allah itu ada
b. Kegiatan ibadah
Pasien rajin sholat 5 waktu dan mengikuti pengajian setiap hari
jum”at mengikuti proses rehabilitasi
169
Masalah keperawatan :
Tidak ada
2. Pembicaraan
[ ] Cepat [ ] Keras [ ] Gagap [V] Inkoheren
[ ] Apatis [] Lambat [ ] Membisu [V] Tidak mampu
memulai
pembicaraan
Jelaskan : Pasien berbicara normal dan dapat dipahami
Masalah keperawatan :
Hambatan Komunikasi Verbal
3. Aktivitas motorik
[V] Lesu [ ] Tegang [ ] Gelisah [ ] Agitasi
[ ] Tik [ ] Grimasen [ ] Tremor [ ] Kompulsif
Masalah keperawatan :
Tidak Ada
4. Alam perasaan
170
[V ] Sedih [ ] Ketakutan [V ] Putus asa
[ ] Khawatir [ ] Gembira berlebihan
171
Masalah keperawatan :
Tidak ada
5. Afek
[ ] Datar [ ] Tumpul [V] Labil [ ] Tidak sesuai
Jelaskan : Pasien terlihat sedih ketika dan menangis ketika membicarakan
tunangannya yang meninggal sebulan sebelum pernikahan
Masalah keperawatan :
duka cita
Masalah keperawatan :
Tidak ada
7. Persepsi
Halusinasi
Masalah keperawatan :
Tidak ada
8. Proses pikir
[ ] Sirkumstansial [ ] Tangensial [ ] Kehilangan asosiasi
[ ] Flight of ideas [] Blocking [V ] Perseverasi
Masalah keperawatan :
Risiko bunuh diri
9. Isi pikir
[ ] Obsesi [ ] Fobia [ ] Hipokondria
[] Depersonalisasi [V ] Ide terkait [ ] Pikiran magis
172
Waham
[ ] Agama [ ] Somatik [ ] Kebesaran [ ] Curiga
[ ] Nihilistik [ ] Sisip pikir [ ] Siar pikir [ ] Kontrol pikir
Jelaskan :
Masalah keperawatan :
Tidak ada
173
[ ] Bingung [ ] Sedasi [V] Stupor
[ ] Disorientasi tmpt [ ] Disorientasi wkt [ ] Disorientasi org
Masalah keperawatan :
Tidak ada
11. Memori
[ ] Gangguan daya ingat jangka [ ] Gangguan daya ingat jangka
pendek
panjang
[]
[ ] Gangguan daya ingat saat ini
Konfabulasi
Jelaskan: Pasien dapat mengingat kejadian kejadian kejadian yang lalu
dengan jelas. Pasien dapat mengingat kegiatan kegiatan apa saja yang
pernah dilakukan dan melakukannya dengan siapa.
Masalah keperawatan :
Tidak ada
Masalah keperawatan :
Tidak ada
14. Daya tilik diri
[V] Mengingkari penyakit yang [ ] Menyalahkan hal-hal diluar
diderita dirinya
174
Masalah keperawatan :
Tidak ada
175
Tempat tinggal [ ] Ya [ V ] Tidak
Keuangan [ ] Ya [V ] Tidak
Jelaskan : Pasien dapat mengurus dirinya ecara
mandiri
177
Mengantisipasi kebutuhan sendiri [V ] Ya []
Tidak Membuat keputusan berdasaran keinginan sendiri [V ]
Ya [ ] Tidak Mengatur penggunaan obat [ ] Ya [V
] Tidak Melakuakan pemeriksaan kesehatan [ ] Ya [V ]
Tidak Jelaskan : Masalah Keperaw
7. Aktivitas di dalam rumah
a.Menyajikan makanan [V] Ya []
Tidak b.Merapihkan rumah [V] Ya []
Tidak
a. Mencuci pakaian [] Ya [V] Tidak
Jelaskan :
[ ] Lainnya:
178
Terapi Medik :
b. Kehilangan
g. Duka cita
h. Insomnia
i. Isolasi Sosial
j. Kurang Pengetahuan
179
3. Analisa Data
No Dat Masalah
a Keperawatan
1 DS :
- Pasien mengatakan ia pernah Risiko Bunuh Diri
meminum racun
- Pasien mengatakan ia ingin pergi jauh
- Pasien meminta perawat untuk
menjaga kedua adiknya dan ibunya
- Pasien mengatakan sering mengurung
diri di kamar dan menangis
- Pasien mengatakan ia sedih karena
calon istrinya meninggal karena
kecelakaan , 1 bulan sebelum
pernikahan
DO :
180
2 DS :
- Defisit Perawatan Diri
DO :
- Pasien terlihat tidak rapi
- Rambut pasien terlihat berantakan
- Pasien tidak mencukur kumis dan
janggutnya
181
5. Intervensi Keperawatan
1 Risiko Kognitif, klien mampu: Untuk Klien Untuk Klien Rasa percaya dapat
Bunuh Diri membuat klien
l) Menyebutkan penyebab rsiko bunuh diri SP 1: SP 1:
m) Menyebutkan tanda dan gejala risiko bunuh diri merasa aman dan
Setelah melakukan Bina hubungan
n) Menyebabkan akibat yang ditimbulkan bunuh diri interaksi, klien mampu: nyama dengan
saling percaya
o) Menetapkan harapan dan masa depan perawat
Mengungkapkan Mendiskusikan
Membangun
perasaannya lingkungan yang
Psikomotor, klien mampu: harapan dan masa
Meningkatkan rasa aman
depan dapat
p) Mengendalikan lingkungan yang aman percaya dirinya Membantu klien
mengubah mindset
q) Melatih diri berpikir positif dan afirmasi positif Berpikir lebih mebangun harapan
positif klien.
r) Menggunakan kelompok untuk bercakap-cakap positif dan masa depannya
Memberikan pujian
dalam menyelesaikan masalah Menetapkan Melatih cara-cara
dapat
182
s) Melakukan aspek positif dalam mencapai harapan harapan dan masa mencapai harapan meningkatkan rasa
dan masa depan depan dan masa depan percaya diri klien
Mampu secara bertahap Memasukkan
memasukkan Beri pujian yang jadwal kegatan
Afektif :
kegiatan ke jadwal wajar terhadap selanjutnya
t) Merasakan manfaat diri sendiri harian keberhasilan klien membantu klien
u) Membedakan perasaan sebelum dan sesudah Menganjurkan dalam
latihan pasien memasukan meningkatkan rasa
v) Merasa hidup lebih optimis kegiatan ke dalam percaya dirinya
. jadwal dan evaluasi
manfaatnya
(dikhususkan ke
harga diri)
SP 2: Untuk Klien Untuk Klien Memilih cara
183
Stress berkurang diri keinginan muncul
Berpikir lebih positif Meningkatkan Meningkatkan
Dapat menerima harga diri klien harga diri dapat
dirinya yaitu : mengubah mindset
Memahami kerugian a. memberi klien untuk bisa
menyakiti diri sendiri kesempatan klien menerima dan
mengungkapkan menyayangi diri
perasaannya sendiri
Pujian dapat
b. berikan pujian
meningkatkan rasa
bila klien dapat
percaya diri
mengatakan
Bersyukur dapat
perasaan positif
membuat klien
c. meyakinkan puas dengan
klien bahwa kehidupan tanpa
dirinya penting merasa diri paling
buruk
d. membicarakakn
keadaan yang .Kemampuan
184
e. merencanakan karakter adaptif
aktifitas yang dapat Memasukkan
dilakukan jadwal kegatan
selanjutnya
membantu klien
Meningkatkan dalam
kemampuan meningkatkan rasa
menyelesaikan percaya dirinya
masalah dengan :
c. Mendiskusikan
dengan klien cara
menyelesaikan
masalahnya
d. Mendiskusikan
dengan klien
efektifitas masing-
masing cara
penyelesaian
masalah
e. Mendiskusikan
dengan pasien cara
185
menyelesaikan
masalah yang lebih
baik
f. Memasukkan
jadwak kegiatan
selanjutnya
2 Defisit 1. Kognitif, klien mampu: Klien : Klien Membina
Perawatan menjelaskan perawatan diri
hubungan saling
Diri Mengidentifikasi masalah perawatan diri yang SP 1: SP 1:
dialami percaya dapat
Mengetahui cara perawatan diri : Kebersihan Bina hubungan saling
meningkatkan rasa
diri, berpakaian, makan dan minum, eliminasi percaya dengan klien
dan lingkungan Setelah melakukan nyaman dan trus
interaksi,klien mampu: Mengidentifikasi
klien kepada
Memahami tanda dan gejala
2. Psikomotor, klien mampu: perawat
Melakukan kebersihan diri: Mandi, keramas, keuntungan perawatan diri serta
sikat gigi, berpakaian,berdandan Menjelaskan
menjaga penyebabnya
Memenuhi kebutuhan makan dan minum tentang kebersihan
Melakukan eliminasi BAB dan BAK kebersihan dan Menjelaskan
Menciptakan lingkungan rumah yang bersih diri membantu
kerugian apabila pentingnya
dan aman klien memahami
tidak menjaga kebersihan diri
cara untuk
3. Afektif, klien mampu Membantu klien
Merasa nyaman dengan perawatan diri kebersihan merawat dirinya
Merasakan manfaat perawatan diri Mempraktekkan mempraktekkan cara
dan kebersihannya
Mempertahankan perawatan diri menjaga kebersihan
cara menjaga Memasukkan ke
Menjelaskan cara
186
kebersihan menjaga kebersihan jadwal harian
Memasukkan Menganjurkan klien untuk
kegiatan kedalam memasukkan dalam mengevaluasi
jadwal harian jadwal kegiatan kemajuan tindakan
harian.
SP 2 SP 2 :
187
setiap hari Berikan pujian baik dan benar
Mempraktekkan cara Menganjurkan klien merupakan salah
makan dan minum memasukkan dalam satu point
dengan baik dan jadwal harian menjaga
benar kebersihan
Memberi pujian
dapat
meningkatkan
rasa percaya diri
klien
Memasukkan ke
jadwal harian
untuk
mengevaluasi
kemajuan
tindakan
SP 3 SP 3 SP 3 Menjelaskan cara
Mengetahui cara merawat langsung klien harga diri Klien mampu Mengevaluasi jadwal eliminasiyangbaik
188
Klien mampu eliminasi BAK dan menjaga
membersihkan diri BAB yang baik dan kebersihan setelah
dan tempat setelah benar BAB dan BAK
BAB dan BAK Membantu klien Pujian dapat
Klien cukup mampu mempraktekkan meningkatkan rasa
mencuci tangan cara eliminasi BAB percaya diri klien
dengan benar (6 dan BAK yang baik Pengaturan jadwal
langkah cuci tangan dan benar membantu klien
pakai sabun) Berikan pujian agar dapat
Perasaan klien lebih Menganjurkan klien melakukan
positif memasukkan dalam kegiatan secara
jadwal kegiatan terorganisir
harian
SP 4 SP 4 SP 4 Mengajarkan cara
Membuat jadwal aktifitas klien di rumah termasuk Menyebutkan Mengevaluasi jadwal berdandan dapat
minum obat (discharge planning) kegunaan berdandan kegiatan harian klien meningkatkan rasa
Menjalankan follow up klien setelah pulang untuk laki-laki Menjelaskan cara percaya diri klien
189
cara berdandan a. Latih menyisir tubuhnya sendiri
rambut Pujian dapat
b. Latih cukur meningkatkan rasa
rambut percaya diri klien
Berikan pujian Pengaturan jadwal
Menganjurkan klien membantu klien
memasukkan dalam agar dapat
jadwal kegiatan melakukan
harian. kegiatan secara
terorganisir
190
7. Implementasi dan Evaluasi
Analisa
- Klien mampu
menyebutkan cita-
citadan harapannya
- Klien mampu
191
memasukkan jadwal
kegiatan harian
Perencanaan :
Rabu 2 SP 1: Subjektif :
10.00 - Klien mengatakan ia
Bina hubungan saling percaya merasa lebih segar
dengan klien - Klien mengatakan ia
lebih bersemangat
Mengidentifikasi tanda dan gejala
perawatan diri serta penyebabnya
Objektif
Menjelaskan pentingnya kebersihan
diri - Klien terlihat lebih
bersih
Membantu klien mempraktekkan cara - Klien tampak
koorperatif
192
menjaga kebersihan Analisa
Menjelaskan cara menjaga -Klien mampu
kebersihan menyebutkan
Menganjurkan klien memasukkan kelebihandan kerugian
dalam menjaga kebersihan
dalam jadwal kegiatan harian.
diri
- klien mampu
mempraktikkan cara
mandi dengan benar
Perencanaan
193
2.3.3 Asuhan Keperawatan Waham
1. Pengkajian
194
6. Pengobatan sebelumnya:
195
[ ] Berhasil [ ] Kurang berhasil [V] Tidak Berhasil
Gejala :
Riwayat pengobatan/perawatan :
196
XVIII. PERSEPSI DAN HARAPAN KLIEN
3. PERSEPSI KLIEN ATAS MASALAHNYA
Pasien berniat untukgantung diri agar sakit di kepalanya dapat hilang
Adaptif Maladaptif
[ ] Bicara dengan orang lain [ ] Minum alkohol
[ ] Mampu menyelesaikan masalah [ V ] Reaksi lambat/berlebih
[ ] Teknik relokasi [ ] Bekerja berlebihan
[] menghindar
[ ] Aktivitas konstruktif
[ ] Olah raga [ V] Mencederai diri
[ ] Lainnya [ ] Lainnya
197
6. Keluhan fisik [V ] Ya [] Tidak
198
XXI. KELUARGA
9. GENOGRAM (tiga Generasi)
X X X X
X
36 X
Keterangan :
= Perempuan
= Laki-laki
36
= Umur pasien
= Umur pasien
199
Masalah Keperawatan : ---
200
Masalah : Tidak ada
keperawatan
XIX. PSIKOSOSIAL
1. KONSEP DIRI
201
2. HUBUNGAN SOSIAL
a. Orang yang berarti : Adik
4. GAYA HIDUP
Pasien merupakan seseorang yang mudah beradaptasi dengan orang
maupun lingkungan baru, orang aktif dan ceria
5. BUDAYA
Pasien mengatakan bersuku Batak. Sebgai seseorang yang dibesarkan
oleh orang tua yang bersuku Batak, pasien memiliki sifat mudah
marah, namun memiliki toleransi yang tinggi terhadap sesama.
6. SPIRITUAL
a. Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan beragama islam dan percaya Allah itu ada.
Pasien tidak merasa dia mengalami masalah.
b. Kegiatan ibadah
Pasien rajin sholat 5 waktu dan mengikuti pengajian setiap hari
jum”at mengikuti proses rehabilitasi
202
Masalah keperawatan :
Tidak ada
2. Pembicaraan
[V ] Cepat [V ] Keras [ ] Gagap [V] Inkoheren
[ ] Apatis [] Lambat [ ] Membisu [] Tidak mampu
memulai
pembicaraan
Jelaskan : Pasien berbicara cepat, dan keras, topik pembicaraan berpindah-
pindah dari satu kalimat ke kalimat lain yang tidak ada kaitannya
Masalah keperawatan :
Hambatan Komunikasi Verbal
3. Aktivitas motorik
[] Lesu [V] Tegang [ V ] Gelisah [ ] Agitasi
[ ] Tik [V ] Grimasen [ ] Tremor [ ] Kompulsif
Jelaskan : Pasien tidak dapat diam dan sering bergerak, ekspresi wajah selalu
beruba- ubah
Masalah keperawatan :
Hambatan Komunikasi Verbal
4. Alam perasaan
203
[V ] Sedih [ ] Ketakutan [V ] Putus asa
[V ] Khawatir [ ] Gembira berlebihan
Jelaskan : Pasien terlihat sedih dan sering bilang ingin gantung diri
agar tidak merasakan nyeri di kepalanya.
204
Masalah keperawatan :
ansietas
5. Afek
[ ] Datar [ ] Tumpul [V] Labil [ ] Tidak sesuai
Jelaskan : Ekspresi pasien berubah-ubah setiap bercerita
Masalah keperawatan :
Tidak ada
Masalah keperawatan :
Tidak ada
7. Persepsi
Halusinasi
Masalah keperawatan :
Halusinasi
8. Proses pikir
[V ] Sirkumstansial [ ] Tangensial [ ] Kehilangan asosiasi
[V ] Flight of ideas [] Blocking [V ] Perseverasi
Jelaskan : Pasien berbicara dengan berbelit-belit dan meloncat dari satu topik
ke topik lainnya.
Masalah keperawatan :
Waham
9. Isi pikir
[ ] Obsesi [ ] Fobia [V ] Hipokondria
[] Depersonalisasi [ ] Ide terkait [ ] Pikiran magis
205
Waham
[ ] Agama [V ] Somatik [ ] Kebesaran [ ] Curiga
[ ] Nihilistik [ ] Sisip pikir [ ] Siar pikir [ ] Kontrol pikir
Masalah keperawatan :
Waham Somatik
206
[V ] Bingung [ ] Sedasi [] Stupor
[V ] Disorientasi tmpt [V ] Disorientasi wkt [ ] Disorientasi org
Jelaskan: kebingungan dan meanyakan sekarang hari apa? Dan tidak ingat
kapan pertama kali dirawat disini, tidak ingat kapan pernah ke dokter dan
perilaku disorientasi lainnya.
Masalah keperawatan :
11. Memori
[ ] Gangguan daya ingat jangka [ ] Gangguan daya ingat jangka
pendek
panjang
[V]
[ ] Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi
Jelaskan: Pasien mengatakan ia belum pergi ke rumah sakit dan belum
bertemu dokter. Dokter itu yang sering ditemuinya. Namun ia tidak tahu
di rumah sakit mana.
Masalah keperawatan :
tidak ada
Masalah keperawatan :
Tidak adak
14. Daya tilik diri
[] Mengingkari penyakit yang diderita [V] Menyalahkan hal-hal diluar
dirinya
207
Masalah keperawatan :
Tidak ada
F. Nutrisi
Apakah anda puas dengan pola makan anda [V ] Ya
[ ] Tidak Apakah anda memisahkan diri saat makan
[ ] Ya [V ] Tidak Frekuensi makan sehari 3x
sehari
208
Nafsu makan :
[ ] meningkat [ ] menurun [ ] berlebihan [V] sedikit-
sedikit Berat badan : 45 kg : [ ] meningkat [V ]
menurun
Jelaskan : Sebelumnya berat badan pasien 48 kg
3.
Kemampuan klien dalam
:
Mengantisipasi kebutuhan sendiri [V ] Ya []
Tidak Membuat keputusan berdasaran keinginan sendiri [V ]
Ya [ ] Tidak Mengatur penggunaan obat [ ] Ya [V
] Tidak Melakuakan pemeriksaan kesehatan [V ] Ya []
Tidak Jelaskan : Masalah Keperaw
10. Aktivitas di dalam rumah
a.Menyajikan makanan [V] Ya []
Tidak b.Merapihkan rumah [V] Ya []
Tidak
a. Mencuci pakaian [V] Ya [] Tidak
Jelaskan :
209
Masalah Keperawatan : Tidak ada
[ ] Lainnya:
210
Terapi Medik :
k. Waham : Somatik
n. Ketidakberdayaan
p. Ansietas
r. Insomnia
s. Kurang Pengetahuan
No Dat Masalah
a Keperawatan
1 DS :
- Pasien mengatakan ia pernah Waham : Somatik
mencoba gantung diri
- Pasien merasa yakin menderita
penyakit kanker otak
DO :
211
2 DS :
- Defisit Perawatan Diri
DO :
- Pasien terlihat tidak rapi
- Pasien tidak mencuci rambutnya
- Pasien tidak berganti-ganti pakaian
212
RENCANA TINDAKAN (INTERVENSI) KEPERAWATAN JIWA
213
. kegiatan ke jadwa
harian
Untuk Klien
SP 2:
214
Menyebutkan
manfaat dan
kerugian tidak
minum obat
Minum obat dengan
benar dan tepat
waktu
Mampu
memasukkan
kegiatan minum
obat ke dalam
jadwal harian
215
SP 3 :
Mampu
menjelaskan
semua kebutuha
yang tidak dapat
terpenuhi
Mengetahui cara
memenuhi
kebutuhan yang
belum terpenuhi
Mampu
memasukkan
kegiatan
216
pemenuhan
kebutuhan dasar
ke dalam jadwal
harian
SP 4
Klien dapat
menunjukan
kemampuan yan
dimilikinya
Klien dapat
menyebutkan
kelemahan yang
ada pada dirinya
Klien mampu
memasukkan
kegiatan
menggali
kemampuan
positif yang
dimiliki ke dalam
217
jadwal harian
218
kedalam jadwal haria
SP 2
Setelah melakukan
interaksi, klien
mampu:
Memahami gunany
makan dan minum
secarra teratur
Mengetahui
kebutuhan makan
setiap hari
Mempraktekkan cara
makan dan minum
dengan baik dan bena
219
SP 3
Klien mampu
menjelaskan
gunanya BAB dan
BAK yang baik
Klien mampu
membersihkan dir
dan tempat setelah
BAB dan BAK
Klien cukup mamp
mencuci tangan
dengan benar (6
langkah cuci
tangan pakai
sabun)
Perasaan klien lebih
positif
220
SP 4
Menyebutkan
kegunaan berdanda
untuk laki-laki
Mengetahui alat-alat
yang dibutuhkan
untuk berdandan
Dapat
mempraktekkan ca
berdandan
221
8. Implementasi dan Evaluasi
222
kesehatan fisik klien
Melatih dan ajarkan klien berkenalan
dengan cara :
- Jelaskan pada klien cara berinteraksi
dengan perawat atau orang lain
- Sebutkan terlebih dahulu nama kita,
nama panggilan dan hobi
- Minta klien menanyakan nama, nama
panggilan dan hobi
Memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
Jum’at 2 SP 1: Subjektif :
10.00 - Klien mengatakan ia
Membina hubungan saling percaya merasa lebih baik
Mengidentifikasi aspek positif yang - Klien mengatakan ia
masih sulit
dimiliki klien seperti kegiatan di rumah, berinteraksi dengan
adanya keluarga dan lingkungan terdekat orang lain
klien
Membantu klien menilai kemampuan Objektif
klien yang masih dapat digunakan - Kontak mata klien
Membantu klien memilih kegiatan yang kurang
- Klien dapat
akan dilatih sesuai dengan kemampuan memperkenalkan
klien dirinya
Melatih klien sesuai dengan kemampuan
yang dipilih
Analisa Perencanaan
Memberi pujian yang wajar terhadap
keberhasilan klien
Menganjurkan pasien memasukan
kegiatan ke dalam jadwal
223
2.3.5 Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah
1. Pengkajian
Umur : 30 th No. RM :
Umur : 35 th Pendidikan : S1
224
8. Pengobatan sebelumnya:
225
[ ] Berhasil [ ] Kurang berhasil [] Tidak Berhasil
Jelaskan no. 1, 2, 3 :
Gejala :
Riwayat pengobatan/perawatan :
226
Pasien tidak berharap apapun karena ia merasa telah
diasingkan oleh satu-satunya keluaranya yaitu
kakaknya.
Adaptif Maladaptif
[ ] Bicara dengan orang lain [ ] Minum alkohol
[ ] Mampu menyelesaikan masalah [ V ] Reaksi lambat/berlebih
[ ] Teknik relokasi [ ] Bekerja berlebihan
[ V ] menghindar
[ ] Aktivitas konstruktif
[ ] Olah raga [ ] Mencederai diri
[ ] Lainnya [ ] Lainnya
227
Jelaskan : Pasien sering mengurung diri di kamar dan
menarik diri dari keramaian
228
XXVII. PEMERIKSAAN FISIK
4. Tanda vital TD: 110/70 N: 80x/mnt S: 36,5 oC P:
mmHg 19x/mnt
229
5. Ukur TB: 160 BB: 52 kg [ ] Naik [V ]
Turun
230
6. Keluhan fisik [ ] Ya [ V ] Tidak
Jelaskan :
XXVIII. KELUARGA
13. GENOGRAM (tiga Generasi)
X X X
X
X X
30
Keterangan :
= Perempuan
= Laki-laki
30 = Umur pasien
= Umur pasien
231
14. SISTEM KOMUNIKASI
Pasien berbicara berbelit-belit namun sampai pada topik pembicaraan
15. POLA ASUH KELUARGA
Pasien dibesarkan oleh kedua orang tuanya dengan penuh kasih sayang
XXVI. PSIKOSOSIAL
1. KONSEP DIRI
232
2. HUBUNGAN SOSIAL
a. Orang yang berarti : Kakak
4. GAYA HIDUP
Pasien merupakan seseorang yang pendiam dan tidak mudah
beradaptasi
5. BUDAYA
Pasien mengatakan bersuku Dayak. Sebagai seorang anak yang
dibesarkan di lingkungannya pasien adalah orang yang sedikit peduli.
Namun karena pasien lebih nyaman menyendiri hal itu tidak terlihat
6. SPIRITUAL
a. Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan ia tidak percaya dengan Tuhan
b. Kegiatan ibadah
Dulu pasien adalah orang yang rajin mengikuti ibadah bersama
ibunya sebelum ibunya meninggal
233
Masalah keperawatan :
Distress Spiritual
2. Pembicaraan
[ ] Cepat [ ] Keras [ ] Gagap [V] Inkoheren
[ ] Apatis [V] Lambat [ ] Membisu [V] Tidak mampu
memulai
pembicaraan
Jelaskan : Pasien berbicara lambat namun dapat dipahami, pasien tidak
dapat memulai komunikasi danbaru akan berbicara ketika ditanya
Masalah keperawatan :
Hambatan Komunikasi Verbal
3. Aktivitas motorik
[V] Lesu [ ] Tegang [ V] Gelisah [V ] Agitasi
[ ] Tik [ ] Grimasen [ ] Tremor [ ] Kompulsif
Jelaskan : Pasien terlihat lesu dan tidak bersemangat. Aktivitas pasien selalu
berbaring di tempat tidur. Pasien terlihat tidak nyaman dan gelisah ketika
diajak berbicara
234
Masalah keperawatan :
Hambatan komunikasi verbal
4. Alam perasaan
[V ] Sedih [ ] Ketakutan [V ] Putus asa
[ ] Khawatir [ ] Gembira berlebihan
235
Masalah keperawatan :
Tidak ada
5. Afek
[ ] Datar [V ] Tumpul [ ] Labil [ ] Tidak sesuai
Jelaskan : Pasien terlihat sedih ketika membicarakan tentang dirinya
Masalah keperawatan :
Tidak ada
Masalah keperawatan :
Harga Diri Rendah
7. Persepsi
Halusinasi
Masalah keperawatan :
Tidak ada
8. Proses pikir
[V ] Sirkumstansial [ ] Tangensial [ ] Kehilangan asosiasi
[] Flight of ideas [] Blocking [V ] Perseverasi
Masalah keperawatan :
Tidak ada
9. Isi pikir
[ ] Obsesi [ ] Fobia [ ] Hipokondria
[V] Depersonalisasi [ ] Ide terkait [ ] Pikiran magis
236
Waham
[ ] Agama [ ] Somatik [ ] Kebesaran [ ] Curiga
[ ] Nihilistik [ ] Sisip pikir [ ] Siar pikir [ ] Kontrol pikir
Jelaskan :
Masalah keperawatan :
Tidak ada
237
[V ] Bingung [ ] Sedasi [ ] Stupor
[ ] Disorientasi tmpt [ ] Disorientasi wkt [ ] Disorientasi org
Masalah keperawatan :
Tidak ada
11. Memori
[ ] Gangguan daya ingat jangka [ ] Gangguan daya ingat jangka
pendek
panjang
[]
[ ] Gangguan daya ingat saat ini
Konfabulasi
Jelaskan: Pasien dapat mengingat kejadian kejadian 2 hingga 3 tahun yang
lalu dengan jelas. Namun pasien tidak ingat kapan lebih tepatnya pertama
kali di rawat dan penyebabnya.
Masalah keperawatan :
Tidak ada
Masalah keperawatan :
Tidak ada
14. Daya tilik diri
[V] Mengingkari penyakit yang [ ] Menyalahkan hal-hal diluar
diderita dirinya
238
Masalah keperawatan :
Tidak ada
239
Tempat tinggal [ ] Ya [ V ] Tidak
Keuangan [ ] Ya [V ] Tidak
Jelaskan : Pasien dapat mengurus dirinya secara
mandiri
241
Mengantisipasi kebutuhan sendiri [ ] Ya [V ]
Tidak Membuat keputusan berdasaran keinginan sendiri [ ] Ya
[V ] Tidak Mengatur penggunaan obat [ ] Ya [V
] Tidak Melakuakan pemeriksaan kesehatan [ ] Ya [V ]
Tidak Jelaskan : Masalah Keperaw
13. Aktivitas di dalam rumah
a.Menyajikan makanan [] Ya [V]
Tidak b.Merapihkan rumah [V ] Ya []
Tidak
a. Mencuci pakaian [] Ya [V] Tidak
Jelaskan :
[ ] Lainnya:
243
Terapi Medik :
u. Distress Spiritual
v. Isolasi Sosial
x. Kehilangan
aa. Insomnia
244
1 DS :
- Pasien mengatakan ia tidak memiliki Harga Diri Rendah
teman
- Pasien mengatakan ia tidak berguna,
tidak berarti dan tidak mempunyai
kemampuan apapun
- Pasien mengatakan ia tidak bisa
meberikan kebahagiaan kepada
kedua orang tuanya
- Pasien merasa ia tidak mendapat
perhatian dari kakaknya semenjak
kakaknya berkeluarga
- Pasien mengatakan lebih suka
menyendiri dan mengurung diri di
kamar
DO :
- Pasien telihat memandang negatif
dirinya
- Pasien terlihat pasif
- Pasien telihat lesu dan tidak bergairah
245
2 DS :
- Pasien mengatakan ia mengurung diri Isolasi Sosial
di kamar
- Pasien mengatakan ia lebih suka
menyendiri
- Pasien mengatakan ia tidak suka
berbicara dengan orang lain
- Pasien merasa ia tidak memiliki
teman
DO :
- Pasien terlihat lesu
- Pasien terlihat menarik diri
- Afek tumpul
246
5. Intervensi Keperawatan
247
a. Melakukan aspek positif dan kemampuanyang dipilih senang lingkungan mengenai
b. Berperilaku aktif Klien mau duduk terdekat klien kemampuan
c. Menceritakan keberhasilan kepada orang lain berdampingan Membantu klien dan aspek
Mau menilai positif dapat
6. Afektif, klien mampu mengutarakan kemampuan klien memacu
c. Merasakan manfaat latihan masalah yang yang masih dapat perubahan
d. Menghargai kemampuaan diri (bangga) dihadapi digunakan mindset.
e. Meningkatkan harga diri. Mampu Membantu klien Kegiatan
memasukkan memilih kegiatan yang dipilih
kegiatan ke yang akan dilatih sesuai
jadwal harian sesuai dengan kemampuan
kemampuan klien membuat
Melatih klien klien merasa
sesuai dengan tidak
kemampuan yang terbebani.
dipilih Memberikan
Beri pujian yang pujian dapat
wajar terhadap meningkatk
keberhasilan klien an rasa
Menganjurkan percaya diri
pasien klien
248
memasukan Memasukka
kegiatan ke dalam n jadwal
jadwal kegatan
selanjutnya
membantu
klien dalam
meningkatk
an rasa
percaya
dirinya
SP 2: SP 2: SP 2: Evaluasi
249
Memasukkan memasukkan klien
kegiatan ke kedalam kegiatan membuat
dalam jadwal harian klien merasa
harian secara tidak
mandiri terbebani
Memasukka
n jadwal
kegatan
selanjutnya
membantu
klien dalam
meningkatka
n rasa
percaya
dirinya
Untuk keluarga : Keluarga : Untuk Keluarga Pentingnya
SP 1 SP 1: SP 1 : peran
keluarga
Keluarga mampu : Setelah melakukan
interaksi, keluarga dalam
Mengidentifikasi masalah yang dirasakan dalam merawat mampu: Mendiskusikan mendukung
klien pentingnya peran klien
Menjelaskan
250
Memahami pengertian harga diri rendah, tanda dan gejala tentang serta keluarga sehingga
serta proses terjadinya harga diri rendah pengertian sebagai klien
Merawat klien dengan harga diri rendah menarik diri pendukung termotivasi
Tanda dan untuk mengatasi untuk
gejala menarik gangguan harga mengatasi
diri diri rendah gangguan
Penyebab dan Mendiskusikan harga
akibat menarik potensi keluarga dirinya.
diri untuk membantu Membantu
Cara merawat klien mengatasi keluarga
klien harga diri gangguan harga untuk
rendah. diri rendah mengatasi
Menjelaskan hal-hal yang
pengertian harga dapat
diri rendah, memicu
tanda dan gejala munculnya
serta proses harga diri
terjadinya harga rendah pada
diri rendah klien
Menjelaskan cara Keluarga
merawat klien dapat
251
dengan harga merawat dan
diri rendah mengajarkan
klien utntuk
merawatnya
secara
mandiri.
SP 2 SP 2 SP 2: Mempraktek
Tahu cara merawat klien dengan harga diri rendah Setelah melakukan Melatih keluarga kan cara
interaksi, keluarga mempraktekkan merawat
mampu: pasien dapat
cara merawat
Mempraktekkan pasien dengan membantu
cara merawat harga diri rendah keluarga
klien gangguan untuk
harga diri rendah melihat
secara
langsung
bagaimanak
ah cara
merawat
klien
SP 3 SP 3 SP 3 Melatih
252
Mengetahui cara merawat langsung klien harga diri rendah Mengetahui hal Melatih keluarga cara
hal yang dapat melakukan cara merawat
dilakukan dalam merawat pasien dapat
merawat klien langsung kepada membantu
dengan harga diri klien harga diri keluarga
rendah rendah untuk
Tanya perasaan melihat dan
keluarga setelah mencoba
mencoba cara secara
yang dilatihkan langsung
bagaimanak
ah merawat
klien
SP 4 SP 4 SP 4 Pengaturan
Membuat jadwal aktifitas klien di rumah termasuk minum Memanage waktu Membantu keluarga jadwal
Menjalankan follow up klien setelah pulang terkait apa aktifitas di rumah klien agar
253
dirumah up klien setelah terorganisir
pulang dan tepat
terutama
dalam
meminum
obat
Follow up
membantu
keluarga
untuk
mengetahui
perkembang
an kesehatan
klien secara
bertahap
254
2 Isolasi Sosial Kognitif, klien mampu : SP 1: SP 1 - Hubungan
: Menarik saling
f. Mengidentifikasi keuntungan berinteraksi dengan orang Setelah melakukan Bina hubungan
Diri
lain interaksi, klien saling percaya percaya
g. Mengidentifikasi kerugian tidak berinteraksi dengan mampu: dengan cara :
orang lain - Beri salam merupakan
h. Memiliki keberanian berinteraksi - Perkenalkan langkah
i. Memiliki motivasi berinteraksi nama, nama
j. Memiliki inisiatif berinteraksi Mengenal awal untuk
panggilan dan
penyebab isolasi tujuan melakukan
sosial, keuntungan - Tanyakan nama
Psikomotor, klien mampu : berhubungan interaksi
dan panggilan
dengan orang lain kesukaan klien sehingga
d. Melakukan interaksi dengan orang lain dan kerugian tidak - Tanyakan
e. Melakukan kegiatan bersama dengan orang lain berhubungan klien
perasaan dan
f. Melakukan kegiatan sosial Menceritakan masalah yang terbuka
masalahnya dihadapi klien
Mengungkapkan dalam
Afektif, klien mampu : - Buat kontrak
perasaannya interaksi dengan mengungk
Ekspresi senang jelas
c. Merasakan manfaat dari latihan bersosialisasi apkan
Melakukan kotak Bantu klien
d. Merasa nyaman berinteraksi dengan orang lain
mata dengan mengenal masalahny
perawat penyebab isolasi
Berkenalan a dan
sesuai dengan
dengan perawat tindakan sebagai menimbulk
Menyusun jadwal
255
kegiatan harian berikut : an sikap
berkenalan - Menanyakan
menerima
pendapat klien
tentang terhadap
kebiasaan
orang lain
berinteraksi
dengan orang - Agar klien
lain
dapat
- Siapa yang
dekat dengan mengenal
pasien
dan
- Menanyakan
apa yang mengungk
menyebabkan apkan
pasien tidak
ingin penyebab
berinteraksi isolasi
dengan orang
lain sosial yang
Bantu klien terjadi
mengenal
keuntungan - Agar klien
berhubungan
mempunya
dengan orang lain
dengan cara i keinginan
mendiskusikan
berinteraks
keuntungan bila
klien memiliki i dengan
banyak temandan
orang lain
bergaul akrab
dengan mereka - Agar klien
Bantu pasien
256
mengenal kerugian menyadari
tidak berhubungan
kerugian
dilakukan dengqn
cara : yang
- Mendiskusikan
ditimbulka
kerugian bila
klien hanya n akibat
mengurung diri
berinteraks
dan tidak
bergaul dengan i dengan
orang lain
orang lain
- Menjelaskan
pengaruh sosial - Belajar
terhadap
berkenalan
kesehatan fisik
klien menimbulk
Latih dan ajarkan
an
klien berkenalan
dengan cara : motivasi
- Jelaskan pada klien untuk
klien cara
berinteraksi berinteraks
dengan perawat i dengan
atau orang lain
- Sebutkan orang lain
terlebih dahulu - Memberikan
nama kita, nama
panggilan dan rasa
hobi tanggung
- Minta klien
menanyakan jawab pada
nama, nama
257
panggilan dan klien untuk
hobi
melaksana
Masukkan dalam
jadwal kegiatan kan
harian
kegiatan
dengan
teratur
SP 2 : SP 2 - Sebagai
258
berinteraks
i dan
mendapatk
an respon
yang
positif
- Memberikan
motivasi
dan rasa
tanggung
jawab pada
pasien
untuk
melaksana
kan
kegiatan
berkenalan
dengan
teratur.
SP 3 SP 3 - Sebagai
259
klien mampu : Beri pujian perawat
Latih cara
menilai
berbicara saat
melakukan perkemban
Mampu kegiatan harian (2
menyebutkan gan klien
kegiatan harian
kegiatan yang sudah baru) dalam
dilakukan Masukkan dalam
Berinteraksi dengan mengenal
jadwal kegiatan
orang lain secara harian untuklatihan cara
bertahap berkenalan 4-5
Berkenalan dengan berinteraks
orang berbicara
4-5 orang sambil saat melakukan i
melakukan 2 lebih dari 2
kegiatan baru kegiatan harian - Pujian dapat
Memasukkan dalam meningkat
jadwal kegiatan
harian kan rasa
percaya
diri klien
- Memberikan
motivasi
klien untuk
berinteraks
i dan
mendapatk
an respon
260
yang
positif
- Memberikan
motivasi
dan rasa
tanggung
jawab pada
klien untuk
melaksana
kan
kegiatan
berkenalan
dengan
teratur
SP 4 : SP 4 - Menilai
perkembang
Klien mampu Evaluasi kegiatan an dan
sebelumnya kemajuan
Menyebutkan Latih cara bicara klien
kegiatan yang sudah sosial : meminta - Memberikan
dilakukan sesuatu, menjawab motivasi
Berinteraksi dengan pertanyaan klien
orang lain secara Masukkan pada untukberin
bertahap : jadwal kegiatan teraksi dan
berkenalan dengan untuk latihan mendapatk
261
lebih dari 5 orang berkenalan dengan an respon
dan bersosialisasi lebih dari 5 orang, yang
Mampu orang baru, positif
memasukkan dalam berbicara saat - Memberikan
jadwal kegiatan melakukan kegiatan motivasi
harian dan bersosialisasi dan rasa
tanggungja
wab pada
klien untuk
melaksana
kan
kegiatan
berkenalan
dengan
teratur.
262
9. Implementasi dan Evaluasi
264
3.3.5 Asuhan Keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan
1. Pengkajian
XXIX.IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. A (P) Tgl. Pengk. : 08 Oktober 2020
Umur : 40 th No. RM :
Marital : Menikah
XXXI.FAKTOR PREDISPOSISI
9. Pernah mengalami gangguan jiwa di
masa lalu? [] Ya [V ] Tidak
10. Pengobatan sebelumnya:
265
[ ] Berhasil [ ] Kurang berhasil [] Tidak Berhasil
266
memukul semua orang yang meremehkannya
Adaptif Maladaptif
[ ] Bicara dengan orang lain [ ] Minum alkohol
[ ] Mampu menyelesaikan masalah [ V ] Reaksi lambat/berlebih
[ ] Teknik relokasi [ ] Bekerja berlebihan
[] menghindar
[ ] Aktivitas konstruktif
[ ] Olah raga [ ] Mencederai diri
[ ] Lainnya [ V] Lainnya
267
Masalah Keperawatan : Tidak ada
268
XXXV. KELUARGA
17. GENOGRAM (tiga Generasi)
X X X X
36
Keterangan :
= Perempuan
= Laki-laki
36
= Umur pasien
= Umur pasien
269
Masalah Keperawatan : ---
270
Masalah : Tidak ada
keperawatan
XXXIV. PSIKOSOSIAL
1. KONSEP DIRI
271
2. HUBUNGAN SOSIAL
a. Orang yang berarti : Istri
4. GAYA HIDUP
Pasien merupakan seseorang yang temperamen sehingga sering
menyelesaikan suatu masalah dengan kekerasan
5. BUDAYA
Pasien mengatakan bersuku Batak. Sebgai seseorang yang dibesarkan
oleh orang tua yang bersuku Batak, pasien memiliki sifat mudah marah
dan keras
6. SPIRITUAL
a. Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan beragama islam dan percaya Allah itu ada.
Pasien tidak merasa dia mengalami masalah.
b. Kegiatan ibadah
Sebelum masuk RSJ pasien rajin sholat 5 waktu . Namun sekarang
pasien tidak pernah menjalankan kegiatan ibadahnya lagi
272
Masalah keperawatan :
Distress Spiritual
2. Pembicaraan
[V ] Cepat [V ] Keras [ ] Gagap [V] Inkoheren
[ ] Apatis [] Lambat [ ] Membisu [] Tidak mampu
memulai
pembicaraan
Jelaskan : Pasien berbicara cepat, dan keras, topik pembicaraan berpindah-
pindah dari satu kalimat ke kalimat lain yang tidak ada kaitannya
Masalah keperawatan :
Hambatan Komunikasi Verbal
3. Aktivitas motorik
[] Lesu [] Tegang [ V ] Gelisah [ ] Agitasi
[ ] Tik [V ] Grimasen [ ] Tremor [V ] Kompulsif
Jelaskan : Pasien tidak dapat diam dan sering bergerak, ekspresi wajah selalu
beruba- ubah, pasien terlihat beberapa kali mengepalkan tangan
Masalah keperawatan :
Hambatan Komunikasi Verbal
4. Alam perasaan
273
[ ] Sedih [ ] Ketakutan [V ] Putus asa
[V ] Khawatir [ ] Gembira berlebihan
Jelaskan : Pasien terlihat gelisah dan sering bilang ingin mati saja
karena merasa tidak berguna
274
Masalah keperawatan :
ansietas
5. Afek
[ ] Datar [ ] Tumpul [V] Labil [ ] Tidak sesuai
Jelaskan : Ekspresi pasien berubah-ubah setiap bercerita
Masalah keperawatan :
Tidak ada
Masalah keperawatan :
Tidak ada
7. Persepsi
Halusinasi
Jelaskan:
Masalah keperawatan :
Tidak ada
8. Proses pikir
[V ] Sirkumstansial [ ] Tangensial [ ] Kehilangan asosiasi
[V ] Flight of ideas [] Blocking [V ] Perseverasi
Jelaskan : Pasien berbicara dengan berbelit-belit dan meloncat dari satu topik
ke topik lainnya.
Masalah keperawatan :
Waham
9. Isi pikir
[ ] Obsesi [ ] Fobia [V ] Hipokondria
[] Depersonalisasi [ ] Ide terkait [ ] Pikiran magis
275
Waham
[ ] Agama [ ] Somatik [V ] Kebesaran [ ] Curiga
[ ] Nihilistik [ ] Sisip pikir [ ] Siar pikir [ ] Kontrol pikir
276
[V ] Bingung [ ] Sedasi [] Stupor
[ ] Disorientasi tmpt [ ] Disorientasi wkt [ ] Disorientasi org
Jelaskan: kebingungan dan meanyakan sekarang hari apa? Dan tidak ingat
kapan pertama kali dirawat disini, tidak ingat kapan pernah ke dokter dan
perilaku disorientasi lainnya.
Masalah keperawatan :
11. Memori
[ ] Gangguan daya ingat jangka [ ] Gangguan daya ingat jangka
pendek
panjang
[V]
[ ] Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi
Jelaskan: Pasien mengatakan ia belum pergi ke rumah sakit dan belum
bertemu dokter. Dokter itu yang sering ditemuinya. Namun ia tidak tahu
di rumah sakit mana.
Masalah keperawatan :
tidak ada
Masalah keperawatan :
Tidak ada
14. Daya tilik diri
[V] Mengingkari penyakit yang [] Menyalahkan hal-hal diluar
diderita dirinya
277
Masalah keperawatan :
Tidak ada
J. Nutrisi
Apakah anda puas dengan pola makan anda [V ] Ya
[ ] Tidak Apakah anda memisahkan diri saat makan
[ ] Ya [V ] Tidak Frekuensi makan sehari 3x
sehari
278
Nafsu makan :
[ ] meningkat [ ] menurun [ ] berlebihan [V] sedikit-
sedikit Berat badan : 65 kg : [ ] meningkat [V ]
menurun
Jelaskan : Sebelumnya berat badan pasien 68 kg
3.
Kemampuan klien dalam
:
Mengantisipasi kebutuhan sendiri [V ] Ya []
Tidak Membuat keputusan berdasaran keinginan sendiri [V ]
Ya [ ] Tidak Mengatur penggunaan obat [ ] Ya [V
] Tidak Melakuakan pemeriksaan kesehatan [] Ya [V]
Tidak Jelaskan : Masalah Keperaw
16. Aktivitas di dalam rumah
a.Menyajikan makanan [V] Ya []
Tidak b.Merapihkan rumah [V] Ya []
Tidak
a. Mencuci pakaian [V] Ya [] Tidak
Jelaskan :
279
Masalah Keperawatan : Tidak ada
[ ] Lainnya:
280
Terapi Medik :
gg. Ansietas
hh. Insomnia
No Dat Masalah
a Keperawatan
1 DS :
- Pasien mengatakan ia merasa kesal Risiko Perilaku
terhadap semua orang dan Kekerasan
tetannganya
- Pasien mengatakan ingin memukul
tetangganya
- Pasien merasa tidak berguna dan
ingin mati saja
DO :
281
2 DS :
- Pasien mengatakan bahwa ia adalah Perubahann Proses Fikir :
seorang tentara berpangkat jenderal Waham Kebesaran
- Pasien mengatakan bahwa ia adalah
seorang rocker terkenal
DO :
- Pasien terus berbicara tentang
pekerjaannya
- Pembicaraan pasien cenderung
berulang-ulang
- Isi pembicaraan tidak sesuai dengan
kenyataan
- Pembicaraan inkoheren
- Pasien terlihat bingung
282
RENCANA TINDAKAN (INTERVENSI) KEPERAWATAN JIWA
283
benar tanggal kadaluarsa dan benar dokumentasi) kegiatan ke jadwa
Afektif, klien mampu : harian
284
Untuk Klien
SP 2:
Mengungkapkan
perasaan rasa
kesal/jengkel kepad
orang lain tanpa
menyakiti
Memasukkan
kegiatan deeskalasi
dalam jadwal haria
285
2 Defisit SP 3 :
Perawatan
Diri Mampu
menjelaskan
cara-cara sehat
dalam
mengungkapkan
marah
Mengetahui cara
mengendalikan
risiko perilaku
sosial secara
spiritual
Mampu
memasukkan
kegiatan
pemenuhan
kebutuhan dasar
ke dalam jadwal
286
harian
SP 4
Klien dapat
mengetahui
kerugian tidak
minum obat
Klienmengetahu
namaobat,
bentukdan warn
obat
Klien mengetahu
dosis yang
diberikan
kepadanya
Klien mengetahu
waktu pemakaia
Klien mengetahu
efek samping da
pemakaian
Klien
menggunakan
obat secara
teratur dan bena
Klien
287
memasukkan
kegiatan minum
obat ke dalam
jadwal harian
rr) Beorientasi terhadap realitas (orang, tempat dan waktu) penyebab dan
288
uu) Minum obat dengan prinsip 8 benar (benar obat, benar Mampu
klien, benar waktu, benar cara, benar dosis, benar manfaat, mengendalikan
benar kadaluarsa dan benar dokumentasi waham dengan
orientasi realita
Mampu
Afektif, klien mampu
memasukkan
vv) Merasa manfaat dari latihan yang dilakukan kegiatan ke jadwa
ww) Merasa nyaman dan tenang harian
289
Untuk Klien
SP 2:
Menyebutkan
manfaat dan
kerugian tidak
minum obat
Minum obat dengan
benar dan tepat
waktu
Mampu
memasukkan
kegiatan minum
obat ke dalam
jadwal harian
290
SP 3 :
Mampu
menjelaskan
semua kebutuha
yang tidak dapat
terpenuhi
Mengetahui cara
memenuhi
kebutuhan yang
291
belum terpenuhi
Mampu
memasukkan
kegiatan
pemenuhan
kebutuhan dasar
ke dalam jadwal
harian
SP 4
Klien dapat
menunjukan
kemampuan yan
dimilikinya
Klien dapat
menyebutkan
kelemahan yang
ada pada dirinya
Klien mampu
memasukkan
kegiatan
menggali
kemampuan
292
positif yang
dimiliki ke dalam
jadwal harian
293
berikut : memperkenalkan
- Menanyakan pendapat klien tentang dirinya
kebiasaan berinteraksi dengan orang
lain
- Siapa yang dekat dengan pasien Analisa Perencanaan
- Menanyakan apa yang menyebabkan
pasien tidak ingin berinteraksi dengan
orang lain
Membantu klien mengenal keuntungan
berhubungan dengan orang lain dengan
cara mendiskusikan keuntungan bila klien
memiliki banyak temandan bergaul akrab
dengan mereka
Membantu klien mengenal kerugian tidak
berhubungan dilakukan dengqn cara :
- Mendiskusikan kerugian bila klien
hanya mengurung diri dan tidak bergaul
dengan orang lain
- Menjelaskan pengaruh sosial terhadap
kesehatan fisik klien
Melatih dan ajarkan klien berkenalan
dengan cara :
- Jelaskan pada klien cara berinteraksi
dengan perawat atau orang lain
- Sebutkan terlebih dahulu nama kita,
nama panggilan dan hobi
- Minta klien menanyakan nama, nama
panggilan dan hobi
Memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
Senin 2 SP 1: Subjektif :
10.00 - Klien mengatakan ia
Membina hubungan saling percaya merasa lebih baik
Mengidentifikasi aspek positif yang - Klien mengatakan ia
masih sulit
dimiliki klien seperti kegiatan di rumah, berinteraksi dengan
adanya keluarga dan lingkungan terdekat orang lain
klien
Membantu klien menilai kemampuan Objektif
klien yang masih dapat digunakan - Kontak mata klien
Membantu klien memilih kegiatan yang kurang
- Klien dapat
akan dilatih sesuai dengan kemampuan memperkenalkan
klien dirinya
Melatih klien sesuai dengan kemampuan
yang dipilih
294
Memberi pujian yang wajar terhadap Analisa Perencanaan
keberhasilan klien
Menganjurkan pasien memasukan
kegiatan ke dalam jadwal
295
2.3.6 Asuhan Keperawatan Halusinasi
1. Pengkajian
IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny. L (P) Tgl. Pengk. : 08 Oktober 2020
Umur : 40 th No. RM :
ALASAN MASUK
o Data Pada saat masuk RS
296
Sebelum masuk RSJ pasien suka marah-marah, mengamuk, berbicara sendiri,
dan memukul orang, pasien ulangan yang telah putus obat
FAKTOR PREDISPOSISI
- Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
[V] Ya [ ] Tidak
- Pengobatan sebelumnya:
Tindakan criminal
Ya
297
Pasien putus obat karena tidak ada yang
mengawasinya minum obat
298
3. HARAPAN KLIEN SEHUBUNGAN DENGAN
PEMECAHAN MASALAH
Tidak ada
MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
[ ] menghindar
[ ] Aktivitas konstruktif
[ ] Lainnya [ V] Lainnya
PEMERIKSAAN FISIK
299
Tanda vital : TD : 130/90 mmHg N: 85x/menit S: 36,6 oC P: 20x/mnt
300
301
KELUARGA
11. GENOGRAM (tiga Generasi)
X X
X
X
40
Keterangan :
= Perempuan
= Laki-laki
302
X = Anggota keluarga yang meninggal
40
= Umur pasien
= Umur pasien
PSIKOSOSIAL
303
o KONSEP DIRI
304
o HUBUNGAN SOSIAL
Orang yang berarti : Ibu
Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat:
Pasien tidak pernah mengikuti kegitatan apapun di luar rumah
o GAYA HIDUP
Pasien merupakan seseorang yang temperamen sehingga sering menyelesaikan
suatu masalah dengan kekerasan, pasien lebih sering diam di rumah
o BUDAYA
Pasien mengatakan bersuku Batak. Sebgai seseorang yang dibesarkan oleh
orang tua yang bersuku Batak, pasien memiliki sifat mudah marah dan keras
305
o SPIRITUAL
Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan beragama islam dan percaya pada ALLAH
Kegiatan ibadah
pasien jarang beribadah karena baginya itu hal yang menyusahkan. Dulu
sebelum masuk RS pasien rajin beribadah di rumah bersama keluarganya
306
Masalah keperawatan: Distress Spiritual
STATUS MENTAL
o Penampilan
[ ] Tidak rapi [ ] Penggunaan pakaian [ ] Cara berpakaian
tidak sesuai
tidakseperti biasa Jelaskan : Pasien
menggunakan pakaian sesuai orang normal
o Pembicaraan
[] Cepat [] Keras [ ] Gagap [] Inkoheren
307
o Aktivitas motorik
[V] Lesu [] Tegang [ V ] Gelisah [V ] Agitasi
Jelaskan : Pasien terlihat lesu karena kurang tidur, dan gelisah karena
mendengar bisikan-bisikan
o Alam perasaan
[V ] Sedih [ ] Ketakutan [ ] Putus asa
308
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
o Afek
[V ] Datar [ ] Tumpul [] Labil [ ] Tidak sesuai
o Persepsi
Halusinasi
[ ] Pengecapan [ ] Penghidup
309
Masalah keperawatan : Halusinasi Pendengaran
o Proses pikir
[V ] Sirkumstansial [ ] Tangensial [ ] Kehilangan asosiasi
o Isi pikir
[ ] Obsesi [ ] Fobia [V ] Hipokondria
Waham
Jelaskan:
o Tingkat kesadaran
310
[V ] Bingung [ ] Sedasi [] Stupor
o Memori
panjang pendek
311
Jelaskan : Pasien mampu berkonsentrasi dengan bai dan dapat berhitung
sederhana dengan benar
312
o Kemampuan penilaian
[] Gangguan ringan [V] Gangguan bermakna
Jelaskan : Pasien mengatakan ia tidak sakit, ia bahkan tidak tahu apa alasan
ia dibawa kemari, pasien menyalahkan ayahnnyalah yang membuat ia kesini
313
Pakaian [ ] Ya [V
] Tidak Transportasi [ ] Ya
[V ] Tidak
Keuangan [ ] Ya [V ] Tidak
Perawatan diri
o Makan
[ V] Bantuan minimal [ ] Bantuan
total
314
Nutrisi
Apakah anda puas dengan pola makan anda [V ] Ya
[ ] Tidak Apakah anda memisahkan diri saat makan
[ ] Ya [V ] Tidak Frekuensi makan sehari
3 x sehari
Nafsu makan :
Tidur
Apakah ada gangguan tidur :
315
Jelaskan : Tidak ada, pasien lebih sering
berbaring ditempat tidur
Jelaskan :
316
Masalah keperawatan : Tidak ada
[ V] Koping [ ] Obat-obatan
[ ] Lainnya:
ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik :
317
Terapi Medik :
Halusinasi : Pendengaran
Risiko Perilaku Kekerasan
Ketidakefektifan Koping Individu
Harga diri rendah situasional
Isolasi Sosial
Defisit Perawatan Diri
Distress Spiritual
Insomnia
Kurang Pengetahuan mengenai penyakit jiwa, faktor presipitasi,
koping, sistem pendukung dan obat-obatan
ANALISA DATA
1 DS :
Perubahan Sensori
Pasien mengatakan ia mendengar
Persepsi : Halusinasi
bisikan bisikan yang mengatakan
Pendengaran
bahwa ia tidak berguna
318
suara tersebut
2 DS :
DO :
319
RENCANA TINDAKAN (INTERVENSI) KEPERAWATAN JIWA
320
Mengabaikan halusinasi dengan bersikap cuek terhadap
Mengalihkan halusinasi dengan cara distraksi yaitu halusinasi.
bercakap-cakap dan melakukan aktivitas 12. Menyebutkan car
Minum obat dengan prinsip 8 benar, yaitu benar nama, menghardik
benar obat, benar manfaat, benar dosis benar frekuensi, halusinasi.
benar cara, benar tanggal kedaluarsa dan benar dokumentasi 13. Memasukkan cara
Afektif, klien mampu : menghardik ke
dalam jadwal
Merasakan manfaat cara-cara mengatasi halusinasi
kegiatan harian
Membedakan perasaan sebelum dan sesudah latihan
klien.
Untuk Klien
SP 2:
Setelah melakukan
interaksi, klien
mampu:
321
Mengevaluasi jadwa
kegiatan
hariannya.
Mengendalikan
halusinasi dengan
cara-cara
bercakap-cakap
dengan orang lain
Memasukkan ke
dalam jadwal
kegiatan harian.
SP 3 :
Setelah melakukan
interaksi, klien
mampu:
Mengevaluasi
jadwal kegiatan
hariannya.
Mengendalikan
halusinasi dengan
aktivitas yang
dilakukan di RSJ
yang sesuai
dengan kegiatan
322
yang biasa
dilakukan klien d
rumah.
Memasukkan
kegiatan di atas k
dalam jadwal
kegiatan harian.
SP 4
Setelah melakukan
interaksi, klien
mampu:
Mengevaluasi
jadwal kegiatan
hariannya.
Menkonsumsi oba
secara teratur.
Memasukkan
kegiatan
menkonsumsi oba
secara teratur ke
dalam jadwal
323
kegiatan
harian.Klien
menggunakan oba
secara teratur dan
benar
Klien memasukka
kegiatan minum
obat ke dalam
jadwal harian
Mengungkapkan
Psikomotor, klien mampu:
perasaannya
11. Mengendalikan risiko perilaku kekerasan dengan relaksasi: Mengetahui
Tarik napas dalam, pukul kasur dan bantal, senam dan penyebab dan
jalan-jalan akibat dari
12. Berbicara dengan baik: Mengungkapkan, meminta, dan penyakitnya
menolak dengan baik Mampu
13. Melakukan deskalasi yaitu mengungkapkan perasaan mengendalikan
marah secara verbal atau tertulis. perilaku
14. Melakukan kegiatan ibadah seperti sholat, berdoa kegiatan kekerasannya
ibadah lain. Mampu
324
15. Patuh minum obat dengan 8 benar (benar nama klien, benar memasukkan
obat, benar dosis, benar cara, benar waktu, benar manfaat, kegiatan ke jadwa
benar tanggal kadaluarsa dan benar dokumentasi) harian
14.
325
Untuk Klien
SP 2:
Mengungkapkan
perasaan rasa
kesal/jengkel kepad
orang lain tanpa
menyakiti
Memasukkan
kegiatan deeskalasi
dalam jadwal haria
326
SP 3 :
Mampu
menjelaskan
cara-cara sehat
dalam
mengungkapkan
marah
Mengetahui cara
mengendalikan
risiko perilaku
sosial secara
spiritual
Mampu
memasukkan
kegiatan
pemenuhan
kebutuhan dasar
ke dalam jadwal
harian
327
SP 4
Klien dapat
mengetahui
kerugian tidak
minum obat
Klienmengetahu
namaobat,
bentukdan warn
obat
Klien mengetahu
dosis yang
diberikan
kepadanya
Klien mengetahu
waktu pemakaia
Klien mengetahu
efek samping da
pemakaian
Klien
menggunakan
obat secara
teratur dan bena
Klien
memasukkan
kegiatan minum
obat ke dalam
jadwal harian
328
11. Implementasi dan Evaluasi
329
- Menanyakan pendapat klien tentang dirinya
kebiasaan berinteraksi dengan orang
lain
- Siapa yang dekat dengan pasien Analisa Perencanaan
- Menanyakan apa yang menyebabkan
pasien tidak ingin berinteraksi dengan
orang lain
Membantu klien mengenal keuntungan
berhubungan dengan orang lain dengan
cara mendiskusikan keuntungan bila klien
memiliki banyak temandan bergaul akrab
dengan mereka
Membantu klien mengenal kerugian tidak
berhubungan dilakukan dengqn cara :
- Mendiskusikan kerugian bila klien
hanya mengurung diri dan tidak bergaul
dengan orang lain
- Menjelaskan pengaruh sosial terhadap
kesehatan fisik klien
Melatih dan ajarkan klien berkenalan
dengan cara :
- Jelaskan pada klien cara berinteraksi
dengan perawat atau orang lain
- Sebutkan terlebih dahulu nama kita,
nama panggilan dan hobi
- Minta klien menanyakan nama, nama
panggilan dan hobi
Memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
Senin 2 SP 1: Subjektif :
10.00 - Klien mengatakan ia
Membina hubungan saling percaya merasa lebih baik
Mengidentifikasi aspek positif yang - Klien mengatakan ia
masih sulit
dimiliki klien seperti kegiatan di rumah, berinteraksi dengan
adanya keluarga dan lingkungan terdekat orang lain
klien
Membantu klien menilai kemampuan Objektif
klien yang masih dapat digunakan - Kontak mata klien
Membantu klien memilih kegiatan yang kurang
- Klien dapat
akan dilatih sesuai dengan kemampuan memperkenalkan
klien dirinya
Melatih klien sesuai dengan kemampuan
yang dipilih
Analisa Perencanaan
330
Memberi pujian yang wajar terhadap
keberhasilan klien
Menganjurkan pasien memasukan
kegiatan ke dalam jadwal
331
2.3.7 Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri
1. Pengkajian
Umur : 31 th No. RM :
332
masa lalu? [V] Ya [ ] Tidak
12. Pengobatan sebelumnya:
333
[ ] Berhasil [ ] Kurang berhasil [V] Tidak Berhasil
Gejala :
Riwayat pengobatan/perawatan :
334
XXXIX. PERSEPSI DAN HARAPAN KLIEN
7. PERSEPSI KLIEN ATAS MASALAHNYA
Pasien merasa bahwa ia tidak berguna, pasien merasa bahwa ia tidak
bisa melakukan apa-apa.
Adaptif Maladaptif
[ ] Bicara dengan orang lain [ ] Minum alkohol
[ ] Mampu menyelesaikan masalah [ V ] Reaksi lambat/berlebih
[ ] Teknik relokasi [ ] Bekerja berlebihan
[ V] menghindar
[ ] Aktivitas konstruktif
[ ] Olah raga [] Mencederai diri
[ ] Lainnya [ ] Lainnya
335
20x/mnt
336
XLII. KELUARGA
21. GENOGRAM (tiga Generasi)
X X X X
31
Keterangan :
= Perempuan
= Laki-laki
31
= Umur pasien
= Umur pasien
337
Pasien banyak berbicara dengan kalimat yang beruntun dan topik yang
saling berkaitan
23. POLA ASUH KELUARGA
Pasien dibesarkan oleh ayah an ibunya namun dengan kekerasan dan
kedisiplinan. Sejak kecil pasien terbiasa melihat ayahnya memukuli
ibunya
338
Masalah : Isolasi Sosial
keperawatan
XLI. PSIKOSOSIAL
1. KONSEP DIRI
339
2. HUBUNGAN SOSIAL
a. Orang yang berarti : Ibu
4. GAYA HIDUP
Pasien lebih suka menyendiri, mengurung diri di kamarnya karena
sikap orang tuanya yang selalu mengekangnya
5. BUDAYA
Pasien mengatakan bersuku Padang.sebagai seorang bersuku Padang
yang masih mempercayai bahwa wanita harusnya berada di rumah,
membuat orang tua pasien lebih mengekangnya.
6. SPIRITUAL
a. Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan beragama islam dan percaya Allah itu ada.
Pasien tidak merasa dia mengalami masalah.
b. Kegiatan ibadah
Pasien tidak melakukan kegiatan ibadah karena ia merasa malas
melakukannya
340
341
Masalah keperawatan :
Tidak ada
2. Pembicaraan
[] Cepat [ ] Keras [ ] Gagap [] Inkoheren
[ ] Apatis [V] Lambat [ ] Membisu [] Tidak mampu
memulai
pembicaraan
Jelaskan : Pasien berbicara dengan lamabt namun masih dapat dimengerti
dan sesuai dengan topik pembicaraan.
Masalah keperawatan :
Tidak ada
3. Aktivitas motorik
[V] Lesu [] Tegang [ ] Gelisah [ ] Agitasi
[ ] Tik [] Grimasen [ ] Tremor [ ] Kompulsif
Masalah keperawatan :
Tidak ada
4. Alam perasaan
342
[V ] Sedih [ ] Ketakutan [] Putus asa
[V] Khawatir [ ] Gembira berlebihan
343
Masalah keperawatan :
ansietas
5. Afek
[V] Datar [ ] Tumpul [] Labil [ ] Tidak sesuai
Jelaskan : Ekspresi pasien terlihat datar dan tidak berubah-ubah saat
bercerita
Masalah keperawatan :
Hambatan Komunikasi Verbal
Masalah keperawatan :
Harga Diri Rendah
7. Persepsi
Halusinasi
Jelaskan:
Masalah keperawatan :
Tidak ada
8. Proses pikir
[] Sirkumstansial [ ] Tangensial [ ] Kehilangan asosiasi
[] Flight of ideas [] Blocking [V ] Perseverasi
Masalah keperawatan :
Harga Diri Rendah
9. Isi pikir
[ ] Obsesi [ ] Fobia [] Hipokondria
[V] Depersonalisasi [ ] Ide terkait [ ] Pikiran magis
344
Waham
[ ] Agama [ ] Somatik [ ] Kebesaran [ ] Curiga
[ ] Nihilistik [ ] Sisip pikir [ ] Siar pikir [ ] Kontrol pikir
Jelaskan: Pasien merasa tidak nyaman berada di tempat umum, pasien lebih
nyaman mengurung diri di kamar dan diam di rumah
345
[ ] Bingung [ ] Sedasi [] Stupor
[ ] Disorientasi tmpt [ ] Disorientasi wkt [ ] Disorientasi org
Masalah keperawatan :
Tidak ada
11. Memori
[ ] Gangguan daya ingat jangka [ ] Gangguan daya ingat jangka
pendek
panjang
[] Konfabulasi
[ ] Gangguan daya ingat saat ini
Masalah keperawatan :
tidak ada
Masalah keperawatan :
Tidak adak
14. Daya tilik diri
[] Mengingkari penyakit yang diderita [] Menyalahkan hal-hal diluar
dirinya
346
Masalah keperawatan :
Tidak ada
L. Nutrisi
Apakah anda puas dengan pola makan anda [V ] Ya
[ ] Tidak Apakah anda memisahkan diri saat makan
[ ] Ya [V ] Tidak Frekuensi makan sehari 3x
sehari
Nafsu makan :
347
[ ] meningkat [ ] menurun [ ] berlebihan [V] sedikit-
sedikit Berat badan : 50 kg : [ ] meningkat [V ]
menurun
Jelaskan : Sebelumnya berat badan pasien 51 kg
3.
Kemampuan klien dalam
:
Mengantisipasi kebutuhan sendiri [] Ya [V]
Tidak Membuat keputusan berdasaran keinginan sendiri [] Ya
[V ] Tidak Mengatur penggunaan obat [ ] Ya [V
] Tidak Melakuakan pemeriksaan kesehatan [] Ya [V]
Tidak Jelaskan : Pasien merasa dikekang oleh
orang tuanya, sehingga ia tidak dapat melakukan apa-apa.
Keluarga pasien juga tidak mengingatkan pasien cara minum
obat
Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan Manajemen
Kesehatan
19. Aktivitas di dalam rumah
a.Menyajikan makanan [] Ya [V]
Tidak b.Merapihkan rumah [] Ya [V]
Tidak
348
a. Mencuci pakaian [] Ya [V] Tidak
Jelaskan : Pasien tidak melakukan kegiatan apapun
karena sering mengurung dirinya sendiri di kamar
[ ] Lainnya:
349
Terapi Medik :
kk. Ketidakberdayaan
nn. Ansietas
obatan
No Dat Masalah
a Keperawatan
1 DS :
- Pasien mengatakan ia tidak ingin Defisit Perawatan Diri
mandi dan melakukan aktivitas
apapun
- Pasien mengetahui bahwa ia belum
mandi dan mengenakan pakaian
berlapis untuk menutupi tubuhnya
yang gemuk
DO :
350
- Pasien menggunakan pakaian
berlapis-lapis
- Pasien terlihat tidak menyikat giginya
- Rambut pasien terlihat acak-acakan
- Pasien terlihat tidak mengganti
pakaiannya selama berhari-hari
.
2 DS :
- Pasien mengatakan ia tidak berguna, Gangguan Konsep Diri :
tidak berarti dan tidak mempunyai Harga Diri Rendah
kemampuan apapun
- Pasien mengatakan ia tidak menyukai
tubuhnya, ia merasa bahwa ia gemuk,
pasien juga mengatakan ia tidak
menyukai rambutnya
- Pasien mengatakan lebih suka
menyendiri dan mengurung diri di
kamar
DO :
- Pasien telihat memandang negatif
dirinya
- Pasien telihat lesu dan tidak bergairah
- Pasien terlihat menarik diri
351
RENCANA TINDAKAN (INTERVENSI) KEPERAWATAN JIWA
352
SP 2
Setelah melakukan
interaksi, klien
mampu:
Memahami gunany
makan dan minum
secarra teratur
Mengetahui
kebutuhan makan
setiap hari
Mempraktekkan cara
makan dan minum
dengan baik dan bena
353
SP 3
Klien mampu
menjelaskan
gunanya BAB dan
BAK yang baik
Klien mampu
membersihkan dir
dan tempat setelah
BAB dan BAK
Klien cukup mamp
mencuci tangan
dengan benar (6
langkah cuci
tangan pakai
sabun)
Perasaan klien lebih
positif
354
SP 4
Menyebutkan
kegunaan berdanda
untuk laki-laki
Mengetahui alat-alat
yang dibutuhkan
untuk berdandan
Dapat
mempraktekkan ca
berdandan
355
2 Gangguan Untuk Klien SP 1:
Konsep Diri
SP 1: Setelah melakukan
: Harga Diri
Rendah interaksi, klien
7. Kognitif, klien mampu: mampu:
356
SP 2:
Setelah melakukan
interaksi, klien
mampu:
Mengevaluasi
jadwal kegiatan
hariannya.
Melakukan
kegiatan yang
sesuai dengan
kemapuan.
Memasukkan
kegiatan ke dalam
jadwal harian
secara mandiri
357
Keluarga :
SP 1:
Setelah melakukan
interaksi, keluarga
mampu:
Menjelaskan
tentang pengertia
menarik diri
Tanda dan gejala
menarik diri
Penyebab dan
akibat menarik
diri
Cara merawat
klien harga diri
rendah.
358
SP 2
Setelah melakukan
interaksi, keluarga
mampu:
Melakukan
perawatan terhada
klien gangguan
harga diri rendah
secara mandiri
SP 3
Mengetahui hal h
yang dapat
dilakukan dalam
merawat klien
dengan harga diri
rendah
SP 4
359
Memanage waktu
dengan tepat terkai
apa aktifitas klien
termasuk jadwal
minum obat selama
berada dirumah
360
12. Implementasi dan Evaluasi
361
dengan perawat atau orang lain
- Sebutkan terlebih dahulu nama kita,
nama panggilan dan hobi
- Minta klien menanyakan nama, nama
panggilan dan hobi
Memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
Senin 2 SP 1: Subjektif :
10.00 - Klien mengatakan ia
Membina hubungan saling percaya merasa lebih baik
Mengidentifikasi aspek positif yang - Klien mengatakan ia
masih sulit
dimiliki klien seperti kegiatan di rumah, berinteraksi dengan
adanya keluarga dan lingkungan terdekat orang lain
klien
Membantu klien menilai kemampuan Objektif
klien yang masih dapat digunakan - Kontak mata klien
Membantu klien memilih kegiatan yang kurang
- Klien dapat
akan dilatih sesuai dengan kemampuan memperkenalkan
klien dirinya
362
2.4. Analisa Proses Interaksi (API)
Deskripsi pasien : Penampilan kurang rapi, pakaian dari rumah sakit, pasien terlihat lesu dan
selalu menundukan pandangannya
ANALISA
ANALISA
KOMUNIKASI KOMUNIKASI BERPUSAT
BERPUSAT RASIONAL
VERBAL NON VERBAL PADA
PADA KLIEN
PERAWAT
363
segar sekali ya sambil melirik K dengan topik dan memudahkan
bu ringan sebelum menunjukkan interaksi lebih
K : Ikut melihat masuk ke perhatian cukup lanjut
ke halaman lalu kondisi K terhadap P
memandang K
K : iy
K : Menoleh
sebentar
K : Menyebut K merasa
K : Nama saya nama dan P merasa pasien perkenalan
Winda sus menarik tangan enggan hanya formalitas
berkenalan belaka
P:
memperhatikan
364
walaupun dengan adanya
jawaban singkat perkenalan pengakuan atas
K : Melihat ke dengan P namanya
arah P dan
menjawab
pertanyaan
dengan lesu
K : Yoona.
K mulai merasa
P: merasa bahwa P datang
K : Menoleh ke pertanyaan untuk membantu
K : Iya P mendapatkan K
respon
P:
Memperhatikan
K
P senang karena
K memberi
respon
K : He’em. Saya
susah tidur
malam. Paling K : Menoleh ke
hanya 4 jam saja P
P:
Memperhatikan
365
K
K : Bicara
menoleh P
K : hmm iya P : Memandang
K
K : sambil
366
K : iya, suster menggangguk
P:
Memperhatikan
K : Bisa
menyapu,
merapikan
K : Menoleh ke
kamar, mencuci
P dan sesekali
piring,
menatap
membersihkan
kebawah
kaca,
menyiapkan P:
makanan. Memperhatikan
367
P : Wah... bagus P : Bertepuk P mengkaji lebih K mengingat- Mengkonfirmasi
sekali, ada lima tangan jauh ingat kegiatan yang
kemampuan kemampuan K dapat dilakukan
K : Mengangkat
kegiatan yang untuk
Ibu Winda kepala agak menyesuaikan
miliki. Dari lima terkejut situasi tempat
kemampuan ini,
mana yang
masih dapat Ibu
Winda lakukan
di rumah sakit?
K : Saya bisa
merapikan
tempat tidur,
bisa..menyapu
juga saya bisa
mencuci piring. P menyadari K
K : Menjawab memiliki banyak K menjawab
dan memandang kemampuan dengan lebih
P positif santai
P:
Memperhatikan
respon pasien
368
Nomor satu oleh K fokus dalam
merapikan kegiatannya
tempat tidur ya.
Kalau begitu
bagaimana kalau
kita latihan
merapikan
tempat tidur Ibu
Yoona ?
K : Memandang
denga ekspresi
datar
K: P:
Memperhatikan
369
dengan seksama
K : iya suster K:
Memperhatikan
P : Merapikan
tempat tidur
K: P:
Memperhatikan
respon K
370
bantal tindakan
K : Baiklah P:
suster Memperhatikan
371
melakukan
P senang K memutuskan
mendapatkan untuk
K : Baiklah K : mendekati jawaban K melakukan yang
suster tempt tidur diminta oleh P
P:
Memperhatikan
respon K
K : Menatap P
K : Senang. P:
Saya senang Memperhatikan
suster.
K : he’em
P:
372
Memperhatikan
tindakan K
K : Maaf, saya
K : terdiam
tidak tahu suster
sebentar
sebelum
menjawab dan
menggeleng
P:
Memperhatikan
373
sore? keputusan ragu tidak merasa
terbebani
Suster P:
Memperhatikan
K : merespon
dan menenatap P senang karena K menjawab
P K merespon pertanyaan P
K : Senang dengan positif
P:
Memperhatikan
374
K : iya suster
K : Menatap K
P:
Memperhatikan
K : Pemandang
P
P : Tersenyum
375
K : mengangguk
K : Iya suster P:
Memperhatikan
K : menjawab
dan menerima
uluran tangan
K:
Waalaikumsala P: Tersenyum
m
376
2.4.2 API Risiko Bunuh diri
Deskripsi pasien : Penampilan kurang rapi, Janggut dan Kumis tidak dicukur, Terlihat lesu.
Tujuan komunikasi : Klien dapat mengenal perawat dan mengungkapkan secara terbuka
permasalahnya
ANALISA
ANALISA
KOMUNIKASI KOMUNIKASI BERPUSAT
BERPUSAT RASIONAL
VERBAL NON VERBAL PADA
PADA KLIEN
PERAWAT
377
Boleh panggil ke halaman lalu masuk ke perhatian cukup klien terhadap
saya Lufy. Saya menunduk lagi kondisi K terhadap P perawat
mahasiswa
praktek disini
yangakan
merawat mas.
K : (diam)
K : Tanpa
memandang P
menerima uluran K merasa
tangan P perkenalan
K : Alec hanya formalitas
P merasa pasien belaka
enggan
berkenalan
K : Menoleh
sebentar
K : Menjawab
dengan
menunduk dan P senang
menarik walaupun
K : bosan, tidak jawaban singkat
tangannya
ada harapan
378
demikian ? K : Menoleh ke sedikit-demi lalunya untuk
halaman sedikit tanpa mengidentifikasi
menyinggung kan masalah
K : semenjak perasaan pasien utama klien
tunangan saya
menginggal
akibat K mulai tertarik
kecelakaan tepat K : Melihat ke dengan
sebukan arah P dan perkenalan
sebelum menjawab pembicaraan
pernikahan kami singkat lalu
menunduk lagi
K :Tidak ada.
Saya sering P: merasa
mengurung diri pertanyaan
di kamar dan K : Menggaruk mendapatkan
menangis garuk tangannya respon
P:
Memperhatikan
K
379
P dan lalu
menunduk lagi
P senang karena
P: K memberi
K : Baik Memperhatikan respon
K
K bersedia
berinteraksi
K : hmm iya K : memandang
P
P : Memandang
K
380
K : iya, saya
ingin bunuh diri
suster, lalu saya K : Mengangguk P senang K
memberi respon
meminum racun. P :
Memperhatikan
K : Menoleh ke
P sambil
menggeleng
381
K : Tidak tahu P:
Memperhatikan
K : Iya, Suster
K : Menjawab
dan memandang
P
P:
Memperhatikan
respon pasien
382
depannya? ke bawah
K : Dulu saya
bercita-cita ingin
pergi naik haji
bersama ibu
saya.saya ingin
membeli rumah P mendengarkan
untuk tinggal cerita K
K : Memandang
saya dan istri
ke perawat
saya kelak. Tapi
semenjak calon P:
istri saya..huuu Memperhatikan
huuuu
K : tiap
bulannya saya P menemukan
sisihkan pasien memiliki
sebagian gaji keinginan positif
saya untuk
ditabung. Tapi
sudah tidak
pernah lagi saya
lakukan.
K : Memandang
383
denga datar
P:
Memperhatikan
K : Memandang
P
P : Memandang
K
384
Alec. kepada klie
untuk menjadi
Pertama-tama lebih baik
minum obat,
kedua berpikir
positif terhadap
diri sendiri,
keluarga dan
lingkungan. Dan
ketiga
berinteraksi baik
dengan orang
lain maupun
kelompok dalam
menyelesaikan
masalah
K:
K : Menunduk
P:
Memperhatikan
respon K
385
lingkungan.
sudah kita
lakukan ya.
Untuk
berinteraksi
dengan orang
lain akan kita
lakukan setelah
ini, bagaimna
Mas Alec,
apakah mas alec
mengerti?
P:
Memperhatikan
dan tersenyum
386
K : Memandang respon positif
P sebentar
P:
memperhatikan
K : pertama saya
harus berpikir
positif terhadap
diri saya sendiri,
setiap keinginan
itu muncul saya
akan
melawannya.
Tapi jika tidak K cukup puas
P senang
bisa saya akan K : menoleh P dengan
mendapatkan
memanggil dan menjawab jawabannya
jawaban K
perawat untuk
membantu saya P :
Memperhatikan
respon K
387
Bagus sekali! seksama sambil memasukkan panjang meningkatkan
menulis di kegiatan ke rasa percaya diri
Sekarang, kita kertas dalam jadwal klien
masukkan
kegiatan K : Menunduk
langkah-langkah
mencapai cita-
cita ini ke
jadwal harian
yaaa.
P senang K
memberikan
K : Menatap P respon positif
P:
Memperhatikan
K : Iya suster.
K:
hmm..terserah
saja K : memandang
K
P:
388
Memperhatikan
tindakan K
P : Tersenyum
K:
K: Menganggukkan
Wa’alaikumsala kepala
m
P:
Memperhatikan
389
2.4.3 API Waham
Deskripsi pasien : Penampilan kurang rapi, baju tidak berganti dan tidak mencuci rambut, terlihat
tegang.
Tujuan komunikasi
: Klien dapat mengenal perawat dan mengungkapkan secara terbuka
permasalahnya
ANALISA
ANALISA
KOMUNIKASI KOMUNIKASI BERPUSAT
BERPUSAT RASIONAL
VERBAL NON VERBAL PADA
PADA KLIEN
PERAWAT
K ragu terhadap
orang baru
P merasa senang
K : Iya, boleh ada tanggapan
K: Ekpresi datar atas salam
walaupun belum
P: Memandang K diekpresikan
secara tulus
390
nama saya Lufy sambil melirik K dengan topik dan menciptakan rasa
Afiestasari. ringan sebelum menunjukkan percaya klien
Boleh panggil K : Ikut melihat masuk ke kondisi perhatian cukup terhadap perawat
ke halaman lalu
saya Lufy. Saya K terhadap P
mahasiswa memandang P
praktek disini
yang akan
merawat Ibu.
K:
K : Menerima
uluran tangan P
K merasa
perkenalan hanya
K : Nama saya formalitas belaka
Vania suster P merasa pasien
enggan
berkenalan
K : Menoleh
sebentar
K : Menjawab
dan menarik
tangannya P senang
walaupun
K : baik jawaban singkat
391
senang dong K informasi mengingat klien bertujuan
sekarang ? Coba sedikit-demi untuk
ceritakan pada K : Menoleh ke sedikit tanpa mengidentifikasi
halaman
saya pengalaman menyinggung kan masalah
apa yang perasaan pasien utama klien
membuat Ibu
tidak senang
K mulai tertarik
dengan
perkenalan
K : kalau pembicaraan
sendirian dan
tidak ada teman
mengobrol K : Melihat ke
arah P dan
menjawab lugas
K menjawab
K :iya. Kan kalau sesuai daya ingat
tidak ada teman yang dimilikinya
ngobrol saya jadi K : Memandang P: mendapat
kayak patung. P, kontak mata data koping pada
Kepala saya focus K
kambuh sakitnya.
P:
Memperhatikan
392
K : kepala saya
sakit. Saya
sekarang kena K : Menoleh ke P P senang karena
sambil K memberi
kanker otak
suster memegang respon
kepalanya
P:
Memperhatikan
K
K : Semenjak
suami saya suka
memukul-mukul
kepala saya. Saya
lupa saya sudah P menemukan
mandi belum ya K : memandang
P dengan wajah adanya
inkohorensi
bingung
pembicaraan K bersedia
P : Memandang berinteraksi
K
393
K : Mengangguk
dan menjawab
K : hmmm... ada, dengan
itu yang saya koorperatif
sebutkan tadi,
saya perlu teman P :
untuk Memperhatikan
mengobrol, saya
juga bosan disini.
Ingin jalan jalan
keluar.
K : Tidak
K menjawab
berbicara
sesuai dengan
P : Tersenyum pertanyaan
K : Sebenarnya
ibu saya. Tapi
ibu saya suka
memaksa saya
minum obat.
Kedua kakak
kakak saya juga.
Jadi saya ngga
suka
K : Mereka tidak
394
percaya kata-kata
saya, kalau saya
bilang saya sakit
kanker. Mereka K : Menoleh ke P
tidak ada yang sambil
percaya.hufttzzz.. menggeleng
.
P:
Memperhatikan
P:
Memperhatikan
respon pasien
395
K : Tidak, biasa K : Memandang P mendengarkan
saja ke arah lain cerita K
P:
Memperhatikan
P:
Memperhatikan
396
sendiri
K : Iya. Tapi
kadang mereka
sibuk dengan P senang karena
urusannya sendiri K : Mengangguk K merespon
dan memandang
P
P : Memandang
K
K : ya,,,nyapu,
mengepel
ruangan. Dulu
kan di rumah
saya sudah biasa K : Menjawab
begini dengan antusias
P:
Memperhakan
respon K
397
P : Bagaimana P : Memandang K menjawab Evaluasi respon
perasaan ibu sambil tersenyum dengan lugas subjektif dan
setelah P mengevaluasi objektif penting
K: perasaan K
berbincang- dalam penerapan
bincang dengan memperhatikanl interaksi
saya?
P merasa senang
K : Mengangguk karena pasien
K : saya senang dan tersenyum merspon dengan
baik
suster P:
Memperhatikan
dan tersenyum
K : em..teman
ngobrol, orang
yang tidak saya K : Memandang P senang pasien
sukai...habis itu P sebentar, memberikan
apalagi menggaruk- respon positif
yaaaa...hmmm garuk kepala
P:
memperhatikan
398
P : Bagus sekali. P : Memandang Memberi pujian
Sekarang K sambil dapat
bagaimana kalau tersenyum P meminta K menjawab meningkatkan
kegiatan ini kita pasien seadanya rasa percaya diri
K : Menoleh P memasukkan
masukkan ke klien
dalam jadwal? kegiatan ke
dalam jadwal
K:
ya...yaaa...tersera
h suster saja P senang
K : menoleh P mendapatkan
dan menjawab jawaban K
sambil melambai
tangan
P:
Memperhatikan
respon K
399
klien
mempertahankan
perilaku baru
K : hmm...ya P senang K
yaa. memberikan
K : Menatap P respon positif
P:
Memperhatikan
K : memandang
K
P:
Memperhatikan
tindakan K
400
keputusan
sederhana
K:
Menggerakkan
K : Disini saja, tangan menunjuk
suster ke lantai
P : Tersenyum
K:
K: Menganggukkan
Wa’alaikumsala kepala
m
P:
Memperhatikan
401
2.4.4 API Harga Diri Rendah
Deskripsi pasien : Penampilan kurang rapi, pakaian dari rumah sakit, pasien terlihat lesu
Tujuan komunikasi : Klien dapat mengenal perawat dan mengungkapkan secara terbuka
permasalahnya
ANALISA
ANALISA
KOMUNIKASI KOMUNIKASI BERPUSAT
BERPUSAT RASIONAL
VERBAL NON VERBAL PADA
PADA KLIEN
PERAWAT
402
P : Wah, P : Memandang P ingin memulai K memberikan Topik ringan
suasana pagi ini ke halaman percakapan respon sepintas akan
segar sekali ya sambil melirik K dengan topik dan memudahkan
bu ringan sebelum menunjukkan interaksi lebih
K : Ikut melihat masuk ke perhatian cukup lanjut
ke halaman lalu kondisi K terhadap P
memandang K
K : iy
K : Menoleh
sebentar
K : Menyebut K merasa
K : Nama saya nama dan P merasa pasien perkenalan
Winda sus menarik tangan enggan hanya formalitas
berkenalan belaka
P:
memperhatikan
403
apa halaman menciptakan
rasa senang akan
P senang K mulai tertarik adanya
walaupun dengan
K : Melihat ke pengakuan atas
jawaban singkat perkenalan namanya
arah P dan dengan P
menjawab
pertanyaan
dengan lesu
K : Winda.
K mulai merasa
P: merasa bahwa P datang
K : Menoleh ke pertanyaan untuk membantu
K : Iya P mendapatkan K
respon
P:
Memperhatikan
K
P senang karena
K memberi
K : He’em. Saya respon
susah tidur
malam. Paling K : Menoleh ke
hanya 4 jam saja P
404
P:
Memperhatikan
K
K : Bicara
menoleh P
K : hmm iya P : Memandang
K
405
K : iya, suster K : sambil
menggangguk
P:
Memperhatikan
K : Bisa
menyapu,
merapikan
K : Menoleh ke
kamar, mencuci
P dan sesekali
piring,
menatap
membersihkan
kebawah
kaca,
menyiapkan
406
makanan. P:
Memperhatikan
K : Saya bisa
merapikan
tempat tidur,
bisa..menyapu
juga saya bisa
mencuci piring. P menyadari K
K : Menjawab memiliki banyak K menjawab
dan memandang kemampuan dengan lebih
P positif santai
P:
Memperhatikan
respon pasien
407
Nomor satu oleh K fokus dalam
merapikan kegiatannya
tempat tidur ya.
Kalau begitu
bagaimana kalau
sekarang kita
latihan
merapikan
tempat tidur Ibu
Winda ?
K : Memandang
K : iya, boleh ke perawat
suster Pmenilai respon K mencoba
sambil
mengangguk K setelah mencerna
diberikan sebelum
P: pilihan memutuskan
Memperhatikan untuk
menyetujui
K : Memandang
denga ekspresi
datar
K: P:
Memperhatikan
408
dengan seksama
K : iya suster K:
Memperhatikan
P : Merapikan
tempat tidur
K: P:
Memperhatikan
respon K
409
bantal tindakan
K : Baiklah P:
suster Memperhatikan
410
melakukan
P senang K memutuskan
mendapatkan untuk
K : Baiklah K : mendekati jawaban K melakukan yang
suster tempt tidur diminta oleh P
P:
Memperhatikan
respon K
K : Menatap P
K : Senang. P:
Saya senang Memperhatikan
suster.
K : he’em
P:
411
Memperhatikan
tindakan K
K : Maaf, saya
K : terdiam
tidak tahu suster
sebentar
sebelum
menjawab dan
menggeleng
P:
Memperhatikan
412
sore? keputusan ragu tidak merasa
terbebani
Suster P:
Memperhatikan
K : merespon
dan menenatap P senang karena K menjawab
P K merespon pertanyaan P
K : Senang dengan positif
P:
Memperhatikan
413
K : iya suster
K : Menatap K
P:
Memperhatikan
K : Pemandang
P
P : Tersenyum
414
K : mengangguk
K : Iya suster P:
Memperhatikan
K : menjawab
dan menerima
uluran tangan
K:
Waalaikumsala P: Tersenyum
m
415
2.4.5 API Risiko Perilaku Kekerasan
Deskripsi pasien : Penampilan kurang rapi, terlihat tegang, tangan mengepal, rahang mengatup,
tatapan tajam
Tujuan komunikasi
: Klien dapat mengenal perawat dan mengungkapkan secara terbuka
permasalahnya
ANALISA
ANALISA
KOMUNIKASI KOMUNIKASI BERPUSAT
BERPUSAT RASIONAL
VERBAL NON VERBAL PADA
PADA KLIEN
PERAWAT
416
Boleh panggil ke halaman lalu masuk ke perhatian cukup klien terhadap
saya Lufy. Saya memandang P kondisi K terhadap P perawat
mahasiswa
praktek disini
yang akan
merawat bapak.
K:
K : Menerima
uluran tangan P
K merasa
perkenalan
hanya formalitas
K : Nama saya P merasa pasien belaka
enggan
Andika
berkenalan
K : Menoleh
sebentar
K : Menjawab
dan menarik
tangannya lalu P mulai
mengepalkan menganalisis
K : saya kesal keadaan K
tangan
dan ingin marah
417
marah K : Menoleh ke sedikit-demi K mulai tertarik untuk
halaman sedikit tanpa dengan mengidentifikasi
menyinggung perkenalan kan masalah
perasaan pasien pembicaraan utama klien
K : saya tidak
suka dengan
semua orang,
semua orang
tidak ada yang K : Melihat ke P menemukan
percaya saya, arah P dan
padahal saya gejala waham
menjawab lugas pada diri K
seorang tentara
berpangkat
jenderal, saya
juga seorang
rocker terkenal
K menjawab
K : saya ingin sesuai daya
memukul orang ingat yang
P mengalihkan dimilikinya
bawaannya K : Memandang pembicaraan
P, menatap agat tidak fokus
tajam, kembali ke waham
mengepalkan
tangan
P:
Memperhatikan
418
P : Apakah P : Memandang P menilai respon K berpikir P memberikan
dengan K pasien kesan bahwa P
melakukan itu menghargai
K : Memandang
keadaan jadi cerita K
lebih baik pak P
P senang karena
K : Menoleh ke K memberi
K : tidak, tidak
ada bedanya P sambil respon
menggeleng
P:
Memperhatikan
K
K bersedia
P menawarkan berinteraksi
K: pemecahan dari
ya.bagaimana K : memandang masalah K
caranya? P dengan wajah
bingung
P : Memandang
419
K
K : Mengangguk
dan menjawab
P:
K : hmmm..ya. Memperhatikan
420
K:
K : mengikuti P
P:
memperhatikan
P: Bagus...coba P:
lagi bapak dan Menunjukkan
lakukan keseriusan P mencoba K mengikuti Melatih P dalam
sebanyak 5 kali mengajari K tanpa Ragu manajemen sifat
K : Memandang negatif.
Koorperatif Relaksasi dapat
membuat otot-
otot dan saraf
lebih relaks
sehingga
peredaran darah
lancar.
P: tersenyum
421
mengatasi
amarah bapak?
K : Rasa marah
saya sedikit P merasa senang K merasa lebih
karena pasien rileks
berkurang. K : Menjawab merspon dengan
dan memandang baik
P
P:
Memperhatikan
respon pasien
K : berbicara
dengan lantang P mendengarkan
K : saya cukup
K
menarik nafas P:
seperti ini dan Memperhatikan
422
dilakukan 5 kali
P senang
K : terserah mendapatkan K menjawab
suster saja jawaban K
K : Memandang seadanya
P
P:
Memperhatikan
P senang karena
423
K merespon
K : hmm K : Mengangguk
dan memandang
P
P : Memandang
K
K : ya,,yaaa
K : Menjawab P senang K
sambil memberikan
mengangguk respon positif
P:
Memperhakan
respon K
424
memperhatikan pembicaraan hal ini dapat
meningkatkan
harga diri klien
dan memotivasi
klien
mempertahanka
n perilaku baru
P merasa senang
karena pasien
K : ya, boleh K : Mengangguk merspon dengan
P: baik
Memperhatikan
P senang pasien
K : iya memberikan
respon positif
K : Memandang
P sebentar,
mengangguk-
anggukan kepala
P:
memperhatikan
425
besok saya akan K sambil dengan interaksi senang karena P adalah saat
kesini jam 11.00 tersenyum yang dilakukan membantunya untuk mengubah
pagi, sampai dengan klien dalam mengatasi perasaan dan
K : Menoleh P
jumpa besok ya masalahnya memori serta
pak, untuk
Assalammualaik mengevaluasi
um.. kemajuan klien
dan tujuan yang
telah dicapai
K:
wa”alaikumsala
K : menoleh P
m
dan menjawab
sambil
melambai
tangan
P:
Memperhatikan
respon K
426
2.4.6 API Halusinasi
Deskripsi pasien : Penampilan rapi, terlihat tegang walaupun sedikit bingung dan lesu
Tujuan komunikasi : Klien dapat mengenal perawat dan mengungkapkan secara terbuka
permasalahnya
ANALISA
ANALISA
KOMUNIKASI KOMUNIKASI BERPUSAT
BERPUSAT RASIONAL
VERBAL NON VERBAL PADA
PADA KLIEN
PERAWAT
427
Boleh panggil ke halaman lalu masuk ke perhatian cukup klien terhadap
saya Lufy. Saya memandang P kondisi K terhadap P perawat
mahasiswa
praktek disini
yang akan
merawat ibu.
K:
K : Menerima
uluran tangan P
K merasa
perkenalan
K : Nama saya hanya formalitas
Lulu P merasa pasien belaka
enggan
berkenalan
K : Menoleh
sebentar
428
kesini bu ? tersenyum informasi mengingat klien bertujuan
sedikit-demi untuk
K : Menoleh ke sedikit tanpa K mulai tertarik mengidentifikasi
P dengan
menyinggung kan masalah
perasaan pasien perkenalan utama klien
pembicaraan
P menemukan
K : saya gejala waham
membanting K : Melihat ke pada diri K
piring dan arah P dan
memukul orang menjawab lugas
tua saya suster.
K menjawab
P mengalihkan sesuai daya
K : Ya suster, pembicaraan ingat yang
K : Memandang agat tidak fokus
saya mendengar dimilikinya
suara bisikan- P, menatap ke waham
bisikan tajam dan
setengah
berbisik
P:
Memperhatikan
429
K : suara itu
mengatakan
K : Menoleh ke P menilai respon
bahwa saya ini
jelek dan tidak P lalu pasien
berguna mengepalkan
tangan
sehingga saya
kesal. Saya jadi P:
tidak bisa tidur Memperhatikan
karenanya. K
P menawarkan
K : Suara itu pemecahan dari K bersedia
sering saya K : memandang masalah K berinteraksi
dengar ketika di P dengan wajah
malam hari. bingung
Saya kesal sama
P : Memandang
suara itu,jadinya
saya sering K
bicara sendiri.
430
waktu sendiri ? K : Mata pada K
memandang ke
P
K : benar,
apalagi kalau
saya melamun, P memulai
saya sering memfokuskan
mendengar suara K : Mengangguk pembicaraan
itu. dan menjawab
P:
Memperhatikan
K : Saya merasa
bingung dan
kesal sekali. P menemukan
Ssttt...coba deh adanya indikasi
suster dengar, K : berbisik halusinasi
suara itu pendengaran
P:
mengatakan
memperhatikan
sesuatu kepada
saya. Dia bilang
saya harus cepat
keluar dari sini.
Saya tidak
berguna disini.
431
tersebut? K : Memandang masalah klien masalah untuk
P memberikan
intervensi yang
sesuai
K : Saya sering
bicara dengan
suara itu. Saya P senang K
K : Memandang merespon
bilang supaya
jangan P dengan baik
mengganggu P: Memandang
saya karena saya K
jadi tidak bisa
tidur dibuatnya.
P merasa senang
karena pasien
K : Menjawab merspon dengan
sambil
K : Tidak. baik
menggeleng
P:
Memperhatikan
respon pasien
432
P : Nah bu, ada P : Memandang P ingin
empat cara K mengkaji
supaya bisikan kemampuan dan K menjawab Memberikan
K : Memandang dengan ekspresi kesan seolah
itu hilang. pemahaman K
Pertama dengan P datar olah P
menghardik menghargai K
bisikan tersebut.
Kedua dengan
cara mengobrol
dengan orang
lain
Ketiga dengan
melakukan
kegiatan yang
sudah terjadwal
Dan Keempat
dengan minum
obat secara
teratur.
Bagaiamana
kalau kita
belajar satu cara
dulu yaitu
menghardik?
K : Baik
P mendengarkan
K
K : berbicara
sambil
mengangguk
P : Tersenyum
433
P :Baik bu, P : Memandang P memberikan K mencoba Memberikan
caranya seperti K sambil pemecahan mengikuti pemecahan klien
ini bu : ketika tersenyum masalah atas masalah
bisikan itu yang dihadapi
muncul, ibu K : Memandang
langsung tutup P
telinga sambil
bilang, “pergi-
pergi, suara
palsu! Saya
tidak mau
dengar!”.
Diulang-ulang
sampai bisikan
itu tidak
terdengar lagi.
Coba ibu
peragakan!”
K : “Pergi!
Pergi! Suara
palsu, saya tidak K mencerna apa
mau dengar! P mencoba yang diucapkan
K : Memandang mengajari K P
P sambil
memperagakan
P:
Memperhatikan
434
K : iyaa
P senang karena
K merespon
K : Memandang
P
P : Memandang
K
P senang K
K : Senang, ada
teman memberikan
K : Membalas respon positif
senyum P
P:
Memperhakan
respon K
435
cara untuk tersenyum ragu-ragu dalam
mencegah penerapan
bisikan atau K: interaksi
memperhatikan
suara yang
mengganggu ibu
supaya tidak
muncul
P merasa senang
karena pasien
merespon
dengan baik
K : Tutup
telinga,
menghardik,
ngobrol dan
minum ..minum
obat ya? K : Memandang
P
P:
Memperhatikan
436
P senang pasien
memberikan
K : Memandang respon positif
P sebentar
K : Emmm.. sambil
tidak tahu menggeleng-
geleng
P:
memperhatikan
K : Bisa
K : menoleh P
dan menjawab
sambil
melambai
tangan
P:
Memperhatikan
437
respon K
K: mengangguk
P:
memperhatikan
P:
memperhatikan
438
um P untuk
mengevaluasi
kemajuan klien
K: dan tujuan yang
Wa’alaikumsala telah dicapai
m
K: membalas
uluran tangan
P: tersenyum
439
2.4.7 API Defisit Perawatan Diri
Deskripsi pasien : Penampilan kurang rapi, rambut terlihat berantakan, terlihat kusam, pakaian
tidak diganti-ganti
Tujuan komunikasi
: Klien dapat mengenal perawat dan mengungkapkan secara terbuka
permasalahnya
ANALISA
ANALISA
KOMUNIKASI KOMUNIKASI BERPUSAT
BERPUSAT RASIONAL
VERBAL NON VERBAL PADA
PADA KLIEN
PERAWAT
440
Afiestasari. K : Ikut melihat ringan sebelum menunjukkan rasa percaya
Boleh panggil ke halaman lalu masuk ke perhatian cukup klien terhadap
saya Lufy. Saya memandang P kondisi K terhadap P perawat
mahasiswa
praktek disini
yang akan
merawat ibu.
K:
K : Menerima
uluran tangan P
K merasa
perkenalan
K : Nama saya hanya formalitas
P merasa pasien belaka
Jeje
enggan
berkenalan
K : Menoleh
sebentar
441
tangan keadaan K
P menemukan
K : saya tidak gejala waham
mau keluar K : Melihat ke pada diri K
kamar suster. arah P dan
Saya lebih suka menjawab lugas
menyendiri,
saya tidak
mandi, saya juga
tidak mau
makan, saya
tidak menyikat
gigi, pokoknya
saya hanya ingin
menyendiri.
K menjawab
K : tidak ada, P mengalihkan sesuai daya
saya hanya pembicaraan ingat yang
K : Memandang agat tidak fokus
mengurung diri dimilikinya
dikamar. Saya P, menatap
442
tidak bekerja, tajam dan ke waham
saya juga tidak setengah
sekolah. berbisik
P:
Memperhatikan
P menilai respon
K : 1 kali. K : Menoleh ke pasien
Itupun kadang P lalu
mandi kadang mengepalkan
tidak tangan
P:
Memperhatikan
K
P menawarkan
K bersedia
K : Belum suster pemecahan dari
K : memandang berinteraksi
443
P dengan wajah masalah K
bingung
P : Memandang
K
K : Mmm..biar
bersih kan?
P memulai
K : Mengangguk memfokuskan
dan menjawab pembicaraan
P:
Memperhatikan
K : iya..nanti
saya akan P menemukan
mandi. Saya adanya indikasi
malu dengan K : berbisik halusinasi
tubuh saya, saya pendengaran
P:
ini gemuk.
memperhatikan
444
P: Kenapa nanti P: P mengkaji K menncoba Mengkaji aspek
bu? Menurut ibu Menunjukkan aspek positif mengingat-ingat positif
apa sih manfaat keseriusan pemecahan pemecahan
kalau kita masalah klien masalah untuk
menjaga K : Memandang memberikan
kebersihan diri? P intervensi yang
sesuai
P: Memandang
K
P merasa senang
karena pasien
K : Menjawab merspon dengan
sambil baik
menggeleng
P:
445
Memperhatikan
respon pasien
K : gatal, bau
K : bau, gatal
K : berbicara
sambil P mendengarkan
mengangguk K
P : Tersenyum
446
K : tiga suster
P:
Memperhatikan
K:
P senang karena
K merespon
K : Memandang
P
P : Memandang
K
447
sebaiknya tersenyum panjang dalam
menyikat gigi, penerapan
agar mulut K : Memandang interaksi
P
terasa segar dan
bersih.
Bagaiamana
kalau hari ini,
kita latihan cara
merawat
kebersihan diri?
P senang K
K : Iya, baiklah memberikan
suster respon positif
K : Membalas
senyum P
P:
Memperhakan
respon K
448
melakukannya? karena pasien
merespon
dengan baik
K : Baiklah
suster
K : Memandang
P
P:
Memperhatikan
P senang pasien
memberikan
respon positif
K : Memandang
449
K: P sebentar
sambil
menggeleng-
geleng
P:
memperhatikan
K : Iya Suster
K : menoleh P
dan menjawab
sambil
melambai
tangan
P:
Memperhatikan
respon K
450
K: dan memotivasi
klien
mempertahanka
n perilaku baru
K: mengangguk
P:
memperhatikan
K: mandi,
bershampo, sikat
gigi
K:
menyebutkan
dengan agak
ragu
P:
memperhatikan
451
bisa K: memandang mengenai
menyebutkan P tempat yang
dengan baik, akan dibahas
kalau begitu pada pertemuan
bagaimana kalau selanjutnya
besok kita
berbincang-
bincang lagi
sekaligus belajar
kemampuan
kedua, td ibu
bilang
kemampuan ibu
K: mengangguk
selain itu adalah
mengemaskan P:
temapat tidur ya. memperhatikan
P:
K: mengangguk
K: iya boleh
suster. P:
memperhatikan
452
K: disini saja dan memotivasi
klien
mempertahanka
K: menunjuk ke n perilaku baru
lantai
P:
memperhatikan
K: membalas
uluran tangan
P: tersenyum
453
BAB III
PERAN MANAJERIAL
KEPERAWATAN JIWA
454
2. Nur Rahmat : Sebagai Ketua Tim
3. Mohlisin : Sebagai Narator
4. Risky Amelia Aprianti : Sebagai perawat pelaksana 1
5. Lufy Afiesta : Sebagai perawat pelaksana 2
6. Gangsar : Sebagai perawat pelaksana 3
7. Utari Handayani : Sebagai perawat Pelaksana 4
8. Ismaniar : Sebagai perawat pelaksana 5
9. Mikha : Sebagai perawat pelaksana 6
Kegiatan :
- Ketua Primer membuka acara.
- Ketua Primer menanyakan rencana harian masing-masing perawat pelaksana.
- Ketua Primer memberikan masukan dan tindak lanjut terkait asuhan keperawatan
yang diberikan saat itu
- Ketua Primer menutup acara
NARATOR :
Setelah menyelesaikan tugas harian individu, ketua tim membuka acara pre conference.
KETUA TIM:
“assalamualaikumwr. Wb. Selamat siang semua…….”
“Puji syukur kita ucapkan kepada Allah swt. Yang telah memberikan kesehatan kepada kita
sehingga kita masih bias menjalankan tugas kita sebagai seorang mahasiswa calon perawat.
Baiklah untuk memulai aktivitas kita awali dengan sama-sama membaca doa.
Selanjutnya saya serahkan kepada bapak Faisal Kholid selaku dosen pembimbing memandu
pre conference kita pada pagi hari ini.
KEPALA PRIMER:
“ Baik terima kasih kepada Rahmat selaku ketua tim yang sudah memandu kegiatan kita.
Assalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh. Selamat siang kepada mahasiswa mahasiswi
sekalian, puji dan syukur kita semua masih diberi kesehatan hingga saat ini. Apa kabar
semuanya?”
“Ya pada kesempatan pre conference siang ini tanggal 14 Oktober, di ruang virtual ini
455
dengan jumlah anggota yang hadir 8 orang . Baik langsung saja kepada mahasiswa sekalian
untuk menyampaikan pendapat mengenai kekurangan dan hambatan yang didapatkan pada
saat pengerjaan tugas kasus asuhan keperawatan dan pembuatan video strategi pelaksanaan
tindakan keperawatan yang sudah dikerjakan.
Lufy Afiestasari :Baik Terima kasih untuk kesempatan dan waktunya pak. Hambatan dalam
pengerjaan tugas saya sama seperti Rizki pak. Pada untuk kasus yang sudah diberikan melalui
video, data yang tertera belum lengkap sehingga untuk mendapatkan data secara lengkap itu
terbatas dari kemampuan perawat/pengkaji saja pak. Dan untuk tugas kedua yaitu pembuatan
video strategi pelaksanaan tindakan keperawatan kendalanya adalah orang yang menjadi
pasien. Disini sayamengguanak adik saya sebagai pasien pak. Karena menggunakan orang
yang sehat, kita jadi tidak melakukan interaksi langsung kepada pasien gangguan jiwa
sehingga saya merasa sedikit sulit untuk menerapkan asuhan keperawatan yang
sesungguhnya. Dan tidak bisa melihat respon langsung orang yang mengalami gangguan jiwa
setelah diberikan intervensi. Baik hanya itu saja kendala saya dalam pengerjaan tugas,
selanjutnya saya kembalikan ke bapak.
KATIM :
Ya, baiklah terima kasih kepada rekan-rekan yang sudah menyampaikan pendapat mengenai
keluhan dan hambatan pada saat pengerjaan tugas masing-masing individu. Dilihat dari hasil
laporan teman-teman sepertinya tidak ada yang mengalami kendala serius. Nah selanjutnya,
silahkan kepada pak faisal untuk memberikan arahan dan masukan kepada kita semua.
KETUA PRIMER :
“Terima Kasih kepada Katim dan rekan-rekan semua atas laporan yang sudah di sampaikan.
Untuk saat pandemic seperti ini kita memang sangat terhambat dalam mendapatkan
pengalaman kepasiennya langsung karena perkuliahan juga masih dilakukan secara virtual
dan belum diperbolehkan untuk turun kerumah sakit. Tetapi sejauh ini Alhamdulillah saya
tidak mendengar keluhan-keluhan dari mahasiswa sekalian yang sangat menghambat dalam
perkuliahan stase keperawatan jiwa ini. Mungkin nanti setelah turun kelapangan mahasiswa
sekalian dapat mempraktikan dan mengaplikasikan tindakan yang sudah dipelajari saat ini
kepada pasien sungguhan, yang terpenting kalian semua harus mempersiapkan diri dan
mental sebelum terjun langsung kerumah sakit. Saat inilah kalian harus benar-benar
456
mempersiapkan semuanya. Baik, untuk hari ini kita cukupkan sampai disini pre conference
kita kali ini. Apakah ada yang ingin ditanyakan? Kalau tidak ada saya tutup kegiatan kita
pada siang ini dan dilanjutkan pada post conference selanjutnya. Terimakasih semuanya,
Assalamualaikumwr.wb”.
Narator :Semua mahasiswa meninggalkan ruangan, dan melanjutkan kegiatan yang sudah
direncanakan..
( Pada tanggal 23 Oktober, pukul 13.00. Semua mahasiswa kembali berkumpul digoogle
meeting untuk melakukan Post Conference).
457
Kepala Primer menjelaskan tujuan dilakukannya post conference.
Kepala Primer memandu pelaksanaan post conference dari awal hingga akhir.
Perawat Pelaksana menjelaskan hasil asuhan keperawatan pasien, tindakan yang telah
dilakukan dan rencana tindak lanjut.
Kepala Primer memberikan reinforcement positif pada perawat pelaksana.
Kepala Primer menyimpulkan hasil post conference.
Kegiatan :
- Ketua Primer membuka acara.
- Kepala Primer menanyakan hasil asuhan keperawatan yang sudah dikerjakan oleh
mahasiswa masing-masing.
- Kepala primer menanyakan kendala dalam asuhan yang diberikan.
- Kepala Primer menanyakan tindak lanjut asuhan keperawatan yang akan diberkan
pada implementasi.
- Kepala Primer menutup acara.
KETUA TIM :
“Assalamualaikum wr. Wb
Alhamdulillahirobil’alamin, puji syukur kehadirat Allah swt. Kita masih bertemu lagi dan
458
berkumpul di penghujung tugas kita. Seperti biasa kita akan melakukan post conference
setiap akhir penugasan. Langsung saja saya serahkan kepada dosen pembimbing kita yaitu
bapak faisal untuk memandu post conference kita pada siang ini selaku Kepala Tim
kelompok 3. Silahkan bapak”.
KEPALA TIM :
“Baik terima kasih atas waktu yang diberikan. Baiklah langsung saja kita masuk ke kegiatan
post conference pada siang ini. Bagaimana hasil tindakan yang telah dilaksanakan oleh rekan-
rekan termasuk kendala selama rekan-rekan melakukan asuhan keperawatan. Saya ingin
mendengarkan pendapat dari masing-masing secara bergantian mengenai kasus yang akan
diangkat pada post conference kita kali ini. Dimulai dari Risky terlebih dahulu dan
dilanjutkan dengan teman-teman yang lainnya.
NARATOR :
Mahasiswa mulai melaporkan hasil tindakan yang telah dilakukan.
Lufy Afiestasari :
“Baik terimakasih bapak untuk kesempatannya, kasus yang akan saya angkat pada post
conference kali ini yaitu mengenai pasien gangguan jiwa dengan Waham. Nah dimana pada
kasus ini saya mendapatkan data berupa :Klien merasa yakin bahwa ia terkena kanker otak
akibat sering dipukuli oleh suaminya dibagian kepala, pasien juga menjalani pengobatan atau
dirawat sebelumnya. Pengobatan tidak berhasil walaupun sistem pendukung dari keluarga
baik, namun dari pasiennya sendiri yang marah dan kesal saat diingatkan untuk minum obat.
Untuk objektifnya sendiri didapatkan pasien terus berbicara mengenai penyakit kankernya,
pembicaraan pasien cenderung berulang-ulang, isi pembicaraan pasien tidak sesuaidengan
kenyataan. Untuk diagnosa kedua, saya mengangkat defisit perawatan diri karena pasien
terlihat tidak rapi, pasien malas untuk mencuci rambutnya dan pasien mengenakan baju yang
tidak diganti-ganti. Nah untuk intervensi yang saya berikan yaitu berupa cara mengendalikan
waham dengan orientasi realita, dimana perawat menanyakan tentang nama, nama panggilan,
nama orang di rumahnya, nama tetangganya, tempat yang sering dikunjungi dan
bagaimanarute menujukesana untuk mengkaji kemampuan klien dalam orientasi orang
tempat.
Baik sekian dari kasus yang saya angkat, selanjutnya saya serahkan kepada bapak faisal
459
selaku dosen pembimbing dan kepala tim dalam kegiatan post conference siang ini.
NARATOR :
Masing-masing mahasiswa telah menyampaikan hasil tindakan yang sudah dilakukan.
Kembali ke Kepala Tim.
KEPALA TIM :
“Baiklah terima kasih rekan-rekan atas laporan kasus hasil tindakan yang telah dilakukan.
Saya rasa kalian semua sudah memahami kasus yang kalian angkat terkait bagaimana
pengkajiannya, intervensi yang akan diberikan dan implementasi yang sudah kalian berikan
pada pasien dengan gangguan jiwa. Bagus sekali ya, saya harap kalian tetap mempertahankan
pembelajaran ini dan menambahkan sedikit mengenai pengkajian yang kurang lengkap pada
laporan asuhan keperawatan kalian masing-masing. Saya rasa dari saya sudah cukup untuk
post conference kita pada siang ini. Saya tutup dengan wasalam”.
KETUA TIM :
Baik, terimakasih kepada rekan-rekan, Alhamdulillah intervensi yang telah kita lakukan pada
laporan masing-masing sudah terlaksana dengan lancar dan sesuai prosedur. Terima kasih
rekan-rekan sekalian, yang sudah bekerja dengan semaksimal mungkin dalam pengerjaan
laporan asuhan keperawatan individu kita. Pertahankan terus semangat rekan-rekan dan
alangkah baiknya jika bisa ditingkatkan lagi yang masih ada kurangnya demi pencapaian
tugas yang lebih optimal.
Untuk mengakhiri kegiatan kita pada siang hari ini, marilah kita akhiri dengan berdoa
bersama menurut agama dan kepercayaan kita masing-masing. Berdoa……. Mulai…….
Selesai……
Kita akhiri post conference ini, Selamat Siang.
NARATOR :
Sekian post conference dari kelompok 3. Terima kasih.
460
BAB IV
PERAN PERAWAT PENDIDIK
SUSUNAN KEPANITIAAN
461
Seksi Pembuatan Proposal Seksi Humas
Koordinator : Koordinator :
Lufy Afiestasari, S. Kep Herdian Putri Rahayu, S. Kep
Anggota : Anggota :
1. Paola Krismonita Indahsari N. , S. 1. Nur Rahmat Ramadiani, S.
Kep Kep
2. Yovita, S. Kep 2. Ridho Fadhila Alfajri, S. Kep
3. Tiara Lita, S. Kep 3. Risky Amelia Aprianti, S.
Kep
4. Daniel, S. Kep
462
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pandemi
Waktu : 65 menit
463
a. Peserta siap mengikuti penyuluhan kesehatan dari mahasiswa profesi
ners universitas tanjungpura
b. Peserta sangat antusias dalam mengikuti penyuluhan terbukti dengan
adanya beberapa pertanyaan yang disampaikan
c. Penyuluhan dikatakan berhasil karena saat evaluasi peserta mampu
mengulang kembali penjelasan yang diberikan oleh penyuluh
2. Penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa profesi ners universitas tanjungpura
a. Mahasiswa menguasai materi yang disampaikan
b. Mahasiswa mampu membuat suasana menarik saat penyuluhan
IV. Materi
A. Pandemi covid
1. Apa itu pandemi covid
2. Gejala covid
3. Sektor yang terdampak
4. Dampak Belajar Daring di Masa Pandemi
5. Kesehatan mental yang muncul saat pandemi
B. Kecemasan pada pelajar dan mahasiswa di masa pandemi
1. Apa itu kecemasan
2. Penyebab terjadinya kecemasan
3. Apa saja kecemasan yang terjadi pada pelajar/mahasiswa di masa
pandemi
4. Tanda gejala kecemasan
5. Tingkatankecemasan
6. Cara mengatasi kecemasan
V. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi
4. Praktik
VI. Media dan Alat
1. Laptop
2. Powerpoint
464
3. Aplikasi Googlemeet atau Zoom
465
VII. Kegiatan penyuluhan
Penyuluh Peserta
VIII. Evaluasi
Evaluasi akan dilakukan adalah:
1. Evaluasi Struktur
a. Pengorganisasian dilaksanakan sebelum pelaksanaan kegiatan.
b. Kontrak dengan peserta pada H-1, diulangi kontrak pada hari H.
c. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan sesuai satuan acara
penyuluhan.
d. Peserta mengakses link googemeet sesuai kontrak yang
disepakati.
2. Evaluasi Proses
Peserta antusias dalam menyimak uraian materi penyuluhan
tentang kecemasan di masa pandemi yang meliputi apa itu
kecemasan dan bagaimana cara mengatasi kecemasan.
3. Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan penyuluhan selama 60 menit peserta mampu
a. Menjelaskan apa itu kecemasan
b. Menjelaskan apa penyebab terjadinya kecemasan
c. Menjelaskan apa saja kecemasan yang terjadi pada
pelajar/mahasiswa di masa pandemi
d. Menjelaskan tanda gejala kecemasan
e. Menjelaskan tingkatan kecemasan
f. Menjelaskan cara mengatasi kecemasan
(lampiran materi penyuluhan)
Kecemasan (Ansietas)
Pada Pelajar dan Mahasiswa di Masa Pandemi Covid 19
A. Pandemi Covid 19
1. Apa itu pandemi Covid 19
. Covid – 19 merupakan penyakit akibat virus yang dinamakan
Coronavirus disease. Virus ini menjadi pandemi hampir di seluruh negara
di dunia. Penyebaran terjadi secara cepat dan membuat ancaman
pandemi baru(Nawas & Faisal, 2020). Virus korona tipe baru yang tengah
menjadi pandemic saat ini bernama SARS-CoV-2 (severe acute respiratory
syndrome-coronavirus-2). Virus inilah yang menyebabkan Covid-19 yang
menyerang sistem pernapasan dan pada akhirnya mengerogoti paru paru
sehingga membuat penderita tidak dapat bernapas lagi. Begitu
mengerikannya virus ini hingga mampu memusnahkan jutaan manusia
bagaikan silent killer abad 21 yang membuat seluruh penduduk bumi
merasa cemas terkungkung dalam ketakutan (Jarnawi, 2020).
5. Tingkatan Kecemasan
Kecemasan (Anxiety) memiliki tingkatan Gail W. Stuart (2006: 144)
dalam Annisa dan Ifdil (2016), dan dalam Wuryaningsih, Windarwati,
Dewi, Deviantony, & Hadi (2018).mengemukakan tingkat ansietas,
diantaranya :
1) Ansietas ringan (mild anxiety).
Ansietas ringan hampir terjadi setiap hari ditandai dengan
lapang persepsi meningkat (suara-suara di lingkungan dapat sangat
terdengar dengan jelas, objek di sekitar tampak lebih jelas), kesadaran
diri meningkat, lebih waspada. Kemampuan belajar dan motivasi
semakin meningkat. Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan
dalam kehidupan sehari-hari, ansietas ini menyebabkan individu
menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas ini
dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta
kreativitas. Seseorang pada tingkat ansietas ini mulai gelisah dan
mudah tersinggung meskipun tetap berinteraksi dengan orang lain.
Individu yang mengalami ansietas pada tahap ini dapat memotivasi
sesorang untuk belajar, tumbuh dan berkembang lebih baik serta
mengembangkan kreatifitasnya.
2) Ansietas sedang (moderate anxiety).
Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting
dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang
persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak
perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area
jika diarahkan untuk melakukannya. Individu yang mengalami
ansietas sedang akan mengalami penurunan lapang persepsi seperti
tidak mendengar ketika seseorang berbicara padanya, objek di
ruangan diabaikan. Individu terscbut hanya berfokus
padakekhawatirannya saja. Kemampuan belajar dan konsentrasi
menurun tetapi masih bisa diarahkan. Individu ini menunjukkan
kegelisahan, peningkatan denyut jantung dan rata-rata pernafasan,
otot-otot terasa tegang, rasa tidak nyaman di lambung, berkeringat,
berbicara cepat, volume dan nada suara juga meningkat. Karakteristik
emosi individu yang mengalami ansietas sedang ini Juga merasa tidak
puas dan rentan terjadi hambatan hubungan interpersonal karena
individu terscbut mulai berfokus pada kebutuhan diri sendiri untuk
mengurangi rasa tidak nyaman.
3) Ansietas berat (severe anxiety).
Sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu
cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak
berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk
berfokus pada area lain. Ditandai dengan penurunan lapang pesepsi
yang signifikan. Seseorang yang mengalami ansietas ini berfokus pada
diri sendiri dan tidak mampu memikirkan hal-hal lainnya. Sescorang
dengan ansietas berat kadang-kadang hanya berfokus pada satu objek
saja, bahkan tidak mampu mengikuti arahan dari orang lain. Oleh
karena itu, padakondisi ini seseorang tidak mampu untuk mengambil
keputusan maupun belajar secara efektif. Individu akan mulai
mengeluh sakit kepala, pusing, mual, gemetar, insomnia, palpitasi,
takikardi, hiperventilası, diare, dan sering berkemih. ndividu tersebut
merasa sangat takut dan tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
dengan baik, hanya befokus pada diri sendiri tentang cara
menghilangkan ansietasnya. Seseorang yang merepresi ansictas berat
dan memanjang periodenya dapat berdampak pada munculnya gejala
psikoneurosis. Neurosis ini merupakan gangguan kejiwaan yang
ditandai dengan respon ansietas yang berlebihan dan mekanisme
koping yang maladaptif. Gejala yang muncul seperti fobia, obsesi, dan
distfungsi seksual. Indvidu dengan ansietas berat ini umumnya
menyadari masalah dan penderitaannya, menyadari perilakunya
maladptif, dan tidak kehilangan daya nilai realitas. Namun, individu
tidak menyadari bahwa faktor psikologis yang menjadi penyebab
distress/penderitaan yang dialaminya.
4) Tingkat panik
Panik merupakan tingkat ansietas yang ekstrim bahkan terjadi
gangguan penilaian realitas. Pada kondisi ansietas ini seseorang tidak
mampu diarahkan dan tidak mampu belajar, tidak mampu menjalin
komunikasi dengan orang lain dengan baik, bahkan kehilangan lapang
persepsi dan berpikir secara irasional. Peningkatan gerak motorik,
dilatasi pupil, sesak nafas, palpitasi, sulit tidur, diaporesis dan pucat,
gerakan-gerakan involunter dan tidak bertujuan, tidak mampu untuk
mengungkapkan keinginan atau perasaan. Berhubungan dengan
terperangah, ketakutan, dan teror. Hal yang rinci terpecah dari
proporsinya karena mengalami kehilangan kendali, individu yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan
peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan
kehilangan pemikiran yang rasional. Sescorang pada kondisi panik
terkadang menarik diri dari orang lain. Individu dengan kondisi panik
kadang-kadang disertai halusinasi dan delusi. Kedua gejala ini
merupakan ciri dari respon psikosis. Contoh respon psikosis terhadap
ansietas dalam diagnosis medis yaitu skozofrenia, skizoafektif, dan
gangguan delusi. Psikosis merupakan gangguan masalah kejiwaan
yang serius Individu dengan psikosis tidak menyadari masalah
psikologis yang dialaminya, tidak menyadari bahwa perilakunya
maladaptit, tidak mampu menyadari distres yang dialaminya (seperti
afek datar, intonasi suara datar, dan kadang tidak sesuai), bahkan
menunjukkan respon menghindar dari realitas secara berlebihan
1. Relaksasi
Teknik relaksasi dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan yaitu
dengan mendengarkan musik yang menyenangkan, menulis catatan
harian,dan meditasi.
Teknik relaksasi napas dalam juga dapat mengatasi kecemasan yaitu
dengan mengambil napas selama 3 detik dengan lambat, tahan napas
selama 3 detik, lalu keluarkan secara perlahan melalui mulut. Ulangi
selama 3 kali.
2. Distraksi
Distraksi merupakan suatu metode untuk menghilangkan kecemasan
dengan cara mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga lupa
terhadap cemas yang dialami. Stimulus sensori yang menyenangkan
menyebabkan pelepasan endorfin yang bisa menghambat stimulus
cemas yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli cemas yang
ditransmisikan ke otak sehingga dapat menurunkan hormonhormon
stressor, mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan
perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas
dan tegang.
3. Humor
Tertawa dapat melepaskan endorfin ke dalam sirkulasi dan dapat
melepaskan perasaan stres. Kemampuan menyerap hal-hal lucu dan
tertawa dapat melepaskan stressor atau gangguan kecemasan
4. Terapi spiritual
Aktivitas spiritual juga mempunyai efek positif. Terapi spiritual seperti
berdoa, meditasi atau membaca bahan bacaan keagamaan dapat
meningkatkan kemampuan beradaptasi terhadap gangguan yang
dialami. Dzikir mampu menenangkan, membangkitkan percaya
diri,kekuatan, perasaan aman, tentram, danmemberikan perasaan
bahagia, seseorang yangterbiasa berdzikir mengingat Allah akan
berespon terhadap pengeluaran endorphine yang mampu
menimbulkan perasaan bahagia dan nyaman
5. Aromaterapi
Aromaterapi merupakan terapi yang menggunakan minyak esensial
yang dinilai dapat membantu mengurangi bahkan mengatasi
gangguan psikologis dan gangguan rasa nyaman seperti cemas,
depresi, nyeri, dan sebagainya.
6. Hipnotis lima jari
Merupakan salah satu bentuk self hipnosis yang dapat menimbulkan
efek relaksasi yangtinggi, sehingga akan mengurangi ketegangandan
stres dari pikiran seseorang. Hipnotis lima jari mempengaruhi sistem
limbik seseorang sehingga berpengaruh pada pengeluaranhormon-
hormon yang dapat memacu timbulnya stres
Lampiran 3
1. Nama Responden
Adapun untuk data responden yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan ini yaitu
berjumlah 57 responden. Data ini diperoleh melalui aplikasi google formulir yang telah diisi
oleh rponden dan setuju untuk megikuti kegiatan penyuluhan dengan tema “Kecemasan
Pelajar dan Mahasiswa/i di Masa Pandemi COVID-19”. Adapun data nama responden
sebagai berikut:
1. Adela zulaikha 18. P 37. KAMIL IMAN LUTFI
2. agus ikhsan 19. Resa priya 38. Madeline ns
3. Akmal Dzulfiqar N. A 20. RIDHA SRI REZEKI 39. Melisa
4. Anggi 21. Rifkal 40. Milenia Andriyani
5. Ardi Agustian 22. Rivaldi 41. Momo
6. Aris Girsang 23. Rizki Fadhilah 42. MUH. ZIKRILLAH
7. Azka azkiya 24. S MAKRI
8. Bayu Hanshori 25. SARAH M 43. Munisa Sari
9. BEDAZARO GIAWA, S.Pd 26. Satria Hisyam Kamil 44. Mutia
10. Daffa 27. Siddiq mubarok 45. Nabia A
11. Daula Bisma N 28. Sukma Adi Aksa 46. Ni Nyoman Gek Intan
12. Dianza Rizka Amanda 29. Syarifah try 47. Ni Putu Dian Puspita
13. Dinda Azahra 30. Tasya Aulia Fitri 48. Nicholas Oriza Belli
14. Dini Pratiwi 31. V 49. Nn. A
15. DORA HESTIA AZALIA 32. Wendi 50. Novi Riani Lumbantor
16. Eka 33. WULIDA AULIA PUTRI 51. Nur Riyanita
17. Elisa Agustina 34. Yeti Kurnia Dewi 52. Nurlaela
35. Yulianti Dwi Pratiwi 53. I Komang Agung
36. B 54. Ggwp
55. Gustian
2. Distribusi Usia Responden
3,6% 3,6%
30,9%
61,8%
23,6%
30,9%
3,6%
18,2%
23,6%
DAFTAR PUSTAKA
Annisa. Dona Fitri., dan Ifdil. (2016). Konsep Kecemasan (anxiety) pada Lanjut Usia
(Lansia). Jurnal Konselor. Volume 5 | Number 2 | June 2016. ISSN: Print 1412-9760
Cao, W., Fang, Z., Hou, G., Han, M., Xu, X., Dong, J., et al. (2020). The psychological impact of
the COVID-19 epidemic on college students in China. Elsevier Public Health Emergency
Collection from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7102633/
Chaterine, R.N. (2020). Siswa Belajar dari Rumah, KPAI: Anak-anak Stres Dikasih Banyak
Tugas. Detik News. Retrieved from https:// news.detik.com/berita/d-4944071/siswa-
belajaar-dari-rumah-kpai-anank-anak-stres-dikasih-banyak-tugas.
Hamzah, B., & Hamzah, R. (2020). Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres
akademik pada mahasiswa stikes graha medika. Indonesian journal for health science,
4 (2), 59-67.
ISSN 2655-8106
Livana, PH, Mubin, M. F., & Basthomi, Y. (2020). Tugas pembelajaran penyebab stress
mahasiswa selama pandemi COVID-19. Jurnal ilmu keperawatan jiwa, 3 (2), 203-208.
Muslim, M. (2020). Manajeman stres pada masa pandemi COVID-19. Esensi: Jurnal
manajemen bisnis, 23 (2), 192-201.
Nurmala, I., Rahman, F., Nugroho, A., Erlani, N., Laily, N., & Anhar, V. Y. (2018).
Promosi kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press.
Pragholapati, A., & Indonesia, P. (2020). Resiliensi Pada Kondisi Wabah Covid-19.
Rawiti, R., Adilatri, S.A., dan Prapti, N.K.G. (2014). Pengaruh Pijat Tangan dan Aromaterapi
Lavender Terhadap Tingkat Kecemasan Mahasiswa Sebelum Ujian Lab Klinik
Keperawatan. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Sutejo. (2018). Keperawatan Jiwa, Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa:
Gangguan Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Vildayanti, H., Puspitasari, I. M, dan Rano Kurnia Sinuraya. 2018. Review: Farmakoterapi
Gangguan Anxietas: Farmaka. Vol 16. No 01
World Health Organization (WHO). (2020). Coronavirus. Retrieved from World Health
Organization Website : https://www.who.int/health-topics/coronavirus, diakses
pada 16 Oktober 2020.
Wuryaningsih, E.W., Windarwati, H.D., Dewi, E.I., Deviantony, F., & Hadi, E. (2018).
Keperawatan Kesehatan Jiwa 1. Jember. Universitas Jember.
Yusuf, A., Rizky, F. P., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
1. Nama Responden
Adapun untuk data responden yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan
penyuluhan ini yaitu berjumlah 57 responden. Data ini diperoleh melalui aplikasi
google formulir yang telah diisi oleh rponden dan setuju untuk megikuti kegiatan
penyuluhan dengan tema “Kecemasan Pelajar dan Mahasiswa/i di Masa Pandemi
COVID-19”. Adapun data nama responden sebagai berikut:
1. Adela zulaikha 18. P 37. KAMIL IMAN
2. agus ikhsan 19. Resa priya LUTFI
3. Akmal Dzulfiqar N. 20. RIDHA SRI 38. Madeline ns
A REZEKI 39. Melisa
4. Anggi 21. Rifkal 40. Milenia Andriyani
5. Ardi Agustian 22. Rivaldi 41. Momo
6. Aris Girsang 23. Rizki Fadhilah 42. MUH.
7. Azka azkiya 24. S ZIKRILLAH
8. Bayu Hanshori 25. SARAH M MAKRI
9. BEDAZARO 26. Satria Hisyam 43. Munisa Sari
GIAWA, S.Pd Kamil 44. Mutia
10. Daffa 27. Siddiq mubarok 45. Nabia A
11. Daula Bisma N 28. Sukma Adi Aksa 46. Ni Nyoman Gek
12. Dianza Rizka 29. Syarifah try Intan
Amanda 30. Tasya Aulia Fitri 47. Ni Putu Dian
13. Dinda Azahra 31. V Puspita
14. Dini Pratiwi 32. Wendi 48. Nicholas Oriza Belli
15. DORA 33. WULIDA 49. Nn. A
HESTIA AULIA PUTRI 50. Novi Riani
AZALIA 34. Yeti Kurnia Dewi Lumbantor
16. Eka 35. Yulianti Dwi 51. Nur Riyanita
17. Elisa Agustina Pratiwi 52. Nurlaela
36. B 53. I Komang Agung
54. Ggwp
55. Gustian
30,9
%
61,8
%
4. Distribusi Tingkatan Cemas
23,6%
30,9%
3,6%
18,2%
23,6%
Lampiran 4
BAB V
PELAKSANAAN MANAJEMEN
PERAWAT PENELITI
1. Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk Pada abstrak telah tergambar
a. Tujuan Penelitian
mengetahui terapi Psikoreligius: dengan jelas dan memenuhi
dzikir dalam mengontrol halusinasi unsur Introduction, Method,
pada pasien Skizofrenia. Result, dan Disus serta
jumlah kata tidak lebih dari
200 kata.
Sebaiknya dicantumkan
f. Kerangka Konsep
Tidak digambarkan antara varibel kerangka konsep agar jelas
hubungan antar variable
3. Metode Penelitian
a. Rancangan Penelitian
1) Desian Penelitian Quasy Expriemental dengan Sudah dijelaskan
rancangan One Group pretest-
posttest dimana rancangan yang
tidak ada kelompok pembanding
(control).
2) Populasi dan
Populasi adalah seluruh Sudah dijelaskan
Sample
respondenpen derita skizofrenia
yang mengalami halusinasi
pendengaran yang sedang dirawat
di 3 ruangan yaitu, ruang Siak,
Kuantan dan Indragiri di Rumah
Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau
pada bulan Juni sebanyak 73 orang.
Sampel awalnya mendapatkan 42
responden, tetapi setelah dievaluasi
maka yang mengikuti terapi sampai
selesai hanya 20 responden. 22
responden tidak bisa mengikuti
terapi Karena 9 orang beragama
non islam, 5 oranng tidak bersedia
menjadi responden, 4 orang
kambuh dan 4 orang
pulang.Pengaruh Terapi
Psikoreligius: Dzikir dalam
mengontrol halusinasi pendengaran
dan pasien skizofrenia yang
beragama muslim.Penelitian ini
mewakili pasien skizofrenia yang
beragama muslim.
g. Intrumen Pengumpulan
Data -Telah dijelaskan dalam
jurnal tetapi tidak
menggambarkan sudah
berapa kali digunakan dalam
penelitian lain.
h. Uji Coba Kuesioner -Tidak dijelaskan dalam artikel
5. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang Hasil penelitian ini dapat
didapatkan bahwa mengontrol dijadikan terapi tambahan
halusinasi sebelum diberikan terapi dalam mengontrol halusinasi
psikorelius: dzikir jumlah pada pasien dengan halusinasi
responden yang tidak terkontrol pendengaran, terapi tersebut
halusinasinya sebanyak 10 orang, sesuai denga napa yang di
sedangkan sesudah diberikan terapi butuhkan oleh pasien muslim
psikoreligius: dzikir responden tetapi belum tentu bisa di
yang terkontrol halusinasinya gunakan untuk yang ber
sebanyak 15 orang, dapat di agama non muslim.
simpulkan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh terapi psikoreligious:
dzikir dalam mengontrol halusinasi
pada pasien skizofrenia
8. Kepustakaan
a. Apakah Ada Daftar Menggunakan daftar pustaka dan
Pustaka? sudah tertera di artikel
9. Lain - Lain
a. Apakah Penggunaan a. AHRS( Auditory Hallucinations -Dalam jurnal ini sudah
Istilah dilakukan Rating Scal ) tidak terdapat isitilah dalam bahasa
Dengan Benar? menggunakan italik/kata miring inggris dan sudah di lakukan
penerjemahan pada istilah
tersebut tetapi masih belum
menggunakan tulisan cetak
miring atau italik
c. Apakah Penulisan c. Penulisan ada yang belum benar -Sebaiknya tidak di gunakan
Kalimat Sudah Benar seperti kata sambung terletak cetak mirig inklusi dan eklusi
? didepan, kalimat ada yang Sebaiknya kata sambung
belum dicetak miring dan ada tidak digunakan pada dan
kalimat yang tidak dalam”
menggunakan huruf kapital di sebaiknya akhir kalimat yang
akhir titik serta ada pula bahasa menggunakan titik di
di cetak miring. Masih terdapat menggunakan huruf kapital.
penulisan yang salah yaitu pada Seperti Hal”.sebaiknya kata
kalimat : terhadapa” terhadap tidak disingkat:
“ kata cetak mirig inklusi dan eklusi trhdap
sebaiknya”
“ kata sambung: pada dan dalam”
“ kalimat tidak menggunakan hurup
kapital di akhir titi: Hal”
“ kata yang singkat: tehadap
5.2 Jurnal Refleksi
JURNAL REFLEKSI
Hari ini adalah hari pertama dimulainya stase jiwa. Saya senang karena setelah dua tahun lamanya saya vakum, saya kembali
lagi. Berkutat pada tugas-tugas, berkutat di depan laptop selama berjam-jam. Mengaplikasikan ilmu yang saya dapat dalam sebuah
tulisan. Sebuah kesibukan yang sudah lama saya rindukan. Tetap saja...hal ini membuat tubuh saya tetap terkejut.
Meskipun ini minggu pertama bagi stase jiwa, pada kenyataannya ini ada minggu ketiga pasca dimulainya profesi. Masih
belum terbiasa rasanya.Untungnya, saya punya teman-teman dan keluarga yang selalu menyemangati saya. Walaupun profesi tahun
ini harus diawali dengan cara online, tetap tak ada bedanya dengan profesi offline. Hanya saja mungkin bisa sampai rebahan kali ya.
Hari pertama ini, saya dan teman-teman yang lain, mendapatkan tugas untuk membuat makalah mengenai RSJ sebagai
penggaanti kami tidak bisa melakukan orientasi yang sebenarnya atau secara real. Bu Putri memang kreatif ! dengan tugas ini
setidaknya kami mendapat sedikit gambaran tentang rumah sakit, dari sejarahnya, visi-misinya, motto layanan hingga tujuan dan
sasaran rumah sakit jiwa tersebut.
Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong terletak di Jalan Alianyang No.01, Kelurahan Sui Bangkong, Kec.Pontianak
Kota, Kota Pontianak. Menempati area seluas 10.125m2, dengan luas bangunan 8.182 m2, serta prasarana lainnya: 782 m2. Rumah
sakit ini didirikan tahun 1939 dengan nama Rumah Perawatan Sakit Jiwa Sei Bangkong. Rumah perawatan tersebut merupakan
warisan masa kolonial. Sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 16 Tahun 2015 Tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja
Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong, menyebutkan tugas pokok Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong adalah:
Melaksanakan urusan Pemerintah Provinsi di bidang pelayanan jiwa dengan unggulan penanganan penyalahgunaan
NAPZA atau ketergantungan obat sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku” (PPID RSJD Sui Bangkong, 2020).
Dengan membuat makalah ini saya baru mengetahui bahwa rumah sakit ini tidak hanya menagani pasien dengan gangguan
kejiwaan namun juga berfokus khususnya dalam penanganan pasien pengguna NAPZA. Saya jadi memiliki gambaran mengenai
rumah sakit tempat saya melakukan praktik ini.
Daftar Pustaka
PPID Rumah Sakit Jiwa Darah Sungai Bangkong Provinsi Kalbar. (2019). Diakses pada tanggal 05 Oktober 2020, https://ppid-
rsjsuibangkong.kalbarprov.go.id/profile
Hari/Tanggal :Selasa/ 06 Oktober 2020
Hari ini adalah hari kedua stase jiwa. Tugas hari ini diawali dengan menonton video yang sebelumnya telah diunggah oleh Bu
Putri tepat pukul 05.51 WIB. Setelah sebelumnya kami mendapatkan pengarahan di hari minggu mengenai apa-apa saja yang perlu
kami kerjakan disertai dengan jadwal pengumpulannya yang membuat kami sedikit terarah dalam mengerjakan tugas.
Saya menebak-nebak video tentang apa ini,menebak-nebak diagnosa keperawatannya berdasarkan olah verbal dari animasi
bergerak ini disertai gesturnya. Agak sedikit membingungkan awalnya, bukan karena videonya, tetapi karena saya tidak punya buku
untuk panduan. Buku yang saya pesan dua hari seblumnya belum datang juga. Sehingga memutuskan saya untuk meminjam buku
milik teman saya.
Setelah memutar videonya beulang-ulang akhirnya saya yakin untuk mengangkat diagnosa Harga diri rendah pada pasien ini.
Kenapa? Menurut saya pasiennya memang mengurung diri dari interaksi luar namun setidaknya masih berusaha untuk melakukan
komunikasi. Walaupun dengan wajah menunduk dan jawaban yang bisa dikatakan minim informasi. Saat pasien mengatakan bahwa
dia merasa tidak ada yang mau berteman dengannya lagi karena ia tak memiliki apa-apa, semakin menguatkan indikasi pasien
mengalami HDR.
Harga Diri Rendah adalah Evaluasi diri yang negatif, berupa mengkritik diri sendiri, dimana seseorang memiliki fikiran
negatif dan percaya bahwa mereka ditakdirkan untuk gagal (Windarwati, 2016). HDR sendiri memiiliki manifestasi klinis berupa
menilai diri secara negatif, merasa malu/bersalah, memiliki kontak mata kurang, lesu dan tidak bergairah, tidak mampu membuat
keputusan dan berjalan menunduk (Keliat,2019).
Hal diatassemakin menjadi kuatnya alasan saya mengambil diagnosa mengenai HDR tersebut. Disamping data-data lain yang
mendukung seperti pasien yang mengungkapkan keputusasaannya dan melebih-lebihkan penilaian negatif terhadap dirinya sendiri.
Daftar Pustaka
Keliat, Windarwati, Pawirowiyono, Subu (2016). Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta: EGC
Keliat, Budi Anna; et al. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Hari/Tanggal : Rabu/ 07 Oktober 2020
Hari ini adalah hari ketiga pasca dimulainya stase jiwa. Setelah kemarin saya dan teman-teman yang lain menonton video dan
diminta menentukan diagnosa keperawatanya disertai dengan membuat laporan pendahuluan dan askepnya, hari ini waktunya saya
dan teman-teman yang lain untuk membuat SPTK dan API.
Tugas kali ini bisa dikatakan susah-susah gampang karena selain ketelitian dibutuhkan pula otak briliant untuk berfikir.
Memang semua sudah ada di dalam buku Asuhan Keperawatan Jiwa karya ibu Ana Keliat. Tetapi tidak bisa tinggal ditulis dan
dimasukkan begitu saja. Perlu improvisasi dalam pembuatan SPTK dan API yang dikemas secara sederhana dalam bentuk
percakapan. Tidak...itu tidak bisa dikatakan sederhana. Rinci lah kata yang tepat. Itu dikarenakan tidak hanya percakapan yang perlu
ditulis melainkan gestur tubuh juga, pandangan dari segi perawat dan pasien dan tentunya rasionalitas atas tindakan yang dilakukan.
SPTK dibuat perdiagnosanya yang artinya apabila semakin banyak kalianmengangkat diagnosa maka semakin banyak pula kalian
SPTK, sederhananya semakin banyak yang dikerjakan wkwkwk.
Setelah membuat SPTK dan Api yang membutuhkan waktu yang cukup lama karena setelah lama vakum, saya menganggap
diri saya ini pemula (saya perlu membaca berbagai referensi dalam pembuatan SPTK dan Api agar saya tidak salah dalam hal
pengerjaan yang nantinya akan berpengaruh ke nilai saya) saya lanjutkan dengan tugas berikutnya, yaitu pembuatan video yang
mengaplikasikan SPTK dan API kepada pasien ODGJ. Tentu saja yang berperan sebagai pasien tidak real ODGJ ya..mau cari dimana
saya? Hehe. Saya meminta bantuan adik saya yang alhmdulillah dengan senang hati mau membantu. Setelah sebelumnya saya
memberikan script tentang percakapan dan yang harus dilakukan, kamipun membuat video dengan lancar yang memakan waktu
kurang lebih setengah jam.
Analisis Proses Interaksi (API) adalah suatu alat kerja yang dipakai oleh perawat untuk memahami interaksi yang terjadi
antara perawat dengan pasien. API merupakan alat untuk mengevaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan
dalam Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) (Yusuf, 2015). Strategi Pelaksanaan adalah penerapan standar asuhan
keperawatan yang diterapkan pada pasien yang bertujuan untuk mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani (Sarafino,
2014).
Dengan adanya API dan SPTK, pekerjaan perawat lebih terarah dalam melakukan pengkajian terkait sebab dan akibat
maupun dalam pemberian intervensi yang tepat. Sehingga didapatkan hasil yang optimal.
Daftar Pustaka
Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika
Sarafini, E.P.,& Smith, T.W. 2014. Health Psychology Eight Edition. USA: John Wiley & Sons, Inc
Hari/Tanggal : Kamis / 08 Oktober 2020
Pukul 05.39. suara hp saya berbunyi menandakan ada pesan whatsapp yang masuk. Disusul suara dentingan yang bersahut-
sahutan menandakan lebih dari 1 atau 2 pesan, mungkin lebih. Saat saya lihat ternyata dari Bu Putri yang menyampaikan bahwa
video kedua telah diunggah di youtube. Tak lupa teman-temanpun mengucapkan terima kasih kepada dosen yang dikenal humble
tersebut.
Pukul 08.00 saya baru mulai menonton video tersebut setelah sebelumnya saya mengisi presensi online kehadiran. Rutinitas
baru, di hari baru . Sebenarnya mengisi presensi ini tidak sulit, hanya tinggal memasukkan kode absen yang telah tersedia kedalam
link yang telah dibagikan sipen sebelumnya. Tetapi tetap saja,saya takut saya lupa mengisinya. Terkadang ada tulisan error yang
terpampang nyata di layar menandakan entah itu kesalahan sistem atau dari saya yang memasukkan satu atau dua huruf yang salah .
Oke...kembali ke video.
Saya menonton video tersebut berulang-ulang, tak lupa saya mencatat setiap percakapannya agar saya bisa dengan mudah
menganalisis. Hmm...risiko bunuh diri rupanya. Tidak berhenti sampai disitu, untuk lebih meyakinkan analisis saya, saya bertanya
kepada teman saya yang telah selesai profesi tahun lalu. Dan iapun sependapat dengan saya.
Risiko bunuh diri adalah rentan terhadap menyakiti diri sendiri dan cedera yang mengancam jiwa (NANDA-I, 2018). Menurut
buku Keliat (2019) penyebab dari risiko bunuh diri itu sendiri disebabkan oleh beberapa hal seperti stress yang berlebihan, gangguan
konsep diri, kejadian negatif dalam hidup, perpisahaan dan atau perceraian, serta adanya riwayat bunuh diri individu dan atau
keluarga.
Disini jelas disebutkan keinginan pasien yang begitu kuat untuk mengakhiri hidupnya akibat kesedihan karena ditinggal calon
istrinya tepat sebulan sebelum pernikahan mereka. Pasien mencoba bunuh diri dengan cara menegak racun. Memang tidak dijelaskan
secara rinci bagaimana kejadian itu bisa terjadi. Namun perkataan pasien yang bilang ingin pergi dan meminta perawat menjaga ibu
dan adiknya yang diucapkan pasien berulang-ulang jelas menjadi indikasi diangkatnya diagnosa tersebut.
Daftar Pustaka
Keliat, Budi Anna [et al]. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Hari/Tanggal : Jum’at / 09 Oktober 2020
Hari jum’at ini adalah hari pembuatan video, mempraktikkan hasil dari mengerjakan SPTK dan Api yang telah diselesaikan
sebelumnya. Kendala dalam membuat video tentu saja ada. Selain media yang digunakan terbatas,pasien yang menjadi ODGJ pun
bukanlah orang dengan gangguan jiwa yang sebenarnya,sehingga jika ingin mengkajipun saya kesulitan karena hanya terbatas dari
dialog yang telah saya siapkan sebelumnya.
Masih seperti hari rabu kemarin, hari ini pun saya meminta adik saya untuk menjadi pasiennya. Tidak sulit bagi adik saya
untuk memerankannya karena ia adalah orang yang ekspresif dan cepat dalam menangkap hal baru. Namun..saya merasa ada yang
kurang saja. Pada video sebelumnya hal-hal yang kurang dapat dilengkapi dengan pengkajian lanjutan Namun kalau saya tambahkan
kesannya jadi menambah-nambah data.Dan itupun terbatas dari pemikiran saya saja.
Dari beberapa referensi yang saya baca, salah satu tindakan yang efektif untuk mengatasi risiko bunuh diri ini adalah
memastikan dulu lingkungan pasien ini aman apa tidak dari alat-alat yang berisiko digunakan sebagai media untuk mencederai diri.
Dan yang terpenting adalah mengubah mindset. Memang kebanyakan pasien dengan risiko bunuh diri ini adalah pasien yang benar-
benar putus asa sehingga merasa bahwa bunuh diri adalah penyelesaian terbaik untuk hidupnya. Nah..tugas kita sebagai perawat
disini adalah eyakinkan dia, memberi motivasi kepadanya, meningkatkan kembali rasa percaya dirinya sehingga pasien dapat
mengendalikan keinginan untuk bunuh diri terseut. Memang butuh waktu yang cukup lama. Namun, di dunia ini apa sih hal yang bisa
dilakukan secara instan? Kecuali mie instan, bubur instan dan semua yang berakhiran kata instan hehe, bahkan sesuatu yang
instanpun tidak baik utnuk kesehatan.
Menurut Keliat (2019) tujuan asuhan keperawatan pada pasien dengan risiko bunuh diri terbagi menjadi 3 yaitu kognitif,
psikomotor dan afektif. Dengan rincian kognitif pasien mampu menyebutkan penyebab, tanda gejala, akibat yang ditimbulkan dari
risiko bunuh diri, menetapkan harapan dan masa depan serta menyebutkan aspek positif diri sendiri, keluarga dan lingkungan. Untuk
psikomotor, pasien mampu mengendalikan lingkungan aman, melatih diri untuk berpikir positif dan menggunakan kelompok untuk
bercakap-cakap dalam menyelesaikan masalah sedangnkan untuk afektif, pasien mampu merasakan manfaat diri sendiri,
membedakan perasaannya sebelum dan sesudah, terakhir pasien dapat merasa hidup yang lebih optimis.
Daftar Pustaka
Keliat, Budi Anna [et al]. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Hari/Tanggal : Sabtu / 10 Oktober 2020
Sudah mulai merasa letih tubuh ini karena mengerjakan tugas berhari-hari. Saya yang bisa dikatakan sangat lambat dalam
mengerjakan suatu pekerjaan, merasa sifat saya ini sebagai beban. Sudah beberapa hari juga saya bergadang untuk mengerjakan
tugas. Memang benar perkataan teman-teman saya yang sudah profesi sebelumnya. “Puas-puasin dulu kau mau jalan-jalan,nyantai,
tidur. Nanti kalau sudah profesi, hal kayak gitu udah susah dilakukan”. Untungnya saya kuliah online, jadi bisa mengerjakan setiap
tugas sambil rebahan yang ujung-ujungnya ketiduran tapi dalam keadaan tidak tenang karena tugas yang belum selesai. Baik kembali
ke topik.
Hari ini adalah hari kelima dari minggu pertama profesi stase jiwa yang artinya, hari ini adalah hari diuploadnya kasus baru.
Saya kembali menonton video yang telah diuploaad bu Putri tadi pagi. Dari analisis saya,menurut saya pasien didalam video tersebut
adalah pasien waham. Waham somatik lebih tepatnya. Pasien mengatakan ia mengalami kanker otak karena kepalanya sering dipukul
suaminya. Ada-ada saja ya. Mungkin kalau pasien real lebih terpampang jelas bagaimana cara bicaranya, gesturnya, mimiknya orang
waham ini.
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis
oleh orang lain. Keyakinan itu berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol (Depkes RI, 2000 dalam Fitria, 2012).
Waham diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yaitu waham kebesaran, waham curiga, waham agama, waham somatik dan waham
nihilistik.
Sebenarnya agak bingung antara diagnosa waham somatik atau waham curiga, karena ada beberapa kata yang mengarah ke
kecurigaan pasien terhadap orang lain yang ingin menyakitinya. Ditambah lagi pasien pasien pada kasus ini mengalami halusinasi
penglihatan, walaupun hanya ada sedikit data yang dapat ditemukan.
Daftar Pustaka
Keliat, Budi Anna [et al]. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP
dan SP). Jakarta : Salemba Medika.
JURNAL REFLEKSI MINGGU KE II (DUA)
Cukup sudah libur satu hari, lumayan mengembalikan stamina. Sekarang saatnya kembali ke rutinitas. Melanjutkan tugas hari
sabtu minggu lalu dimana sebelumnya saya sudah mengerjakan laporan pendahuluan, asuhan keperawatan dan strategi pelaksanaan
tindakan keperawatan per diagnosanya (disini saya mengambil dua diagnosa). Hari ini saatnya saya membuat API atau analisa proses
interaksi.
Tidak terlalu sulit saya lakukan karena tinggal mengcopy kata-kata dari strategi pelaksanaan tindakan keperawatan saja
(SPTK). Hanya yang membuat terhambat adalah gestur yang harus dilakukan baik saya maupun pasiennya. Rasionalitas juga cukup
memusingkan untuk dikerjakan. Saya harus memikirkan apa rasionalitas dari tindakan ini, apa rasionalitas dari tindakan itu, kenapa
itu harus diberikan. Terkadang saya harus membacanya bolak-balik agar dapat memutuskan untuk menulis apa di dalam API saya.
Setelah ini lanjut dengan membuat video. Masih tetap dan setia adik saya menjadi responden aka pasien abal abal. Setelah
sebelumnya saya briefing dahulu untuk menyamakan persepsi, kami mulai melakukan take video. Ada beberapa bagian yang harus
saya cut, karena kami banyak tertawa. Manajemen tindakan keperawatan yang saya berikan pada pasien waham adalah tidak
mendukung dan tidak pula memantah, selanjutnya membantu klien untuk orientasi realitas.
Orientasi realitas adalah upaya untuk mengorientasikan keadaan nyata kepada klien, aitu diri sendiri, orang lain,
lingkungan/tempat dan waktu. Klien waham umumnya mengalami gangguan orientasi realitas. Klien tidak dapat membedakan
lamunan dan kenyataan (Kusunawati,2012).
Untuk itu, melatih klien belajar untuk lebih mengenal diri sendiri dengan menanyakan nama lengkap nama panggilan,
mengenal orang lain dengan menanyakan siapa yang tinggal di rumah, siapa tetangganya , mengenal tempat dengan menanyakan
tempat yang sering dikunjungi dan menuliskannya serta cara mencapainya dan mengenal waktu dengan menanyakan hari ini hari apa,
bulan apa dan jam berapa.
Daftar Pustaka
Keliat, Budi Anna [et al]. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Masih pagi sekali, Bu Putri sudah mengunggah video di youtube dan membagikannya di whatsapp. Namun tidak bisa
langsung saya tonton karena ada beberapa pekerjaan rumah yang harus saya kerjakan.Setelah pekerjaan rumah selesai saya
kerjakan,kembali saya buka handphone saya dan mulai menonton untuk menganalisa. Dan betapa terkejutnya saya saat tahu ternyata
video kali ini membahas mengenai pasien Harga Diri Rendah atau biasa disebut HDR. Sungguh, manifestasi klinisnya mirip-mirip
dengan Isolasi Sosial. Hanya saja pasien dengan isolasi sosial tidak mau bicara, benar-benar sulit diajak bicara.
Berbeda sekali dengan pasien harga diri rendah yang bisa terus dan terus melanjutkan percakapan ketika perawat/pengkaji
memancing topik pembicaraan yang ingin diperbincangkan. Kontak mata pasien dengan HDR masih lebih baik dibandingkan kontak
mata pasien isolasi sosial. Berarti kemarin video saya salah ya. Dengan percaya diri pula saya menyebut bahwa pasien kemarin harga
diri rendah. Benar-benar video bisa memanipulasi. Dan dari sini membuat saya sadar betapa dangkalnya ilmu pengetahuan saya,
betapa minimnya kemampuan saya dalam pemahaman. Terima kasih bu Putri telah mebuat video yang membuat saya untuk bisa
belajar dan mengkaji lebih baik dari sebelumnya.
Harga Diri Rendah merupakan evaluasi diri negatif yang berkembang sebagai respon diri terhadap hilangnya atau berubahnya
perawatan diri pada seseorang yang sebelumnya memiliki evaluasi diri negatif (Wahyuni, 2017). Harga diri rendah disebabkan oleh
beberapa hal yaitu kurang kasih sayang, kurang rasa memiliki, kurang penghargaan orang lain, mengalami kegagalan, diejek,
dikucilkan orang lain dan kenyataan tidak sesuai dengan harapan (Keliat, 2019).
Harapan saya setelah mempelajari ini adalah saya semakin mengetahui secara mendalam mengenai harga diri rendah, sebab
dan akibatnya, tanda gejalanya dan bagaimana memberikan penanganan yang tepat.
Daftar Pustaka
Keliat, Budi Anna [et al]. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Wahyuni, Sri Nurul. 2017. Asuhan Keperawatan Jiwa. Ponorogo, Unmuh Ponorogo Press
Hari/Tanggal :Rabu / 14 Oktober 2020
Rabu pagi ini saya awali dengan memulai mengerjakan Analisa Proses Interaksi Keperawatan pada pasien gangguan jiwa dan
hari ini API yang saya buat membahas mengenai harga diri rendah. Isi dari API sendiri dimulai dengan fase orientasi yaitu fase
perkenalan dimana perawat/pengkaji menyapa pasien dan memperkenalkan dirinya, menjelaskan tujuan dan berapa lama waktu yang
dibutuhkan selama interaksi tersebut. Biasanya tidak lama hanya 15-20 menit. Dikarenakan apabila berlama-lama takutnya pasien
ODGJ tersebut merasa bosan sehingga nanti hasilnya tidak maksimal. Selanjutnya fase kerja dimana perawat/pengkaji melakukan
pengkajian mengenai penyebab, tanda gejala dan akibat dari gangguan jiwa tersebut. Khusus HDR hal yang perlu dikaji perawat
adalah penyebab klien mengalami HDR atau penyebab kenapa klien bisa malu untuk berinteraksi, akibat yang klien rasakan dari
sikapnya atau dari HDR tersebut. Dan perasaan yang dirasakan Klien terkait penyakitnya.
Setelah mengkaji dan mendapatkan data, tidakan yang dilakukan perawat selanjutnya adalah menggali aspek positif yang
dimiliki klien, membuatnya didalam daftar , dan memilih salah satu di dalam daftar tersebut untuk dilatih dan dimasukkan kedalam
jadwal kegiatan harian. Pada kasus saya ini, klien hobby menulis puisi, klien juga di rumahnya senang membersihkan rumah,
sehingga disini saya mengajarkan klien untuk merapikan tempat tidur dan menyapu. Setelah itu masuk ke fase terminasi dimana
perawat/pengkaji melakukan evaluasi subjektif dan objektif kepada klien, melakukan rencana tindak lanjut dan mengucapkan salam
(Keliat, 2019).
Evaluasi Keperawatan adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai hasil dari tindakan keperawatan kepada klien dan
dilakukan terus-menerus pada respon klien menjadi lebih baik atau tidak menggunakan pendekatan SOAP (Muhith, 2015).
Harapan saya setelah memberikan intervensi melatih aspek positif dengan membuat daftar positif dan melakukannya klien
dapat mengetahui kemampuan positif yang ia miliki, menerapkan dan mengembangkan kemampuan positif tersebut agar
meningkatkan rasa percaya dirinya.
Daftar Pustaka
Keliat, Budi Anna [et al]. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
“Tidak bisa tidur, perasaan saya tidak enak, saya kesal dan emosi”. Kata-kata didalam video ini membuat saya berfikir, ini
klien dengan risiko perilaku kekerasan ya?
“Saya adalah rocker sejati suster, saya ini juga dulunya seorang tentara berpangkat jendral tapi tidak ada yang percaya, lalu
saya memukul tetangga saya”. Berikut kata-kata yang keluar dari pernyataan klien bernama Tuan Andika tersebut. Waham juga ya
ternyata. Ia..itu adalah sepenggal kata-katayang diucapkan klien untuk video kali ini. Seperti biasa saya masuk dihari video baru
diupload dan kasus baru untuk dikaji. Banyak data-data yang saya dapatkan dari menonton video ini, diantranya klien yang memiliki
kebiasaan meluapkan emosinya dan menggunakan otot, klien yang ditinggalkan istrinya dengan alasan tidak bisa memberinya anak,
klien yang merasa tidk berguna dan ingin mati saja hingga penampilan klien yang bertato. Sungguh klien yang nyentrik ya.
Baiklah, setelah menonton video saya bulatkan tekad dan memutuskan untuk mengambil diagnosa Risiko Perilaku Kekerasan
dan Waham. Kalau minggu lalu wahamnya waham somatik kali ini waham yang diangkat adalah Waham Kebesaran. Sebenarnya
saya ingin pula mengangkat diagnosa Defisit Perawatan Diri, karena selain berpenampilan tidak rapi, klien pada kasus ini tidak mau
disuruh mandi. Agakrepot ya. Tapi niat itu saya urungkan karena saya takut saya tidak terkejar dalam pengerjaannya sampai batas
waktu yang ditentukan. Akhirnya saya ambil 2 diagnosa saja.
Risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain adalah rentan melakukan perilaku yang menunjukan dapat membahayakan
orang lain secara fisik dan emosional (NANDA-I, 2018). Perilaku kekerasan dapat berupa verbal, fisik dan lingkungan.
Nah dari buku juga sudh dijelaskan yah, bahwa perilaku kekerasan itu tidak hanya selalu berpatokan kepada kekerasan fisik,
melaikan bisa juga melaui verbal dan lingkungan, baik karena kata-katanya yang suka berkata kasar, ataupun karena lingkungan
seperti perlakuan orang sekitar terhadap klien sehingga memberikan damage pada klien tersebut.
Daftar Pustaka
Keliat, Budi Anna [et al]. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Hari/Tanggal :Jum’at / 16 Oktober 2020
Membuat video sebenarnya adalah pekerjaan yang agak berat saya lakukan khususnya untuk saya ya, karena disamping saya
harus memiliki partner saya juga harus punya penunjang untuk merekamnya.Partenr saya selalu dan akan tetap adalah adik saya.
Namun disini saya agak sulit karena adik saya sedang ujian tengah semester, sehingga saya agak kurang nyaman jika
mengganggunya. Belum lagi saat pembuatan video hambatan yang saya alami adalah penuhnya memori handphone. Sudah saya
hapus banyak foto dan aplikasi disana, setiap saya mengunggah video yang dibuat hari ini ke google drive saya langsung menghapus
video tersebut di handphone, akan tetapi tetap saja masih penuh.
Saat handphone sudah oke,klien juga sudah siap, selesai membuat video yang menjadi kendala adalah lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk mengunggah video tersebut ke google drive. Ya...lamaa sekali, maklum laptop saya ini laptop lama, dari jaman
saya SD sampai sekarang. Jaditidak heran jika performanya tidak sebaik laptop keluaran terbaru. Tetapi saya akan berusaha
semaksimal mungkin agar tidak mengecewakan dosen pembimbing saya. Agar saya bisa cepat lulus dengan nilai memuaskan.
Tindakan yang saya lakukan pada klien dengan risiko perilaku kekerasanadalah melatih klien untuk relaksasi nafas dalam dan melatih
klien untuk melampiaskan kemarahannya dengan memukul bantal. Adik saya antusias sekali saat saya minta untuk memukul bantal.
Benar-benar seperti pasien ODGJ.
Relaksasi nafas dalam dapat menurunkan ketegangan dan memberikan ketenangan. Relaksasi nafas dalam merangsang tubuh
melepas opioid endogen yaitu endorphin dan enkefalin. Dilepaskannya hormon endorphin dapat memperkuat daya tahan tubuh,
menjaga sel otak tetap muda, melawan penuaan, menurunkan agresifitas dalam hubungan antar manusia, meningkatkan
semangat,daya tahan dan kreativitas (Smeltzer & Bare, 2013).
Dengan diberikannya intervensi ini, saya berharap klien dapat mengatur emosi dan menjaga keseimbangan emosinya,
sehingga klien tidak marah secara berlebihan dan tidak menyakiti orang lain maupun dirinya sendiri.
Daftar Pustaka
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8. Jakarta: EGC
Hari/Tanggal : Sabtu / 17 Oktober 2020
Tidak terasa sudah 2 minggu saya menjalani stase jiwa ini dan hari ini pun sudah masuk kasus ke enam yang berarti tinggal
satu kasus lagi maka tugas pengkajian dan membuat video ini selesai sudah. Video yang dibahas hari ini mengangkat diagnosa
halusinasi. Kenapa halusinasi? Karena berdasarkan data, klien sering mendengar suarabisikan-bisikan yang mengatakan bahwa klien
jelek dan tidak berguna sehingga membuat klien merasa kesal dengan suara tersebut dan sering berbicara sendiri. Suara ini pun
membuat tingkat kepercayaan diri klien menurun karena dibandingkan dengan saudaranya yang lain, hanya klien yang tidak
bersekolah. Klien juga memiliki trauma karena sejak kecil ia sering dipukuli dan melihat ibunya sering menangis karena dipukuli
oleh ayahnya sehingga membuat klien melakukan tindakan kekerasan juga dengan memukul kedua orang tuanya. Kompleks sekali ya
masalah pada klien ini.
Halusinasi adalah gejala gangguan jiwa berupa respon panca-indra, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan
pengecapan terhadap sumber yang tidak nyata. Penyebab halusinasi itu sendiri disebabkan karena kurang tidur, isolasi sosial,
mengurung diri dan kurangnya kegiatan sosial (Keliat & Akemat, 2007; Stuart, Keliat, & Pasaribu, 2017).
Harapan saya setelah mempelajari ini adalah saya dapat lebih mengerti perasaan klien, apa yang diinginkannya, dan dapat
memberikan intervensi yang sesuai.tidak hanya sebatas melakukan pekerjaan saja, saya ingin kehadiran saya bermanfaat bagi klien
dan dapat membantu klien dalam penyelesaian masalahnya.
Daftar Pustaka
Keliat, B. A., Akemat. 2007. Model Praktik Keperawatan Professional Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC
Keliat, Budi Anna [et al]. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Hari/Tanggal : Senin / 19 Oktober 2020
Baiklah sudah cukup liburan seharinya. Kembali lagi ke kesibukan saya hari ini yaitu membuat API dan video serta menulis
jurnal ini. Sebenarnya bisa lebih bagus jika saya mengerjakan tugas ini hari minggu, jadi saya tidak perlu terburu-buru. Namun dasar
saya ini, begitu berat untuk memulai kalau bukan karena deadline yang memaksa. Selain itu tugas hari minggu juga cukup
melelahkan karena di hari biasa saya sibuk mengerjakan tugas, pekerjaan rumah menjadi terbengkalai dibuatnya.
Masih dalam kasus halusinasi kemarin, tindakan yang saya berikan selaku perawa terhadap pasien adalah yang pertama tidak
membantah dan tidak pula mendukung waham klien, kedua meyakinkan klien bahwa ia berada di lingkungan yang aman tanpa
adanya gangguan, kemudian yang ketiga adalah membantu klien orientasi realitas dimana disini peran saya adalah menguji sejauh
mana daya ingat dan kesadaran klien terhadap keadaannya. Hal ini saya lakukan dengan menanyakan nama panggilannya, pernah
bersekolah dimana, siapa nama ayah dan ibunya, siapa nama tetangganya, memintanya untuk menulis tempat yang pernah ia
kunjungidan menjelaskan melaui rute apa saja agar dapat menuju kesana.
Walaupun terlihat bingung, namun keinginan pasien untuk menjawab dan berusaha mengingat merupakan nilai plus dalam
kelancaran pemberian intervensi tersebut.
Hari/Tanggal : Selasa / 20 Oktober 2020
Alhamdulillah hari ini adalah hari terakhir video ini diupload. Yang berarti tinggal satu kali lagi tugas membuat askep, SPTK,
API dan membuat video dikerjakan. Tinggal satu hari lagi, kalimat itu yang terus terngiang-ngiang difikiran saya, membuat saya
semakin bersemangat untuk mengerjakantugas tersebut. Baiklah video terakhir ini membahas tentang video yang sebenarnya kami
semua sudah dapat memprediksinya, karena tinggal 1 diagnosa lagi yang akan kami angkat sebagai diagnosa utama menyusul 6
diagnosa sebelumnya.
Iya benar, hari ini video yang diunggah bu Putri membahas mengenai Defisit Perawatan Diri. Wah..Bu Putri totalitas sekali
ya.. membuat videonya, berkali-kali saya kagum dibuatnya, bagaimana tidak, penampilan tokoh di dalamvideo benar-benar
menggambarkan keadaan. Rambut yang berantakan dan keras, mata yang sayu, dan kontak mata juga digambarkan secara detail.
Disinidiceritakan pasien mengenakan pakaina berlapis-lapis untuk menutupi tubuhya yang gemuk. Ya,,,pasien merasa tubuhnya
gemuk, pasien juga merasa wajahnya jelek, tidak berguna, tidak bisa melakukan apa-apa, pasien tidak menyukai tubuh dan
wajahnya. Pasien juga tidak menyukai rambutnya. Sungguh kombinasi DPD dan HDR yang keren ya.
Jadi didalamvideo ini diceritakan bahwa klien sebentar lagi akan pulang ke ruamhnya, namun pasien ini tidak dapat merawat
dirinya dengan baik. Pasien juga emiliki harga diri yang rendah. Setelah ditelusuri ternyata pencetusnya adalah faktor lingkungan.
Pasien merupakan seorang anak tunggal sehingga membuat kedua orang tuanya begitu over protective kepadanya. Untuk pergi keluar
rumah bersama temannya saja klien selalu dicurigai. Akibatnya bisa ditebak, klien jadi kurang berinteraksi dengan kehidupan sosial,
mengurug diri di kamar dan tersebut membuat ia lama-kelamaan menjadi stress. Psien tidak melakukan pekerjaan rumah apapun,
yang ia lakukan hanya mengurung diri di rumah, yang lebih parahnya, ia sampai tidak mau mandi dan makan sehingga membut ia
dibawa oleh orang tuanya ke rumah sakit ini.
Defisist Perawatan Diri adalah sikap tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri (SDKI, 2016).
Defisit Perawatan Diri meliputi ketidakmampuan dalam melakukan kebersihan diri, berpakaian, makan dan minum, eliminasi dan
lingkungan. Defisit perawatan Diri : kebersihan diri adalah ketidakmampuan melakukan pembersihan diri secara seksama dan
mandiri. Defisit peraatan diri : berpakaian adalah ketidakmampuan untuk mengenakan atau melepas pakaian secara mandiri
(NANDA-I, 2018). Defisit Perawatan Diri : makan dan minum adalah ketidakmampuan makan secara mandiri (NANDA-I, 2018).
Defisit Perawatan Diri : eliminasi adalah ketidakmampuan untuk melakukan secara mandiri tugas yang berkaitan dengan eliminasi
fekal dan urine (NANDA-I, 2018).
Sungguh, hal malang yang terjadi di diri klien tidak semata-mata disebabkan oleh keinginan klien sendiri melainkan karena
pengaruh lingkungandan pola asuh yang diberikan kepadanya ditambah puladengan koping klien menuju maladaptif dan kurangnya
suporting dari keluraga semakin memicu klien mengalami hal tersebut.
Daftar Pustaka
Keliat, Budi Anna [et al]. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Hari/Tanggal : Rabu / 21 Oktober 2020
Hari ini adalah hari akhir pembuatan video, namun hari ini juga hari dimana terdapat tugas kelompok kritisi jurnal. Karena
kami sibuk dengan tugas individu, kami baru sempat untuk mengerjakan makalah kritisi jurnal hari ini, tepat h- berapa jam sebelum
presentasi.
Sebenarnya dari tadi malam kami sudah ribut-ribut di grub,membahas tentang tema apa yang akan diambil, jurnal apa yang
akan dipilih dan intervensi apa yang tepat untuk diberikan. Masing-masing dari kami mengirimkan barang 1-2 jurnal setiap
orangnya.Namun kami masih tetap bingung untuk memilihnya. Bingung mana jurnal yang tepat yang bisa kami analisis dengan
mudah dan merupakan jurnal terbaru. Hingga akhirnya baru pagi ini kami berhasil memilih jurnal yang sesuai dengan keinginan
kami. Jurnalyang kami ambil berjudul “Pengaruh Terapi Psikoreligius : Dzikir dalam Mengontrol Halusinasi Pendengaran pada
Pasien Skizofrenia yang Muslim di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau”.
Setelah memilih jurnal, kami mulai membagi-bagi tugas, siap yang mengerjakan,bagian 1,2,3 hingga seterusnya, tidak lupa
kami juga mencabut undi siapa yang mendapat giliran untuk presentasi. Dan ternyata Bang Rahmat yang tidak beruntung terpilih
untuk maju dan menyelesikan presentasi. Untuk mempercepat waktu, kami mekai sistem bergiliran,dimulai dari mikha yang
mengerjakan bagian satu, kemudian hasil dari mikha dikirimkan ke bang rahmat, setelah bang rahmat selesai mengerjakan dikirim ke
kiki, kemudian ke saya, dari saya ke niar, kemudian ke tari, ke gangsar dan terakhir mohlisin.
Dari hasil kritisi jurnal tersebut dijelaskan bahwa pada abstrak telah tergambar dengan jelasdan memenuhi unsur introduction,
method, result dan disus serta jumlah kata tidak lebih dari 200 kata.Variabelnya sudah jelas namun tidak dijelaskan komponen dari
variabel tersebut. Dampak penelitian juga tidak dijelaskan secara rinci.
Setelah seminar berlangsung, banyak sekali ilmu yang saya dapatkan dari teman-teman saya, memang tidak dijelaskan secara
gamblang apakah pemberian intervensi tersebutefektif diberikan pada pasien di daerah yang bersangkutanseperti di Kalimantan Barat
ini. Mengangkat jurnal yang ditujukanuntuk supportive care atau tenaga medis juga dianggap kurang tepat karena disini yang perlu
kita analisis adalah pada pasien gangguan jiwa tersebut.
Daftar Pustaka
Gasril,Pratiwi, Suryani dan Hepipi Sasmita.(2020). Pengaruh Terapi Psikoreligius: Dzikir dalam mengontrol Halusinasi Pada
Pasien Skizofrenia yang Muslim di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau.Jurnal ilmiah univrsitas batang hari jambi.
ISSN:1411-8939. EISSN: 2549-4236. DOI 103308/JIUBJ.V2013.1063.
Hari/Tanggal : Kamis / 22 Oktober 2020
Pagi ini kami begitu sibuk, diawali dengan briefing pagi dan gladi bersih yang diadakan satu jam sebelum acara penyuluhan
utama dimulai. Saya begitu deg-deg an, bagaimana tidak ini adalah perwujudan dari acara yang telah kami rencanakan jauh-jauh hari.
Dimana kami selalu rapat setiap malamnya untuk membahas setaipkekurangan-kekurangan yang ada dan meminimalisir kesalahan
yangakan terjadisaat acara. Saat ini saya yang bertanggung jawab dalam penyusunan proposal acara ini. Saya dan tim saya harus bisa
menyelesaikan proposal sebelum hari h. Dan alhmdulillah berkat kerjasama yang baik, kami dapat menyelesaikannya.
Selanjutnya ini adalah tugas bagian acara dan humas. Bukan berarti kami tidak ada tugas, hanya saja kami lebih bekerja
dibelakang layar. Saya sangat senang saat saya lihat antusiasme peserta yang baik,respon yang koorperatif dan keingintahuan peserta
yang begitu besar. Pada penyuluhan kali ini, kami membahas tentang cara mengatasi kecemasan pada siswa dan mahasiswa di masa
pandemi. Dimana dampak daripandemi ini adalah perubahan sistem belajar yang awalnya bertatap muka menjadi daring/online.
Pembelajaran yang dilakukan secara daring memiliki beberapa kelebihan dalam penerapannya. Pembelajaran daring
membuat kegiatan belajar mengajar menjadi dapat dijangkau dari berbagai waktu dan tempat (Shukla, Dosaya, Nirban & Vavilala,
2020). Penggunaan media daring juga memungkinkan siswa untuk mendapatkan informasi yang lebih luas melalui internet (Hastini,
Fahmi, & Lukito, 2020). Pemanfaatan teknologi ini dianggap sangat membantu dalam melangsungkan pembelajaran selama
pembatasan sosial di masa pandemi COVID-19 (Pakpahan & Fitriani, 2020). Namun, pemeblajaran online ini juga memiliki dampak.
Dampak akibat sistem pembelajaran ini bagi mahasiswa adalah kecemasan yang bisa menyebabkan terjadinya penurunan prestasi.
Pembelajaran daring mahasiswa merasa cemas karena harus menyesuaikan kuliah daring ini dengan aplikasi-aplikasi yang belum
pernah digunakan sebelumnya. Mereka merasa cemas karena dengan kuliah daring ini lebih banyak tugas dibandingkan dengan
pengajaran mata kuliahdan juga dengan pembelajaran daring ini apakah mereka bisa mendapatkan IPK dengan baik (Eko Putra,
2020).
Harapan saya setelah ini, peserta yang mengikuti penyuluhan tau bagaimanakah hal yang tepat dalam manajemen ansietas
sehinggatingkat kecemasan itu sendiri dapat menurun.
Daftar Pustaka
Hasanah, Uswatun., Ludiana., Immawati., dan P, Livana H. (2020). Gambaran Psikologis Mahasiswa dalam Proses Pembelajaran
Selama Pandemi COVID-19. Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 3, Agustus 2020, Hal 299 – 306 I p-ISSN2338-2090 e-
ISSN 2655-8106
Hari/Tanggal : Sabtu / 24 Oktober 2020
Alhamdulillah hari ini adalah hari terakhir saya dalam menjalani stase jiwa ini. Banyak yang sudah saya lalui. Baik suka
maupun dukanya. Banyak pula pelajaran yang bisa saya ambil selama perjalannya. Dari sini pula saya belajar bahwa saya masih
sangat –sangat jauh dari kata menguasai, masih banyak hal-hal yang tidak saya ketahui selama pembelajaran stase jiwa ini. Walaupun
ada plus minusnya karena online, namun hal ini tetap memberikan tambahan ilmu pula untuk saya.
Penutupan tugas hari ini adalah pembuatan laporan akhir. Yaitu tugas-tugas yang selama ini dikerjakan selama stase jiwa
dikumpulkan dan dijadikan satu dalam bentuk makalah. Baru 300 halaman dan baru setengah perjalanan saya mengerjakannya.
Semoga saya dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Terima kasih Bu Putri dan Pak Faisal atas ilmunya yang bermanfaat, atas bimbingannya juga selama ini. Maaf jika kami
khususnya saya masih sering mengecewakan ibu dan bapak.Semoga sukses selalu ya pak, bu. Wassalammualaikum Warahmatullahi
Wabarokatuh.
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
1. Isolasi Sosial merupakan kesendirian yang dialami oleh individu dan dianggap timbul karena orang lain serta sebagai suatu keadaan
2. Risiko Bunuh Diri merupakan keadaanrentanterhadap menyakiti diri sendiri dan cedera yangmengancam (NANDA-I, 2018).
Tindakan mengakhiri hidupnya berupa isyarat, ancaman dan percobaan bunuh diri (Stuart, Keliat, Pasaribu, 2016).
3. Waham merupakan keyakinanklien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetap dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis
4. Harga Diri Rendah merupakan evaluasi diri negative yang berkembang sebagai respon diri terhadap hilangnya atau berubahnya
perawatan diri pada seseorang yang sebelumnya memiliki evaluasi diri negative (Wahyuni,2017).
5. Risiko Perilaku Kekerasan adalah rentan melakukan perilaku yang menunjukan dapat membahayakan orang lain secara fisik dan
pengecapan terhadapan sumber yang tidak nyata (Keliat & Akemat, 2007; Stuart, Keliat & Pasaribu, 2017).
7. Defisit Perawatan Diri adalah ketidakmampuan untukmengenakan atau melepas pakaian secara mandiri (NANDA-I, 2018).
8. Kritisi jurnal intervensi pada pasien dengan gangguan jiwa adalah melakukan analisis jurnal secara lebihmendalam dan terperinci
9. Penyuluhan Kepada masyarakat dengan tema “Mengatasi Kecemasan pada Mahasiswa dan Siswa Selama Masa Pandemi telah
dipersiapkan secara maksimaldan mendapat antusiasmeyangcukuptinggi dari peserta, panitia telahmempersiapkan secara maksimal
6.2 Saran
Diharapkan agar hasil penyusunan laporan akhir ini dapat dijadikan referensi dalam pemberian asuhan keperawatan, pemberian SPTK,
API maupun referensi untuk kritisi jurnal dan penyuluhan bagi ners selanjutnya.