Anda di halaman 1dari 30

BAGIAN ILMU FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN September 2022


UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU

INFANTICIDE
(PEMBUNUHAN ANAK SENDIRI)

Oleh:
Maghfira Rusmiady (15 19 777 14 362)

Pembimbing:
dr. Nasrun, S.H , M.Biomed

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
KEDOKTERAN PENCEGAHAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2022

1
HALAMAN PENGESAHAN

Nama/No. Stambuk : Maghfira Rusmiady (15 19 777 14 362)

Fakultas : Kedokteran

Program Studi : Pendidikan Dokter

Universitas : Alkhairaat

Judul Referat :Infanticide ( Pembunuhan anak sendiri)

Bagian : IKK-IKP

Ilmu Forensik dan Medikolegal


Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran
Universitas Alkhairaat

Palu, September 2022

BAB I

2
1.1. Pendahuluan

Anak adalah buah hati yang sangat berharga bagi setiap keluarga, sebagai

pewaris dan penerus kedua orang tuanya. Sedangkan, seorang ibu adalah sosok

yang penuh kasih sayang, apapun dikorbankan demi anaknya. Oleh karena itu,

seorang anak harus mendapatkan perlindungan baik saat masih dalam kandungan

maupun setelah dilahirkan. Namun, sekarang ini berita-berita tentang

ditemukannya bayi yang baru lahir dalam keadaan meninggal karena dibunuh oleh

ibunya, seringkali dijumpai di media massa.1

Kasus pembunuhan terhadap bayi yang baru lahir telah dikenal sejak

dahulu dan terjadi dimana saja. Pembunuhan anak sendiri adalah suatu bentuk

kejahatan terhadap nyawa dimana kejahatan ini bersifat unik. Keunikan tersebut

dikarenakan pelaku pembunuhan haruslah ibu kandungnya sendiri dan alasan atau

motivasi untuk melakukan kejahatan tersebut adalah karena ibu kandungnya takut

ketahuan bahwa dia telah melahirkan anak, salah satunya karena anak tersebut

adalah hasil hubungan gelap. Selain itu, keunikan lainnya adalah saat

dilakukannya tindakan menghilangkan nyawa anaknya, yaitu saat anak dilahirkan

atau tidak lama kemudian. Patokannya dapat dilihat apakah sudah atau belum ada

tanda-tanda perawatan, dibersihkan, dipotong tali pusat, atau diberikan pakaian.2

Saat dilakukannya kejahatan tersebut, dikaitkan dengan keadaan mental

emosional dari ibu, seperti rasa malu, takut, benci, serta rasa nyeri bercampur

aduk menjadi satu, sehingga perbuatannya dianggap dilakukan tidak dalam

keadaan mental yang tenang, sadar, serta dengan perhitungan yang matang.2

3
Untuk dapat menuntut seorang ibu telah melakukan tindak pidana

pembunuhan anak sendiri, haruslah terbukti bahwa bayi tersebut hidup pada saat

dilahirkan. Sebagai dokter forensik, tanda-tanda kehidupan sudah tidak ditemukan

lagi pada saat otopsi. Tanda yang masih dapat ditemukan adalah tanda pernah

bernapas di luar rahim. Hal tersebut menjadi sulit bila saat otopsi dilakukan,

jenazah bayi sudah berada dalam keadaan membusuk. Kesulitan juga dijumpai

pada saat menentukan sebab kematian bayi. Pada umumnya tidak terdapat

keterangan apapun mengenai jalannya persalinan dan keadaan bayi setelah

dilahirkan. Bila ditemukan tanda kematian akibat asfiksia, maka penyebabnya

harus ditentukan karena penyebab asfiksia tersebut adalah penyebab kematian

bayi.3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

4
2.1 Definisi dan Batasan Pengertian Pembunuhan Anak Sendiri

Pembunuhan anak sendiri (infanticide) adalah pembunuhan yang

dilakukan oleh seorang ibu atas anak kandungnya pada saat lahir atau tidak lama

kemudian karena takut ketahuan telah melahirkan anak. Dengan demikian

berdasarkan pengertian di atas, persyaratan yang harus dipenuhi dalam kasus

pembunuhan anak, adalah:

1. Pelaku adalah ibu kandung.

2. Korban adalah anak kandung.

3. Alasan melakukan tindakan tersebut adalah takut ketahuan telah melahirkan

anak.

4. Waktu pembunuhan, yaitu tepat pada saat melahirkan atau beberapa saat

setelah melahirkan.4

Untuk itu, dengan adanya batasan yang tegas tersebut, suatu pembunuhan

yang tidak memenuhi salah satu kriteria di atas tidak dapat disebut sebagai

pembunuhan anak, melainkan suatu pembunuhan biasa.4

2.2 Dasar Hukum Menyangkut Pembunuhan Anak Sendiri

Dalam KUHP, pembunuhan anak sendiri tercantum di dalam bab

kejahatan terhadap nyawa orang. Adapun bunyi pasalnya adalah:

Pasal 341. Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak

pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas

nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri dengan pidana penjara

paling lama tujuh tahun.

5
Pasal 342. Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan

karena takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak

dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anak sendiri dengan

rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

Pasal 343. Bagi orang lain yang turut serta melakukan kejahatan yang

diterangkan dalam pasal 342 KUHP diartikan sebagai pembunuhan atau

pembunuhan berencana.5

Berdasarkan undang-undang tersebut, dapat dilihat adanya tiga faktor

penting, yaitu:

 Ibu, yaitu hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan

pembunuhan anak sendiri. Tidak dipersoalkan apakah ibu telah menikah atau

belum. Sedangkan, bagi orang lain yang melakukan atau turut membunuh

anak tersebut dihukum karena pembunuhan atau pembunuhan berencana,

dengan hukuman yang lebih berat, yaitu 15 tahun penjara (pasal 338

pembunuhan tanpa rencana), atau 20 tahun, seumur hidup/hukuman mati

(pasal 339 dan 340, pembunuhan dengan rencana).

 Waktu, yaitu dalam undang-undang tidak disebutkan batasan waktu yang

tepat, tetapi hanya dinyatakan “pada saat dilahirkan atau tidak lama

kemudian“. Sehingga boleh dianggap pada saat belum timbul rasa kasih

sayang seorang ibu terhadap anaknya. Bila rasa kasih sayang sudah timbul

maka ibu tersebut akan merawat dan bukan membunuh anaknya.

6
 Psikis, yaitu ibu membunuh anaknya karena terdorong oleh rasa ketakutan

akan diketahui orang lain telah melahirkan anak itu, biasanya anak yang

dilahirkan tersebut didapatkan dari hubungan tidak sah.5

Bila ditemukan mayat bayi di tempat yang tidak semestinya, misalnya

tempat sampah, got, sungai dan sebagainya, maka bayi tersebut mungkin adalah

korban pembunuhan anak sendiri (pasal 341, 342), pembunuhan (pasal 338, 339,

340, 343), lahir mati kemudian dibuang (pasal 181), atau bayi yang ditelantarkan

sampai mati (pasal 308).5

2.3 Peran Dokter pada Kasus Pembunuhan Anak Sendiri

Peran dokter pada kasus pembunuhan anak sendiri adalah memeriksa

jenazah bayi. Dokter akan diminta oleh penyidik secara resmi guna membantu

penyidikan untuk memperoleh kejelasan di dalam hal sebagai berikut:

1. Apakah anak tersebut dilahirkan hidup atau lahir mati?

2. Apakah terdapat tanda-tanda perawatan?

3. Apakah ada luka-luka yang dapat dikaitkan dengan penyebab

kematian?2,5

Visum et Repertum (VeR) itu juga mengandung makna sebagai pengganti

barang bukti. Oleh karena itu, segala hal yang terdapat dalam barang bukti, dalam

hal ini yaitu tubuh anak, harus dicatat dan dilaporkan. Dengan demikian, selain

ketiga kejelasan di atas, masih ada dua hal lagi yang harus diutarakan dalam VeR,

yaitu:

4. Apakah anak yang dilahirkan itu cukup bulan dalam kandungan?

7
5. Apakah pada anak tersebut didapatkan kelainan bawaan yang dapat

mempengaruhi kelangsungan hidup bagi si anak?2,5

Untuk memenuhi kriteria pembunuhan anak sendiri, bayi tersebut harus

dilahirkan hidup setelah seluruh tubuhnya keluar dari tubuh ibu (separate

existence). Selain itu, viabilitas dan maturitas bayi juga perlu ditentukan untuk

menerangkan sebab lahir mati. Bila bayi tersebut lahir mati kemudian dibuang,

maka hal tersebut bukanlah kasus pembunuhan anak sendiri, melainkan kasus

lahir mati kemudian dibuang atau menyembunyikan kelahiran dan kematian.5,6

2.3.1 Lahir hidup atau lahir mati

Lahir hidup (live birth) adalah keluar atau dikeluarkannya hasil konsepsi

yang lengkap, yang setelah pemisahan, bernapas atau menunjukkan tanda

kehidupan lain tanpa mempersoalkan usia gestasi, sudah atau belumnya tali pusat

dipotong dan ari dilahirkan.6

Lahir mati (stillbirth) adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar atau

dikeluarkan oleh ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan (baik sebelum

ataupun setelah kehamilan berumur 28 minggu dalam kandungan). Kematian

ditandai oleh janin yang tidak bernapas atau tidak menunjukkan tanda kehidupan

lain seperti denyut jantung, denyut nadi tali pusat atau gerakan otot rangka.5

Tanda-tanda kehidupan pada bayi yang baru dilahirkan adalah pernapasan

(paru mengembang dan terdapat udara dalam lambung atau usus), menangis,

adanya pergerakan otot, sirkulasi darah dan denyut jantung serta perubahan

hemoglobin, isi usus, dan keadaan tali pusat.6

8
1. Pernapasan

Pernapasan spontan terjadi akibat rangsangan atmosfer dan adanya gangguan

sirkulasi plasenta, dan ini menimbulkan perubahan penting yang permanen

pada paru. Pernapasan setelah bayi lahir mengakibatkan perubahan letak

diafragma dan sifat paru-paru.3,6

a. Letak Diafragma

Pada bayi yang sudah bernapas, letak diafragma setinggi iga ke-5

atau ke-6. Sedangkan pada yang belum bernapas setinggi iga ke-3 atau ke-

4.3

b. Gambaran Makroskopik Paru

Paru-paru bayi yang sudah bernapas berwarna merah muda tidak

homogen namun berbercak-bercak (mottled). Konsistensinya adalah

seperti spons dan berderik pada perabaan. Sedangkan, pada paru-paru bayi

yang belum bernapas berwarna merah ungu tua seperti warna hati bayi dan

homogen, dengan konsistensi kenyal seperti hati atau limpa.3

9
c. Uji Apung Paru

Uji apung paru dilakukan dengan teknik tanpa sentuh (no touch

technique), paru-paru tidak disentuh untuk menghindari kemungkinan

timbulnya artefak pada sediaan histopatologik jaringan paru akibat

manipulasi berlebihan.5

Lidah dikeluarkan seperti biasa di bawah rahang bawah, ujung lidah

dijepit dengan pinset atau klem, kemudian ditarik ke arah ventrokaudal

sehingga tampak palatum mole. Dengan scalpel yang tajam, palatum mole

disayat sepanjang perbatasannya dengan palatum durum. Faring, laring,

esophagus bersama dengan trakea dilepaskan dari tulang belakang.

Esofagus bersama dengan trakea diikat di bawah kartilago krikoid dengan

benang. Pengikatan ini dimaksudkan agar pada manipulasi berikutnya

cairan ketuban, mekonium atau benda asing lain tidak mengalir ke luar

melalui trakea; bukan untuk mencegah masuknya udara ke dalam paru.5

Pengeluaran organ dari lidah sampai paru dilakukan dengan forsep

atau pinset bedah dan scalpel, tidak boleh dipegang dengan tangan.

Kemudian esophagus diikat di atas diafragma dan dipotong di atas ikatan.

Pengikatan ini dimaksudkan agar udara tidak masuk ke dalam lambung

dan uji apung lambung-usus (uji Breslau) tidak memberikan hasil

meragukan.5

Setelah semua organ leher dan dada dikeluarkan dari tubuh, lalu

dimasukkan ke dalam air dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam.

Kemudian paru-paru kiri dan kanan dilepaskan dan dimasukkan kembali

10
ke dalam air, dilihat apakah mengapung atau tenggelam. Setelah itu tiap

lobus dipisahkan dan dimasukkan ke dalam air, dan dilihat apakah

mengapung atau tenggelam. Lima potong kecil dari bagian perifer tiap

lobus dimasukkan ke dalam air, diperhatikan apakah mengapung atau

tenggelam.5

Hingga tahap ini, paru bayi yang lahir mati masih dapat mengapung

oleh karena kemungkinan adanya pembusukan. Bila potongan kecil itu

mengapung, letakkan di antara dua karton dan ditekan dengan arah

penekanan tegak lurus jangan digeser untuk mengeluarkan gas

pembusukan yang terdapat pada jaringan interstisial paru, lalu masukkan

kembali ke dalam air dan diamati apakah masih mengapung atau

tenggelam. Bila masih mengapung berarti paru terisi udara residu yang

tidak akan keluar. Namun, terkadang dengan penekanan, dinding alveoli

pada mayat bayi yang telah membusuk lanjut akan pecah dan udara residu

keluar dan memperlihatkan hasil uji apung paru negatif.5

Uji apung paru harus dilakukan menyeluruh sampai potongan kecil

paru mengingat kemungkinan adanya pernapasan sebagian (parsial

respiration) yang dapat bersifat buatan atau alamiah (vagitus uternus atau

vagitus vaginalis) yaitu bayi sudah bernapas walaupun kepala masih

dalam uterus atau dalam vagina).5

Hasil negatif belum berarti pasti lahir mati karena adanya

kemungkinan bayi dilahirkan hidup tapi kemudian berhenti bernapas

meskipun jantung masih berdenyut, sehingga udara dalam alveoli

11
diresorpsi. Pada hasil uji negatif ini, pemeriksaan histopatologik paru

harus dilakukan untuk memastikan bayi lahir mati atau lahir hidup.5

Bila sudah jelas terjadi pembusukan, maka uji apung paru kurang

dapat dipercaya, sehingga tidak dianjurkan untuk dilakukan.5

d. Mikroskopik paru-paru

Setelah paru-paru dikeluarkan dengan teknik tanpa sentuh, dilakukan

fiksasi dengan larutan formalin 10 %. Sesudah 12 jam, dibuat irisan

melintang untuk memungkinkan cairan fiksatif meresap dengan baik ke

dalam paru. Setelah difiksasi selama 48 jam, kemudian dibuat sediaan

histopatologik. Biasanya digunakan perwarnaan HE dan bila paru telah

membusuk digunakan pewarnaan Gomori atau Ladewig.5

Struktur seperti kelenjar bukan merupakan ciri paru bayi yang belum

bernapas, tetapi merupakan ciri paru janin yang belum mencapai usia

gestasi 26 minggu. Tanda khas untuk paru janin belum bernapas adalah

adanya tonjolan (projection) yang berbentuk seperti bantal (cushion-like)

yang kemudian akan bertambah tinggi dengan dasar menipis sehingga

akan tampak seperti gada (club-like). Pada permukaan ujung bebas

projection tampak kapiler yang berisi banyak darah. Pada paru bayi belum

bernapas yang sudah membusuk dengan perwarnaan Gomori atau

Ladewig, tampak serabut-serabut retikulin pada permukaan dinding alveoli

berkelok-kelok seperti rambut yang keriting, sedangkan pada projection

12
berjalan di bawah kapiler sejajar dengan permukaan projection dan

membentuk gelung-gelung terbuka (open loops).5

Pada paru bayi yang lahir mati mungkin pula ditemukan tanda inhalasi

cairan amnion yang luas karena asfiksia intrauterin, misalnya akibat

tertekannya tali pusat atau solusio plasenta sehingga terjadi pernapasan

janin prematur (intrauterine submersion). Tampak sel-sel verniks akibat

deskuamasi sel-sel permukaan kulit, berbentuk persegi panjang dengan inti

piknotik berbentuk huruf “S”, bila dilihat dari atas samping terlihat seperti

bawang. Juga tampak sel-sel amnion bersifat asidofilik dengan batas tidak

jelas dan inti terletak eksentrik dengan batas yang juga tidak jelas.5

Mekonium yang berbentuk bulat berwarna jernih sampai hijau tua

mungkin terlihat dalam bronkioli dan alveoli. kadang-kadang ditemukan

deskuamasi sel-sel epitel bronkus yang merupakan tanda maserasi dini,

atau fagositosis mekonium oleh sel-sel dinding alveoli.5

Lahir mati ditandai pula oleh keadaan yang tidak memungkinkan

terjadinya kehidupaan seperti trauma persalinan yang hebat, perdarahan

otak yang hebat, dengan atau tanpa robekan tentorium serebeli, pneumonia

intrauterin, kelainan kongenitasl yang fatal seperti anensefalus.5

13
Adapun ringkasan perbedaan dari pemeriksaan paru:4,6

n
No. Paru belum bernapas Paru sudah bernapas
1 Volume kecil, kolaps,
Volume 4-6x lebih besar, sebagian
1. menempel pada vertebra,
menutupi jantung, konsistensi seperti
konsistensi padat, tidak ada
karet busa (ada krepitasi)
krepitasi
2
Tepi paru tajam Tepi paru tumpul
2.
3 Warna homogen, merah
Warna merah muda
3. kebiruan/ungu
5 Kalau diperas di bawah
4. permukaan air tidak keluar
gelembung gas atau bila sudah Gelembung gas yang keluar halus dan
ada pembusukan rata ukurannya.
gelembungnya besar dan tidak
rata.
6 Tidak tampak alveoli yang Tampak alveoli, kadang-kadang
5. berkembang pada permukaan terpisah sendiri
6 Kalau diperas hanya keluar Bila diperas keluar banyak darah
6. darah sedikit dan tidak berbuih berbuih walaupun belum ada
(kecuali bila sudah ada pembusukan (volume darah dua kali
pembusukan) volume sebelum napas.
8 Berat paru kurang lebih 1/70 Berat paru kurang lebih 1/35 BB
7. BB
8 Seluruh bagian paru tenggelam Bagian-bagian paru yang mengembang
8. dalam air terapung dalam air.

2. Menangis

Bernapas dapat terjadi tanpa menangis, tetapi menangis tidak dapat terjadi

tanpa bernapas. Suara tangis yang terdengar belum berarti bayi tersebut lahir

hidup karena suara tangisan dapat terjadi dalam uterus atau dalam vagina.

Yang merangsang bayi menangis dalam uterus adalah masuknya udara dalam

uterus dan kadar oksigen dalam darah menurun dan atau kadar CO 2 dalam

darah meningkat.4,6

14
3. Pergerakan Otot

Keadaan ini harus disaksikan oleh saksi mata, karena post mortem tidak

dapat dibuktikan. Kaku mayat dapat terjadi pada bayi yang lahir hidup

kemudian mati maupun yang lahir mati.4,6

4. Peredaran Darah, Denyut Jantung, dan Perubahan pada Hemoglobin

Meliputi bukti fungsional yaitu denyut tali pusat dan detak jantung

(harus ada saksi mata) dan bukti anatomis yaitu perubahan-perubahan pada Hb

serta perubahan dalam duktus arteriosus, foramen ovale dan dalam duktus

venosus (cabang vena umbilicalis yang langsung masuk vena cava inferior).4

Bila ada yang menyaksikan denyut nadi tali pusat/detak jantung pada

bayi yang sudah terlahir lengkap, maka ini merupakan bukti suatu kelahiran

hidup. Foramen ovale tertutup bila telah terjadi pernapasan dan sirkulasi (satu

hari sampai beberapa minggu). Duktus arteriosus perlahan-lahan menjadi

jaringan ikat (paling cepat dalam 24 jam) Duktus venosus menutup dalam 2-3

hari sampai beberapa minggu.4

5. Isi Usus dan Lambung

Bila dalam lambung bayi ditemukan benda asing yang hanya dapat masuk

akibat reflek menelan, maka ini merupakan bukti kehidupan (lahir hidup).

Udara dalam lambung dan usus dapat terjadi akibat pernapasan wajar,

pernapasan buatan, atau tertelan. Keadaan-keadaan tersebut tidak dapat

dibedakan. Cara pemeriksaan yaitu esophagus diikat, dikeluarkan bersama

lambung yang diikat pada jejunum lekuk pertama, kemudian dimasukkan ke


15
dalam air. makin jauh udara usus masuk dalam usus, makin kuat dugaan

adanya pernapasan 24-48 jam post mortem, mekonium sudah keluar semua

seluruhnya dari usus besar.4,6

6. Keadaan Tali Pusat

Yang harus diperhatikan pada tali pusat adalah pertama ada atau tidaknya

denyut tali pusat setelah kelahiran. Ini hanya dapat dibuktikan dengan saksi

mata. Kedua, pengeringan tali pusat, letak dan sifat ikatan, bagaimana tali

pusat itu di putus (secara tajam atau tumpul).4,6

7. Keadaan Kulit

Tidak satupun keadaan kulit yang dapat membuktikan adanya kehidupan

setelah bayi lahir, sebaliknya ada satu keadaan yang dapat memastikan bahwa

bayi tersebut tidak lahir hidup yaitu maserasi, yang dapat terjadi bila bayi

sudah mati di dalam uterus beberapa hari (8-10 hari). Hal ini harus dibedakan

dengan proses pembusukan yaitu pada maserasi tidak terbentuk gas karena

terjadi secara steril. Kematian pada bayi dapat terjadi waktu dilahirkan,

sebelum dilahirkan atau setelah terpisah sama sekali dari ibu.4,6

Kematian pada bayi dapat terjadi saat bayi dilahirkan, sebelum

dilahirkan, atau setelah terpisah sama sekali dari si ibu. Bukti kematian dalam

kandungan adalah:

a. Ante partum rigor mortis yang sering menimbulkan kesulitan waktu

melahirkan
16
b. Maserasi, yaitu perlunakan janin dalam air ketuban dengan ciri-ciri:

 Warna merah kecoklatan (pada pembusukan warnanya hijau).

 Kutikula putih, sering membentuk bula berisi cairan kemerahan.

 Tulang-tulang lentur dan lepas dari jaringan lunak.

 Tidak ada gas, baunya khas.

 Maserasi ini terjadi bila bayi sudah mati 8-10 hari dalam kandungan.4

2.3.2 Tanda Perawatan

Penentuan ada tidaknya tanda perawatan sangat penting artinya dalam

kasus pembunuhan anak. Keadaan baru lahir dan belum dirawat merupakan

petunjuk dari bayi tersebut tidak lama setelah dilahirkan. Menurut Ponsold, bayi

baru lahir (neugeborenen) adalah bayi yang baru dilahirkan dan belum dirawat.

Jika sudah dirawat, maka bayi itu bukan bayi baru lahir dan tidak dapat disebut

sebagai pembunuhan anak sendiri.3,5

Adapun anak yang baru dilahirkan dan belum mengalami perawatan dapat

diketahui dari tanda-tanda sebagai berikut:

 Tubuh masih berlumuran darah.

 Ari-ari (plasenta) masih melekat dengan tali pusat dan masih berhubungan

dengan pusat (umbilikus).

 Bila ari-ari tidak ada, maka ujung tali pusat tampak tidak beraturan, hal ini

dapat diketahui dengan meletakkan ujung tali pusat tersebut ke permukaan

air.

17
 Adanya lemak bayi (vernix caseosa), pada daerah dahi serta di daerah yang

mengandung lipatan-lipatan kulit, seperti daerah lipat ketiak, lipat paha dan

bagian belakang bokong.3,5

Gambar 1. Tali Pusat Belum Terpotong dan Masih Terhubung dengan

Ari-Ari.

2.3.3 Viabilitas

Bayi yang viable adalah bayi yang sudah mampu untuk hidup di luar

kandungan ibunya atau sudah mampu untuk hidup terpisah dari ibunya (separate

existence). Viabilitas mempunyai beberapa syarat, yaitu:

a. Umur ≥ 28 minggu dalam kandungan.

b. Panjang badan ≥ 35 cm.

c. Berat badan ≥ 2500 gram.

d. Tidak ada cacat bawaan yang berat.

e. Lingkaran fronto-ocipital ≥ 32 cm.3,4

18
Selain itu, juga dilihat adanya kelainan bawaan yang dapat mempengaruhi

kelangsungan hidup bayi, seperti kelainan jantung (ASD, VSD), otak (anensefalus

atau mikrosefalus), dan saluran pencernaan (stenosis esophagus, gastroskizis).2

2.3.4 Cukup Bulan dalam Kandungan

Bayi yang cukup bulan (matur, term) adalah bayi yang lahir setelah

dikandung selama 37 minggu atau lebih tetapi kurang dari 42 minggu penuh.

Pengukuran bayi cukup bulan dapat dinilai dari:

 Ciri-ciri eksternal

 Daun telinga

Pada bayi yang lahir cukup bulan, daun telinga menunjukkan

pembentukan tulang rawan yang sudah sempurna, pada helix teraba

tulang rawan yang keras pada bagian dorsokranialnya dan bila dilipat

cepat kembali ke keadaan semula.3

 Susu

Pada bayi yang matur putting susu sudah berbatas tegas, areola

menonjol diatas permukaan kulit dan diameter tonjolan susu itu 7

milimeter atau lebih.3

19
 Kuku jari tangan

Kuku jari tangan sudah panjang, melampaui ujung jari, ujung

distalnya tegas dan relatif keras sehingga terasa bila digarukkan pada

telapak tangan pelaku autopsi. Kuku jari kaki masih relatif pendek.

Pada bayi yang prematur kuku jari tangan belum melampaui ujung jari

dan relatif lebih lunak sehingga ujungnya mudah dilipat.3

 Garis telapak kaki

Pada bayi yang matur terdapat garis-garis pada seluruh telapak

kaki, dari depan hingga tumit. Yang dinilai adalah garis yang relatif

lebar dan dalam. Dalam hal kulit telapak kaki itu basah maka dapat

juga tampak garis-garis yang halus dan superfisial.3

 Alat kelamin luar

Pada bayi laki-laki matur, testis sudah turun dengan sempurna

yakni pada dasar skrotum dan rugae pada kulit skrotum sudah lengkap.

Pada bayi perempuan yang matur, labia minor sudah tertutup dengan

baik oleh labia mayor.3

 Rambut kepala

Rambut kepala relatif kasar, masing-masing helai terpisah satu

sama lain dan tampak mengkilat. Batas rambut pada dahi jelas. Pada

bayi yang prematur rambut kepala halus seperti bulu wol atau kapas,

masing-masing helai sulit dibedakan satu sama lain dan batas rambut

pada dahi tidak jelas.3

20
 Skin opacity

Pada bayi matur, jaringan lemak bawah kulit cukup tebal sehingga

pembuluh darah yang agak besar pada dinding perut tidak tampak atau

tampak samar-samar. Pada bayi prematur pembuluh-pembuluh

tersebut tampak jelas.3

 Processus xiphoideus

Pada bayi yang matur processus xiphoideus membengkok ke

dorsal, sedangkan pada yang prematur membengkok ke ventral atau

satu bidang dengan korpus manubrium sterni.3

 Alis mata

Pada bayi yang matur, alis mata sudah lengkap, yakni bagian

lateralnya sudah terdapat, sedangkan pada yang prematur bagian itu

belum terdapat.3

 Pusat penulangan

 Pusat-pusat penulangan khususnya pada tulang paha (femur)

mempunyai arti yang cukup penting. Bagian distal femur dan

proksimal tibia akan menunjukkan pusat penulangan pada umur

kehamilan 36 minggu. Demikian juga pada cuboideum dan cuneiform.

Sedangkan, talus dan calcaneus pusat penulangan akan tampak pada

umur kehamilan 28 minggu.

21
 Penaksiran umur gestasi

 Rumus De Haas

Menurut rumus De Haas, untuk 5 bulan pertama panjang kepala-tumit

dalam sentimeter adalah sama dengan kuadrat angka bulan. Untuk 5

bulan terakhir, panjang badan adalah sama dengan angka bulan

dikalikan dengan angka 5.3

 Rumus Arey

Menggunakan panjang kepala, tumit dan bokong.

Umur (bulan) = panjang kepala - tumit (cm) x 0,2

Umur (bulan) = panjang kepala - bokong (cm) x 0,3.3

 Rumus Finnstrom

Menggunakan panjang lingkar kepala oksipito-frontal.

Umur gestasi = 11,03 + 7,75 (panjang lingkar kepala)3

2.3.5 Penyebab Kematian

Bila terbukti bayi lahir hidup (sudah bernafas), maka harus ditentukan

penyebab kematiannya. Bila terbukti bayi lahir mati (belum bernafas) maka

ditentukan sebab lahir mati atau sebab mati antenatal atau sebab mati janin (fetal

death).3

Ada berbagai penyebab kematian pada bayi, yaitu:

a. Kematian wajar

1. Kematian secara alami

 Imaturitas

22
Terjadi jika bayi yang lahir belum cukup matang dan mampu hidup

di luar kandungan sehingga mati setelah beberapa saat sesudah

lahir.

 Penyakit kongenital

Seringkali terjadi jika ibu mengalami sakit ketika sedang

mengandung seperti sifilis, tifus, campak sehingga anak memiliki

cacat bawaan yang menyebabkan kelainan pada organ internal

seperti paru-paru, jantung dan otak.

2. Perdarahan

Perdarahan dapat terjadi dari umbilikus, perut, anus dan organ genital.

3. Malformasi

Kadangkala bayi tumbuh dengan kondisi organ tubuh yang tidak

lengkap seperti anensefali. Jika kelainan tersebut fatal, maka bayi tidak

akan bisa bertahan hidup.

4. Penyakit plasenta

Penyakit plasenta atau pelepasannya secara tidak sengaja dari dinding

uterus akan dapat menyebabkan kematian dari bayi dan ibu, dan dapat

diketahui jika sang ibu meninggal dan dilakukan pemeriksaan dalam.

5. Spasme laring

Hal ini dapat terjadi karena aspirasi mekonium ke dalam laring atau

akibat pembesaran kelenjar timus.

23
6. Eritroblastosis fetalis

Ini dapat terjadi karena ibu yang memiliki rhesus negatif mengandung

anak dengan rhesus positif, sehingga darah ibu akan membentuk

antibodi yang menyerang sel darah merah anak dan menyebabkan

lisisnya sel darah merah anak, sehingga menyebabkan kematian anak

baik sebelum maupun setelah kelahiran.

b. Kematian akibat kecelakaan

1. Akibat persalinan yang lama

Ini dapat menyebabkan kematian pada bayi akibat ekstravasasi dari

darah ke selaput otak atau hingga mencapai jaringan otak akibat

kompresi kepala dengan pelvis, walaupun tanpa disertai dengan fraktur

tulang kepala.

2. Jeratan tali pusat

Tali pusat seringkali melingkar di leher bayi selama proses kelahiran.

Hal ini dapat menyebabkan bayi menjadi tercekik dan mati karena

sufokasi.

3. Trauma

Hantaman yang keras pada perut wanita hamil dengan menggunakan

senjata tumpul, terjatuhnya ibu dari ketinggian juga merupakan

penyebab kematian bayi intrauterin. Untuk kasus seperti ini harus

diperiksa tanda-tanda trauma pada ibu.

24
4. Kematian dari ibu

Ketika ibu mati saat proses melahirkan ataupun sebelum melahirkan,

maka anak tidak akan bertahan lama di dalam kandungan sehingga

harus dilahirkan sesegera mungkin. Jika kematian disebabkan oleh

penyakit kronis, seperti perdarahan kronis, maka kesempatan untuk

menyelamatkan nyawa anak sangatlah kecil. Sedangkan jika kematian

disebabkan karena kejadian akut seperti kecelakaan, dimana ibu

sebelumnya sehat, maka kemungkinan untuk menyelamatkan nyawa

bayi lebih besar.

c. Kematian karena tindakan pembunuhan

1. Pembekapan (sufokasi)

Ini merupakan tindakan yang paling sering dilakukan. Bayi baru lahir

sangat mudah dibekap dengan menggunakan handuk, sapu tangan atau

dengan tangan. Dapat juga ditemukan benda asing yang menyumbat

jalan napas, seringkali karena ibu berusaha mencegah agar anak tidak

menangis dan ini justru menyebabkan kematian.

2. Penjeratan (strangulasi)

Penjeratan juga merupakan cara pembunuhan anak yang cukup sering

ditemui. Sering ditemukan tanda-tanda kekerasan yang sangat

berlebihan dari yang dibutuhkan untuk membuat bayi mati. Tanda-

tanda bekas jeratan akan ditemukan di daerah leher disertai dengan

memar dan resapan darah. Kadang juga ditemukan penjeratan dengan

menggunakan tali pusat sehingga terlihat bahwa bayi mati secara alami.

25
3. Penenggelaman (drowning)

Ini dilakukan dengan membuang bayi ke dalam penampungan berisi air,

sungai dan bahkan toilet.

4. Kekerasan tumpul pada kepala

Jika ditemukan fraktur kranium, maka dapat diperkirakan bahwa terjadi

kekerasan terhadap bayi. Pada keadaan panik, ibu memukul kepala bayi

hingga terjadi patah tulang.

5. Kekerasan tajam

Kematian pada bayi baru lahir yang dilakukan dengan melukai bayi

dengan senjata tajam seperti gunting atau pisau dan menyebabkan luka

yang fatal hingga menembus organ dalam seperti hati, jantung dan otak.

6. Keracunan

Jarang dilakukan, tetapi pernah terjadi dimana ditemukan sisa opium

pada putting susu ibu, yang kemudian menyusui bayinya dan

menyebabkan bayi tersebut mati.

Penentuan penyebab kematian dapat ditunjang dari pemeriksaan patologi

anatomi yang diambil dari jaringan tubuh mayat bayi.3

2.4 Pemeriksaan terhadap Pelaku Pembunuhan Anak Sendiri

Pemeriksaan terhadap wanita yang disangka sebagai ibu dari bayi

bersangkutan bertujuan untuk menentukan apakah wanita tersebut baru

melahirkan. Pada pemeriksaan juga perlu dicatat keadaan jalan lahir untuk

menjawab pertanyaan “Apakah mungkin wanita tersebut mengalami partus

presipitatus?”.3
26
1. Tanda telah melahirkan anak

a. Robekan baru pada alat kelamin

b. ostium uteri dapat dilewati ujung jari

c. keluar darah dari rahim

d. ukuran rahim  saat post partum setinggi pusat, 6-7 hari post partum

setinggi tulang kemaluan

e. payudara mengeluarkan air susu

f. hiperpigmentasi aerola mamma

g. striae gravidarum dari warna merah menjadi putih2

2. Berapa lama telah melahirkan

a. ukuran rahim kembali ke ukuran semula 2-3 minggu

b. getah nifas : 1-3 hari post partum berwarna merah

4-9 hari post partum berwarna putih

10-14 hari post partum getah nifas habis

c. robekan alat kelamin sembuh dalam 8-10 hari2

3. Mencari tanda-tanda partus precipitatus

a. robekan pada alat kelamin

b. inversio uteri (rahim terbalik) yaitu bagian dalam rahim menjadi keluar,

lebih-lebih bila tali pusat pendek

c. robekan tali pusat anak yang biasanya terdapat pada anak atau pada

tempat lekat tali pusat. Robekan ini harus tumpul dibuktikan dengan

pemeriksaan histopatologis

27
d. luka pada kepala bayi menyebabkan perdarahan di bawah kulit kepala,

perdarahan di dalam tengkorak2

4. Pemeriksaan histopatologi yaitu sisa plasenta dalam darah yang berasal dari

rahim.2

Upaya membuktikan seorang tersangka ibu sebagai ibu dari anak yang

diperiksa adalah suatu hal yang paling sukar. Beberapa cara dapat digunakan,

yaitu:

1. Mencocokkan waktu partus ibu dengan waktu lahir anak

Si ibu diperiksa, apakah memang baru melahirkan (tinggi fundus uteri,

lochia, kolostrum dan sebagainya). Sedangkan saat lahir si anak dilihat

dari usia pasca lahir ditambah lama kematian.

2. Memeriksa golongan darah ibu dan anak

Hal ini juga sulit karena tidak adanya golongan darah ayah. Ekslusi hanya

dapat ditegakkan bila 2 faktor dominan terdapat bersama-sama pada satu

individu sedang individu lain tidak mempunyai sama sekali. Contohnya

adalah bila golongan AB sedangkan si anak golongan O atau sebaliknya.

Penggunaan banyak jenis golongan darah akan lebih memungkinkan

mencapai tujuan, tetapi oleh karena kendala biaya maka cara ini tidak

merupakan prosedur rutin.

3. Pemeriksaan DNA

Cara ini merupakan cara yang canggih dan membutuhkan dana yang

besar.2,3

28
BAB III

PEMBAHASAN

Pembunuhan anak sendiri (infanticide) adalah pembunuhan yang

dilakukan oleh seorang ibu atas anak kandungnya pada saat lahir atau tidak lama

kemudian karena takut ketahuan telah melahirkan anak. Berdasarkan undang-

undang, terdapat tiga faktor penting mengenai pembunuhan anak sendiri, yaitu

faktor ibu, waktu, dan psikis.

Pemeriksaan kedokteran forensik pada kasus pembunuhan anak atau yang

diduga kasus pembunuhan anak ditujukan untuk memperoleh kejelasan mengenai

anak tersebut dilahirkan hidup atau lahir mati, adanya tanda-tanda perawatan,

luka-luka yang dapat dikaitkan dengan penyebab kematian, anak tersebut

dilahirkan cukup bulan dalam kandungan, dan adanya kelainan bawaan yang

dapat mempengaruhi kelangsungan hidupnya.

Pemeriksaan terhadap kasus pembunuhan anak sendiri dilakukan terhadap

pelaku/tertuduh (ibu kandung yang baru melahirkan) dan korban (bayi yang baru

dilahirkan). Pada ibu, diperiksa tanda telah melahirkan anak, berapa lama telah

melahirkan, adanya tanda-tanda partus precipitates, pemeriksaan golongan darah,

dan pemeriksaan histopatologi terhadap sisa plasenta dalam darah yang berasal

dari rahim. Sedangkan, pada korban diperiksa viabilitas, penentuan umur, pernah

atau tidak pernah bernapas, umur ekstrauterin, dan sebab kematian. Sebab

kematian dapat berupa akibat penyakit, kecelakaan, dan tindakan kriminal.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Hadijah, Siti. 2008. Penegakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan

Pembunuhan Bayi Di Wilayah DIY. Available from: http://eprints.undip.ac.id

(accessed: 2011, Mei 28)

2. Idries, A.M. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Binarupa

Aksara.

3. Budijanto, dkk. 1988.Pembunuhan Anak Sendiri. Jakarta: Bagian Kedokteran

Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

4. Apuranto H, Hoediyanto. 2007. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan

Medikolegal. Surabaya: Bagian Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

5. Budiyanto, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. 1997. Edisi pertama, cetakan

kedua. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Hal. 165 – 176.

6. Hoediyanto. (Last Update: 2008, September 17). Pembunuhan Anak

(Infanticide). Available from: http://www.fk.uwks.ac.id (accessed: 2011, Mei

28)

30

Anda mungkin juga menyukai