Anda di halaman 1dari 15

MID TEST SMF FORENSIK

Pembunuhan Anak Sendiri (Infanticide)

Disusun Oleh: 1. 2. 3. 4. 5. Arif Heru Tripana Bayu Hartomi Tuti Suzaroh Nurrahmi Aisyah Yenny Anggeraini

Pembimbing: 1. Dr. Surjit Singh, MBBS., SpF., DFM 2. Dr. Monang 3. Dr. Nasib

SMF FORENSIK
RUMAH SAKIT UMUM DR. RM. DJOELHAMBINJAI SUMATERA UTARA 2011/2012

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, hanya kepada-Nya kami memuji dan meminta ampun. Penulis yakin bahwa ilmu yang paling tinggi hanyalah ilmu Allah.

Manusia hanya diberikan pengetahuan sedikit saja untuk selalu berzikir dan berfikir, agar dia mengerti tentang ciptaan-Nya. Penulis bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah Yang Mahatunggal dan tak bersekutu. Penulis bersaksi pula bahwa Muhammad adalah hamba dan rasulNya yang Dia utus dengan bekal petunjuk dan agama kebenaran untuk menunjukkan keunggulan agama ini atas ketidak sukaan orang-orang kafir. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua Konsulen di SMF Forensik, dan teman-teman yang berusaha memberikan dorongan baik moril maupun sprituil. Karena penulis yakin bahwa tanpa mereka semua, mungkin makalah ini tidak terselesaikan dengan sempurna. Harapan penulis, semoga makalah yang kami susun ini bisa menjadi noticement terbaik. Selain itu, semoga makalah ini bisa menjadi karya dedikatif yang bermanfaat bagi pribadi penulis maupun teman-teman. Terkhir, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya, mungkin makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, dan masih banyak kekurangannya. Penulis mohon kepada pembaca untuk dapat memberikan keritik dan saran demi agama-agama yang lain,lepas dari

kesempurnaan makalah dimasa-masa yang akan datang.

Binjai, 28 September 2012

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ____________________________________________ i Daftar Isi _________________________________________________ ii BAB I. Pendahuluan _______________________________________ 1 BAB II. Tinjauan Pustaka ___________________________________ 2 2.1. Dasar Hukum Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) _______ 2 2.2. Pemeriksaan Kedokteran Forensik __________________ 3 BAB III. Penutup _________________________________________ 11 3.1. Simpulan _____________________________________ 11 3.2. Saran dan Kritik ________________________________ 11 Daftar Pustaka ___________________________________________ 12

BAB I PENDAHULUAN
Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) adalah merupakan suatu bentuk kejahatan terhadap nyawa yang unik sifatnya. Unik dalam arti si pelaku pembunuhan haruslah ibu kandungnya sendiri, dan alasan atau motivasi untuk melakukan kejahatan tersebut adalah karena si ibu takut ketahuan bahwa ia telah melahirkan anak; oleh karena anak tersebut umumnya adalah hasil hubungan gelap.1,2 Selain kedua hal tadi keunikan lainnya adalah saat dilakukannya tindakan menghilangkan nyawa si anak, yaitu pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian; yang dalam hal ini patokannya adalah sudah ada atau belum ada tandatanda perawatan, dibersihkan, dipotong tali pusatnya atau diberi pakaian. Saat dilakukannya kejahatan tersebut dikaitkan dengan keadaan mental emosional dari si ibu, dimana selain rasa malu, takut, benci serta rasa nyeri bercampur aduk menjadi satu, sehingga perbuatannya itu dianggap dilakukan tidak dalam keadaan mental yang tenang, sadar serta dengan perhitungan yang matang. Inilah yang menjelaskan mengapa ancaman hukumn pada kasus pembunuhan anak lebih ringan bila dibandingkan dengan kasus-kasus pembunuhan lainnya.1 Cara yang paling sering digunakan dalam kasus PAS adalah membuat keadaan asfiksia mekanik yaitu pembekapan, pencekikan, penjeratan dan penyumbatan.DiJakarta dilaporkan bahwa 90-95% dari sekitar 30-40 kasus PAS per tahun dilakukandengan cara asfiksia mekanik. Bentuk kekerasan lainnya adalah kekerasan tumpul dikepala (5-10%) dan kekerasan tajam pada leher atau dada (1 kasus dalam 6-7 tahun).2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Dasar Hukum Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) Pembunuhan Anak sendiri (PAS) menurut undang-undang di Indonesia adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak berapa lama setelah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan anak.2 1. Pasal 341 KUHP Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anaknya sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.1,3 2. Pasal 342 KUHP Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat akan dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.1,3 Dengan demikian pada pembunuhan anak sendiri terdapat 3 unsur yang penting yaitu:1,3 1. Si-pelaku haruslah ibu kandung korban.1 Tidak dipersoalkan apa si ibu sudah kawin atau belum. Sedangkan bagi orang lain yang melakukan atau turut membunuh anak tersebut dihukum karena pembunuhan atau pembunuhan berencana, dengan hukuman yang lebih berat, yaitu: penjara 15 tahun (pasal 338: tanpa rencana), atau 20 tahun, seumur hidup/hukuman mati (pasal 339 dan 340: dengan rencana).3 2. Alasan pembunuhan ialah karena takut ketahuan akan melahirkan anak. 3. Pembunuhan segera dilakukan pada saat anak dilahirkan atau tidak berapa lama kemudian, yang dapat diketahui dari ada tidaknya tanda-tanda perawatan.3

2.2. Pemeriksaan Kedokteran Forensik Pemeriksaan kedokteran forensik pada kasus pembunuhan anak yang diduga merupakan kasus pembunuhan anak ditunjukkan untuk memperoleh kejelasan di dalam hal:1 1. Apakah anak tersebut dilahirkan hidup atau lahir mati? Pada pemeriksaan mayat bayi baru lahir, harus dibedakan apakah ia lahir mati atau lahir hidup. Bila bayi lahir mati maka kasus tersebut bukan merupakan kasus pembunuhan atau penelantaran anak hingga menimbulkan kematian. Pada kasus seperti ini, si ibu hanya dapat dikenakan tuntutan menyembunyikan kelahiran dan kematian orang.3 Lahir mati (still birth) adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar atau dikeluarkan dari ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan (baik sebelum ataupun setelah kehamilan berumur 28 minggu dalam kandungan). Kematian ditandai oleh janin yang tidak bernafas atau tidak menunjukkan tanda kehidupan lain, seperti denyut jantung, denyut nadi tali pusat atau geraka otot rangka.3 Penentuan apakah seorang anak itu dilahirkan dalam keadaan hidup atau mati, pada dasarnya adalah sebagai berikut:1 Adanya udara di dalam paru-paru. Paru-paru yang sudah mengembang karena terisi udara pernafasan dapat diketahui dari ciri-ciri seperti tersebut di bawah ini yaitu:1 Menemui rongga dada sehingga menutupi sebagian kandung jantung, berwarna merah ungu. Memberikan gambaran mozaik karena adanya berbagai tingkat aerasi atau pengisian udara. Tepi paru-paru tumpul. Pada perabaan teraba derik udara (krepitasi), yang bila perabaan ini dilakukan atas sepotong kecil jaringan paru yang dibenamkan dalam air akan tampak gelembung-gelembung udara. Bila ditimbang maka beratnyya akan sekitar 1/35 berat badan, yang berarti lebih berat bila dibandingkan dengan berat paru-paru yang bernafas, yaitu sekitar 1/70 berat badan.

Bila dilakukan tes apung (docimacia pulmonum hydrostatica), akan memberikan hasil yang positif.

Pemeriksaan mikroskopik yang hanya dilakukan pada keadaan tertentu saja (meragukan) akan memperihatkan adanya pengembangan dari alveoli yang cukup jelas.

Adanya udara di dalam lambung dan usus. Adanya udara dalam lambung dan usus merupakan petunjuk bahwa si-anak menelan udara setelah ia dilahirkan hidup, dengan demikian nilai dari pemeriksaan udara di dalam lambung dan usus ini sekedar memperkuat saja. Seperi halnya pada pemeriksaan untuk menentukan adanya udara di dalam paru-paru, maka pemeriksaan yang serupa terhadap lambung dan usus baru dapat dilakukan bila keadaan si-anak masih segar dan belum mengalami proses pembusukan serta tidak mengalami manipulasi seperti pemberian pernafasan buatan.1

Adanya udara di dalam liang telinga bagian tengah. Adanya udara di dalam liang telinga bagian tengah hanya dapat terjadi bila si-anak menelan udara dan udara tersebut melalui tuba eustachius masuk ke dalam liang bagian tengah. Untuk dapat mengetahui keadaan tersebut pembukaan liang telinga bagian tengah harus dilakukan di dalam air, tentunya baru dilakukan pada mayat yang masih segar.1

Adanya makanan di dalam lambung. Adanya makanan di dalam lambung diri seorang anak yang baru dilahirkan tentunya baru dapat terjadi pada anak yang dilahirkan hidup dan diberi makan oleh orang lain dan makanan tidak mungkin akan dapat masuk ke dalam lambung bila tidak disertai dengan aktivitas atau gerakan menelan.1 Adanya udara di dalam paru-paru, lambung dan usus serta di dalam telinga bagian tengah merupakan petunjuk pasti bahwa si anak yang baru dilahirkan tersebut memang dilahirkan dalam keadaan hidup. Sedangkan adanya makanan dalam lambung lebih mengarahkan kepada kenyataan bahwa si anak sudah cukup lama dalam keadaan hidup; hal mana bila keadaannya memang demikian maka si ibu yang menghilangkan nyawa

anak tersebut dapat dikenakan hukuman yang lebih berat dari ancaman hukuman seperti yang tertera pada pasal 341 dan 342.1 2. Apakah terdapat tanda-tanda perawatan? Penentuan ada tidaknya tanda-tanda perawatan sangat penting artinya dalam kasus pembunuhan anak, oleh karena dari sini dapat diduga apakah kasus yang dihadapi memang benar kasus pembunuhan anak seperti apa yang dimaksud oleh udang-undang atau menjadi kasus lain yang ancaman hukumannya berbeda.1 Adapun anak yang baru dilahirkan dan belum mengalami perawatan dapat diketahui dari tanda-tanda sebagai berikut:1 Tubuh masih berlumur darah. Plasenta masih melekat dengan tali pusat dan masih behubugan dengan umbilikus. Bila plasenta tidak ada, maka ujung tali pusat tampak tidak beraturan, hal ini dapat diketahui dengan meletkkan ujung tali pusat tersebut ke permukaan air. Adanya lemak bayi (vernix caseosa), pada daerah dahi serta di daerah yang mengandung lipatan-lipatan kulit, seperti lipat ketiak, lipat paha dan bagian belakang bokong.

Gambar 01. Tali pusat belum terpotong dan masih terhubungan dengan plasenta.2

3. Apakah ada luka-luka yang dapat dikaitkan dengan penyebab kematian? Oleh karena Visum et Repertum itu juga mengandung makna sebagai barang bukti (corpus delicti), maka sudah barang tentu segala apa yang terdapat pada barang bukti dalam hal ini tubuh anak, haruslah juga dicatat dan dilaporkan. Dengan demikian selain ketiga kejelasan tersebut di atas, masih ada dua hal lagi yang harus diutarakan dala VR; yaitu:1 Cara atau metoda yang banyak dijumpai untuk melakukan tindakan pembunuhan anak adalah cara atau metoda yang menimbulkan keadaan mati lemas (asfiksia), seperti penjeratan, pencekikan dan pembekapan serta membenamkan kedalam air. Adapaun cara atau metoda yang lain seperti menusuk atau memotong serta melakukan kekerasan dengan benda tumpul relatip lebih jarang dijumpai.1 Dengan demikian pada kasus yang diduga merupakan kasus pembunuhan anak, yang harus diperhatikan adalah: Adanya tanda-tanda mati lemas: sianosis pada bibir dan ujung-ujung jari, bintik-bintik perdarahan pada selaput bola mata (konjungtiva bulbi) dan selaput kelopak mata (konjungtiva palpebra) serta jaringan longgar lainya, lebam manyat yang lebih gelap dan luas, busa halus berwarna putih atau putih kemerahan yang keluar dari lubang hidung dan atau mulut serta tanda-tanda bendungan pada alat-alat dalam.1 Keadaan mulut dan sekitarnya: adanya luka lecet tekan di bibir atau sekitarnya yang tidak jarang berbentuk bulan sabit, memar pada bibir bagian dalam yang berhadapan dengan gusi, serta adanya benda-benda asing seperti gumpalan kertas korann atau kain yang mengisi rongga mulut.1 Keadaan di daerah leher dan sekitarnya: adanya luka lecet tekan yang melingkari sebagian atau seluruh bagian leher yang merupakan jejas jerat sebagai akibat tekanan yang ditimbulkan oleh alat penjerat yang dipergunakan, adanya luka-luka lecet kecil-kecil yang seringkali berbentuk bulan sabit yang diakibatkan oleh tekanan dari ujung kuku si pencekik, adanya luka-luka lecet dan memar yang tidak beraturan yang

dapa terjadi akibat tekanan yang ditimbulkan oleh ujung-ujung jari si pencekik.1 Adanya luka-luka tusuk atau luka sayat pada daerah leher, mulut atau bagian tubuh lainnya, dimana menurut literatur ada satu metoda yang dapat dikatakan khas yaitu tusukan benda tajam pada langit-langit sampai menembus ke rongga tengkorak yang dikenal dengan nama tusukan bidadari.1 Adanya tanda-tanda terendam seperti: tubuh basah dan berlumpur, telapak tangan dan telapak kaki yang pucat dan keriput (washer womans hand), kulit yang berbintil-bintil (cutis anserina) seperti kulit angsa, serta adanya benda-benda asing terutama di dalam saluran pernafasan (trakhea), yang dapat berbentuk pasir, lumpur, tumbuhan air atau binatang air.1

Gambar 02. Tampak luka terbuka pada kepala.2

Gambar 03. Tampak luka lecet yang berbentuk bulan sabit pada leher kiri.2

4. Apakah anak yang dilahirkan itu cukup bulan dalam kandungan? Apakah anak tersebut cukup bulan dalam kandungan (matur) atau belum cukup bulan dalam kandungan (prematur), dapat diketahui dari pemeriksaan sebagai berikut:1 Pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, tinggi badan dan berat badan: dimana yang mempunyai nilai tinggi adalah lingkar kepala dan tinggi atau panjang badan. Keadaan ujung-ujung jari: pakah kuku-kuku telah melewati ujung jari seperti pada anak yang dilahirkan cukup bulan atau belum. Keadaan genitalia eksterna: bila telah terjadi descencus testiculoma maka hal ini dapat diketahui dari terabanya testis pada scrotum, demikian pula halnya dengan keadaan labia mayora apakah telah menutupi labia minora atau belum; testis yang telah turun serta labia minora yang telah menutupi labia minora terdapat pada anak yang dilahirkan cukup bulan dalam kandungan si ibu. Pusat-pusat penulangan: khususnya pada tulang paha (os. Femur), mempunyai arti yang cukup penting di dalam membantu perkiraan

apakah anak dilahirkan dalam keadaan cukup bulan atau tidak; bagian distal dari os. femur serta bagian proksimal dari os. tibia akan menunjukkan pusat penulangan pada umur kehamilan 36 minggu, demikian pula pusat penulangan pada os. cuboideum dan os. cuneiforme, sedangkan os. talus dan os. calcaneus pusat penulangannya akan tampak pada umur kehamilan 28 minggu.1 Tabel 01. Viabilitas Umur Bayi dalam Kandungan.4,5 Umur (bulan) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tabel 02. Penilaian Aspek Viabilitas pada Bayi.5 Aspek Penilaian Usia gestasi Berat badan Panjang badan Lingkar kepala Cacat bawaan fatal Keterangan >28 minggu > 1000 gram >35 cm >23 cm (-) Panjang Badan (cm) 1x1=2 2x2=4 3 x 3 =9 4 x 4 = 16 5 x 5 = 25 6 x 5 = 30 7 x 5 = 35 8 x 5 = 40 9 x 5 = 45

5. Apakah pada anak tersebut didapatkan kelainan bawaan yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup bagi si anak? Hal ini sebenarnya berkaitan dengan permasalahan viabilitas dari anak yang baru dilahirkan dan dapat diketahui dari pemeriksaan yang lengkap atas dirinya; adapun keadaan yang perlu diperhatikan antara lain:1

Jantung: adakah kelainan seperti defek pada atrium dan ventrikel jantung (atrial septal defect dan ventricular septal defect).

Otak: apakah pertumbuhannya normal atau tidak sempurna seperti misalnya anencephalus atau microcephalus.

Saluran pencernaan: apakah ada kelainan pada kerongkongan seperti stenosis esofagus.

BAB III PENUTUP


3.1. Simpulan 1. Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) adalah merupakan suatu bentuk kejahatan terhadap nyawa yang unik sifatnya. 2. pelaku pembunuhan haruslah ibu kandungnya sendiri, dan alasan atau motivasi untuk melakukan kejahatan tersebut adalah karena si ibu takut ketahuan bahwa ia telah melahirkan anak. 3. Undang-undang tentang pembunuhan anak sendiri diatur dalam pasal 341 (tidak direncanakan) dan pasal 342 (dengan rencana). 4. Aspek pemeriksaan forensik tentang pembunuhan anak sendiri meliputi: Apakah anak tersebut dilahirkan hidup atau lahir mati?, Apakah terdapat tanda-tanda perawatan?, Apakah ada luka-luka yang dapat dikaitkan dengan penyebab kematian?, Apakah anak yang dilahirkan itu cukup bulan dalam kandungan?, Apakah pada anak tersebut didapatkan kelainan bawaan yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup bagi si anak?.

3.2. Saran dan Kritik Dengan kerendahan hati penulis, penulis sadar bahwa dalam artikel ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca, penulis harapkan demi kesempurnaan makalahmakalah dimasa-masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
1. Idris AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Jakarta: Binarupa Aksara; 1997. Hal: 256 269. Afandi D, Hertian S, Atmadja DS, Widjaja IR. Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) dengan Kekerasan Multipel. Maj Kedokt Indo. [internet] 2008. [diunduh pada 21 September 2012]. 58(1);9. Tersedia di:http://dediafandi.staff.unri.ac.id/files/2010/05/Pembunuhan-AnakSendiri.pdf. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Munim WA, Sidhi, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama, Cetakan Kedua. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1997. Hal: 165. Idries AM, Tjiptomartono AL. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Edisi Revisi. Jakarta: Sagung Seto; 2008. Hal: 173. Afandi D. Pembunuhan Anak Sendiri (Infanticide). [Bahan Kuliah Forensik PSPD Universitas Abdurrab Pekanbaru Riau]. 2011.

2.

3.

4.

5.

Anda mungkin juga menyukai