PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1.4 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang penulisan, maka rumusan masalah pada
penulisan ini adalah untuk mengetahui infanticide secara menyeluruh.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Pembunuhan anak adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu
terhadap anak kandungnya pada saat lahir atau tidak lama kemudian karena
takut ketahuan telah melahirkan anak (Apuranto, 2012).
Dengan demikian, persyaratan yang harus dipenuhi dalam kasus pembunuhan
anak (Apuranto, 2012):
1. Pelaku: ibu kandung
2. Korban: anak kandung
3. Alasan: Takut Ketahuan telah melahirkan anak
4. Waktu: pada waktu melahirkan atau beberapa saat setelah melahirkan
Pasal 342
Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan
ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak
lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan
pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama
sembilan tahun.
Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang bagi orang lain
yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan anak
dengan rencana.
Pasal 305
Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh tahun untuk
ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan maksud untuk melepaskan diri
daripadanya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam
bulan.
Pasal 181
Barang siapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau menghilangkan
mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau kelahirannya, diancam
dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah.
D. Mikroskopik paru-paru
Setelah paru-paru dikeluarkan dengan teknik tanpa sentuh,
dilakukan fiksasi dengan larutan formalin 10 %. Sesudah 12 jam,
dibuat irisan melintang untuk memungkinkan cairan fiksatif meresap
dengan baik ke dalam paru. Setelah difiksasi selama 48 jam, kemudian
dibuat sediaan histopatologik. Biasanya digunakan perwarnaan HE
dan bila paru telah membusuk digunakan pewarnaan Gomori atau
Ladewig.
Struktur seperti kelenjar bukan merupakan ciri paru bayi yang
belum bernapas, tetapi merupakan ciri paru janin yang belum
mencapai usia gestasi 26 minggu. Tanda khas untuk paru janin belum
bernapas adalah adanya tonjolan (projection) yang berbentuk seperti
bantal (cushion-like) yang kemudian akan bertambah tinggi dengan
dasar menipis sehingga akan tampak seperti gada (club-like). Pada
permukaan ujung bebas projection tampak kapiler yang berisi banyak
darah. Pada paru bayi belum bernapas yang sudah membusuk dengan
perwarnaan Gomori atau Ladewig, tampak serabut-serabut retikulin
pada permukaan dinding alveoli berkelok-kelok seperti rambut yang
keriting, sedangkan pada projection berjalan di bawah kapiler sejajar
dengan permukaan projection dan membentuk gelung-gelung terbuka
(open loops).
Pada paru bayi yang lahir mati mungkin pula ditemukan tanda
inhalasi cairan amnion yang luas karena asfiksia intrauterin, misalnya
akibat tertekannya tali pusat atau solusio plasenta sehingga terjadi
pernapasan janin prematur (intrauterine submersion). Tampak sel-sel
verniks akibat deskuamasi sel-sel permukaan kulit, berbentuk persegi
panjang dengan inti piknotik berbentuk huruf “S”, bila dilihat dari atas
samping terlihat seperti bawang. Juga tampak sel-sel amnion bersifat
asidofilik dengan batas tidak jelas dan inti terletak eksentrik dengan
batas yang juga tidak jelas.
Mekonium yang berbentuk bulat berwarna jernih sampai hijau tua
mungkin terlihat dalam bronkioli dan alveoli. kadang-kadang ditemukan
deskuamasi sel-sel epitel bronkus yang merupakan tanda maserasi
dini, atau fagositosis mekonium oleh sel-sel dinding alveoli.
Lahir mati ditandai pula oleh keadaan yang tidak memungkinkan
terjadinya kehidupaan seperti trauma persalinan yang hebat,
perdarahan otak yang hebat, dengan atau tanpa robekan tentorium
serebeli, pneumonia intrauterin, kelainan kongenitasl yang fatal seperti
anensefalus.
Adapun ringkasan perbedaan dari pemeriksaan paru:
No. Paru belum bernapas Paru sudah bernapas
1.
Volume kecil, kolaps, menempel pada Volume 4-6x lebih besar, sebagian
vertebra, konsistensi padat, tidak ada menutupi jantung, konsistensi
krepitasi seperti karet busa (ada krepitasi)
2. Tepi paru tajam Tepi paru tumpul
3. Warna homogen, merah kebiruan/ungu Warna merah muda
4.
Kalau diperas di bawah permukaan air tidak
keluar gelembung gas atau bila sudah ada Gelembung gas yang keluar halus
pembusukan gelembungnya besar dan tidak dan rata ukurannya.
rata.
2) Menangis
Bernapas dapat terjadi tanpa menangis, tetapi menangis tidak dapat terjadi
tanpa bernapas. Suara tangis yang terdengar belum berarti bayi tersebut
lahir hidup karena suara tangisan dapat terjadi dalam uterus atau dalam
vagina. Yang merangsang bayi menangis dalam uterus adalah masuknya
udara dalam uterus dan kadar oksigen dalam darah menurun dan atau
kadar CO2 dalam darah meningkat. (Apuranto H, Hoediyanto. 2007. Buku
Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Surabaya: Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik & Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga.)
3) Pergerakan Otot
Keadaan ini harus disaksikan oleh saksi mata, karena post mortem tidak
dapat dibuktikan. Kaku mayat dapat terjadi pada bayi yang lahir hidup
kemudian mati maupun yang lahir mati.
4) Peredaran Darah, Denyut Jantung, dan Perubahan pada Hemoglobin
Meliputi bukti fungsional yaitu denyut tali pusat dan detak jantung (harus ada
saksi mata) dan bukti anatomis yaitu perubahan-perubahan pada Hb serta
perubahan dalam duktus arteriosus, foramen ovale dan dalam duktus
venosus (cabang vena umbilicalis yang langsung masuk vena cava
inferior).
Bila ada yang menyaksikan denyut nadi tali pusat/detak jantung pada bayi
yang sudah terlahir lengkap, maka ini merupakan bukti suatu kelahiran
hidup. Foramen ovale tertutup bila telah terjadi pernapasan dan sirkulasi
(satu hari sampai beberapa minggu). Duktus arteriosus perlahan-lahan
menjadi jaringan ikat (paling cepat dalam 24 jam) Duktus venosus
menutup dalam 2-3 hari sampai beberapa minggu.
5) Isi Usus dan Lambung
Bila dalam lambung bayi ditemukan benda asing yang hanya dapat masuk
akibat reflek menelan, maka ini merupakan bukti kehidupan (lahir hidup).
Udara dalam lambung dan usus dapat terjadi akibat pernapasan wajar,
pernapasan buatan, atau tertelan. Keadaan-keadaan tersebut tidak dapat
dibedakan. Cara pemeriksaan yaitu esophagus diikat, dikeluarkan
bersama lambung yang diikat pada jejunum lekuk pertama, kemudian
dimasukkan ke dalam air. makin jauh udara usus masuk dalam usus,
makin kuat dugaan adanya pernapasan 24-48 jam post mortem,
mekonium sudah keluar semua seluruhnya dari usus besar.
6) Keadaan Tali Pusat
Yang harus diperhatikan pada tali pusat adalah pertama ada atau tidaknya
denyut tali pusat setelah kelahiran. Ini hanya dapat dibuktikan dengan
saksi mata. Kedua, pengeringan tali pusat, letak dan sifat ikatan,
bagaimana tali pusat itu di putus (secara tajam atau tumpul).
7) Keadaan Kulit
Tidak satupun keadaan kulit yang dapat membuktikan adanya kehidupan
setelah bayi lahir, sebaliknya ada satu keadaan yang dapat memastikan
bahwa bayi tersebut tidak lahir hidup yaitu maserasi, yang dapat terjadi
bila bayi sudah mati di dalam uterus beberapa hari (8-10 hari). Hal ini
harus dibedakan dengan proses pembusukan yaitu pada maserasi tidak
terbentuk gas karena terjadi secara steril. Kematian pada bayi dapat
terjadi waktu dilahirkan, sebelum dilahirkan atau setelah terpisah sama
sekali dari ibu.
Kematian pada bayi dapat terjadi saat bayi dilahirkan, sebelum dilahirkan,
atau setelah terpisah sama sekali dari si ibu. Bukti kematian dalam
kandungan adalah:
1. Ante partum rigor mortis yang sering menimbulkan kesulitan waktu
melahirkan
2. Maserasi, yaitu perlunakan janin dalam air ketuban dengan ciri-ciri:
a. Warna merah kecoklatan (pada pembusukan warnanya hijau).
b. Kutikula putih, sering membentuk bula berisi cairan kemerahan.
c. Tulang-tulang lentur dan lepas dari jaringan lunak.
d. Tidak ada gas, baunya khas.
e. Maserasi ini terjadi bila bayi sudah mati 8-10 hari dalam
kandungan.
Jika bayi hidup kurang dari 24 jam, hal ini tidak dapat ditentukan
dengan pasti penutupan ductus arteriosus dan foramen
ovale tidak dapat dipakai sebagai pegangan karena waktu
penutupannya bervariasi.
● Udara dalam saluran pencernaan dapat diperkirakan :
a. di Lambung berati Baru Lahir, tapi belum tentu lahir
hidup.
b. di Doudenum lebih dari 2 jam.
c. di Usus Halus 6 – 12 jam.
d. di Usus Besar 12 – 24 jam.
● Bila mekonium telah keluar seluruhnya berati telah 24 jam
atau lebih
4) Apa sebab kematiannya
5) Periksa golongan darah
6) Tanda-tanda perawatan
Untuk menentukan apakah kasus ini merupakan kasus pembunuhan
atau kasus lain yang ancaman hukumannya berbeda. berikut
adalah tanda-tanda perawatan bayi
● Tubuh dibersihkan
● Tali pusat yang dipotong dan diikat
● Diberi pakaian atau selimut
BAB 4
DAFTAR PUSTAKA