Anda di halaman 1dari 15

TUTORIAL KLINIK

ABORSI

Oleh :

Christopher Lauren (406162062)


Ade Kurniawan (406161047)
Nixon Orlando (406172018)
Daniel (406161028)
Maulana Rifqi (406172080)

Pembimbing :
AKBP dr. Ratna Relawati, Msi. Med., Sp.KF

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN


MEDIKOLEGAL
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SEMARANG
PERIODE 28 MEI 2018 – 7 JULI 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Kasus
Nyawa Tak Berdosa Jadi Korban

Hari ini, para warga yang tinggal di bantaran sungai dikejutkan dengan temuan
seorang bayi laki- laki yang sudah tidak bernyawa tersangkut di onggokan sampah di muara
sungai. Polisi meminta kepada dokter RS untuk melakukan pemeriksaan terhadap mayat.
Dari hasil pemeriksaan luar tampak mayat masih terhubung dengan tali pusat dan ari- ari,
panjang tubuh 49 cm, terdapat luka lecet di sekujur tubuhnya terutama di lutut, kepala, dan
siku, juga ditemukan busa halus pada hidung dan mulut. Kemudian dokter melakukan
pemeriksaan lanjutan mengingat polisi meminta untuk menetapkan apakah ini suatu
pembunuhan atau bukan.
Karena pihak kepolisian sigap menanggapi kasus ini, maka beberapa hari kemudian
sudah ada dugaan tersangka yaitu serang perempuan berusia 20 tahun yang merupakan warga
sekitar tempat kejadian. Sebernarnya warga sudah mencurigai perempuan tersebut karena
perubahan bentuk badannya terutama perutnya yang belakangan tampak buncit tiba- tiba
kembali seperti biasa. Padahal warga mengatakan perempuan ini tinggal seorang diri, tanpa
kekasih maupun suami. Ketika polisi mendatangi rumah tersangka mereka mendapati
perempuan tersebut tergeletak di lantai dengan botol pembasmi serangga yang sudah terbuka
di sampingnya. Kemudian polisi membawa perempuan tersebut ke IGD RS.
Setelah mendapat pengobatan, tersangka sadar dan dapat memberikan keterangan. Ia
minum cairan pembasmi serangga karena dihantui perasaan bersalah setelah membuang
bayinya. Ia mengaku sekitar 9 bulan yang lalu diperkosa oleh orang yang tak dikenal ketika
pulang kerja pada malam hari. Tetapi ia tidak melaporkan kejadian tersebut, karena takut dan
malu terhadap warga sekitar. Sesungguhnya pada bulan ke dua kehamilannya, ia ingin
menggugurkan kandungannya dengan meminum obat yang menurut temannya dapat
meluruhkan janin di dalam kandungan. Tetapi keguguran itu tidak terjadi, bahkan semakin
lama janin yang bertumbuh semakin besar. Hingga tiba saatnya, ia melahirkan sendiri tanpa
bantuan siapapun di rumahnya dan langsung membekap bayinya kemudian melemparkannya
ke sungai belakang rumah. Warga menghendaki agar pelaku mendapat hukuman yang sesuai
dengan perbuatannya.

1
B. Identifikasi Kata-Kata Asing
1. Cutis anserina = Adanya kontraksi otot erector pili sebagai respon akibat terpapar air
dingin dengan gambaran seperti kulit angsa.

C. Rumusan Masalah

1. Berdasarkan pemeriksaan luar, apakah bayi tersebut lahir hidup atau lahir mati?

2. Dari pemeriksaan luar yang didapatkan, kemungkinan apa saja yang bisa
menyebabkan keadaan tersebut (bayi ditemukan meninggal) ?

3. Bagaimana cara membuktikan bahwa perempuan tersebut pernah mengandung dan


melahirkan bayi pada kasus ini?

4. Apa yang dapat terjadi pada tubuh ibu tersebut apabila memang benar telah
mongonsumsi racun serangga?

5. Apakah ada hubungan antara kejadian perkosaan yang dialami oleh korban 9 bulan
yang lalu dengan kehamilan yang terjadi sekarang?

6. Apa saja kemungkinan obat yang diminum pada saat ibu meluruhkan kandungan?

7. Bagaimana cara membedakan bayi tersebut meninggal karena dibekap atau tenggelam?

8. Pada kasus ini, apakah termasuk pada golongan pembunuhan anak atau infanticide ?

D. Pembahasan

1. Belum dapat ditentukan, apabila belum dilakukan pemeriksaan dalam. Bila terjadi
pembunuhan dimana bayi sempat hidup sebelumnya, maka dari pmeriksaan dalam
dapat ditemukan tanda-tanda seperti fungsi paru yang sudah bekerja (sela iga melebar,
iga tampak mendatar, rongga dada terisi penuh oleh paru, bercak merah muda pada
paru, dsb), tanda-tanda asfiksia (kongesti vena, edema) apabila akibat tenggelam atau
dibekap.

2. Tenggelam, pembekapan, trauma tumpul.

3. Dilakukan pemeriksaan tanda-tanda post partum dan nifas seperti payudara yang
membesar dan keras, keluarnya air susu, teraba uterus diatas simphysis, adanya lokhia,
robekan perineum, dan lain-lain.
2
4. Pada pemeriksaan dapat tercium bau insektisida, dengan gejala muntah-muntah,
kejang, tremor, lalu tidak sadarkan diri dan dapat meninggal dunia.

5. Mungkin terdapat hubungan antara kejadiaan perkosaan sebelumnya dengan


kehamilan sekarang, namun perlu ditanyakan lagi kepada korban, apakah sebelumnya
juga sudah pernah melakukan hubungan seksual juga dengan pria lain.

6. Obat yang digunakan ibu untuk menggugurkan kandungan kemungkinan besar


merupakan obat herbal atau jamu-jamuan.

7. Jika bayi meninggal karena pembekapan, dapat ditemukan adanya tanda pembekapan
dan tanda asfiksia. Sedangkan, jika bayi meninggal karena tenggelam, dapat
dilakukan pemeriksaan diatom dalam organ tubuh terhadap diatom dalam air.

8. Dilakukan oleh ibu kandung sendiri, korban adalah bayi anak kandung, motifnya
karena takut ketahuan melahirkan anak, pembunuhan dilakukan segera setelah
dilahirkanInfanticide

E. Mind-Map

Diperkosa 9 bulan
Kejahatan seksual
yang lalu

Percobaan
Kehamilan 2 bulan menggugurkan Aborsi
Kandungan

Ibu membunuh dan


Ibu Hamil membuang bayi

Ibu melahirkan
Ibu mencoba
melakukan percobaan
bunuh diri dengan
Kehamilan 9 bulan racun serangga

Bayi Asfiksia

3
E. Learning Objective
1. Mampu menjelaskan definisi aborsi.
2. Mampu menjelaskan klasifikasi dan teknik aborsi.
3. Mampu menjelaskan komplikasi aborsi.
4. Mampu menjelaskan pemeriksaan pada kasus aborsi.
5. Mampu menjelaskan macam-macam sanksi pada kasus aborsi.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Aborsi
Aborsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengguguran kandungan.
Makna aborsi lebih mengarah kepada suatu tindakan yang disengaja untuk mengakhiri
kehamilan seorang ibu ketika janin sudah ada tanda-tanda kehidupan dalam rahim.
Sedangkan abortus adalah berakhirnya kehamilan atau hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan. Abortus sendiri terbagi dua yaitu abortus spontan dan abortus
provokatus. Abortus spontan adalah merupakan mekanisme alamiah yang menyebabkan
terhentinya proses kehamilan sebelum berumur 20 minggu. Penyebabnya dapat oleh karena
penyakit yang diderita si ibu ataupun sebab-sebab lain yang pada umumnya
berhubungandengan kelainan pada sistem reproduksi. Abortus spontan sering disebut dengan
keguguran. Sedangkan abortus provokatus adalah suatu upaya yang disengaja untuk
menghentikan proses kehamilan sebelum berumur 20 minggu, dimana janin (hasil konsepsi)
yang dikeluarkan tidak bisa bertahan hidup di dunia luar.

Aborsi di dunia dan di Indonesia khususnya tetap menimbulkan banyak persepsi dan
bermacam interpretasi, tidak saja dari sudut pandang kesehatan, tetapi juga dari sudut
pandang hukum dan agama. Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena
memberi dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab
kematian ibu yang utama adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Diperkirakan diseluruh
dunia setiap tahun terjadi 20 juta kasus aborsi, 70 ribu perempuan meninggal akibat aborsi
dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. 95% (19 dari 20 kasus aborsi
tidak aman) di antaranya bahkan terjadi di negara berkembang. Di Indonesia setiap tahunnya
terjadi kurang lebih 2 juta kasus aborsi, artinya 43 kasus / 100 kelahiran hidup (sensus 2000).
Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi di Indonesia masih cukup besar
(Wijono 2000). Suatu hal yang dapat kita tengarai, kematian akibat infeksi aborsi ini justru
banyak terjadi di negara-negara dimana aborsi dilarang keras oleh undang-undang.

5
B. Klasifikasi dan Teknik Aborsi
I. Klasifikasi Abortus

1. Abortus spontan : abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja atau
dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, semata-mata
disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.

2. Abortus provokatus

– Abortus provokatus terapeutikus : yaitu abortus karena tindakan kita


sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan
jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).

– Abortus provokatus kriminalis : yaitu abortus yang terjadi oleh karena


tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis
dan biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh tenaga tradisional.

Yang masuk dalam lingkup pengertian pengguguran kandungan menurut


hukum hanya abortus provokatus kriminalis.

II. Metode abortus provokatus kriminalis

Abortus yang sengaja dilakukan dengan tanpa adanya indikasi medik (ilegal)
dan dilarang oleh hukum. Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan
alat-alat atau obat-obatan tertentu, atau dengan kekerasan mekanik lokal. Kekerasan
dapat dilakukan dari luar maupun dari dalam. Kekerasan dari luar dapat dilakukan
sendiri oleh si ibu atau oleh orang lain, seperti melakukan gerakan fisik berlebihan,
jatuh, pemijatan/pengurutan perut bagian bawah, kekerasan langsung pada perut atau
uterus, pengaliran listrik pada serviks dan sebagainya.

Kekerasan dari dalam yaitu dengan melakukan manipulasi vagina atau uterus.
Manipulasi vagina dan serviks uteri, misalnya dengan penyemprotan air sabun atau air
panas pada porsio, aplikasi asam arsenik, kalium permanganat pekat, pemasangan
kateter ke dalam serviks; atau manipulasi serviks dengan jari tangan. Manipulasi
uterus, dengan melakukan pemecahan selaput amnion atau dengan penyuntikan ke
dalam uterus.

6
Pemecahan selaput amnion dapat dilakukan dengan memasukkan alat apa saja
yang cukup panjang dan kecil melalui serviks. Penyuntikan atau penyemprotan cairan
biasanya dilakukan dengan menggunakan Higginson tipe syringe, sedangkan
cairannya adalah air sabun, desinfektan atau air biasa/air panas. Penyemprotan ini
dapat mengakibatkan emboli udara.

Obat / zat tertentu pernah dilaporkan penggunaan bahan tumbuhan


yangmengandung minyak eter tertentu yang dapat merangsang saluran cerna hingga
terjadi kolik abdomen, jamu perangsang kontraksi uterus dan hormon wanita yang
merangsang kontraksi uterus melalui hiperemi mukosa uterus. Hasil yang dicapai
sangat bergantung pada jumlah (takaran), sensitivitas individu dan keadaan
kandungannya (usia gestasi).

1. Metode fisik:

Aborsi kriminal dapat dilakukan sendiri oleh yang bersangkutan atau


dibantu oleh orang lain yaitu :

a. Dengan menggunakan kekerasan umum (general violence) atau melakukan


kegiatan fisik yang berlebihan, antara lain :
i. Menunggang kuda
ii. Lari – lari
iii. Loncat – loncat

b. Dengan menggunakan kekerasan lokal (local violence)


i. Tanpa menggunakan alat (instrumen), antara lain :
– Memijat perut bagian bawah
– Menginjak perut bagian bawah
– Meninju perut bagian bawah
ii. Dengan menggunakan alat – alat non medis, misalnya :
– Kawat
– Tongkat
– Batang kayu

7
iii. Dengan menggunakan zat – zat kimia, antara lain :
– Air hangat
– Air dicampur kreolin atau lysol atau carbol
– Air sabun
– Larutan zinc chloride
iv. Dengan menggunakan alat – alat medis, misalnya:
– Sonde
– Kateter
– Kuret

2. Metode obat-obatan:
a. Obat emetika
b. Obat purgativa atau laxantia
– Castor oli
c. Obat emenagoga atau obat leancar haid, misalnya :
– Apiol
– Minyak pala
– Oleum rutae
d. Ecbolica atau obat perangsang otot rahim:
– Ergotamin
– Pituitrin
– Kinina

C. Komplikasi Aborsi

Permasalahan aborsi tidak selesai begitu saja setelah janin dalam rahim selesai
dikeluarkan. Masih banyak komplikasi yang dapat terjadi bahkan sampai mengancam nyawa
seorang wanita. Berikut beberapa komplikasi yang dapat terjadi setelah proses aborsi, baik
pada aborsi terapetik maupun abortus provokatus kriminalis:

1. Infeksi

Infeksi sangat mudah terjadi pada ibu yang melakukan abortus baik disengaja maupun
untuk kepentingan medis dikarenakan proses abortus akan membuat sebuah port d
entry yang baik untuk kuman penyakit. Kelamin merupakan tempat yang memiliki

8
banyak mikroorganisme baik flora normal tubuh maupun yang bukan. Flora normal
tubuh sering menjadi patogen pada orang dengan keadaan imunodefisiensi. Beberapa
penelitian mengatakan bahwa ada 1 kejadian infeksi untuk setiap 10 aborsi terapetik
yang dilakukan di ruang operasi rumah sakit. Infeksi biasanya ditandai dengan adanya
peningkatan suhu tubuh, peningkatan sel darah putih, dan tanda infeksi lainnya.

2. Sepsis
Infeksi yang tidak baik penanganannya tentu akan memperburuk keadaan pasien.
Keadaan berikutnya yang akan terjadi adalah sepsis. Sepsis adalah saat dimana kuman
penyakit mulai memasuki aliran darah dan menyerang semua organ tubuh. Keadaan
ini akan direspon oleh tubuh dengan mengeluarkan sitokin dalam jumlah yang masif
yang akan membuat inflamasi pada seluruh tubuh pasien. Sepsis merupakan keadaan
yang mengancam nyawa jika tidak ditangani dengan baik.

3. Internal injury

Aborsi merupakan upaya yang dilakukan guna mengeluarkan janin secara paksa baik
dengan cara menggunakan alat ataupun dengan mengkonsumsi obat. Hampir 85%
aborsi yang dilakukan di Indonesia baik terapetik maupun yang criminalis adalah
menggunakan alat. Untuk terapetik menggunakan sendok kuratase sedangkan
criminalis sering dilakukan dengan memberikan trauma pada organ uterus baik
dengan memukul-mukul perut maupun menggunakan alat apapun yang dapat
dimasukan ke vagina untuk menghancurkan jaringan janin. Teknik memukul maupun
menggunakan alat yang dimasukkan ke vagina tentu akan memberikan trauma pada
organ yang terkena, baik rahimnya sendiri sampai ke organ lain yang berdekatan
dengan rahim. Penilitian mengatakan bahwa 1 dari 250 kejadian kuretase dirumah
sakit menyebabkan internal injury pada organ uterus.

4. Perdarahan masif
Kejadian perdarahan merupakan yang paling sering terjadi. Penyebabnya biasa akibat
sisa jaringan dan perforasi uterus untuk abortus terapetik sedangkan abortus
provocatus criminalis sering terjadi akibat ruptur hepar, ruptur lien, perforasi uterus.

5. Syok

Keadaan syok hipovolemik biasa merupakan kelanjutan dari perdarahan masif yang

9
tidak tertangani dengan baik. Keadaan ini juga sangat mengancam nyawa. Survival
rate di rumah sakit biasa cukup tinggi karena pasien dapat langsung diberikan
transfusi darah tetapi untuk abortus yang dilakukan sendiri atau pun ke dukun beranak
biasanya survival rate nya sangat kecil.

D. Pemeriksaan Pada Kasus Aborsi Forensik

1. Korban Hidup
Pada korban hidup perlu diperhatikan :

a. Tanda kehamilan, misalnya perubahan pada payudara, pigmentasi, hormonal,


mikroskopik, dan sebagainya.
b. Usaha penghentian kehamilan, misalnya tanda kekerasan pada genitalia, perut
bawah
c. Pemeriksaan toksikologi, untuk mengetahui adanya obat/zat yang dapat
mengakibatkan abortus
d. Hasil dari usaha penghentian kehamilan dapat berupa:
– IUFD (Intra Uterine Fetal Death)
– Sisa-sisa jaringan dengan pemeriksaan mikroskopis/ PA

2. Korban mati
Pemeriksaan dilakukan secepat mungkin, sebaiknya (12-16 jam), pemeriksaan luar
dilakukan seperti biasa. Temuan autopsi pada korban yang meninggal tergantung pada
cara melakukan aborsi serta interval waktu antara tindakan aborsi dan kematian. Pada
pemeriksaan jenazah, Teare (1964) menganjurkan pembukaan abdomen sebagai
langkah pertama dalam autopsi bila ada kecurigaan akan abortus kriminalis sebagai
penyebab kematian korban. Pemeriksaan luar dilakukan seperti biasa sedangkan pada
pembedahan jenazah, bila didapatkan cairn dalam rongga perut, atau kecurigaan lain,
lakukan pemeriksaan toksikologik.

Pemeriksaan post mortem meliputi:

 Tentukan apakah hamil/ baru saja hamil


 Tanda baru saja aborsi

10
 Tanda kekerasan
 Tentukan sebab kematian.

Tanda-tanda post mortem dari aborsi

Saat masih hidup, adanya tanda-tanda baru melahirkan, tergantung dari usia
saat aborsi, pemeriksaan dalam dan lamanya kehamilan. Tanda-tanda aborsi yang
baru terjadi adalah : bercak darah pada vagina, ditemukan cairan, vagina yang longgar,
laserasi dan luka yang terdapat pada vagina. Serviks membuka, bisa terdapat dan bisa
juga tidak terdapat robekan. Uterus membesar dan payudara juga membesar.

Setelah kematian, lakukan pemeriksaan terhadap:

 Tanda-tanda kehamilan.
 Cedera, terutama akibat kekerasan
 Periksa alat-alat genitalia interna, apakah pucat, mengalami kongesti, atau adanya
memar.
 Laserasi, inflamasi pada vagina
 Cedera pada serviks
 Uterus dan jaringan sekitarnya, diambil contoh jaringan untuk pemeriksaan.
Apakah ada pembesaran, krepitasi, luka, atau perforasi.
 Uterus diiris mendatar dengan jarak antar irisan 1 cm untuk mendeteksi
perdarahan yang berasal dari bawah
 Letak plasenta yang akan terlihat jika uterus dibuka.

Tes emboli udara dilakukan pada vena kava inferior dan jantung. Pemeriksaan
toksikologik dilakukan segera setelah tes emboli dengan mengambil darah dari
jantung. Pemeriksaan kehamilan/toksikologik juga dapat dilakukan dengan
mengambil urin. Pemeriksaan organ-organ lain dilakukan seperti biasa.

Pemeriksaan mikroskopik/ PA meliputi adanya:

– Sel trofoblast menunjukkan tanda hamil


– Kerusakan jaringan yang merupakan jejas/tanda usaha penghentian kehamilan.
– Sel radang PMN menunjukkan tanda intravital.

11
Pemeriksaan atas tubuh seorang wanita yang mati setelah pada dirinya
dilakukan tindakan pengguguran kandungan, tergantung dari metode yang dipakai
dalam pengguguran tersebut, antara lain:

 Aborsi dengan obat-obatan.


Pemeriksaan toksikologik untuk mendeteksi obat yang dipergunakan merupakan
pemeriksaan rutin yang harus dikerjakan, obat yang biasa ditemukan umumnya
obat yang bersifat dapat mengiritasi saluran pencernaan.

– Aborsi dengan instrumen


Dapat diketahui bila terjadi robekan atau perforasi dari rahim atau jalan lahir,
robekan umumnya terjadi pada dinding lateral uterus, sedangkan perforasi
biasanya terdapat pada bagian posterior fornix vagina.

 Aborsi dengan penyemprotan


Tampak adanya cairan yang berbusa diantara dinding uterus dengan fetal
membran, separasi sebagian dari placenta dapat dijumpai. Gelembung-gelembung
udara dapat dilihat dan ditelusuri pada pembuluh vena mulai dari rahim sampai
ke bilik jantung kanan. Pengukuran kandungan fibrinolisis dalam darah dapat
berguna untuk mengetahui apakah korban mati secara mendadak. Perforasi fundus
uteri dapat dijumpai bila syringe dipergunakan untuk penyemprotan.

E. Sanksi Pada Kasus Aborsi

Di Indonesia telah di tetapkan beberapa sanksi atau hukuman yang dapat dijatuhkan
kepada pelaku pedofilia yang telah diatur secara terperinci di dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP).

Pasal 299

(1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati,
dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat
digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda
paling banyak empat puluh lima ribu rupiah.

12
(2) Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keu tungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan atau
juru obat, padanya dapat ditambah sepertiga

(3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencariannya, dapat
dicabut haknya untuk menjalakukan pencarian itu.

Pasal 346

Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh
orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Pasal 347

(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita
tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut diancam dengan pidana penjara
paling lama lima belas tahun.

Pasal 348

(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita
dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.

(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.

Pasal 349

Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal
346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan
dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu

dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam
mana kejahatan dilakukan.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Gaufberg V. Abortion complications [internet]. Cited on 30 june 2018. Available


from: https://emedicine.medscape.com/article/795001-overview. 2016
2. Dahlan S. Ilmu Kedokteran Forensik : Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Hukum.
Badan Penerbi Universitas Dipenogoro, Semarang. 2007.
3. Budiyanto A, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
4. Anonym. Abortion [internet]. Cited on 30 june 2018. Available from:
https://www.nhs.uk/conditions/abortion/risks/. 2016
5. Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
SarwonoPrawirohardjo
6. Cunningham GF, Leveno JK, Bloom SL, Hauth JC, Rouse JD. Willliams obstetrics.
23rd Ed. The McGraw-Hill Companies; United States. 2010
7. Anonym. Complications of Abortion [internet]. Cited on 30 june 2018. Hesperian
Health Guide; Berkeley. Available from:
http://en.hesperian.org/hhg/Where_Women_Have_No_Doctor:Complications_of_Ab
ortion. 2018

14

Anda mungkin juga menyukai