Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan

BAB II: PEMBAHASAN


A. Definisi Aborsi
B . Alasan Aborsi
C. Pelaku Aborsi
D. Tindakan Aborsi
F. Contoh Aborsi
G. Resiko Aborsi

II A. Agama dan Aborsi


1. Aborsi Menurut Islam
2. Aborsi Menurut Kritiani
3. Aborsi Menurut Buddha
4. Aborsi Menurut Hindu
B . Solusi

BAB III: PENUTUP


Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai manusia kita sangat membutuhkan Agama dalam kehidupan
kita, baik sebagai aturan maupun pandangan hidup oleh karna itu makalah ini
kami buat selain untuk memenuhi tugas Agama, juga untuk menambah wawasan
kita mengenai Agama dan nilai-nilai di dalam nya.
Dan salah satunya yaitu pandangan Agama mengenai aborsi yang akan
di bahas dalam makalah ini Semoga dapat menjadi pertimbangan tingkah laku dan
pemikiran kita tentang apa itu aborsi?.

B. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah tentang Aborsi ini, khususnya adalah untuk
Menambah wawasan kami yang menulis dan umumnya bagi semua orang yang
membaca makalah tentang aborsi ini bisa mengetahui apa akibat dari aborsi itu
sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN

I. A. Definisi Aborsi
Menggugurkan kandungan atau dalam dunia medis dikenal dengan istilah
“abortus”. Berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma)
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran
hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.
Dalam dunia medis dikenal 3 macam aborsi, yaitu:
1. Aborsi Spontan / Alamiah
2. Aborsi Buatan / Sengaja
3. Aborsi Terapeutik / Medis

 Aborsi spontan / alamiah berlangsung tanpa tindakan


apapun. Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel
telur dan sel sperma, sedangkan
 Aborsi buatan / sengaja adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia
kandungan 28 minggu sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja
dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini
dokter, bidan atau dukun beranak).
 Aborsi terapeutik / medis adalah pengguguran kandungan buatan
yang dilakukan atas indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang
sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau
penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu
maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan
medis yang matang dan tidak tergesa-gesa.
B. Alasan Aborsi
Aborsi dilakukan oleh seorang wanita hamil - baik yang telah menikah
maupun yang belum menikah dengan berbagai alasan. Akan tetapi alasan yang
paling utama adalah alasan-alasan yang non-medis (termasuk jenis aborsi buatan /
sengaja)
Alasan lain yang sering dilontarkan adalah masih terlalu muda (terutama
mereka yang hamil di luar nikah), aib keluarga, atau sudah memiliki banyak anak.
Ada orang yang menggugurkan kandungan karena tidak mengerti apa yang
mereka lakukan. Mereka tidak tahu akan keajaiban-keajaiban yang dirasakan
seorang calon ibu, saat merasakan gerakan dan geliatan anak dalam
kandungannya.
Alasan-alasan seperti ini juga diberikan oleh para wanita di Indonesia yang
mencoba meyakinkan dirinya bahwa membunuh janin yang ada didalam
kandungannya adalah boleh dan benar . Semua alasan-alasan ini tidak berdasar.
Sebaliknya, alasan-alasan ini hanya menunjukkan ketidakpedulian seorang
wanita,

C. Pelaku Aborsi
Profil pelaku aborsi di Indonesia tidak sama persis dengan di Amerika.
Akan tetapi gambaran dibawah ini memberikan kita bahan untuk
dipertimbangkan. Seperti tertulis dalam buku “Facts of Life” oleh Brian Clowes,
Phd:
Para wanita pelaku aborsi adalah:
Wanita Muda
Lebih dari separuh atau 57% wanita pelaku aborsi, adalah mereka yang
berusia dibawah 25 tahun. Bahkan 24% dari mereka adalah wanita remaja berusia
dibawah 19 tahun.
Usia Jumlah %
Dibawah 15 tahun 14.200 0.9%
15-17 tahun 154.500 9.9%
18-19 tahun 224.000 14.4%
20-24 tahun 527.700 33.9%
25-29 tahun 334.900 21.5%
30-34 tahun 188.500 12.1%
35-39 tahun 90.400 5.8%
40 tahun keatas 23.800 1.5%

Belum Menikah
Jika terjadi kehamilan diluar nikah, 82% wanita di Amerika akan melakukan
aborsi. Jadi, para wanita muda yang hamil diluar nikah, cenderung dengan mudah
akan memilih membunuh anaknya sendiri.
Untuk di Indonesia, jumlah ini tentunya lebih besar, karena didalam adat
Timur, kehamilan diluar nikah adalah merupakan aib, dan merupakan suatu
tragedi yang sangat tidak bisa diterima masyarakat maupun lingkungan keluarga.

Waktu Aborsi
Proses aborsi dilakukan pada berbagai tahap kehamilan. Menurut data
statistik yang ada di Amerika, aborsi dilakukan dengan frekuensi yang tinggi pada
berbagai usia janin.
Usia Janin Kasus Aborsi
13-15 minggu 90.000 kasus
16-20 minggu 60.000 kasus
21-26 minggu 15.000 kasus
Setelah 26 minggu 600 kasus
D. Tindakan Aborsi
Ada 2 macam tindakan aborsi, yaitu:
1. Aborsi dilakukan sendiri
2. Aborsi dilakukan orang lain

 Aborsi dilakukan sendiri


Aborsi yang dilakukan sendiri misalnya dengan cara memakan obat-obatan
yang membahayakan janin, atau dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang
dengan sengaja ingin menggugurkan janin.

 Aborsi dilakukan orang lain


Orang lain disini bisa seorang dokter, bidan atau dukun beranak. Cara-cara
yang digunakan juga beragam.
Aborsi yang dilakukan seorang dokter atau bidan pada umumnya dilakukan
dalam 5 tahapan, yaitu:

1. Bayi dibunuh dengan cara ditusuk atau diremukkan didalam kandungan


2. Bayi dipotong-potong tubuhnya agar mudah dikeluarkan
3. Potongan bayi dikeluarkan satu persatu dari kandungan
4. Potongan-potongan disusun kembali untuk memastikan lengkap dan tidak
tersisa
5. Potongan-potongan bayi kemudian dibuang ke tempat sampah / sungai,
dikubur di tanah kosong, atau dibakar di tungku

Sedangkan seorang dukun beranak biasanya melaksanakan aborsi dengan


cara memberi ramuan obat pada calon ibu dan mengurut perut calon ibu untuk
mengeluarkan secara paksa janin dalam kandungannya. Hal ini sangat berbahaya,
sebab pengurutan belum tentu membuahkan hasil yang diinginkan dan
kemungkinan malah membawa cacat bagi janin dan trauma hebat bagi calon ibu.
E. Contoh Aborsi (Presentasi)
Berikut ini adalah gambaran mengenai apa yang terjadi didalam suatu
proses aborsi:
 Pada kehamilan muda (dibawah 1 bulan)
Pada kehamilan muda, dimana usia janin masih sangat kecil, aborsi
dilakukan dengan cara menggunakan alat penghisap (suction). Sang anak yang
masih sangat lembut langsung terhisap dan hancur berantakan. Saat dikeluarkan,
dapat dilihat cairan merah berupa gumpalan-gumpalan darah dari janin yang baru
dibunuh tersebut.

 Pada kehamilan lebih lanjut (1-3 bulan)


Pada tahap ini, dimana janin baru berusia sekitar beberapa minggu, bagian-
bagian tubuhnya mulai terbentuk. Aborsi dilakukan dengan cara menusuk anak
tersebut kemudian bagian-bagian tubuhnya dipotong-potong dengan
menggunakan semacam tang khusus untuk aborsi (cunam abortus).
Anak dalam kandungan itu diraih dengan menggunakan tang tersebut,
dengan cara menusuk bagian manapun yang bisa tercapai. Bisa lambung,
pinggang, bahu atau leher. Kemudian setelah ditusuk, dihancurkan bagian-bagian
tubuhnya. Tulang-tulangnya di remukkan dan seluruh bagian tubuhnya disobek-
sobek menjadi bagian kecil-kecil agar mudah dikeluarkan dari kandungan.
Dalam klinik aborsi, bisa dilihat potongan-potongan bayi yang dihancurkan
ini. Ada potongan tangan, potongan kaki, potongan kepala dan bagian-bagian
tubuh lain yang mungil. Anak tak berdosa yang masih sedemikian kecil telah
dibunuh dengan cara yang paling mengerikan.

 Aborsi pada kehamilan lanjutan (3 sampai 6 bulan)


Pada tahap ini, bayi sudah semakin besar dan bagian-bagian tubuhnya sudah
terlihat jelas. Jantungnya sudah berdetak, tangannya sudah bisa menggenggam.
Tubuhnya sudah bisa merasakan sakit, karena jaringan syarafnya sudah terbentuk
dengan baik.
Aborsi dilakukan dengan terlebih dahulu membunuh bayi ini sebelum
dikeluarkan. Pertama, diberikan suntikan maut (saline) yang langsung dimasukkan
kedalam ketuban bayi. Cairan ini akan membakar kulit bayi tersebut secara
perlahan-lahan, menyesakkan pernafasannya dan akhirnya – setelah menderita
selama berjam-jam sampai satu hari – bayi itu akhirnya meninggal.
Selama proses ini dilakukan, bayi akan berontak, mencoba berteriak dan
jantungnya berdetak keras. Aborsi bukan saja merupakan pembunuhan, tetapi
pembunuhan secara amat keji. Setiap wanita harus sadar mengenai hal ini.

 Aborsi pada kehamilan besar (6 sampai 9 bulan)


Pada tahap ini, bayi sudah sangat jelas terbentuk. Wajahnya sudah kelihatan,
termasuk mata, hidung, bibir dan telinganya yang mungil. Jari-jarinya juga sudah
menjadi lebih jelas dan otaknya sudah berfungsi baik.
Untuk kasus seperti ini, proses aborsi dilakukan dengan cara mengeluarkan
bayi tersebut hidup-hidup, kemudian dibunuh.
Cara membunuhnya mudah saja, biasanya langsung dilemparkan ke tempat
sampah, ditenggelamkan kedalam air atau dipukul kepalanya hingga pecah.
Sehingga tangisannya berhenti dan pekerjaan aborsi itu selesai. Selesai dengan
tuntas – hanya saja darah bayi itu yang akan mengingatkan orang-orang yang
terlibat didalam aborsi ini – bahwa pembunuhan keji telah terjadi.
Semua proses ini seringkali tidak disadari oleh para wanita calon ibu yang
melakukan aborsi. Mereka merasa bahwa aborsi itu cepat dan tidak sakit, mereka
tidak sadar karena dibawah pengaruh obat bius. Mereka bisa segera pulang tidak
lama setelah aborsi dilakukan.
Benar, bagi sang wanita, proses aborsi cepat dan tidak sakit. Tapi bagi bayi,
itu adalah proses yang sangat mengerikan, menyakitkan, dan benar-benar tidak
manusiawi.
Kematian bayi yang tidak berdosa itu tidak disaksikan oleh sang calon ibu.
Seorang wanita yang kelak menjadi ibu yang seharusnya memeluk dan
menggendong bayinya, telah menjadi algojo bagi anaknya sendiri.
F. Resiko Aborsi
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan
seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan
aborsi ia “tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang”. Ini adalah
informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang
sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.
Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:
1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik
2. Resiko gangguan psikologis

 Resiko kesehatan dan keselamatan fisik


Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa
resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku
“Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu:

1. Kematian mendadak karena pendarahan hebat


2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
4. Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan
cacat pada anak berikutnya
6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
9. Kanker hati (Liver Cancer)
10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan
cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya
11. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)
12. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
 Resiko kesehatan mental
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi
kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki
dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome”
(Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological
Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion
Review (1994).
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-
hal seperti berikut ini:
1. Kehilangan harga diri (82%)
2. Berteriak-teriak histeris (51%)
3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
4. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
6. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)
Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan
dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam
hidupnya.
II. A. Agama dan Aborsi

1. Aborsi Menurut Islam


Kendati terdapat perbedaan pendapat di antara akademisi Islam mengenai kapan
kehidupan dimulai dan kapan aborsi diperbolehkan, sebagian besar setuju bahwa
penghentian kehamilan tidak diizinkan setelah 120 hari – suatu titik di mana, dalam
Islam, janin diperkirakan menjadi jiwa yang hidup. Sejumlah pemikir Islam
berpendapat bahwa dalam kasus sebelum empat bulan kehamilan, aborsi seharusnya
hanya diizinkan dalam kasus kehidupan sang ibu terancam bahaya atau dalam kasus
pemerkosaan.

Menurut BBC, beberapa mazhab hukum Muslim mengizinkan aborsi dalam periode
enam belas minggu pertama kehamilan, sementara yang lain hanya mengizinkannya
dalam periode tujuh minggu pertama kehamilan. Semakin jauh perkembangan janin
dalam kehamilan, semakin besar kesalahannya. Al-Qur'an tidak secara khusus
membahas tentang aborsi, tetapi melingkupi isu ini dengan mengutuk pembunuhan
yang disengaja. BBC juga menuliskan bahwa semua mazhab memperbolehkan
aborsi sebagai sarana untuk menyelamatkan kehidupan sang ibu.

2. Aborsi Menurut Kristiani

Terdapat perbedaan pendapat mengenai bagaimana pandangan kalangan Kristen


awal mengenai aborsi, dan tidak ada larangan secara eksplisit dalam Perjanjian
Lama maupun Perjanjian Baru Alkitab Kristen. Beberapa akademisi menyimpulkan
bahwa kalangan Kristen awal mengambil sikap yang bervariasi tentang isu yang
sekarang disebut aborsi ini, serta bahwa pada saat-saat berlainan dan tempat-tempat
terpisah kalangan Kristen awal mengambil sikap yang berbeda. Akademisi lainnya
menyimpulkan bahwa kalangan Kristen awal memandang aborsi sebagai dosa pada
setiap tahapan kehamilan; meski terdapat perbedaan pendapat mengenai jenis
dosanya dan seberapa serius dosa tersebut, tetapi bobot minimal keseriusan atau
beratnya sama dengan amoralitas seksual. Dikatakan bahwa beberapa orang Kristen
awal meyakini kalau embrio belum memiliki jiwa pada saat konsepsi atau
pembuahan, dan karenanya ketika itu terdapat perbedaan pendapat mengenai apakah
aborsi pada tahap awal kehamilan merupakan pembunuhan atau secara etika setara
dengan pembunuhan.

Beberapa konsili awal Gereja menghukum wanita pelaku aborsi yang juga
melakukan kejahatan seksual lainnya, dan para pembuat obat abortifasien tetapi,
sebagaimana posisi para Bapa Gereja awal seperti Basilius Agung, tidak
membedakan antara janin yang "berbentuk" dan "belum berbentuk". Gregorius dari
Nyssa dan Maximus sang Pengaku Iman berkeyakinan bahwa kehidupan manusia
telah dimulai sejak saat pembuahan, sementara Agustinus dari Hippo meyakini
konsep Aristoteles tentang pemerolehan jiwa yang terjadi dalam kurun waktu
tertentu setelah pembuahan, yang setelah titik tersebut aborsi harus dipandang
sebagai pembunuhan, meski tetap mengutuk aborsi pada tahapan apapun sejak
pembuahan. Thomas Aquinas mengulangi kembali pandangan Aristoteles tentang
tahapan perkembangan jiwa: vegetatif, sensitif/animalia, dan rasional. Ini dikatakan
menjadi posisi Gereja Katolik sampai tahun 1869, ketika ekskomunikasi otomatis
tidak lagi terbatas hanya pada tindakan aborsi janin berbentuk, suatu perubahan
yang diinterpretasikan sebagai pernyataan implisit bahwa pembuahan adalah
momen pemerolehan jiwa. Kebanyakan aturan penitensial awal mengenakan silih
yang setara atas tindakan aborsi fase-awal maupun fase-akhir, tetapi penitensi-
penitensi setelah itu pada Abad Pertengahan biasanya membedakan keduanya,
memberlakukan silih yang lebih berat atas tindakan aborsi fase-akhir dan silih yang
lebih ringan diberlakukan atas dosa aborsi "sebelum memiliki hidup".

Denominasi Kristen masa kini memiliki beragam posisi, pemikiran, dan ajaran
mengenai aborsi, terutama dalam keadaankeadaan khusus. Gereja Katolik, Gereja
Ortodoks Timur, Ortodoksi Oriental, dan kebanyakan Protestan Injili menentang
aborsi yang disengaja sebagai perbuatan tak bermoral, meski juga mengizinkan apa
yang terkadang disebut aborsi tidak langsung, yaitu tindakan yang tidak
menghendaki kematian janin sebagai suatu tujuan ataupun sarana tetapi tindakan itu
mengakibatkan kematian janin sebagai efek samping. Beberapa denominasi
Protestan garis utama seperti Gereja Metodis, Gereja Kristus Bersatu, dan Gereja
Evangelis Lutheran di Amerika lebih bersikap liberal dalam hal aborsi. Secara lebih
umum, sejumlah denominasi Kristen dapat dipandang sebagai pro kehidupan
sementara yang lainnya mungkin dipandang sebagai propilihan. Selain itu, dalam
beberapa denominasi, terdapat kelompok minoritas yang tidak setuju dengan sikap
denominasi mereka mengenai aborsi.

3. Aborsi menurut Buddha


Tidak terdapat satu pandangan Buddhis mengenai aborsi.Beberapa sumber dalam
tradisinya, termasuk sejumlah peraturan monastik Buddhis, berpegang pada
keyakinan bahwa kehidupan dimulai sejak saat pembuahan dan bahwa aborsi, yang
sesungguhnya melibatkan pemusnahan hidup secara sengaja, harus ditolak. Yang
menjadikan isu ini kompleks adalah keyakinan Buddhis bahwa "kehidupan
merupakan suatu rangkaian kesatuan tanpa titik awal yang dapat dipahami". Di
antara kalangan Buddhis, tidak terdapat sudut pandang resmi atau yang lebih
diutamakan berkenaan dengan aborsi.

Dalai Lama ke-14 mengatakan bahwa aborsi adalah "negatif", tetapi ada
pengecualian-pengecualian. Ia mengatakan, "Saya piker aborsi seharusnya disetujui
ataupun ditolak berdasarkan keadaan masing-masing."
Menginduksi atau cara lain yang mengakibatkan aborsi dipandang sebagai suatu hal
serius dalam peraturan membiara (monastik) yang dianut oleh para rahib Theravāda
maupun Wajrayana; para rahib dan rubiah tidak diperkenankan untuk membantu
seorang wanita dalam melakukan aborsi. Sumber-sumber dalam tradisi Buddhis
tidak mengenal perbedaan antara aborsi fase-awal dan fase-akhir, tetapi, di Sri
Lanka dan Thailand, "stigma moral" terkait aborsi bertambah seiring dengan
perkembangan fetus atau janin. Sementara sumber-sumber dalam tradisi tampaknya
tidak melihat kemungkinan keterkaitan aborsi dengan kesehatan sang ibu, para guru
Buddhis modern dari banyak tradisi – dan hukum aborsi di banyak negara Buddhis –
mengakui kalau ancaman bagi kehidupan atau kesehatan fisik sang ibu dapat
dijadikan suatu pembenaran yang dapat diterima untuk melakukan aborsi sebagai
suatu hal praktis, kendati hal itu dapat dipandang sebagai suatu perbuatan dengan
konsekuensi karma atau moral negatif.

4. Aborsi menurut Hindu


Teks-teks Hindu klasik sangat mengutuk aborsi. BBC menuliskan, "Saat
mempertimbangkan aborsi, cara Hindu adalah memilih tindakan yang akan
memberikan kerugian paling sedikit bagi semua yang terlibat: sang ibu dan ayah,
sang janin dan masyarakat." Lebih lanjut BBC menyatakan, "Dalam praktiknya,
bagaimanapun, aborsi dipraktikkan dalam kultur Hindu di India, karena larangan
keagamaan atas aborsi terkadang dikesampingkan oleh preferensi kultural demi
anak laki-laki. Hal ini dapat menyebabkan aborsi untuk menghindari kelahiran
bayi perempuan, yang disebut 'fetisida wanita'." Para akademisi Hindu dan
pembela hak-hak wanita telah mendukung larangan atas aborsi selektif-seks.
Beberapa umat Hindu mendukung aborsi dalam kasus kehidupan sang ibu
terancam bahaya atau ketika janinnya memiliki anomali perkembangan yang
mengancam nyawa.

Beberapa teolog Hindu dan Brahma Kumaris meyakini bahwa keberadaan pribadi
manusia dimulai dalam periode tiga bulan kehamilan dan berkembang dalam
periode lima bulan, yang mungkin menyiratkan diizinkannya aborsi hingga bulan
ketiga dan menganggap aborsi setelah bulan ketiga sebagai penghancuran tubuh
yang sedang menjelma yang dimiliki sang jiwa.

C. Solusi
 Solusi untuk seorang wanita
Jika anda sedang memikirkan untuk melakukan aborsi, tenangkan pikiran
anda. Aborsi bukanlah suatu solusi sama sekali. Aborsi akan membuahkan
masalah-masalah baru yang bahkan lebih besar lagi bagi anda – di dunia dan di
akhirat.
Ada beberapa pihak yang dapat diminta bantuannya dalam hal menangani
masalah aborsi ini, yaitu:
1. Keluarga dekat atau anggota keluarga lain.
2. Saudara-saudara seiman
3. Gereja-gereja, khususnya gereja Katolik
4. Organisasi-organisasi pelayanan Gereja
5. Orang-orang lain yang bersedia membantu secara pribadi
Pertama-tama, hubungi keluarga terlebih dahulu. Orang tua, kakak, om,
tante atau saudara-saudara dekat lainnya. Minta bantuan mereka untuk
mendampingi di saat-saat yang sukar ini.

 Solusi untuk Bayi


Apapun alasan anda, aborsi bukanlah jalan keluar. Setiap bayi yang
dilahirkan, selalu dipersiapkan Tuhan segala sesuatunya untuk dia.Jangan lan kita
sia-sia kan kepercayaan Tuhan kepada kita.Bersyukurlah karena kita telah diberi
kesempatan untuk bias memperoleh keturunan,karena mubgkin orang lain tidak
seberuntung kita. Jika memang saat ini anda tidak sanggup membiayai kehidupan
buah hati anda, berdoalah agar Tuhan memberikan jalan keluar. Jika anda benar-
benar tidak menginginkan anak tersebut, carilah orang-orang dekat yang bersedia
untuk menerimanya sebagai anak angkat.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Aborsi merupakan hal yang harus dihindari.Seseorang boleh melakukan aborsi


jika memang alasanyya jelas menurut agama dan kesehatan.Tidak diperbolehkan
seorang ibu hamil membuang janinnya sendiri,karena Tuhan telah memberikan
kepercayaan kepada kita untuk bisa memperoleh seorang keturunan.Bersyukurlah
suatu saat nanti bila kita di beri kesempatan untuk menjadi seoarang ibu berarti
kita telah menjadi manusia yang beruntung,karena tidak semua wanita bisa
hamil.Banyak sekali wanita yang tidak bisa memeberikan keturunan kepada
suaminya karena faktor kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

 http://warungbidan.blogspot.com/2017/08/makalah-pandangan-agama-
terhadap-kasus.html
 https://www.academia.edu/9024380/ANALISIS_HUKUM_ISLAM_TERHADA
P_ABORSI_KTD
 https://id.wikipedia.org/wiki/Agama_dan_aborsi

Anda mungkin juga menyukai