Oleh:
Indah Permata Sari, S.Ked 712018024
Novita Indah Yanti, S.Ked 712018037
Mujahidin Arisman, S.Ked 712018013
Idham Kurniawan, S.Ked 712018031
Pembimbing
Kompol. dr. Mansuri, Sp.KF
Judul
Oleh:
Indah Permata Sari, S.Ked 712018024
Novita Indah Yanti, S.Ked 712018037
Mujahidin Arisman, S.Ked 712018013
Idham Kurniawan, S.Ked 712018031
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan sukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ilmiah referat yang berjudul
“INFANTICIDE AND STILLBIRTH” sebagai syarat untuk memenuhi tugas ilmiah
yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran kepaniteraan klinik, khususnya di
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang di Departemen Ilmu Kedokteran
Forensik Rumah Sakit Bhayangkara Palembang.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
Kompol. dr. Mansuri, Sp.KF, selaku pembimbing yang telah membantu memberikan
bimbingan dan masukan sehingga laporan ini dapat selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan. Demikianlah penulisan laporan kasus
ini, semoga bermanfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah........................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................3
2.1 Infancticide and Stillbirth.......................................................................3
2.2 Penyebab kematian pada kasus Infanticide and Stillbirth...................6
2.3 Pemeriksaan Medik pada korban kasus Infanticide and Stillbirth… 8
BAB III. KESIMPULAN.....................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Gambar 2. Bayi baru lahir cukup bulan ditemukan terbungkus selimut di dalam tas
belanja di tempat sampah. Tali pusat telah dipotong dengan benda yang tajam. Paru-paru
tidak menunjukkan bukti positif pernapasan.
Gambar 3. Bayi baru lahir yang membusuk ditemukan di tempat pembuangan
sampah.
Sebagian besar pembunuhan anak terjadi pada dua tahun pertama kehidupan,
dimana insiden terbanyak adalah pada tahun pertama. Hal terjadi ketika anak
berusia sekitar enam minggu, dimana sang anak mulai menangis lebih sering dan
pada saat berumur dua tahun ketika tiba waktunya toilet training. Insiden kembali
memuncak pada umur remaja ketika anak menjadi lebih bebas di luar dan
keterlibatan dengan perilaku beresiko seperti alkohol, penyalahgunaan obat-
obatan, penggunanaan senjata, dan kekerasan antar geng.
Menurut hubungan dengan korban, secara umum pelaku pembunuhan anak
dibagi menjadi intrafamilial dan extrafamilial. Intrafamilial diartikan sebagai
orang tua biologis, orang tua angkat ataupun orang tua tiri. Terdapat dua pola pada
pembunuhan anak, intrafamilial biasanya didominasi korban yang berumur 0-3
tahun dan kemungkinan dijelaskan sebagai fatal child abuse. Meskipun pelaku
pembunuhan extrafamilial jarang terjadi dan biasnya hanya dilakukan oleh pelaku
laki-laki, korban pembunuhan didominasi anak berumur lebih dari 12 tahun dan
dijelaskan sebagai fatal parental-societal neglect. Pembunuhan yang terjadi pada
umur diantara 3 dan 12 tahun biasanya dilakukan oleh salah satu dari keduanya
(mixture) (Budiyanto dkk, 1997).
Pada tindakan pidana pembunuhan anak, faktor psikologis ibu yang baru
melahirkan diperhitungkan sebagai faktor yang menyebabkan si ibu melakukan
pembunuhan tidak dalam keadaan sadar yang penuh, dan belum sempat timbul
rasa
kasih sayang. Selain itu karena adanya kehadiran bayi akibat hubungan diluar
pernikahan. Untuk menutupi perbuatannya, si ibu menjadi terdorong untuk
membunuh bayinya (Amelinda, Hoediyanto dan Kalanjati, 2018).
Stillbirth adalah seorang bayi lahir mati setelah kehamilan 24 minggu dan
belum dilahirkan oleh ibunya, dan tidak bernafas ataupun menunjukkan tanda-
tanda kehidupan lainnya. Secara teoritis, ini adalah definisi yang secara medis
tidak memuaskan, karena bisa hidup ketika kepalanya lahir tetapi mati sebelum
selesainya persalinan, dan oleh karena itu secara hukum menjadi kelahiran mati.
Namun, dalam praktiknya hal ini jarang terjadi, karena sebagian besar bayi lahir
mati dalam kandungan atau selama tahap awal proses kelahiran. Lahir mati terjadi
pada sekitar satu dari setiap 18 kehamilan di Inggris, dan lebih sering terjadi pada
kelahiran dari keluarga yang kurang beruntung secara social (Saukko, P. &
Knight, B. 2004).
Selain itu diperhatikan juga keadaan bayi pada saat lahir, seperti apakah
bayi cukup bulan atau belum, usia gestasi, usia pasca lahir serta memberikan
pula asupan laik hidup (viable) atau tidaknya bayi tersebut (Budiyanto dkk,
1997).
A. Bayi baru lahir dan sudah dirawat
Anak yang baru dilahirkan tubuhnya diliputi suatu bahan seperti salep,
verniks kaseosa. Anak masih berhubunggan dengan uri. Bila tali pusat
sudah terputus, ujungnya perlu diperiksa untuk menentukan apakah tali
pusat dipotong dengan benda tajam atau robek. Bila tali pusat sudah kering,
terlebih dahulu direndam dalam air supaya tali pusat mengembang lagi dan
diperiksa dibawah mikroskop.
B. Bayi baru lahir dan belum dirawat
Keadaan baru lahir dan belum dirawat sebagai petunjuk dari tidak lama
setelah dilahirkan, berarti tubuh bayi masih berlumuran darah dan verniks
kaseosa serta tali pusat mungkin masih berhubungan dengan uri atau sudah
terpisah, tetapi belum diikat (belum dirawat). Dalam hal bayi tercemplung
atau dicemplungkan dalam air maka darah dan sebagian dari verniks
kaseosa dapat tersingkirkan dari tubuhnya, namun masih bisa ditemukan
pada lipat- lipat kulit dileher, belakang daun telinga,ketiak, lipat siku, lipat
lutut, dan selangkangan. Menurut ponsold, bayi baru lahir adalah bayi yang
baru dilahirkan dan belum dirawat, dan tali pusat yang belum diikat
merupakan petunjuk terpenting dari keadaan belum dirawat.
C. Bayi yang dapat hidup diluar kandungan ibu (viable)
Dapat hidup di luar kandungan berarti dapat hidup tanpa pertolongan
inkubator, couveuse, tempat untuk memelihara bayi prematur dalam suatu
lingkungan dengan suhu dan kelembapan yang stabil. Viability ini adalah
sebagai berikut :
28 minggu atau lebih dalam kandungan
Berat badan 1500 gram atau lebih
panjang badan kepala-tumit 35 cm atau lebih
lingkaran kepala oksipitofrontal 32 cm atau lebih
Tidak mengadung cacat bawaan yang tidak memungkinkannya untuk
hidup terus (incompatible with life).
D. Bayi yang tidak dapat hidup diluar kandungan ibu (non-viable)
Dalam kasus-kasus tertentu meskipun bayi yang dilahirkan itu telah cukup
usia kandunganya, akan tetapi bayi tersebut mengalami kelainan
pertumbuhan yang menyebabkan anak tidak dapat hidup di luar kandungan
:
a) Ektopia kordis (anak lahir tanpa dinding dada sampai terlihat
jantungnya)
b) Rakiskisis (anak dilahirkan dengan tulang punggung terbuka tanpa
ditutupi kulit)
c) Atresia Esofagus (saluran kerongkongan tidak terbentuk)
d) Fistula Tracheo oesophagus (batang tengkorok dan kerongkongan
berubah menjadi satu)
e) Anensefalus (anak dilahirkan tanpa otak besar)
E. Umur bayi cukup bulan (aterm/matur)
Pada bayi yang lahir genap bulan setelah dikandung selama 37 minggu atau
lebih tetapi kurang dari 42 minggu penuh didapatkan
ukuran Antopometrik:
Berat badan ± 3000 gram (2500-4000).
Panjang badan kepala-tumit 46-50 cm
Panjang kepala tungging 30 cm atau lebih
Lingkar kepala oksipito-frontal 33-34 cm
Lingkar dada 30-33 cm
Lingkar perut 28-30 cm.
Ciri-Ciri Eksternal :
Daun telinga pada bayi lahir cukup bulan, menunjukkan pembentukan
tulang rawan yang sudah sempurna, pada helix teraba tulang rawan
yang keras pada bagian dorsokrnialnya dan bila dilipat cepat kembali
ke keadaan semula.
Puting susu pada bayi yang matur, sudah berbatas tegas, areola
menonjol diatas permukaan kulit dan diameter tonjolan susu 7 mm atau
lebih.
Kuku jari tangan sudah panjang, melampaui ujung jari, ujung distalnya
tegas dan relative keras sehingga tersa bila digarukkan pada telapak
tangan.
Terdapat garis-garis pada seluruh telapak kaki, dari depan hingga
tumit. Yang dinilai garis yang relative lebar dan dalam.
Pada bayi laki-laki matur, testis sudah turun dengan sempurna, yakni
sampai pada dasar skrotum dan rugae pada kulit skrotum sudah
lengkap. Dan pada bayi perempuan yang matur, labia minor sudah
tertutup dengan baik oleh labia mayor.
Rambut kepala relative kasar, masing-masing helai terpisah satu sama
laindan tampak mengkilat, batas rambut pada dahi jelas.
Skin opacity cukup tebal sehingga pembuluh darah yang agak besar
pada dinding perut tidak tampak atau tampak samara-samar.
Processus xyphoideus membengkok kedorsal, sedangkan bayi
premature membengkok keventral atau satu bidang dengan korpus
manubrium sterni.
Alis mata sudah lengkap, yakni bagian lateralnya sudah ada.
Pada bayi cukup bulan terdapat pusat penulangan epifisial diujung
distal femur dengan diameter 4-5 mm.dan adanya pusat penulangan
pada tallus dan calcaneus.
F. Umur bayi tidak cukup bulan (prematur)
Untuk menentukan umur anak dalam kandungan selain mengukur panjang
badan menrut rumus Haase, perlu diperiksa initi penulangan, sentrum
osifikasi.
Calcaneus (24 minggu)
Talus (28 minggu)
Distal Femur (38 minggu)
Proximal tibia (genap bulan)
Kesimpulan bila tidak ditemukan inti penulangan adalah anak belum sampai
umur tersebut di atas atau mungkin pembentukan inti penulangan terlambat.
G. Bayi dilahirkan dalam keadaan hidup dan bernapas
Untuk mengetahui apakah bayi yang dilahirkan benar-benar hidup, hal ini
dapat diketahui melalui pemeriksaan terhadap tiga fungsi utama organ tubuh
manusia yaitu respirasi, sirkulasi dan aktivitas otak. Terdapat beberapa
pemeriksaan yang harus dilakukan bagi menentukan bayi sudah bernapas
atau tidak.
Rongga dada yang telah mengembang, pada pemeriksaan didapati
diafragma yang letaknya rendah, setinggi iga ke-5 atau ke-6.
Pada bayi yang telah bernapas, paru tampak mengembang dan telah
mengisi sebagian besar rongga dada.
Tertelannya udara (yang menyertai pernapasan) mangakibatkan telinga
tengah dan saluran pencernaan mengandung udara.
H. Bayi dilahirkan dalam keadaan Stillbirth
Stillbirth adalah jika bayi dilahirkan setelah melewati usia kehamilan 28
minggu dan setelah dilahirkan tidak pernah menunjukkan adanya tanda
kehidupan. Karena bayi berada dalam lingkungan steril maka proses
pembusukan dimulai dari permukaan kulit menuju ke jaringan yang lebih
dalam (Budiyanto dkk, 1997). Still birth adalah bayi yang meninggal dalam
uterus dan setelah dilahirkan menunjukkan :
tanda-tanda rigor mortis saat dilahirkan
tanda-tanda maserasi yaitu proses otolisis yang aseptic dimana bayi
berada dalam uterus 3-4 hari setelah meninggal. Mayat menjadi lunak,
kempis dan mengeluarkan bau busuk. Pada kulit terdapat lepuhan yang
berisi cairan serosa dan kulit bewarna merah. Jaringan tubuh
membengkak dan sutura pada tulang tengkorak terpisah. Tali pusat
bewarna merah, lunak dan tebal.
Mumifikasi akibat berkurangnya aliran darah ke jaringan terutama jika
cairan amnion sudah sangat berkurang dan tidak ada udara yang masuk
ke dalam uterus. Janin menjadi kering dan menyusut.
Lahir mati adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar atau
dikeluarkan dari ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan. Kematian
ditandai dengan janin yang tidak bernafas atau tidak menunjukkan tanda
kehidupan lain, seperti denyut jantung, denyut nadi tali pusat, atau gerakan
otot rangka (Budiyanto dkk, 1997).
Tanda-tanda maserasi merupakan proses pembusukan intrauterin, yang
berlangsung dari luar ke dalam. Tanda ini baru terlihat setelah 8-10 hari
kematian inutero. Bila kematian baru terjadi setelah 3 atau 4 hari, hanya
terlihat perubahan pada kulit saja, berupa vesikel atau bulla yang berisis
cairan kemerahan. Bila vesikel atau bulla memecah akan terlihat kulit
berwarna merah kecoklatan. Tanda-tanda lain adalah epidermis berwarna
putih dan berkeriput, bau tengik, tubuh mengalami perlunakan sehingga
dada terlihat mendatar, sendi lengan dan tungaki lunak, sehingga dapat
dilakukan hiperekstensi, otot atau tendon terlepas dari tulang. Pada bayi
yang mengalami maserasi, organ-organ tampak basah tetapi tidak berbau
busuk. Bila bayi telah mati lama sekali dalam kandungan, akan terbentuk
litopedion (Budiyanto dkk, 1997).
B. Sistem Pencernaan
Pada usus besar dan lambung dimana jika terdapat udara di dalam usus
besar, berarti bayi telah hidup beberapa jam. Jika lambung berisi udara,
berarti bayi telah hidup selama satu hari. Pada mekonium, jika meckonium
telah hilang sama sekali, berarti bayi sudah hidup selama 4 hari (Budiyanto
dkk, 1997).
C. Kepala
Ditemukannya Sefalhematom, perdarahan setempat diantara
periosteum dan permukaan luar tulang atap tengkorak dan tidak melampaui
sutura. Fraktur tulang tengkorak, walaupun jarang terjadi, biasanya hanya
berupa cekungan tulang saja pada ubun-ubun. Perdarahan intracranial yang
sering terjadi adalah perdarahan subdural akibat laserasi tentorium serebeli
dan falks serebri. Perdarahan subarachnoid atau interventrikuler jarang
terjadi. Umumnya terjadi pada bayi-bayi prematur akibat belum sempurna
berkembangnya jaringan otak. Perdarahan epidural sangat jarang terjadi
karena duramater melekat erat pada tulang tengkorak bayi (Budiyanto dkk,
1997).
2.3.3. Pemeriksaan Penunjang
A. Identifikasi Potongan Tubuh Manusia (Kasus Mutilasi) dengan Pemeriksaan
Serologi
Pemeriksaan bertujuan untuk menentukan apakah potongan jaringan
berasal dari manusia atau hewan. Bilamana berasal dari manusia, ditentukan
apakah potongan-potongan tersebut dari satu tubuh. Penentuan juga meliputi
jenis kelamin, ras, umur, tinggi badan, dan keterangan lain seperti cacat
tubuh, penyakit yang pernah diderita, serta cara pemotongan tubuh yang
mengalami mutilasi. Untuk memastikan bahwa potongan tubuh berasal dari
manusia dapat digunakan beberapa pemeriksaan seperti pengamatan
jaringan secara makroskopik, mikroskopik dan pemeriksaan serologik
berupa reaksi antigen-antibodi (reaksi presipitin). Penentuan jenis kelamin
ditentukan dengan pemriksaan makroskopik dan harus diperkuat dengan
pemeriksaan mikroskopik yang bertujuan menemukan kromatin seks wanita,
seperti Drumstick pada leukosit dan badan Barr pada sel epitel serta jaringan
otot (Idris dan Tjiptomartono, 2017).
B. Pemeriksaan Anatomik dengan Pemeriksaan Serologi
Dapat memastikan bahwa kerangka adalah kerangka manusia.
Kesalahan penafsiran dapat timbul bila hanya terdapat sepotong tulang saja,
dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan serologik/ reaksi presipitin dan
histologi (jumlah dan diameter kanal-kanal Havers) Idris dan Tjiptomartono,
2017).
C. Forensik Molekuler
DNA atau DeoxyriboNucleic Acid merupakan asam nukleat yang
menyimpan semua informasi tentang genetika. DNA inilah yang
menentukan jenis rambut, warna kulit dan sifat-sifat khusus dari manusia.
DNA ini akan menjadi cetak biru (blue print) ciri khas manusia yang dapat
diturunkan kepada generasi selanjutnya. Sehingga dalam tubuh seorang anak
komposisi DNA nya sama dengan tipe DNA yang diturunkan dari orang
tuanya. Sedangkan tes DNA adalah metode untuk mengidentifikasi
fragmen-fragmen dari DNA itu sendiri. Atau secara sederhananya adalah
metode untuk mengidentifikasi, menghimpun dan menginventarisir file-file
khas karakter tubuh (Idris dan Tjiptomartono, 2017).
Forensik molekuler dalah suatu bidang ilmu yang memanfaatkan
pengetahuan kedokteran dan biologi pada tingkat molekul atau DNA. Ilmu
ini melengkapi dan menyempurnakan berbagai pemeriksaan identifikasi
personal pada kasus mayat tak dikenal, kasus pembunuhan, perkosaan, serta
berbagai kasus ragu ayah (Idris dan Tjiptomartono, 2017).
Pemeriksaan sidik DNA (DNA fingerprint) pertama kali siperkenalkan
oleh Jeffreys pada tahun 1985. Pemeriksaan ini didasarkan atas adanya
bagian DNA manusia yang termasuk daerah non-coding atau intron (tak
mengkode protein) yang ternyata merupakan urutan basa tertentu yang
berulang sebanyak n kali. Bagian DNA ini dimiliki oleh semua orang tetapi
mempunyai jumlah pengulangan yang berbeda-beda. Bagian DNA ini
dikenal dengan nama Variable Number of Tandem Repeats (VNTR) dan
umumnya tersebat pada bagian ujung dari kromosom. Seperti juga DNA
pada umumnya, VNTR ini diturunkan dari kedua orang tua menurut hokum
Mendel, sehingga keberadaannya dapat dilacak secara tidak langsung dari
orang tua, anak, maupun saudara kandungnya ((Idris dan Tjiptomartono,
2017).
Pada kasus identifikasi mayat tak dikenal, dilakukan pembandingan
pita korban dengan pita orang tua atau anak-anak tersangka korban. Jika
korban benar adalah tersangka, maka akan didapatkan bahwa separuh pita
anak akan cocok dengan ibunya dan separuh lagi akan cocok dengan
ayahnya. Hal yang sama juga dapat dilakukan pasda kasus ragu ayah. Pada
kasus perkosaan, dilakukan pembandingan pita DNA tersangka pelaku. Jika
tersangka benar adalah pelaku, maka akan dijumpai pita DNA yang persis
pola susunannya (Idris dan Tjiptomartono, 2017).
Penemuan DNA fingerprint yang menawarkan metode eksklusi dengan
kemampuan eksklusi yang amat tinggi membuatnya menjadi metode
pelengkap atau bahkan pengganti yang jauh lebih baik karena mempunyai
ketepatan yang nyaris seperti sidik jari. Dengan mulai diterapkannya metode
PCR, kemampuan metode ini untuk memperbanyak DNA jutaan sampai
milyaran kali memungkinkan dianalisisnya sampel forensic yang jumlahnya
amat minim. Kelebihan lainnya adalah dengan pemeriksaan PCR mampu
menganalisis bahan yang sudah berdegradasi sebagian. Hal ini penting
karena banyak dari sampel forensic merupakan sampel postmortem yang tak
segar
lagi (Idris dan Tjiptomartono, 2017). Tes DNA umumnya digunakan untuk
2 tujuan yaitu :
1. Tujuan pribadi seperti penentuan perwalian anak atau penentuan orang
tua dari anak dan
2. Tujuan hukum, yang meliputi masalah forensik seperti identifikasi
korban yang telah hancur, sehingga untuk mengenali identitasnya
diperlukan pencocokan antara DNA korban dengan terduga keluarga
korban ataupun untuk pembuktian kejahatan semisal dalam kasus
pemerkosaan atau pembunuhan.
Hampir semua sampel biologis tubuh dapat digunakan untuk sampel
tes DNA, tetapi yang sering digunakan adalah darah, rambut, usapan mulut
pada pipi bagian dalam (buccal swab), dan kuku. Untuk kasus-kasus
forensik, sperma, daging, tulang, kulit, air liur atau sampel biologis apa saja
yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP) dapat dijadikan sampel
tes DNA. DNA yang biasa digunakan dalam tes ada dua yaitu DNA
mitokondria dan DNA inti sel. Perbedaan kedua DNA ini hanyalah terletak
pada lokasi DNA tersebut berada dalam sel, yang satu dalam inti sel
sehingga disebut DNA inti sel, sedangkan yang satu terdapat di mitokondria
dan disebut DNA mitokondria. Untuk tes DNA, sebenarnya sampel DNA
yang paling akurat digunakan dalam tes adalah DNA inti sel karena inti sel
tidak bisa berubah. DNA dalam mitokondria dapat berubah karena berasal
dari garis keturunan ibu yang dapat berubah seiring dengan perkawinan
keturunannya. Sebagai contoh untuk sampel sperma dan rambut. Yang
paling penting diperiksa adalah kepala spermatozoanya karena didalamnya
terdapat DNA inti, sedangkan untuk potongan rambut yang paling penting
diperiksa adalah akar rambutnya. Tetapi karena keunikan dari pola
pewarisan DNA mitokondria menyebabkan DNA mitokondria dapat
dijadikan sebagai marka (penanda) untuk tes DNA dalam upaya
mengidentifikasi hubungan kekerabatan secara maternal (Idris dan
Tjiptomartono, 2017).
Setiap anak akan menerima setengah pasang kromosom dari ayah dan
setengah pasang kromosom lainnya dari ibu sehingga setiap individu
membawa sifat yang diturunkan baik dari ibu maupun ayah. Sedangkan
DNA yang berada pada mitokondria hanya diturunkan dari ibu kepada
anak- anaknya. Keunikan pola pewarisan DNA mitokondria menyebabkan
DNA
mitokondria dapat digunakan sebagai marka untuk mengidentifikasi
hubungan kekerabatan secara maternal. Dengan perkembangan teknologi,
pemeriksaan DNA dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan
membedakan individu yang satu dengan individu yang lain ((Idris dan
Tjiptomartono, 2017).
A. Tes Paternitas
Tes paternitas adalah tes DNA untuk menentukan apakah
seorang pria adalah ayah biologis dari seorang anak. Kita semua
mewarisi DNA (materi genetik) dari orang tua biologis kita. Tes
paternitas membandingkan pola DNA anak dengan terduga ayah untuk
memeriksa bukti pewarisan DNA yang menunjukkan kepastian adanya
hubungan biologis (Idris dan Tjiptomartono, 2017).
B. Tes Maternitas
Tes maternitas adalah tes DNA untuk menentukan apakah
seorang wanita adalah ibu biologis dari seorang anak. Seperti pada tes
paternitas, tes ini membandingkan pola DNA anak dengan terduga ibu
untuk menentukan kecocokan DNA anak yang diwariskan dari terduga
ibu. Umumnya tes maternitas dilakukan untuk kasus, seperti kasus
dugaan tertukarnya bayi, kasus bayi tabung, kasus anak angkat dan
lain-lain (Idris dan Tjiptomartono, 2017).
Untuk akurasi kebenaran dari tes DNA hampir mencapai 100%
akurat. Adanya kesalahan bahwa kemiripan pola DNA bisa terjadi
secara random (kebetulan) sangat kecil kemungkinannya, mungkin satu
diantara satu juta. Jikapun terdapat kesalahan itu disebabkan oleh
faktor human error terutama pada kesalahan interprestasi fragmen-
fragmen DNA oleh operator (manusia). Tetapi dengan menerapkan
standard of procedur yang tepat kesalahan human error dapat
diminimalisir atau bahkan ditiadakan (Idris dan Tjiptomartono, 2017).
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
1. Kasus infanticide atau pembunuhan anak sendiri, yaitu pembunuhan oleh
ibu kandung yang membunuh bayinya saat dilahirkan atau beberapa saat
setelah melahirkan. Alasan ibu kandung tersebut membunuh karena tidak
ingin orang lain mengetahui kelahiran tersebut. Stillbirth adalah seorang
bayi lahir mati setelah kehamilan 24 minggu dan belum dilahirkan oleh
ibunya, dan tidak bernafas ataupun menunjukkan tanda-tanda kehidupan
lainnya.
2. Penyebab kematian pada kasus infanticide and stillbirth adalah pembekapan
(sufokasi), penjeratan (strangulasi), penenggelaman (drowning), kekerasan
tumpul pada kepala, kekerasan benda tajam dan keracunan.
3. Pemeriksaan medik pada korban kasus infanticide and stillbirth adalah
dengan pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam dan dapat juga dengan
pemeriksaan penunjang jika diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Amelinda, A., Hoediyanto, H., dan Kalanjati, V.P. 2018. Profil Kasus Pembunuhan
Anak di Departemen Ilmu Kedokteran Forensik RSUD Dr. Soetomo. Surabaya:
eJKI Vol. 6 No. 1
Budiyanto, A. Dkk. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran
Forensik FK UI
Idries, A.M., dan Tjiptomartono, A.L. 2017. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik
Dalam Proses Penyidikan Edisi Revisi. Jakarta: Sagung Seto
Mangare, P. 2016. Kajian Hukum Tindak Pidana Pembunuhan Anak oleh Ibu
Kandung nya (Menurut Pasal 134 KUHP). Manado: Lex Privatum Vol. 4 No. 2,
Febuari 2016
Moeljanto. 2008. Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta
Poter, T. dan Gavin, H. 2010. Infanticide & Neonaticide: a Review of 40 years of
Research Literature on Icidences and Cases. USA: SAGE Journals Trauma,
Violence and Abuse Vol. 11, No. 3
Putra, A.Y. dkk. 2019. Dibalik Kisah Ibu yang Masukkan Bayi ke Mesin Cuci Hingga
Tewas, Tidak Ada Niat Bunuh Anak.
https://palembang.kompas.com/read/2019/11/06/12420031/di-balik-kisah-ibu-
yang-masukkan-bayi-ke-mesin-cuci-hingga-tewas-tidak-ada?page=all diakses
pada 30 Juni 2020
Saukko P dan Bernard K. 2004. Knight’s Forensic Pathology 3rd Edition. London :
CRC Press
UU no. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak