Anda di halaman 1dari 91

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. J


DENGAN DHF DIRUANGAN IRENE 2

GITA NATALIA RAHELDA


30190121142

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa karena ialah yang telah membu
at segala sesuatu indah pada waktunya. Atas tuntunannya sehingga saya dapat menyelesaikan tug
as laporan kasus tentang asuhan keperawatan pada An.J dengan DHF
Pembuatan tugas laporan kasus ini, untuk memenuhi salah satu syarat dalam penyelesaian tugas
profesi Ners di mata ajar Keperawatan Anak. Penyusunan laporan kasus ini, banyak pihak yang t
elah membantu dalam memberikan dorongan dan bimbingan secara langsung maupun tidak lang
sung. Saya mengucapkan terima kasih khusunya kepada :
1. Ns. Elisabeth Ari Setyarini S.Kep.,M.Kes. AlFO selaku ketua STIKes Santo Borromeus
Padalarang.
2. Ns. Ferdinan S, M.Kep selaku kepala program studi SI keperawatan dan Pofesi STIKes S
anto Borromeus Padalarang.
3. Ns. Tina Shinta, M.Kep., Sp. Kep. An. Selaku dosen pengampuh Mata Kuliah Keperawa
tan Anak.

Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan saya menyadari bahwa di dalam pembuatan lapora
n kasus ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritikan dan saran bagi
yang membaca.

Bandung, 02 Agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………...1
B. Tujuan Penulisan……………………………………………………………………3
C. Metode Penulisan………………………………………………………………….. 3
D. Sistematika Penulisan……………………………………………………… ………3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Medis……………………………………………………………….. 5
B. Konsep Dasar Keperawatan…………………………………………………………17
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian ……………………………………………………………………………... 29
B. Diagnosa Keperawatan …………………………………………………………………54
C. Rencana Keperawatan…………………………………………………………………...55
D. Implementasi Keperawatan……………………………………………………………...59
E. Evaluasi Keperawatan……………………………………………………………………61
BAB IV PEMBAHASAN
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan…………………………………………………………………………………..69
B. Saran………………………………………………………………………………………70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang di sebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita me
lalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (betina), terutama menyerang anak remaja dan de
wasa dan sering kali menyebabkan kematian bagi penderita (Effendy, 2016 ).

Penyebaran virus dengue yang semakin menyebar luas, Asia menempati uruta
n pertama dalam jumlah penderita demam berdarah di tiap tahunnya. Sementara itu te
rhitung sejak tahun 1995 hingga tahun 2013, World Health Organization (WHO) men
catat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus demam berdarah dengue tertinggi
di Asia Tenggara (Andarmoyo, 2013). Di Indonesia pada tahun 2013 dengan jumlah p
enderita DHF sebanyak 112.511 orang dan 2 jumlah kasus meninggal sebanyak 871 p
enderita, dan di tahun 2014 sebanyak 71.668 orang dan 641 diantaranya meninggal du
nia (Departemen Kesehatan, 2015).

Sampai pertengahan bulan Desember tercatat penderita DHF di 34 provinsi di


Indonesia sebanyak 71.668 orang dan 641 diantaranya meninggal dunia pada tahun 20
14. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yakni tahun 2013 d
engan jumlah penderita sebanyak 112.511 orang dan jumlah kasus meninggal sebanya
k 871 penderita (Departemen Kesehatan, 2015).

Kementerian Kesehatan RI mencatat jumlah penderita Dengue Haemorrhagic


Fever (DHF) di Indonesia pada bulan Januari-Februari 2016 sebanyak 13.219 orang p
enderita DHF dengan jumlah kematian 137 orang. Proporsi penderita terbanyak yang
mengalami DHF di Indonesia ada pada golongan anak-anak usia 5-14 tahun, mencapa
i 42,72% dan yang kedua pada rentang usia 15-44 tahun, mencapai 34,49% (Departe
men Kesehatan, 2016).
Data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kalimantan selatan sepanjang tahun 2
014 jumlah klien penderita DHF di Kalimantan Selatan yaitu sebanyak 828 orang, di
mana yang meninggal 17 orang. Pada tahun 2015 jumlah klien penderita DHF di Kali
mantan Selatan sebanyak 3668 dimana yang meninggal sebanyak 40 orang, Pada tahu
n 2016 jumlah klien penderita DHF di Kalimantan Selatan dari bulan Januari hingga b
ulan Desember jumlah kasus penderita DHF telah mencapai 4099 kasus dan yang men
inggal 29 orang (Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan, 2016)

Profil kesehatan indonesia tahun 2018 mencatat bahwa jumlah kasus DBD di I
ndonesia sebanyak 65.602 kasus dengan jumlah sebanyak 467 jiwa (Satriadi et al., 20
21)

Di Indonesia sendiri penyakit ini ditemukan pertama kali pada tahun 1986 di d
aerah Jakarta dan Surabaya dan hingga sekarang penyebaran virus dengue ini sudah m
enyebar ke 33 provinsi, 440 kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Pada tahun 2014, s
ampai pertengahan bulan desember tercatat penderita DBD di 34 provinsi di Indonesi
a sebanyak 71.668 orang dan 641 diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut lebih
rendah dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 112.511 dan 871 diantaranya men
inggal dunia(Dewi et al., 2019)

Badan kesehatan Dunia (WHO) mengemukakan jumlah kasus demam di selur


uh dunia mencapai 18-34 juta. Anak merupakan yang rentan terkena demam, walaupu
n gejala yang dialami lebih ringan dari orang dewasa. Hampir disemua daerah endemi
k, insidensi demam banyaj terjadi pada anak 2 usia 5-19 tahun. Data kunjungan ke fas
ilitas kesehatan pediatrik di Brazil terdapat sekitar 19% sampai 30% anak diperiksa ka
rena menderita demam. Profil kesehatan Indonesia tahun 2013, mengungkapkan bahw
a jumlah penderita demam yang disebabkan oleh infeksi dilaporkan sebanyak 112.511
kasus demam dengan jumlah kematian 871 orang.(Febrian,R. 2021).

Anak merupakan individu yang unik dimana setiap anak memiliki kebutuhan y
ang berbeda disetiap pertumbuhan dan perkembangan serta memiliki kebutuhan holist
ik seperti fisik, psikologis, sosial dan spiritual yang berbeda dengan orang dewasa. Ke
butuhan ini apabila dapat terpenihi, anak akan mampu beradaptasi dan terjaga kondisi
kesehatannya(Pulungan et al., 2016).
Rentang sehat dan sakit dialami oleh semua individu, tanpa terkecuali dialami
oleh anak(Wiguna et al., 2015). Anak usia sekolah memiliki daya kekebalan tubuh leb
ih rendah dibandingkan orang dewasa, sehingga anak memiliki resiko tertular infeksi,
rentan mengalami cidera dan jatuh, hal ini memungkinkan anak untuk dilakukan pera
watan di rumah sakit dan menyebabkan peningkatan jumlah anak yang dirawat dirum
ah sakit (Hockenberry, M.J. & Wilson, 2017)

Teori mengatakan bahwa pertumbuhan pada anak perempuan memiliki kemaj


uan yang lebih signifikan dibandingkan dengan anak laki-laki. Kemajuan tersebut ada
sejak dari 3 periode kelahiran hingga periode pubertas berakhir. Faktor-faktor tersebut
harus diperhatikan dan diberikan dengan baik sesuai dengan usia anak karena akan be
rpengaruh besar terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan anak. (Isnainia & N
a’imah, 2020)

Angka kesakitan anak di Indonesia mencapai lebih dari 45% dari jumlah kesel
uruhan populasi anak di Indonesia (Kemenkes RI, 2018). Sehingga didapat peningkat
an hospitalisasi pada anak menurut Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2018
angka rawat inap atau hospitalisasi anak di Indonesia naik sebesar 13% dibandingkan
tahun 2017. (Badan Pusat Statistik., 2018).

Adanya respon anak terhadap hospitalisasi menimbulkan kendala dalam pelak


sanaan perawatan yang akan diberikan sehingga menghambat proses penyembuhan. H
al tersebut menyebabkan waktu perawatan yang lebih lama, bahkan akan mempercepa
t terjadinya komplikasikomplikasi selama perawatan. Upaya untuk mengatasi efek dar
i hospitalisasi pada anak pada prinsipnya adalah meminimalkan stressor, Anak memb
utuhkan perawatan yang kompeten dan sensitif untuk meminimalkan efek negatif dari
hospitalisasi(Satriadi et al., 2021)

Perawatan di rumah sakit, anak akan beradaptasi dengan lingkungan baru, pera
wat dan tenaga kesehatan lainnnya yang tidak dikenal sebelumnya oleh anak, tindakan
perawatan yang menimbulkan cedera tubuh dan rasa nyeri, anak mengalami keterbata
san dalam melakukan aktivitas serta kehilangan kebebasan dan kemandirian anak. Ho
spitalisasi pada anak usia sekolah menimbulkan berbagai respon diantaranya cemas,
menarik diri, anak tidak melakukan sosialisasi, marah, menangis. Stress akibat hospita
lisasi pada anak usia sekolah diperlihatkan dengan sikap kecemasan, perasaan cemas
muncul akibat situasi sangat menekan dan memiliki durasi waktu hanya sebentar (Fra
dianto, 2014).

Dampak hospitalisasi pada anak akan mengakibatkan kecemasan serta stress d


i semua tingkat usia. Kecemasan disebabkan oleh factor petugas (perawat, dokter atau
tenaga kesehatan lainnya), dan lingkungan (lingkungan baru maupun lingkungan kelu
arga pendamping perawatan). Meskipun dampak tersebut tidak dirasakan langsung ole
h anak, namun secara psikologis anak merasakan perubahan perilaku orang tua selama
mendampingi di RS. Akibatnya mempengaruhi proses penyembuhan karena anak sem
akin stress. Selain itu pasien mengalami kegoncangan jiwa dan mudah terserang peny
akit lain, karena adanya penekanan system imun akibat stress. Anak akan merasakan n
yaman bersama dukungan social dari keluarga, lingkungan perawatan yang terapeutik,
serta sikap perawat yang peduli dan hangat sehingga mampu mendorong proses pemu
lihan.(Haerani,D & Nurhayati, S. 2020).

B. Tujuan Penulisan
Tujuan umum:
Mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan anak pada An. J dengan kasus
DHF

Tujuan Khusus:

1. Melakukan pengkajian pada An. J dengan kasus DHF


2. Menentukan diagnosa keperawatan pada An. J dengan kasus DHF
3. Melakukan intervensi keperawatan pada An. J dengan kasus DHF Melakuka
n implementasi keperawatan pada An. J dengan kasus DHF
4. Melakukan evaluasi keperawatan pada An. J dengan kasus DHF

C. Metode Penulisan
Metode penulisan ini adalah deskriptif dalam bentuk laporan kasus yang berisi
asuhan keperawatan pada An. J dengan kasus DHF meliputi pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evalua
si keperawatan.

D. Sistematika Penulisan
kasus ini terdiri dari 5 bab yaitu Bab 1 yang memuat tentang latar belakang pe
nulis mengambil kasus, tujuan penulisan tentang apa saja yang akan dicapai penulis d
alam membuat laporan, metode penulisan menjelaskan tentang cara penulis dalam me
narasikan laporan ini secara berstruktur sesuai kerangka. Pada Bab 2, penulis membua
t laporan pendahuluan yang terdiri dari konsep dasar medis pada DHF dan konsep das
ar keperawatan tentang DHF pada kasus yang diambil pada An. J kemudian pada Bab
3 berisi tinjauan kasus, dimana penulis mulai dari melakukan pengkajian pada An. J,
menentukan diagnosa keperawatan dari kasus An. J, merencanakan terkait intervensi
yang akan dilakukan pada An.K, melaksanakan implementasi pada An.K dari rencana
keperawatan yang telah dibuat penulis, serta mengevaluasi selama 2 hari atas hasil im
plementasi yang telah dilakukan pada An. J. Sedangkan pada Bab 4, penulis akan me
mbahas mengenai kesamaan dan penyimpangan atau perbedaan antara teori (Bab 2) d
an Kasus (Bab 3) dan mengapa terjadi perbedaan tersebut berdasarkan teori dan Bab t
erakhir yaitu bab 5 membahas tentang kesimpulan dari kasus yang diambil penulis da
n saran yang dapat disampaikan oleh penulis setelah membedah dan mempelajari kasu
s yang didapat pada An. J dengan kasus DHF.

BAB II
Tinjauan Teori
A. Pengertian
Dengue syok sindrom (DSS) adalah kegagalan peredaran darah pada pasien D
BD karena kehilangan plasma dalam darah akibat peningkatan permeabilitas kapiler d
arah. Syok terjadi apabila darah sudah semakin mengental karena plasma darah mere
mbes keluar dari pembuluh darah (Soegijanto, 2012).

Dengue syok sindrom (DSS) adalah keadaan klinis yang memenuhi kriteria D
BD disertai dengan gejala dan tanda kegagalan sirkulasi atau syok. DSS adalah kelanj
utan dari DBD dan merupakan stadium akhir perjalanan penyakit infeksi virus dengue,
derajat paling berat, yang berakibat fatal (Susilowati, 2012)

Demam dengue atau DF dan demam berdarah dengue atau DBD (dengue hem
orrhagic fever disingkat DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus den
gue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leu
kopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DHF terja
di perembesan plasma yang ditandai dengan hemokosentrasi (peningkatan hematokrit)
atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue yang ditandai oleh
renjatan atau syok (Nurarif & Kusuma 2015).

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang menyerang anak dan
orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut, per
darahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod Born
Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti atau oleh Aedes Aebopictus
(Wijayaningsih 2017).

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) menular melalui gigitan nyamuk Aedes aegypt
i. DHF merupakan penyakit berbasis vektor yang menjadi penyebab kematian utama di ba
nyak negara tropis. Penyakit DHF bersifat endemis, sering menyerang masyarakat dalam
bentuk wabah dan disertai dengan angka kematian yang cukup tinggi, khususnya pada me
reka yang berusia dibawah 15 tahun (Harmawan 2018).

B. Anatomi Fisiologi
Gambar 2.1 Anatomi Sistem Hematologi Sumber gambar : (Tedi Mulyadi 2015)

Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi tra
nsportasi oksigen, karbohidrat dan metabolit, mengatur keseimbangan asam dan b
asa, mengatur suhu tubuh dengan cara konduksi atau hantaran, membawa panas tu
buh dari pusat produksi panas (hepar dan otot) untuk didistribusikan ke seluruh tu
buh, pengaturan hormon dengan membawa dan menghantarkan dari kelenjar ke sa
saran (Syaifuddin, 2016).

Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang warnanya merah. War
na merah ini keadaannya tidak tetap, bergantung pada banyaknya oksigen dan kar
bon dioksida di dalamnya. Darah berada dalam tubuh karena adanya kerja pompa
jantung. Selama darah berada dalam pembuluh, darah akan tetap encer. Tetapi bila
berada di luar pembuluh darah akan membeku. Fungsi darah (Syaifuddin, 2016) :

a. Sebagai sistem transpor dari tubuh, yaitu menghantarkan bahan kimia, oksigen,
dan nutrien ke seluruh tubuh.
b. Mengangkut sisa metabolit ke organ pembuangan.
c. Menghantarkan hormon-hormon ke organ sasaran.
d. Mengangkut enzim, zat bufer, elektrolit ke seluruh tubuh.
e. Mengatur keseimbangan suhu.

Pada orang dewasa dan anak-anak sel darah merah, sel darah putih, dan sel pe
mbeku darah dibentuk dalam sumsum tulang. Sumsum seluler yang aktif dinamakan s
umsum merah dan sumsum yang tidak aktif dinamakan sumsum kuning. Sumsum tula
ng merupakan salah satu organ yang terbesar dalam tubuh, ukuran dan beratnya hamp
ir sama dengan hati. 13 Darah terdiri dari dua komponen yaitu komponen padat yang t
erdiri dari sel darah (sel darah merah atau eritrosit, sel darah putih atau leukosit, dan s
el pembeku darah atau trombosit) dan komponen cair yaitu plasma darah, Sel-sel dara
h ada 3 macam yaitu:

a. Eritrosit (sel darah merah) Eritrosit merupakan sel darah yang telah berdeferen
si jauh dan mempunyai fungsi khusus untuk transport oksigen. Oleh karena di
dalamnya mengandung hemoglobin yang berfungsi mengikat oksigen, eritrosit
membawa oksigen dari paru ke jaringan dan karbon dioksida dibawa dari jarin
gan ke paru untuk dikeluarkan melalui jalan pernapasan. Sel darah merah : Ke
kurangan eritrosit, Hb, dan Fe akan mengakibatkan anemia.
b. Leukosit (sel darah putih) Sel darah putih : Berfungsi mempertahankan tubuh
dari serangan penyakit dengan cara memakan atau fagositosis penyakit tersebu
t. Itulah sebabnya leukosit disebut juga fagosit. Sel darah putih yang mengand
ung inti, banyaknya antara 6.000-9.000/mm³.
c. Trombosit (sel pembeku darah) Keping darah berwujud cakram protoplasman
ya kecil yang dalam peredaran darah tidak berwarna, jumlahnya dapat bevaria
si antara 200.000-300.000 keping/mm³. Trombosit dibuat di sumsum tulang, p
aru, dan limpa dengan ukuran kira-kira 2-4 mikron. Fungsinya memegang pera
nan penting dalam proses pembekuan darah dan 14 hemostasis atau menghenti
kan aliran darah. Bila terjadi kerusakan dinding pembuluh darah, trombosit ak
an berkumpul di situ dan menutup lubang bocoran dengan cara saling melekat,
berkelompok, dan menggumpal atau hemostasis.

Selanjutnya terjadi proses bekuan darah. Struktur sel dalam darah adalah :

a. Membran sel (selaput sel) Membran struktur elastik yang sangat tipis, tebalnya
hanya 7,5- 10nm. Hampir seluruhnya terdiri dari keping-keping halus gabunga
n protein lemak yang merupakan lewatnya berbagai zat yang keluar masuk sel.
Membran ini bertugas untuk mengatur hidup sel dan menerima segala untuk ra
ngsangan yang datang.
b. Plasma Terdiri dari beberapa komponen yaitu :
1. Air membentuk 90 % volume plasma
2. Protein plasma, berfungsi untuk menjaga volume dan tekanan darah ser
ta melawan bibit penyakit (immunoglobulin).
3. Garam dan mineral plasma dan gas terdiri atas O2 dan CO2 berfungsi
untuk menjaga tekanan osmotik dan pH darah sehingga fungsi normal j
aringan tubuh.
4. Zat-zat makanan sebagai makanan sel.
5. Zat-zat lain seperti hormon, vitamin, dan enzim yang berfungsi untuk
membantu metabolisme.
6. Antibodi dan antitoksin melindungi badan dari infeksi bakteri

C. Etiologi
Virus dengue, termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat 4 serot
ipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di Indone
sia dengan DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan a
ntibody terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk terh
adap serotype lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yan
g memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis
dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe viru
s dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Nurarif & Kusuma 2015).

Penularan terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes (terutama Aedes aegypt
i dan A.albopictus). Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infe
ksi virus dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Nyamuk Aedes tersebut
dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalam
i viremia. Pada tubuh manusia, virus memerlukan intrinsic incubation period selama 4
6 hari sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya
dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2
hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul (Susilowati, 2012).

D. Patofidiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia.
Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus sehin
gga menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin) terjadinya:
peningkatan suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh
darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke intersis
iel yang menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi 16 akibat dari pen
urunan produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus (Murwani 201
8).

Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit sep
erti petekia atau perdarahan mu kosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya ke
hilangan kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara normal.
Hal tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan meni
mbulkan syok. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus akan m
asuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pertama tama yang terja
di adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mu
al, nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit, hi
peremia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah be
ning, pembesaran hati atau hepatomegali (Murwani 2018).

Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus ant
ibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 d
an C5 akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histami
n dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding ka
piler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang ek
straseluler. Pembesaran plasma ke ruang eksta seluler mengakibatkan kekurangan vol
ume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan re
njatan atau syok. Hemokonsentrasi atau 17 peningkatan hematokrit >20% menunjuka
n atau menggambarkan adanya kebocoran atau perembesan sehingga nilai hematokrit
menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena (Murwani 2018).

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan ditem


ukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium, pleura, dan
perikardium yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus. S
etelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukan keboco
ran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus di kurangi kecep
atan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan gagal jantung, sebaliknya
jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan
yang akan mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika r
enjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik a
sidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik (Murwani 2018).

E. Tanda dan Gejala


Tanda dan Gejala pada penderita DHF antara lain adalah (Nurarif & Kusuma 2
015):
a. Demam dengue Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai
dengan dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut:
1) Nyeri kepala
2) Nyeri retro-orbital 18
3) Myalgia atau arthralgia
4) Ruam kulit
5) Manifestasi perdarahan seperti petekie atau uji bending positif
6) Leukopenia
7) Pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan DD/DBD yang sudah d
i konfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama
b. Demam berdarah dengue Berdasarkan kriteria WHO 2016 diagnosis DHF d
itegakkan bila semua hal dibawah ini dipenuhi :
1) Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat bifastik
2) Manifestasi perdarahan yang berupa :
a) Uji tourniquet positif
b) Petekie, ekimosis, atau purpura
c) Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran cerna, tempat bek
as suntikan
d) Hematemesis atau melena
3) Trombositopenia 20% dari nilai baku sesuai umur dan jenis kelamin
b) Penurunan nilai hematokrit > 20% setelah pemberian cairan yang adekuat 1
9 5) Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusi pleura
c. Sindrom syok dengue Seluruh kriteria DHF diatas disertai dengan tanda keg
agalan sirkulasi yaitu:
1) Penurunan kesadaran, gelisah
2) Nadi cepat, lemah
3) Hipotensi
4) Tekanan darah turun < 20 mmHg
5) Perfusi perifer menurun
6) Kulit dingin lembab

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium Darah
Pemeriksaan darah dilakukan sesuai kebutuhan berdasarkan kondisi pasien. Pe
meriksaan darah yang utama pada pasien DBD adalah pemeriksaan darah lengkap mel
iputi trombosit, hematokrit, leukosit, dan hemoglobin/Hb. Jumlah trombosit normal p
ada anak adalah 150.000-400.000 μL. Jumlah trombosit ≤ 100.000 μl biasanya ditemu
kan pada hari ketiga sampai ketujuh sakit. Pemeriksaan trombosit perlu diulang sampa
i terbukti bahwa jumlah trombosit dalam batas normal (Depkes RI, 2015).

Jumlah Ht normal pada anak adalah 35-45%. Peningkatan jumlah Ht mengga


mbarkan hemokonsentrasi yang merupakan indikator terjadinya perembesan plasma, s
ehingga perlu dilakukan pemeriksaan hematokrit secara berkala. Jumlah leukosit nor
mal pada anak usia 1 sampai 3 tahun adalah 6000-17.500 μL, usia 4-7 tahun adalah 55
00-15.500 μL, dan anak usia 8-13 tahun adalah 4500-13.500 μL. Pada serangan virus
dengue leukosit menurun karena sumsum tulang ditekan oleh reaksi imun akibat masu
knya virus dengue. Jumlah Hb normal untuk anak adalah 11,5-15,5 gr/dL. Penurunan
Hb sebagai salah satu indikator terjadinya perdarahan. Uji serologi dengue Ig M dan I
g G untuk memastikan DBD sering dilakukan. Pada infeksi primer atau infeksi pertam
a kali oleh virus dengue hasil pemeriksaan serologi menunjukkan Ig M positif, biasan
ya terdeteksi pada hari ketiga dan mencapai puncaknya pada hari kelima. Pada infeksi
sekunder atau infeksi kedua kali oleh virus dengue hasil pemeriksaan serologi menunj
ukkan Ig M dan Ig G cenderung positif (Meiliasari, 2014).
Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan pada penderita DHF antara l
ain adalah (Wijayaningsih 2017) :

a. Uji Serologi = Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test) Uji serologi didasar


kan atas timbulnya antibody pada penderita yang terjadi setelah infeksi. U
ntuk menentukan kadar antibody atau antigen didasarkan pada manifestasi rea
ksi antigen-antibody. Ada tiga kategori, yaitu primer, sekunder, dan tersier. Re
aksi primer merupakan reaksi tahap awal yang dapat berlanjut menjadi reaksi s
ekunder atau tersier. Yang mana tidak dapat dilihat dan berlangsung sangat ce
pat, visualisasi biasanya dilakukan dengan memberi label antibody atau antige
n dengan flouresens, radioaktif, atau enzimatik. Reaksi sekunder merupakan la
njutan dari reaksi primer dengan manifestasi yang dapat dilihat secara in vitro
seperti prestipitasi, flokulasi, dan aglutinasi. Reaksi tersier merupakan lanjutan
reaksi sekunder dengan bentuk lain yang bermanifestasi dengan gejala klinik.

b. Uji hambatan hemaglutinasi Prinsip metode ini adalah mengukur campuran


titer IgM dan IgG berdasarkan pada kemampuan antibody-dengue yang dapat
menghambat reaksi hemaglutinasi darah angsa oleh virus dengue yang disebut
reaksi hemaglutinasi inhibitor (HI).

d. Uji netralisasi (Neutralisasi Test = NT test) Merupakan uji serologi yang pal
ing spesifik dan sensitif untuk virus dengue. Menggunakan metode plague red
uction neutralization test 21 (PRNT). Plaque adalah daerah tempat virus mengi
nfeksi sel dan batas yang jelas akan dilihat terhadap sel di sekitar yang tidak te
rkena infeksi.

e. Uji ELISA anti dengue Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan uji He
maglutination Inhibition (HI). Dan bahkan lebih sensitive dari pada uji HI. Pri
nsip dari metode ini adalah mendeteksi adanya antibody IgM dan IgG di dala
m serum penderita.

f. Rontgen Thorax : pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV dan sebagian be
sar grade II) di dapatkan efusi pleura.
G. Penatalaksanaan
Dasar pelaksanaan penderita DHF adalah pengganti cairan yang hilang sebaga
i akibat dari kerusakan dinding kapiler yang menimbulkan peninggian permeabilitas s
ehingga mengakibatkan kebocoran plasma. Selain itu, perlu juga diberikan obat penur
un panas (Rampengan 2017).
Penatalaksanaan DHF yaitu :
a. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue Tanpa Syok Penatalaksanaan dis
esuaikan dengan gambaran klinis maupun fase, dan untuk diagnosis DHF pada
derajat I dan II menunjukkan bahwa anak mengalami DHF tanpa syok sedang
kan pada derajat III dan derajat IV maka anak mengalami DHF disertai dengan
syok. Tatalaksana untuk anak yang dirawat di rumah sakit meliputi:
1) Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air sirup, susu unt
uk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah, d
an diare.
2) Berikan parasetamol bila demam, jangan berikan asetosal atau ibuprofen ka
rena dapat merangsang terjadinya perdarahan.
3) Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
a) Berikan hanya larutan isotonik seperti ringer laktat atau asetat.
b) Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium (hemat
okrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam.
c) Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah
cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya
memerlukan waktu 24-48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setel
ah pemberian cairan.
4) Apabila terjadi perburukan klinis maka berikan tatalaksana sesuai dengan t
atalaksana syok terkompensasi.
b. Penatalaksanaan Dengue Hemorrhagic Fever Dengan Syok Penatalaksanaan
DHF menurut WHO (2016), meliputi:
1) Perlakukan sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secara nasa
l.
2) Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti ringer laktat/asetan secepatnya.
3) Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml
/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian koloid
10-20 ml/kg BB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
4) Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun p
ertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi: berikan transfusi darah atau
komponen.
5) Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai m
embaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB d
alam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis
laboratorium.
6) Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36- 48 jam.
Perlu diingat banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu ba
nyak dari pada pemberian yang terlalu sedikit..

H. Komplikasi
Komplikasi Menurut (Hidayat A. Aziz Alimul, 2015).
1. Ensepalopati : Demam tinggi, ganguan kesadaran disertai atau tanpa kejang.
2. Disorientasi : Kehilangan daya untuk mengenal lingkungan, terutama yang ber
hubungan dengan waktu, tempat, dan orang.
3. Shock : Keadaan kesehatan yang mengancam jiwa ditandai dengan ketidakma
mpuan tubuh untuk menyediakan oksigen untuk mencukupi kebutuhan jaringa
n.
4. Effusi pleura : Suatu keadaan terdapatnya cairan dengan jumlah berlebihan.
5. Asidosis metabolik : Kondisi dimana keseimbangan asam basa tubuh tergangg
u karena adanya peningkatan produksi asam atau berkurangnya produksi bikar
bonat.
6. Anoksia jaringan : Suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan p
ertukaran udara pernafasan, mengakibatkan oksigen berkurang (hipoksia) diser
tai dengan peningkatan karbondioksida (hiperkapnea).

Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami demam berdarah dengue
yaitu perdarahan massif dan dengue shock syndrome (DSS) atau sindrom syok dengu
e (SSD). Syok sering terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun. Syok ditandai de
ngan nadi yang lemah dan cepat sampai tidak teraba, tekanan nadi menurun menjadi 2
0 mmHg atau sampai nol, tekanan darah menurun dibawah 80 mmHg atau sampai nol,
terjadi penurunan kesadaran, sianosis di sekitar mulut dan kulit ujung jari, 24 hidung,
telinga, dan kaki teraba dingin dan lembab, pucat dan oliguria atau anuria (Pangaribua
n 2017).

I. Klasifikasi

Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu (Nurarif & Kusuma 2015) :

a. Derajat I yaitu demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifesta
si perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia, himokonsentrasi.

b. Derajat II yaitu seperti derajat I, disertai dengan perdarahan spontan pada ku


lit atau perdarahan di tempat lain.

c. Derajat III yaitu ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat
dan lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi dise
rtai dengan sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan anak tampak
gelisah.

d. Derajat IV yaitu syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak teratu
r. Berdasarkan tata laksana penderita DBD diperlukan pengawasan khusus pad
a pasien yang telah didiagnosis DBD.

Pengawasan khusus adalah pemantauan terhadap keadaan penderita yang dilak


ukan secara berkala. Pengawasan khusus dilakukan setiap 6 jam pada pasien D
BD derajat I dan II. Pada pasien DBD derajat III dan IV pengawasan khusus di
lakukan minimal setiap 30 menit sampai 1 jam sampai kondisi pasien membai
k setelah itu pengawasan khusus dapat dilakukan setiap 6 jam (Anggraeni, 201
5).

B. Konsep Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah

Menurut Betz dan Sowden (2012), pertumbuhan dan perkembangan anak usia
sekolah adalah sebagai berikut :

1. Karakteristik Fisik
Ledakan pertumbuhan dimulai. Berbagai variasi masih normal. Bagan perkem
bangan hanya digunakan untuk referensi saja. Anak perempuan mungkin mulai meng
embangkan ciri seks sekundernya dan mulai menstruasi pada tahap ini. Usia awitan m
enstruasi telah menurun pada dekade terakhir ini. Berat badan anak bertambah 2-4 kg
per tahunTinggi badan pada usia delapan tahun, secara proporsional lengan tumbuh le
bih panjang daripada badan; tinggi bertambah pada usia sembilan tahun Mulai menan
ggalkan gigi susu; memiliki 10-11 gigi permanen saat berusia delapan tahun dan kira-
kira 26 gigi permanen saat berusia 12 tahun.

Perkembangan Motorik Kasar

Umur 7-10 tahun aktivitas motorik kasar dibawah kendali keterampilan kognit
if dan kesadaran; secara bertahap meningkatkan irama, kehalusan, dan keanggunan ge
rakan otot; meningkatkan minat dalam penyempurnaan keterampilan fisik; kekuatan d
an daya tahan juga meningkat. Umur 10-12 tahun tingkat energi tinggi dan peningkata
n arah dan kendali dari kemampuan fisik.

Perkembangan Motorik Halus

Menunjukkan peningkatan perbaikan keterampilan motorik halus karena berta


mbahnya mielinisasi sistem saraf pusat. Menunjukkan perbaikan keseimbangan dan k
oordinasi mata dan tangan. Dapat menulis daripada mengucapkan kata-kata saat berus
ia delapan tahun. Menunjukkan peningkatan kemampuan untuk mengungkapkan secar
a individu dan perhatian khusus seperti menjahit, membuat model, dan bermain alat m
usik. Menunjukkan keterampilan motorik halus yang sama dengan orang dewasa saat
berusia 12 tahun.

Perkembangan Kognitif

Pemikiran anak menjadi sangat abstrak dan simbolik; kemampuan membentuk


representasi mental dibantu oleh kepercayaan pada akal sehat penglihatan. Memperti
mbangkan sejumlah alternatif dalam menemukan pemecahan terbaik. Dapat membali
kkan cara kerja; dapat melacak urutan kejadian kembali sejak awal. Memahami konse
p dulu, sekarang, dan yang akan datang. Dapat menyebutkan waktu Dapat menggolon
gkan obyek sesuai golongan dan sub golongan. Memahami konsep tinggi, berat dan v
olume. Dapat berfokus pada lebih dari satu aspek dari situasi.

Perkembangan Bahasa

Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal. Pemahaman terhadap pe


mbicaraan mungkin tertinggal dari pengertiannya. Tidak begitu egosentris dalam orie
ntasi; dapat mempertimbangkan pandangan lain. Mengerti kebanyakan kata-kata abstr
ak. Memakai semua bagian pembicaraan, termasuk kata sifat, kata keterangan, kata pe
nghubung, dan kata depan. Ikut memakai kalimat majemuk dan gabungan. Kosa katan
ya mencapai 50 ribu kata pada akhir masa ini.

Perkembangan Psikoseksual

Masalah seksual menjadi kurang disadari. Tugas perkembangan integrasi berta


hap dari pengalaman dan reaksi seksual yang lalu (pada tahun-tahun terakhir ini terda
pat makin banyak laporan bahwa masa laten ini bukanlah periode netral dalam perke
mbangan seksual)Krisis perkembangan, makin banyak laporan tentang masalah seksu
al pra remaja, yang dimulai saat kira-kira berusia 10 tahun. Keterampilan koping umu
m seperti menggigit kuku, ketergantungan, keterampilan pemecahan masalah bertamb
ah, penyangkalan, humor, fantasi, dan identifikasi. Peran orang tua adalah peran utam
a dalam pendidikan anak tentang aturan dan norma yang mengatur perilaku seksual da
n seksualitas dan dalam mempengaruhi perilaku spesifik kelamin. Berikut ini adalah k
arakteristik spesifik umur : Umur tujuh tahun minat untuk seks menurun dan kurang e
ksplorasi; perhatian kepada lawan jenis meningkat, dimulai dengan perasaan “cinta” a
nak laki-laki kepada anak perempuan. Umur delapan tahun perhatian seksual tinggi; p
eningkatan kegiatan seperti mengintip, menceritakan lelucon cabul, dan ingin menam
bah informasi seksual tentang kelahiran dan hubungan seksual; pada anak perempuan
peningkatan perhatian terhadap menstruasi. Umur sembilan tahun peningkatan diskusi
dengan teman sebaya tentang topik seksual; memisahkan jenis kelamin dalam aktivita
s permainan; menghubungkan diri dengan proses reproduksi; kesadaran diri tentang p
erlindungan seksual; minat berkencan dan berhubungan dengan lawan jenis pada seju
mlah anak. Umur 10 tahun minat pada tubuh dan penampilan diri meningkat; banyak
anak mulai “berkencan” dan berhubungan dengan lawan jenis dalam aktivitas kelomp
ok dan pasangan. Umur 11-13 tahun khawatir tentang penampilannya; tekanan sosial
agar tampak langsing dan menarik merupakan sumber stres; gambaran keliru tentang
hubungan seks dan kehamilan banyak terdapat pada anak-anak.

Perkembangan Psikososial

Tugas perkembangan, belajar mengembangkan rasa keadekuatan terhadap ke


mampuan dan kompetensi pada saat kesempatan untuk belajar dan interaksi sosial ber
tambah; anak berusaha agar berhasil di sekolah. Krisis perkembangan, anak dalam ba
haya akibat perkembangan rasa rendah diri jika ia tidak merasa kompeten dalam keber
hasilan pencapaian tugas. Bermain, anak menikmati aktivitas santai bersama teman se
baya (misalnya kasti); permainan cenderung memisahkan kedua lawan jenis; mainan r
ough and tumble adalah ciri khas permainan luar rumah yang tidak terstruktur; minat
pribadi, aktivitas, dan hobi berkembang pada saat ini. Peran keluarga dan orang tua, o
rang tua menjadi figur yang kurang bermakna dalam arti sebagai agen untuk sosialisas
i; hubungan dengan teman sebaya cenderung mengurangi pengaruh dominan dari oran
g tua yang ada sebelumnya; orang tua masih merasa dan berespon sebagai otoritas uta
ma; harapan dari guru, pelatih, dan para tokoh keagamaan memberi dampak terhadap
perilaku anak.

Perkembangan Moral dan Perkembangan Kepercayaan

Pengertian moralitas anak ditentukan oleh aturan dan tata tertib dari luar. Hub
ungan dan kontak sosial anak dengan figur otoritas mempengaruhi pengertian benar d
an salah. Pengertian benar dan salah anak ketat dan kaku. Kepercayaan anak sangat di
pengaruhi oleh figur otoritas. Anak belajar membedakan yang natural dan supernatura
l. Anak mulai membentuk pengertian pribadi tentang Tuhan.
Konsep Asuhan Keperwatan

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan h


al yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun sela
ma pasien dirawat di rumah sakit (Widyorini et al. 2017).

a. Identiasi pasien
b. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil. Turunnya p


anas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, anak anak semakin lemah. Kadang – kadang diserta
i dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah anoreksia, diare atau konstipasi,
sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakkan bola mata terasa pe
gal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hem
atemesis.

2) Riwayat kesehatan dahulu Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DBD, anak bi
asanya mengalami serangan ulangan DBD dengan tipe virus yang lain.
3) Riwayat gizi Status gizi anak yang menderita DBD dapat bervariasi. Semua anak den
gan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat beberapa faktor pr
edisposisinya. Anak yang menderita DBD sering mengalami keluhan mual, muntah, d
an nafsumakan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan peme
nuhan nutrisi yang mencukupi, maka akan dapat mengalami penurunan berat badan se
hingga status gizinya menjadi kurang.

a. Kondisi lingkungan
Sering terjadi didaerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bers
ih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju kamar).

b. Pola kebiasaan

1) Nutrisi dan metabolisme Frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang.


2) Eliminasi alvi (buang air besar) Anak mengalami diare atau konstipasi. Semen
tara pada DBD grade IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urin (bang air kecil) Pada anak DBD akan mengalami urine output s
edikit. Pada DBD grade IV sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirahat Nyamuk Aedes Aegypti biasanya menggigit pada siang har
i jam 10.00-12.00 dan sore hari pada jam 16.00-18.00. Anak biasanya sering ti
dur pada siang hari dan pada sore hari ,tidak memakai kelambu dan tidak mem
akai lotion anti nyamuk.
5) Kebersihan Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cen
derung kurang terutama untuk memebersihkan tempat sarang nyamuk aedes ae
gypti, dan tidak adanya keluarga melakukan 3m plus yaitu menutup, mengubu
r, menguras dan menebar bubuk abate.

c. Pemeriksaan fisik

1) Tingkat kesadaran

Biasanya ditemukan kesadaran menurun, terjadi pada grade III dan gra
de IV karena nilai hematokrit meningkat menyebabkan darah mengental dan o
ksigen ke otak berkurang.

2) Keadaan umum lemah


3) Tanda-tanda vital (TTV)

Tekanan nadi lemah dan kecil (grade III), nadi tidak teraba (grade IV), teka
nan darah menurun (sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang), suhu tin
ggi (diatas 37,5oC)

4) Kepala
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam.

5) Mata konjungtiva anemis


6) Hidung

Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV.

7) Telinga

Terjadi perdarahan telinga (pada grade II, III, IV)

8) Mulut

Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gus
i, dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan mengalami hyperemia pharing

9) Leher

Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami pembesaran

10) Dada/thorak

Inspeksi : Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak.

Palpasi : Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama

Perkusi : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang tertimbun pada
paru

Auskultasi : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade III, d
an IV.

11) Abdomen

Inspeksi : Abdomen tampak simetris dan adanya asites.

Palpalasi : Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali)

Perkusi : Terdengar redup


Auskultasi : Adanya penurunan bising usus

12) Sistem integumen

Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan uji tourniket. Tu
rgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan lembab. Pemeriksaan uji
tourniket dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan tekanan darah anak. S
elanjutnya diberikan tekanan antara sistolik dan diastolic pada alat ukur yang d
ipasang pada tangan. Setelah dilakukan tekanan selama 5 menit, perhatikan ti
mbulnya petekie di bagian volar lengan bawah.

13) Genitalia Biasanya tidak ada masalah


14) Ekstremitas Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada k
uku sianosis/tidak

2. Diagnosis Keperawatan

a. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, peningkatan laju metabolisme.


b. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, kegagala
n mekanisme regulasi.
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera.
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan fakt
or biologis (mual, muntah dan anoreksia)
f. Resiko syok berhubungan dengan kebocoran plasma darah
g. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurangnya suplai o
ksigen ke jaringan
h. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan adanya cairan di rongga pleura.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaia
n kelinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Intervensi keperawatan pada kasus pneu
monia berdasarkan buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia sebagai berikut:

No. DK Diagnosis Keperawata Tujuan Intervensi Rasional


n
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1 Hipertermia berhubunga Setelah diberikan tindaka Manajemen Demam Manajemen Demam
n dengan dehidrasi, peni n keperawatan selama 1x
ngkatan laju metabolis 24 jam di harapkan suhu t
Memonitor temperatur pasien pali Agar mengetahui perubahan suhu y
me. ubuh pasien menuju norm
al Dengan kriteria hasil : ng sedikit setiap 2 jam ang dialami pasien
Thermoregulation Monitor frekuensi pernafasan, nad Untuk mengetahui perubahan yang t

1. Terjadi penurunan pad i dan tekanan darah pasien agar tet erjadi pada pernafasan, nadi dan tek
a suhu kulit pasien yaitu s ap dalam rentang normal anan darah pasien dan dapat diberik
aat disentuh tidak terasa p
Monitor intake dan output pasien s an medikasi yang sesuai
anas
esuai dengan kebutuhan Agar terjadi keseimbangan antara in
2. Warna kulit pasien ke Berikan cairan melalui IV dengan take dan output serta menghindari d
mbali ke warna aslinya
jumlah sesuai anjuran ehidrasi yang mungkin terjadi pada
3. Pasien tidak mengalam Berikan obat anti piretik dengan d pasien
i dehidrasi selama hiperte
osis sesuai anjuran dokter Mempertahankan kebutuhan cairan
Berikan kompres hangat pada lipat pasien sehingga mencegah terjadiny
rmi
paha dan aksila pasien a dehidrasi
Vital signs Monitor komplikasi terkait dema Untuk menurunkan panas pasien da
m (kejang, penurunan kesadaran, s ri 38,5oC
1. Suhu tubuh stabil stabil
dan menuju rentang norm tatus ketidakabnormalan elektrolit, Dengan kompres hangat pembuluh
al yaitu 36,50C ketidakseimbangan asam basa) darah melebar sehingga pori-pori ku
Fasilitasi konsumsi cairan sesuai a lit terbukan dan membuat panas yan
njuran dan kebutuhan pasien g terperangkap dalam tubuh bisa m
nguap keluar selain itu saat kompre
s hangat membuat hipotalamus men
angkap pesan bahwa suhu tubuh tin
ggi sehingga panas tubuh harus ditu
runkan
Untuk mengetahui komplikasi yang
dapat terjadi dan menentukkan tinda
kan yang harus dilakukan
Konsumsi cairan dapat mencegah d
ehidrasi pada pasien
2 Resiko perdarahan berh Setelah dilakukan tindaka Pencegahan Perdarahan Pencegahan Perdarahan
ubungan dengan trombo n keperawatan selama 1x
sitopenia 24jam diharapkan masala 1. Monitor tanda dan gejala p 1. Untuk mengetahui keadaan
h klien menurun dengan erdarahan umum klien
2. Monitor nilai hermatokrit/ 2. Untuk mengetahui adanya re
kriteria hasil : hemoglobin sebelum dan s siko perdarahan pada klien
etelah kehilangan darah 3. Untuk mencegah pendaraha
1. Hemoglobin mem 3. Batasi tindakan invasive, ji n pada klien
baik ka perlu 4. Agar klien paham dan tau sa
2. Hematokrit memb 4. Jelaskan tanda dan gejala p at terjadi pendarahan
aik endarahan 5. Agar segera diberi penangan
3. Hemoptisis menur 5. Anjurkan segera melapor ji dan kekurangan darah pada
un ka terjadi perdarahan klien
4. Hematemesis men
urun
5. Hematuria menur
un

3 Kekurangan volume cai Setelah diberikan tindaka Fluid Management Fluid Management
ran berhubungan denga n keperawatan selama 1x
n kehilangan cairan akti 24 jam di harapkan cairan Memasang kateter urine pada pasi Untuk mengetahui jumlah urine yan
f, kegagalan mekanisme tubuh pasien terpenuhi da en sesuai indikasi g dapat dihasilkan oleh pasien dan t
regulasi. n hematokrit menuju enta Memonitor status hydrasi pasien s erpenuhinya keseimbangan cairan (i
ng normal eperti keadaan membrane mukosa. ntake cairan = output cairan)
Memonitor tekanan darah pasien. Mukosa yang kering terutama muko
Kriteria hasil : Memonitor hasil lab terutama ada sa bibir dapat menjadi indikasi pasi
nya penurunan dari hematocrit pas en kekurangan cairan.
Fluid balance ien dari 55,3% dapat turun sampai Memastikan tekanan darah pasien ti
batas normal yaitu 40 – 48%. dak terlalu rendah di bawah normal.
Memberikan terapi cairan intraven Hematocrit pasien dehidrasi akan m
Tekanan darah pasien dal
a pada pasien sesuai kebutuhan. engalami peningkatan, maka perlu
am rentan normal yaitu 1
Memberikan cairan melalui oral se mengetahui jumlah hematocrit.
20/80 mmHg.
Turgor kulit pasien norm suai kebutuhan. Pasien yang kekurangan cairan haru
Memberikan makanan atau minu s mendapatkan cairan baik oral mau
al.
Hematocrit pasien dalam man yang mengandung banyak air pun intravena
keadaan normal yaitu 40 seperti buah, juice dan minuman b Menambah cairan tubuh pasien
– 48%. erasa. Makanan atau minuman yang meng
Memonitor pasien yang mendapat andung banyak air membantu dalam
Hydration kan terapi elektrolit. penambahan cairan pada tubuh pasi
en
Intake cairan pasien terpe Agar dapat menentukkan tindakan y
nuhi (intake cairan = outp ang perlu dilakukan
ut cairan)
Pasien mampu menghasil
kan urine.
Bagian membrane mukos
a tubuh tidak kering (sepe
rti mulut)
Pasien tidak merasa keha
usan
4 Nyeri akut berhubunga Setelah diberikan tindaka Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri
n dengan agen cedera. n keperawatan selama 1x
24 jam di harapkan nyeri Identifikasi penyebab hiperte Untuk mengetahui adanya
yang dirasakan pasien be mi
rkurang Monitor suhu tubuh infeksi local maupun sistemik
Sediakan lingkungan yang dingin
Kriteria hasil Longgarkan atau lepaskan paka Untuk menunjukkan proses penyaki
ian t infeksius akut
Pasien dapat menggunak Berikan caira oral Membantu menurunkan suhu
an teknik non farmakolog Ganti linen setiap hari atau lebih s Membantu mempermudah peng
i untuk menurunkan rasa ering jika mengalami keringat berl uapan panas
nyeri ebih Untuk mengganti cairan yang hilan
Menggunakan obat non- Lakukan pendinginan g selama proses evaporasi
analgesik sesuai anjuran Menurunkan kehilangan panas me
Pasien dapat menyampai Eksternal lalui evaporasi
kan nyeri yang dirasakan Untuk menurunkan suhu
Anjurkan tirah baring Penghematan tenaga, mengurangi
Durasi nyeri yang dirasak Kolaborasi cairan dan elektrol kerja tubuh
an pasien dapat berkuran it intravena, jika perlu Untuk mengganti cairan yang hilan
g. g selama proses evaporasi
Skala nyeri yang dirasaka
n pasien berkurang
Pasien dapat mengekpre
sikan rasa nyerinya
5 Ketidakseimbangan nut Tujuan : Manajemen Nutrisi Manajemen Nutrisi
risi kurang dari kebutuh
an tubuh berhubungan Setelah dilakukan Identifikasi status nutrisi Untuk mengetahui status nutrisi kli
dengan faktor biologis asuhan keperawatan dih Identifikasi alergi dan intoleransi en sehingga dapat menentukan int
(mual, muntah dan ano arapkan risiko deficit nutr makanan ervensi yang diberikan
reksia) isi klien teratasi atau berk Identifikasi makanan yang Supaya dapat dilakukan intervensi
urang dengan kriteria has disukai dalam pemberian makanan
il: Monitor berat badan Mengukur keefektifan nutrisi dan c
Lakukan oral hygine sebelum mak airan
Berat badan membaik an, jika perlu Berguna dalam mendefinisikan der
Indeks masa tubuh (IM Fasilitasi menentukan pedoman di ajat masalah dan intervensi yang te
T) membaik et (mis. Piramida makanan) pat
Porsi makanan yang diha Berikan makanan tinggi serat untu Mulut yang bersih dapat meningkat
biskan meningkat k mencegah konstipasi kan nafsu makan
Berikan makanan tinggi kalori dan Memberikan bantuan dalam pence
tinggi protein rnaan diet dengan nutrisi adekuat u
Ajarkan diet yang diprog ntuk kebutuhan
ramkan
10. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk metabolik dan diet
menentukan jumlah kalori dan jen
is nutrient yang dibutuhkan, jika p Memaksimalkan intake nutrisi dan
erlu menurunkan iritasi gaster
Memaksimalkan intake nutrisi
Memberikan bantuan dalam peren
canaan diet dengan nutrisi adekuat
untuk kebutuhan metabolik
4. Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan dari intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap implementasi dimulai setelah intervensi disusun dan ditujukan pada nursing orders un
tuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2013)

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang men
andakan keberhasilan dari diagnosa keperawatan, intervensi dan implementasi. Tujuan evalu
asi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan (Nursalam, 2013).
BAB III
TINJAUAN KASUS

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK


PENDEKATAN TEORI KONSERVASI MYRA ESTRINE LEVINE

PENGKAJIAN DAN RENCANA TINDAKAN KE Jenis kelamin : Perempuan


PERAWATAN PADA KLIEN ANAK Anak ke: 1 dari 2 bersaudara

Tanggal Masuk: 01/08/2022 Jam: 19.48 WIB Agama: Buddha


Tanggal Pengkajian: 02/08/2022 Jam: 12.00 WIB Dokter: Sudrajaja
Diagnosa Medis: DHF Alamat: Bandung
Nama Penanggung Jawab: Tn.S
No. Rekam Medis: 00-70-04-xx Hubungan dengan Pasien: Ayah Kandung
Nama pasien: An.J Nomor telepon: 082148490676
Tempat /Tanggal Lahir/Usia: Bandung, 05/04/2012 Alamat: Bandung

Data Orang tua:

Nama Ayah: Tn.S Nama Ibu: Ny.M


Usia Ayah: 50 Usia Ibu: 46
Pendidikan: S1 Pendidikan: S1
Pekerjaan: Wiraswasta Pekerjaan: IRT
No. Telepon: 082148490676 No. Telepon: 082148490676
Alasan Masuk Rumah Sakit (s.d saat dikaji)
Ibu pasien mengatakan anak sudah lemas selama di rumah. Badan terasa dingin dan mengeluh nyeri p
erut serta mual. Selama 4 hari badan sudah demam tinggi, selama 4 hari demam ibu sudah membawa
anak ke dokter sudrajaja dan di beri obat, setelah itu di malam hari anak mengeluh sudah tidak kuat la
gi dan akhirnya di bawa ke UGD, setelah melakukan tes darah ternyata anak terkena DBD
Riwayat Penyakit: tidak ada
Dikirim oleh: Diantar oleh: Orangtu Cara masuk RS: Informasi didapat dari:
a (Tn.S dan Ny.M) Dibawa orangtua ke UGD Dokter Klinik
RS. Santo Borromeus
Keluhan Utama:
Ny.M mengatakan anak demam selama 4 hari dan tidak turun turun
Objektif:
Keadaan umum: £sakit ringan sakit sedang sakit berat
Kesadaran: AVPU Alert Verbal Pain Unrespon

Penilaian Nyeri menggunakan “FLACC SCALE”

FLACC Scoring
Kategori
0 Skor 1 Skor 2
Face (waja Tidak ada eksp Meringis sesekali Dahi berkerut, dagu gemetar
h) resi tertentu ata atau kerutan dahi, dan rahang dikatupkan berula
u tersenyum muram, tidak terta ng-ulang
rik
Legs (kaki) Posisi normal a 0 Gelisah 1 Menendang-nendang atau ka
tau relaksasi ki keatas
Activity (akti Berbaring deng 0 Mengeliat, maju Menekuk, kaku atau menghe
vitas) an tenang, posi mundur, tegang ntak-hentak
si normal, berg
erak dengan m
udah
Cry (tangisa Tidak ada tangi Merengek atau me 1 Menangis terus menerus, men
n) san (terjaga ata ngerang, sesekali jerit atau menangis tersedu-se
u tertidur) mengeluh/ mengg du, mengeluh terus-menerus
erutu
Consolabilit Puas, santai Diyakini dengan s 1
y (kemampu entuhan sesekali p
an dihibur) erlu atau diajak be
rbicara

Sulit merasakan puas dan ny


aman
Total Score 0 – 3 4–7 58 – 10
3

Riwayat kelahiran :
Usia kehamilan: 39 minggu BBL: 3500 gram PB: 51 cm
Persalinan : spontan  SC Forcep  VE
Menangis : ya tidak, Nilai Apgar :………………
Jaundice :ya tidak
Golongan darah ibu: B
Golongan darah ayah: O
Komplikasi persalinan: tidak ada

Riwayat penyakit sebelumnya :


Klien pernah mengalami penyakit: - pada umur: -
Riwayat konsumsi obat: paracetamol
Riwayat kecelakaan: -
Riwayat operasi: - tahun: -
Riwayat alergi
Jenis alergen: -
Pada usia: -
Reaksi alergi: -
RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Umur Sosial Motorikhalus Motorikkasar Bahasa

2 bulan senyum mengikuti gerak mengangkat kepala 45° mengoceh


dari perut
4 bulan senyum menggenggam membalikan badan mencari sumber suara

6 bulan menggapai maina memindahkan benda duduk mengeluarkan kata


n Dari tangan satu ketang ma-ma-da-da
an lain
9 bulan mengambil benda de  berdiri menirukan suara
bermain ciluk ba ngan ibu jari dan telunj
uk
12 bulan menjumput benda de  berjalan dapat menyebut 2 suku
minum dengan ca ngan 5 jari kata
ngkir
18 bulan
mencoret-coret kertas  naik tangga menyebutkan 3 kata
menggunakan sen
dok
2 tahun
membuatgaris  berdiri dgn satu kaki menyebutkan anggota tu
melepaskan pakai buh
3 tahun
an meniru membuat gari  mengayuh sepeda menyebut nama awal da
s n nama akhir
bermain interaktif melompat dengan satu menyebutkan nama den
4 tahun
menggambar kaki gan lengkap
memasang kancin menangkap bola menjelaskan dingin, lela
5 tahun
g baju meniru gambar h dan lapar
memakai baju tan
pa pengawasan

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KONSERVASI ENERGI
1. NUTRISI DAN CAIRAN
BB lahir: 3500gr BB saat ini: 40 kg
BB sebelum sakit: 40 kg
PB/TB saat ini: 140 cm
Lingkar lengan atas: :
Diet : tidak ada
 ASI £Susu formula £lain-lain: makanan tambahan
Puasa : ya tidak Dextrostix…………..m
g/dl
Cara minum :  oral  NGT/OGT/Gastrostomi
Jumlah minum 1000 ml/hari
Frekuensi makan : 3x/hari
Cara makan : £disuapi makansendiri
Kualitas makanan : kurang cukup baik
Mukosa mulut : lembab kering kotor
Labioschizis Palatoschiziz  LPG schiziz
Lidah : lembab keringkotor
Gigi : bersih kotor karies
Abdomen : supel kembung tegang
Bising usus: 15x/mnt
Mual : ya £tidak
Muntah :tidak ya, frekuensi …………x
Turgor :elastis tidak elastis
Edema:  Ada £Tidak ada
Pembesaran hati:  Ada Tidak ada
Pembesaran limpa:  Ada Tidak ada
Polifagia:  Ada Tidak ada
Polidipsi:  Ada Tidak ada
Hasil laboratorium :
Hb: 20,1
Ht: 43,3
Asidosis metabolik :ya tidak
Hipoglikemia :ya tidak
Lain-lain :……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………….
Dehidrasi : £tidak dehidrasi ringan sedang berat
Diuresis: tidak ada
IWL: berat badan awal - berat badan sekarang
41 kg-40kg = 1kg
1kg : 41 x (100) = 2,43 (ringan)
Intake dan output dalam 24 jam:
Antropometri:
BB/TB:
BB/U:
TB/U:
BMI:
Kesan:

Masalah keperawatan: Ansietas


Resiko dehidrasi

2. TIDUR DAN ISTIRAHAT


Lebih banyak siang hari, tidur siang: tidak dapat tidur siang
Lebih banyak malam hari, tidur malam 7-8 jam
Pengantar tidur : instrumen musik
Kebiasaan sebelum tidur : minum susu £bermain menangis
Tidur dengan bantuan obat : ya £tidak
Keadaan setelah bangun tidur : ceria £menangis
Benda kesayangan, jika ada memungkinkan dapat dibawa : tidak ada
Pola tidur: Nyenyak £Terbangun di malam hari £Tidak bisa tidur

Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

3. POSISI, GERAKAN TUBUH, AKTIVITAS, NEURO SENSORI


Tingkat kesadaran : 15, Compos Mentis
Aktivitas anak :Hiperaktif Aktif Pasif
Gerakan :Aktif Lemah Terbatas
Paralise :tidak ya
 tangan, kiri / kanan / keduanya
 kaki, kiri / kanan /keduanya
Kontraktur:  Ada, lokasi..................... Tidakada
Kekuatan otot: Baik
Gemetar:  Ada Tidak ada
Respon terhadap nyeri :ya tidak
Tangisan :merintih kurang kuat kuat melengking
Kejang :tidak ya, durasi …………..menit
Status neurologis:
Glasgow Coma Scale : E = 4. V = 5, M = 6, Total 15
Tanda rangsang meningeal
Kaku kuduk: Tidak ada gangguan hasil : negatif
Kerning: Tidak ada gangguan hasil : negatif
Brudzinski I: Tidak ada gangguan hasil : negatif
Brudzinski II: Tidak ada gangguan hasil : negatif
Nervus kranialis:
Nervus I Olfaktorius : pasien dapat mencium bau minyak kayu putih
Nervus II Optikus : pasien dapat membaca name tag perawat
Nervus III Okulomotor : klien dapat mengangkat kelopak mata
Nervus IV Troklear : pasien dapat menggerakan mata keatas dan kebawah
Nervus V Trigeminus : pasien dapat mengunyah makanan dengan baik
Nervus VI Abdusen : pasien dapat melihat dengan lurus
Nervus VII Fasialis : pasien dapat merasakan makanan
Nervus VIII Vesibulokoklear : pasien dapat mendengar dengan baik, dapat mengikuti perintah
Nervus IX Glossofaring : pasien dapat menelan makanan
Nervus X Vagus : pasien dapat merasakan refleks muntah saat dimasukan kapas swab ke mulut
Nervus XI Aksesorius : pasien dapat melawan / tahanan di bahu
Nervus XII Hipoglossus :pasien dapat menggerakan lidah ke kanan dan ke kiri
Refleks fisiologis:
Achiles:Positif
Patella:Positif
Biceps:Positif
Triceps:Positif
Refleks patologis:
Babinski:Positif
Refleks – refleks :
5 Sucking (Mengisap) 5 Grasping (Menggenggam) 5 Walking
5 Rooting (Mencari) 5 Tonic Neck (Tonus Otot Leher) 5 Babinski
5 Morro (Memeluk) 5 Startle (Kaget) 5 Galan’t (Inkurvasi Badan)
Kepala :
 Normal Hidrosefalus Mikrosefalus
Ubun-ubun :  Datar Cekung Cembung sakit kepala  vertigo
Lingkar kepala………………… cm
Mata:
Bentuk : Bulat Warna: Hitam Nistagmus Perdarahan  Strabismus
Pupil: Isokor  An-isokor Dilatasi
Reaksi terhadap cahaya :  Ada Tidak ada
Lain- lain …………………………………………………………………

Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
KONSERVASI INTEGRITAS STRUKTUR
1. PERTUKARAN GAS
Napas spontan : ya tidak, apnea ………….mnt
RR : 15x/mnt  teratur  tidak teratur
Sesak : ya tidak takipnea retraksi sianosis  napas cuping hidung  grunting
Suara napas :vesikuler  bronco vesikuler  rales ronkhi  wheezing
Batuk : tidak ya kering
 berlendir, konsistensi………………..warna……………..
Oksigen :……….l/mnt, SpO2 95 %
Metode : nasal  head box
Alat bantu napas :
 ETT  CPAP  NCPAP  Ventilator
Hasil analisa gas darah :
Asidosis respiratorik  Alkalosis respiratorik
Lain-lain :………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…….
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
2. KARDIO VASKULER
Bentuk dada: Barrel Chest, (Normal)
Bunyi jantung :  Normal  Murmur Takikardia Bradikardia
Frekuensi 146x/mt
Tekanan darah: 92/72mmHg.
Pengisian kembali kapiler: < 3 detik
Sianosis : ya tidak
Perdarahan : tidak ya, jumlah …………..ml

Pucat : Tidak  ya
Clubbing finger:  Ada  Tidak ada

Nadi radialis/ brachialis/ femoralis :


Isi :  kuat  lemah
Frekuensi 146x/mnt

Masalah keperawatan:-
Tidak ada masalah keperawatan
1. SUHU
Suhu tubuh: 38,7°C
Suhu kulit : £panas hangat dingin
Warna kulit :  kemerahan pucat  ikterus
 cutis mermorata
Lain-lain :…………………………………………………

Masalah keperawatan: Hipertemi


Tidak ada masalah keperawatan
1. ELIMINASI
A. Buang Air Kecil (BAK)
Frekuensi 4x/hari
Produksi Urin 250ml/kgbb/jam
Warna:  Jernih  Keruh
Cara BAK : £Ngompol  di toilet
Urin : jernih kuning kemerahan incontinentia urine  retensio urine
Disuria :  ya  tidak
Poliuri:  Ada  Tidakada
Lain-lain ………………………………………………………………………………………………..
B. Buang Air Besar (BAB)
Anus : £Ada lubang  Tidak berlubang
Frekuensi BAB 1x/hari
Konsistensi : Lembek Cair berampas Cair tanpa ampas
Konstipasi : ya £tidak
Penggunaan pencahar : ya tidak
Kolostomi / Ilestomi : ya tidak
Haemoroid : ya tidak
Lain-lain ………………………………………………………

Masalah keperawatan :
Resiko Konstipasi
2. MUSKULOSKELETAL
Postur tubuh : normal  tidak normal
Berjalan : normal tidak normal
Kepala dan leher :
Gerakan  normal  tidak normal
Pembesaran kelenjar limfe : ya tidak
Ekstremitas (tangan dan kaki)
Panjang kanan & kiri :  sama  tidak sama
Jumlah jari kanan & kiri :  sama  tidak sama
Polidaktili :  ya  tidak
Syndactili :  ya  tidak
Gerakan ektremitas: aktif  simetris asimetris
Lain-lain …………………………………………………………

Tulangbelakang : Lurus Kiposis Skoliosis


Spina bifida : tidak ya, utuh / rupture
Lain-lain ……………………………………………………

Pemeriksaan Resiko Jatuh ”HUMPTY DUMPTY”

KRITERIA NILAI SKOR


PARAMETER
Usia < 3 tahun 4 2
3 – 7 tahun 3
7 – 13 tahun 2
≥ 13 tahun 1
Jenis kelamin Laki – laki 2 1
Perempuan 1
Diagnosis Diagnosis neurologi 4 1
Perubahan oksigenasi (diagnosis respiratorik, dehidrasi, anemia, an
3
oreksia, sinkop, pusing, dsb)
Gangguan perilaku / psikiatri 2
Diagnosis lainnya 1
Gangguan kognit Tidak menyadari keterbatasan dirinya 3 1
if Lupa akan adanya keterbatasan 2
Orientasi baik terhadap diri sendiri 1
Faktor lingkunga Riwayat jatuh / bayi diletakkan di tempat tidur dewasa 4 2
n Pasien menggunakan alat bantu/ bayi diletakkan dalam tempat tidur
3
bayi/ perabot rumah
Pasien diletakkan di tempat tidur 2
Area di luar rumah sakit 1
Pembedahan Dalam 24 jam 3 1
/sedasi/ Dalam 48 jam 2
anesthesi >48 jam atau tidak menjalani pembedahan / sedasi / anasthesi
1

Penggunaan med Penggunaan multipel: sedatif, obat hipnotis, barbiturat, fenotiazin, a 1


3
ika mentosa nti depresan, pencahar, diuretik, narkose
Penggunaan salah satu obat diatas 2
Penggunaan medikasi lainnya/ tidak ada medikasi 1
Jumlah Skor Humpty Dumpty 9
Skor asesment risiko jatuh : (Skor minimum 7, skor maksimum 23 )
Skor 7 – 11 : Risiko rendah Skor ≥12 : Risiko tinggi

Lain-lain …………………………………………………………………………………………………….

Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah kepperawatan
3. INTEGUMEN
Warna kulit:
Ptekie:  Ada £Tidaka da
Memar:  Ada £Tidak ada
Perdarahan dari membran mukosa/luka suntikan/ fungsi vena:  Ada £Tidak ada
Luka:  Ada Tidak ada
Jenis luka: Terbuka  Tertutup Luka bakar
Penyebab luka:  Tumpul  Tajam
Grade luka:
Letak luka:
Jenis perawatan luka:
Frekuensi perawatan luka:

4. KEBERSIHAN PERORANGAN
Rambut : bersih kotor bau
Mata :Sekret ya tidak
Telinga : bersih kotor
Hidung :Sekret ya tidak
Kulit :  bersih  kotor  utuh  rash
 bullae  pustule  ptechiae  lesi
 kering  nekrosis  Lain-lain………
 phlebitis
Genetalia perempuan :
Vagina : bersih kotor
Menstruasi : ya tidak
Pemasangan kateter : ya tidak

Genetalia laki-laki :
Preputium : bersih tidak  Phimosis
Hipospadia : ya tidak
Skrotum : Testis kanan/kiri ya tidak
Pemasangan kateter : ya tidak
Lain-lain …………………………………………………………..................................................................
Masalah keperawatan :
Risiko perdarahan
5. PENGOBATAN
Obat-obatan yang diberikan :
Vomceran 2x4 amp (obat mual dan muntah)
Rantin 2x1 amp (obat lambung)
Paracetamol 500mg (obat demam)
Gelafusal 25ml/jam (obat untuk perdarahan/syok)

Hasil pemeriksaan penunjang :


Hasil Lab 02 Agustus 2022
HT : 57%
Trombo 9 ribu

Hasil Lab 03 Agustus 2022


HT : 43,3%
Trombo ; 27 ribu

KONSERVASI INTEGRITAS PERSONAL


Persepsi keluarga terhadap kesehatan saat ini:
Ibu klien mengatakan kurang mengetahui penyebab sakit anaknya, ibu pasien mengatakan kedepannya untu
k lebih bersih lagi dan menjaga kesehatan anak - anaknya

Harapan klien/ keluarga terhadap keperawatan dan pengobatan saat ini


Ibu pasien mengatakan semoga anaknya cepat sembuh dan mendapatkan pengobatan yang baik

KONSERVASI INTEGRITAS SOSIAL


1. KELUARGA
Klien, adalah anak yang diharapkan :ya tidak
Dukungan keluarga lain : Ada tidak ada
Tempat tinggal anak :  penitipan anak rumah pengasuh
Anak dirawat oleh : ibu £nenek pengasuh

Interaksi orang tua-anak :

Berkunjung
Kontak mata
Menyentuh
Berbicara
Menggendong
Ekspresi wajah

Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
2. LINGKUNGAN YANG ASEPTIK
Adakah anggota keluarga lain yang mempunyai penyakit infeksi saat ini:
tidak ya, siapa…………………penyakit…………………

Adakah penyakit keturunan : tidak ya


 Asthma
 Kencing manis
 Penyakit jantung
 Thalasemia
 lain-lain …………………………………………………………………….

Kebiasaan anak :
 Mencuci tangan :ya tidak
 Sarapan pagi :ya tidak
 Senang jajan :ya tidak
 Membawa bekal makanan dari rumah : ya tidak
 lain-lain ……………………………………………………………………

Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

1. KEPERCAYAAN / AGAMA
Aturan dalam agama yang mempengaruhi kesehatan dalam hal:
 Diet…………………………………………………….
Pengobatan…………………………………………
 Lain-lain ……………………………………………………………………

Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

Bandung, 19 April 2022

Mengetahui Mahasiswa yang melakuka


n pengkajian

Ttd
(Ns. Tina Shinta, M.Kep., Sp. Kep. An.) (Gita Natalia Rahelda)
(PPB/ Pembimbing Pendidikan)
2. Pengorganisasian Data

Data Subyektif Data Obyektif


1. Klien mengeluh nyeri pada bagian per Klien tampak sakit sedang
ut, klien mengatakan perut terasa kemb Tanda-tanda vital :
ung, dengan skala nyeri 2
Suhu : 38.7oC
Klien mengeluh demam

Nadi : 143x/mnt

Tekanan darah : 92/72 mmHg

Pernapasan : 33x/mnt

Skala nyeri 2, akral teraba hangat


Tampak ptekie di daerah lengan
Hasil lab:

Hematocrit : 57.1 %
Trombosit : 9 Ribu/µL

Hemoglobin 20,1 g/dL

2. klien mengeluh lemas, tidak napsu m Klien tampak sakit sedang


akan, jika makan terasa mual namun tid
ak ada muntah Tanda-tanda vital :

Suhu : 38.5oC

Nadi : 123x/mnt

Tekanan darah : 90/72 mmHg

Pernapasan : 25x/mnt

akral teraba hangat


Tampak ptekie di daerah lengan
Hasil lab:

Hematocrit : 57.1 %
Trombosit : 9 Ribu/µL

Hemoglobin 20,1 g/dL

3. Analisa Data

No Diagnosa Etiologi Masalah Keperawat


an

1 DS: Otak Defisit Nutrisi

Klien mengatakan tidak napsu hepato-spenomegali


makan, setiap kali makan terasa
mendesak lambung
mual
meningkatkan HCL
DO:
mual muntah, nafsu
Klien tampak sakit sedang makan menurun
Skala nyeri 2/10
TTV: msukan njutrisi
berkurang
Pernapasan : 33x/mnt
DefiSit Nutrisi
Nadi : 143x/mnt

Tekanan darah : 92/72 mmHg

2 DS : Virus dengue bered Hipertermi


ar dalam darah
Klien mengatakan demam
menstimulasi sel ho
DO :
st inflamasi

Klien tampak sakit sedang


memproduksi endu
Akral hangat
genus pirogen
Tanda-tanda vital :
Hipotalamus menin
o
Suhu : 38.7 C
gkatkan produksi
prostaglandin
Nadi : 143x/mnt
neutransmiter
Tekanan darah : 92/72 mmHg
prostaglandin berik
Pernapasan : 33x/mnt atan dengan neuro
nprepiotik dihipotal
amus

meningkatkan ther
mostat pada pusat
termoregulator

Hipertermia
3 DS : agregasi trombosit Resiko Perdarahan

DO : Pelepasan adenosin
di pospat ADP
terlihat bintik merah di daerah
lengan trombosis
Hasil lab: mengalami
kerusakan
Hematocrit : 57.1 %
metamorfosis

Trombosit : 9 Ribu/µL
thrombositopenia

Hemoglobin 20,1 g/dL


Resiko perdarahan

4 DS : - Virus dengue Resiko Syok

DO : aktivasi C3 dan C5

Terlihat bintik merah di daerah meningkatkan per


lengan meabilitas dinding
Hasil lab: pembuluh darah
menghilangnya plas
Hematocrit : 57.1 %
ma melalui endotel
dinding pembuluh
Trombosit : 9 ribu/µL
darah
Hemoglobin 20,1g/dL
kebocoran plasma
ke extraseluler

Resiko Syok

Intervensi Keperawatan

NO TGL DIAGNOSIS PERENCANAAN


INTERVENSI UTAMA/
KEPERAWATAN LUARAN RASIONAL
DK
PENDUKUNG
1. 02/08/202 Hipertermia Setelah dilakukan a Manajemen Hipertermi
2 berhubungan suhan keperawata
dengan proses n 3x2 jam diharapk Manajemen Hipertermi Observasi
penyakit (mis. an termoregulasi
infeksi) membaik Observasi 1. Untuk mengetahui adanya infeksi local
maupun sistemik
DS : Kriteria Hasil : 1. Identifikasi penyebab hipertemi 2. Untuk menunjukkan proses penyakit
2. Monitor suhu tubuh infeksius akut
Klien mengeluh de 1. Suhu tubuh m
mam embaik (5)
2. Suhu kulit me
DO : mbaik (5) Terapeutik Terapeutik

a. Klien tampak 1. Sediakan lingkungan yang dingin 1. Membantu menurunkan suhu


sakit sedang 2. Longgarkan atau lepaskan pakaian 2. Membantu mempermudah penguapan
b. Akral teraba 3. Berikan caira oral panas
hangat 4. Ganti linen setiap hari atau lebih 3. Untuk mengganti cairan yang hilang
c. TTV sering jika mengalami keringat selama proses evaporasi
berlebih 4. Menurunkan kehilangan panas melalui
Suhu : 38.7oC 5. Lakukan pendinginan eksternal evaporasi
5. Untuk menurunkan suhu
Nadi : 14
3x/mnt
Edukasi
TD : 92/72 Edukasi
mmHg 1. Anjurkan tirah baring
1. Penghematan tenaga, mengurangi
RR: 33x/mnt kerja tubuh
Kolaborasi

Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, Kolaborasi :


jika perlu
Untuk mengganti cairan yang hilang selama
proses evaporasi
2. 03/04/202 Resiko perdarahan Setelah dilakukan Pencegahan Perdarahan Pencegahan Perdarahan
2 berhubungan tindakan04 Agust
dengan
us 2022 keperaw Observasi Observasi
trombositopenia
atan selama 1x24ja
m diharapkan mas a. Monitor tanda dan gejala a. Untuk mengetahui keadaan umum klien
DS : - perdarahan b. Untuk mengetahui adanya resiko
alah klien menurun
b. Monitor nilai hematocrit dan perdarahan pada klien
dengan kriteria has
DO : hemoglobin sebelum dan sesudah c. Untuk mencegah pendarahan pada klien
il :
kehilangan darah
a. Tampak bintik c. Monitor tanda-tanda vital
1. Hemoglobin
merah di lenga Terapeutik :
membaik
n a. Untuk mengantisipasi terjadinya
2. Hematokrit
b. Hasil lab: perdarahan
membaik Terapeutik :
3. Hemoptisis
Hematocrit : 5 Edukasi :
menurun
7% a. Pertahankan bedrest a. Untuk mempertahankan cairan dalam
4. Hematemesis
tubuh
menurun
Trombosit : 9 R b. Untuk menjaga asupan makanan yang
5. Hematuria
ibu/µL dibutuhkan tubuh
menurun
Edukasi :
Hemoglobin 2 Kolaborasi :
0.1 g/dL a. Anjurkan meningkatkan asupan
cairan a. Mengidentifikasi defisiensi dan
b. Anjurkan untuk meningkatkan kebutuhan pengobatan atau respon
asupan makan terhadap terapi yang diberikan

Kolaborasi :

a. Kolaborasi pemberian darah


b. Kolaborasi pemberian produk
darah, jika perlu

4 03/08/202 Resiko syok Setelah dilakukan Pencegahan Syok Pencegahan Syok


2 berhubungan tindakan 3x24 jam,
dengan diharakan gejala sy Observasi : Observasi :
perdarahan ok teratasi dengan
a. Monitor adanya respon a. Agar syok dapat ditangani sejak awal
DS : - Kriteria hasil kompensasi awal syok (misalnya b. Alergi dapat menimbulkan syok
tekanan darah normal, nadi c. Agar penyebab dapat langsung diatasi
DO : melemah, pucat/dingin pada kulit) dan terhindar dari syok
a. Tidak terjadi pe
b. Monitor adanya tanda awal reaksi
nurunan tekana
a. Tampak bintik alergi
n nadi perifer
merah di lenga c. Monitor penyebab kehilangan
b. Waktu pengisia cairan
n Edukasi :
n kapiler < 3 de
b. Hasil lab: tik
a. Agar mengantisipasi dan melakukan
c. Akral tidak dingi
pertolongan pertama saat terjadi syok
Hematocrit : 5
n/pucat Edukasi : b. Agar mengetahui apa saja yang harus
7%Trombosit :
9 Ribu/µL dilakukan saat terjadi syok
a. Ajarkan pasien dan keluarga
mengenai tanda dan gejala syok
b. Ajarkan klien dan keluarga
Hemoglobin 2 mengenai langkah-langkah yang
0.1 g/dL harus dilakukan saat timbul gejala
syok Kolaborasi :

a. Agar kebutuhan cairan dalam tubuh


dapat terpenuhi
Kolaborasi :

a. Berikan cairan melalui intravena


atau oral, sesuai kebutuhan
A. Implementasi
Tgl & Jam No. D Implementasi Nama Jelas & Ttd
K (Tindakan Keperawatan)
02/08/2022 1,2,3,4 1. Mencuci tangan sebelum tindakan Gita
Respon/hasil: tangan menjadi bersih dan terhindar dari dari pathogen
2. Memberi salam dan perkenalan
Respon/hasil: klien kooperatif
3. Menjelaskan tujuan dan menciptakan lingkungan yang nyaman
Respon/hasil: klien merasa nyaman
4. Melakukan pemeriksaan TTV, IO
Respon/hasil: TTV
Suhu : 38.7oC
Nadi : 143x/mnt
Tekanan darah : 92/72 mmHg
Pernapasan : 33x/mnt
BAB : 1x
BAK : 4x
Makan : ½ porsi
Minum : 4 gelas
5. Melakukan anamnesa dan pengkajian
Respon/hasil: klien mengatakan saat ini mengeluh nyeri di perut, demam 38.7oC, ptekie (+)
bagian ekstremitas atas sebelah kanan dan kiri
6. Melakukan pemberian obat oral dan intravena Paracetamol 500mg, Vomceran 2x4 mg, Rantin
2x1 amp, Gelafusal 25ml/jam
Respon/hasil: klien kooperatif, cairan infus lancar, 40tts/jam, klien tampak nyaman, tidak ada
emboli, kemerahan
7. Memberi penjelasan untuk klien tetap membatasi aktivitas
Respon/hasil: klien kooperatif
8. Kontrak waktu dihari berikutnya
Respon/hasil: klien kooperatif
03/08/2022 1,2,3,4 1. Memberi salam Gita
Respon/hasil: klien kooperatif
2. Melakukan pemeriksaan TTV, IO, dan anamnesa keluhan
Respon/hasil: klien mengeluh perut masih terasa nyeri, klien tampak sakit sedang
Suhu : 37.8oC
Nadi : 123x/mnt
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Pernapasan : 30x/mnt
BAB : -
BAK : 3x
Makan : ½ porsi
Minum : 4 gelas
9. Melakukan pemberian obat oral dan intravena Paracetamol 500mg, Vomceran 2x4 mg, Rantin
2x1 amp, Gelafusal 25ml/jam
3. Mengajarkan klien untuk tetap menjaga nutrisi, minum, dan membatasi aktivitas
Respon/hasil: klien kooperatif
03/08/2022 1,2,3,4 1. Melakukan pemeriksaan TTV, IO, anamnesa keluhan Gita
Respon/hasil: klien mengeluh perut masih terasa nyeri, klien tampak sakit sedang
Suhu : 37.4oC
Nadi : 92x/mnt
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Pernapasan : 228x/mnt
BAB : 1x
BAK : 5x
Makan : ½ porsi
Minum : 4gelas
2. Melakukan pemberian obat oral dan intravena Paracetamol 500mg, Vomceran 2x4 mg, Rantin
2x1 amp, Gelafusal 25ml/jam
3. Melakukan anamnesa terkait tindakan yang sudah dilakukan
respon/hasil: klien mengatakan setelah dilakukan teknik napas dalam sebanyak 6x, nyeri
dirasakan sedikit berkurang
4. Mengajarkan klien untuk tetap bedrest total

04/08/2022 1,2,3,4 1. Observasi TTV, IO, anamnesa keluhan Gita


Respon/hasil: klien mengeluh mual
Suhu : 37.3oC
Nadi : 88x/mnt
Tekanan darah : 100/80 mmHg
Pernapasan : 24x/mnt
BAB : 1x
BAK : 5x
Makan : ½ porsi
Minum : 4 gelas
2. Menciptakan lingkungan yang nyaman
Respon/klien: klien terjaga privasi dan merasa nyaman
3. Membantu menyeka klien
Respon/hasil: klien tampak lebih segar
4. Memberitahu agar klien tetap bedrest total
Respon/hasil: klien kooperatif

B. Evaluasi
Tanggal No. DK Evaluasi (SOAP) Nama Jelas
& Ttd
02/08/2022 1,2 Hipertermia Gita
S : Klien mengeluh demam
O:
a. Klien tampak sakit sedang, lemah
b. Pemeriksaan TTV
Suhu : 38.6oC
Nadi : 123x/mnt
Tekanan darah : 92/72 mmHg
Pernapasan : 33x/mnt
c. Akral teraba hangat
A : Demam belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

a. Observasi TTV
b. Pemberian obat sesuai advice

Resiko Perdarahan

S : Tidak ada
O:
a. Tampak bintik merah pada ekstremitas bagia
n bawah, kanan dan kiri, ptekie
b. Hasil lab:
Hematocrit : 57.1 %
Trombosit : 9 Ribu/µL
Hemoglobin 20.1 g/dL
A : Resiko perdarahan belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

a. Observasi TTV
b. Pemeriksaan laboratorium
c. Pemberian obat sesuai advice
d. Pemberian cairan sesuai advice
e. Bedrest total
Resiko Syok

S : Tidak ada
O : Tampak bintik merah pada ekstremitas bagian baw
ah, kanan dan kiri, ptekie
Hasil lab:
Hematocrit : 57.1 %
Trombosit : 9 Ribu/µL
Hemoglobin 20.1 g/dL
A : Resiko perdarahan belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

a. Observasi TTV
b. Pemeriksaan laboratorium
c. Pemberian obat sesuai advice
d. Pemberian cairan sesuai advice
e. Bedrest total

03/08/2022 1,2,3,4 Hipertermia Gita

S : Klien mengatakan sudah tidak demam


O:
a. Pemeriksaan TTV
Suhu : 36.8oC
Nadi : 82x/mnt
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Pernapasan : 30x/mnt
A : Demam teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

a. Observasi TTV
b. Pemberian obat sesuai advice
Resiko Perdarahan

S : Tidak ada
O:
a. Tampak bintik merah pada ekstremitas bagia
n bawah, kanan dan kiri, ptekie
b. Hasil lab:
Hematocrit : 47.1 %
Trombosit : 10 Ribu/µL
Hemoglobin 20.1 g/dL
A : Resiko perdarahan belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

a. Observasi TTV
b. Pemeriksaan laboratorium
c. Pemberian obat sesuai advice
d. Pemberian cairan sesuai advice
e. Bedrest total

Resiko Syok

S : Tidak ada
O : Tampak bintik merah pada ekstremitas bagian baw
ah, kanan dan kiri, ptekie
Hasil lab:
Hematocrit : 47.1 %
Trombosit : 10 Ribu/µL
Hemoglobin 20.1g/dL
A : Resiko perdarahan belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

a. Observasi TTV
b. Pemeriksaan laboratorium
c. Pemberian obat sesuai advice
d. Pemberian cairan sesuai advice
e. Bedrest total

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisi tentang analisa teori dengan kasus Demam Hemorhagic Fever yang kemudian dianalisa. Penulis melakukan perawa
tan selama 4 hari dengan menggunakan proses keperawatan.
A. Pengkajian
Data yang diperoleh dilakukan dengan cara melakukan anamnesa yang didapatkan dari keluarga dan klien.
Kasus
1) Anamnesa
Klien mengeluh nyeri pada bagian perut, klien mengatakan perut terasa kembung dan penuh yang dirasakan terus menerus, de
ngan skala nyeri, demam

2) Pemeriksaan fisik

Sistem pencernaan :

a. Klien mengeluh nyeri pada bagian perut, klien mengatakan perut terasa kembung dan penuh yang dirasakan terus menerus,
dengan skala nyeri 2
b. Klien tampak sakit sedang
c. Skala nyeri 2/10
d. TTV:
RR: 33x/mnt
Nadi : 123x/mnt
TD: 92/72mmHg
Suhu : 38.6oC
Sistem Integumen
a. Klien mengeluh demam
b. Akral teraba hangat dan terdapat bintik merah diseluruh tubuhnya, ptekie
c. TTV
Suhu : 38.6oC
Nadi : 123x/mnt
TD : 92/72 mmHg
RR: 33x/mnt

Sistem hematologi :

a. Hasil laboratorium :
Hematocrit : 57.1 %
Trombosit : 9 Ribu/µL
Hemoglobin 20.1 g/dL

Teori
1) Anamnesa

Demam tinggi mendadak yang disertai menggigil, kadang–kadang disertai dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan, mual, munta
h anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakkan bola mata terasa pega
l, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemesis.
2) Pemeriksaan fisik
a. Muka tampak kemerahan karena demam
b. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan men
galami hyperemia pharing
c. Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan uji tourniket. Turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin,
dan lembab.
d. Ekstremitas: akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang.

B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa yang muncul pada teori adalah

a. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, peningkatan laju metabolisme.


b. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, kegagalan mekanisme regulasi.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis (mual, muntah dan anoreksia)

Diagnosa yang muncul pada kasus An. J adalah

a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit


b. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
c. Resiko syok berhubungan dengan pendarahan
C. Intervensi
Intervensi yang dilakukan selama 4 hari berdasarkan diagnosa keperawatan pada An. D, adalah :

a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

a) Melakukan anamnesa
b) Melakukan observasi TTV
c) Melakukan pemeriksaan fisik integumen
d) Pemberian obat paracetamol 500mg
b. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
a) Melakukan anamnesa
b) Observasi TTV
c) Melakukan pemeriksaan fisik sistem integumen dan hematologi
d) Membantu dalam pemberian cairan infus RL
e) Menganjurkan untuk bedrest
c. Resiko syok berhubungan dengan perdarahan
a) Melakukan anamnesa
b) Observasi TTV
c) Melakukan pemeriksaan fisik sistem integumen dan hematologi
d) Membantu dalam pemberian cairan infus RL
e) Menganjurkan untuk bedrest

D. Implementasi
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, penulis melakukan sesuai dengan rencana yang telah disusun

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis


b. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
c. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
d. Resiko syok berhubungan dengan perdarahan

E. Evaluasi

a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit teratasi dibuktikan dengan klien mengatakan badan sudah membaik, klien ta
mpak sehat, kesadaran composmentis, suhu 38,6oC.
b. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia belum teratasi dibuktikan dengan bintik merah pada ekstremitas bagi
an bawah kanan dan kiri masih tampak, dan
Hasil lab: Hematocrit : 57.1 %
Trombosit : 9 Ribu/µL
Hemoglobin 20.1 g/dL
c. Resiko syok berhubungan dengan perdarahan belum teratasi dibuktikan dengan bintik merah pada ekstremitas bagian bawah ka
nan dan kiri masih tampak, dan
Hasil lab: Hematocrit : 57.1 %
Trombosit : 9 Ribu/µL
Hemoglobin 20.1 g/dL
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan Asuhan Keperawatan pada An. J dengan demam hemorhagic fever selama 4 hari dengan menggunak
an pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian sampai evaluasi, maka penulis menarik kesimpulan bahwa kasus d
emam hemorhagic fever dalam memberikan asuhan keperawatan perlu adanya intervensi.
1. Pengkajian
Pengkajian data yang diperoleh sesuai dengan teori
2. Diagnosa kasus

a) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit


b) Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
c) Resiko syok berhubungan dengan perdarahan

3. Intervensi
Rencana tindakan keperawatan sesuai dengan teori
4. Implementasi
a) Anamnesa, pemeriksaan fisik, observasi TTV, IO
b) Melakukan pemberian obat oral dan intravena
c) Membantuk menyeka
d) Memberi pendidikan kesehatan
e) Mengajarkan teknik napas dalam
5. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 hari dapat disimpulkan bahwa diagnosa yang muncul dalam teori pada saat ti
ndakan keperawatan ditemukan 4 diagnosa dan tindakan dilakukan sesuai dengan masalah yang terjadi.

B. Saran
a) Bagi Pasien
Diharapkan pasien dapat memahami penyakit Demam Hemorhagic Fever (DHF) dan melakukan hidup sehat.
b) Bagi Rumah Sakit

Dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien hendaknya tetap meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan kesehatan y
ang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Nor Vikri. 2019. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DENGAN DENGUE HAEMORHAGIC FEVER ( DH
F ) DI RUMAH SAKIT. Samarinda. http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/283/1/Untitled.pdf.
Ali. 2016. Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC.
Dinas Kesehatan Kalimantan Timur. 2019. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur. Kalimantan Timur.
Dinkes Kota Balikpapan. 2019. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur. Balikpapan
Dinkes Provinsi Kalimantan Timur. 2018. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur. Kalimantan Timur.
Drs. H. Syaifuddin, AMK. 2016. ANATOMI FISIOLOGI. Jakarta
Erdin. 2018. Pathway Dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta.
Harmawan. 2018. Dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta
Ikhwani, Mochammad Khoirul. 2019. ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. D DENGAN DIAGNOSA MEDIS DHF ( DENGUE
HEMORAGIC FEVER ) GRADE 3 DI RUANG ASOKA RSUD BANGIL PASURUAN. Sidoarjo. https://repository.kertacendekia.ac.id/media/
296901-asuhan-keperawatanpada-an-d-dengan-diag-d65b301a.pdf.
Kemenkes RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Kemenkes RI. 2019. Laporan Nasional Dinas Kesehatan. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Info Datin. Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Anak Indonesia. Jakarta: Pemberdayaan, Kementerian Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPP
A).
Rampengan. 2017. Penatalaksanaan Dengue Hemorrhagic Fever.
SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kualitatif Dan R&D. Jakarta: Alfabeta.
Tedi Mulyadi. 2015. Komponen Sistem Peredaran Darah. Jakarta.
WHO. 2016. Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever.
WHO. 2018. Dengue Haemorrhagic Fever. Jakarta.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENYAKIT DBD

NAMA : GITA NATALIA RAHELDA


NIM : 30190121142
PROGRAM STUDI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2022

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang Studi : Keperawatan Anak


Topik : Penyakit DBD
Sasaran : Keluarga dan Pasien
Tempat : Ruang Irene 2/4410-1
Hari / Tanggal : Kamis, 4 Agustus 2022
Pukul : 15.00 WIB
Waktu : 30 menit

I. Tujuan Instruksional
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan mengenai Penyakit DBD selama 30 menit, keluarga dan An. J dapat mengetahui mengenai penyakit
DBD
B. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan sasaran mampu:


1.   Menjelaskan definisi DBD
2.   Menjelaskan Tanda dan Gejala DBD
3.   Menjelaskan Komplikasi DBD

II. Materi

1.  Definisi DBD
2.  Tanda dan Gejala DBD
3.   Komplikasi DBD

III. Karakteristik Sasaran

An. J dengan DBD, An. J didampingi oleh orangtua selama dirawat.

IV. Waktu Pelaksanaan

Hari dan Tanggal : Kamis, 4 Agustus 2022


Waktu : 15.00 WIB

V. Metode

A. Ceramah
B. Tanya jawab

VI. Media

Leflet

VII. Materi Pendidikan Kesehatan


TAHAP KEGIATAN
WAKTU
KEGIATAN PENYULUHAN SASARAN
5 menit Pendahuluan 1. Membuka acara dengan 1. Menjawab salam.
mengucapkan salam 2. Memperhatikan.
kepada keluarga dan Anak. 3. Mendengarkan penyuluhan
2. Memperkenalkan diri. dan menyampaikan topik
3. Menyampaikan topik, dan tujuan.
maksud dan tujuan 4. Menyetujui kesepakatan
pendidikan kesehatan. waktu pelaksanaan
4. Kontrak waktu untuk pendidikan kesehatan.
kesepakatan pelaksanaan
pend.kes
20 menit Kegiatan inti 1. Memberikan penjelasan 1. Mendengarkan
tentang DBD dengan penyampaian materi.
menggunakan: Leflet 2. Mengajukan pertanyaan
2. Memberikan kesempatan tentang materi yang kuran
kepada keluarga untuk g jelas.
bertanya. 3. Menerima reinforcement
3. Memberikan reinforcement atas pertanyaan yang
atas pertanyaan keluarga. diajukan.
5 menit Penutup 1. Menyimpulkan dan 1. Bersama menyimpulkan
mengklasifikasikan materi dan mengklasifikasikan
penyuluhan yang telah materi penyuluhan yang
disampaikan kepada keluarg telah disampaikan.
a. 2. Mendengarkan penyuluh
2. Menutup acara dan menutup acara dan
mengucapkan salam serta menjawab salam.
terima kasih kepada keluarg
a dan anak.

VIII. Evaluasi

A. Jenis
1. Tempat tersedia sesuai perencanaan
2. Peran peserta sesuai perencanaan.

B. Bentuk

1. Pelaksanan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.


2. Peserta mengikuti penyuluhan dari awal sampe akhir.
3. Peserta berperan aktif selama penyuluhan.
C. Post Test
Jenis tes: Pertanyaan secara lisan
Butir – butir pertanyaan:
1. Sebutkan definisi DBD!
2. sebutkan Tanda dan Gejala DBD!
3. Sebutkan komplikasi DBD!

Lampiran Materi:
.     1. Pengertian DBD

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) menular melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. DHF merupakan penyakit berbasis vektor yang menj
adi penyebab kematian utama di banyak negara tropis. Penyakit DHF bersifat endemis, sering menyerang masyarakat dalam bentuk wabah dan d
isertai dengan angka kematian yang cukup tinggi, khususnya pada mereka yang berusia dibawah 15 tahun (Harmawan 2018).
2.Tanda Dan Gejala DBD
Tanda dan Gejala pada penderita DHD antara lain adalah (Nurarif & Kusuma 2015):
a. Demam dengue Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut:
1) Nyeri kepala
2) Nyeri retro-orbital 18
3) Myalgia atau arthralgia
4) Ruam kulit
5) Manifestasi perdarahan seperti petekie atau uji bending positif
6) Leukopenia
7) Pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan DD/DBD yang sudah di konfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama
b. Demam berdarah dengue Berdasarkan kriteria WHO 2016 diagnosis DHD ditegakkan bila semua hal dibawah ini dipenuhi :
1) Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat bifastik
2) Manifestasi perdarahan yang berupa :
a) Uji tourniquet positif
b) Petekie, ekimosis, atau purpura
c) Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran cerna, tempat bekas suntikan
d) Hematemesis atau melena
3) Trombositopenia 20% dari nilai baku sesuai umur dan jenis kelamin
b) Penurunan nilai hematokrit > 20% setelah pemberian cairan yang adekuat 19 5) Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asit
es, efusi pleura
c. Sindrom syok dengue Seluruh kriteria DHD diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu:
1) Penurunan kesadaran, gelisah
2) Nadi cepat, lemah
3) Hipotensi
4) Tekanan darah turun < 20 mmHg
5) Perfusi perifer menurun
6) Kulit dingin lembab
3.      Komplikasi DBD
Komplikasi Menurut (Hidayat A. Aziz Alimul, 2015).
1. Ensepalopati : Demam tinggi, ganguan kesadaran disertai atau tanpa kejang.
2. Disorientasi : Kehilangan daya untuk mengenal lingkungan, terutama yang berhubungan dengan waktu, tempat, dan orang.
3. Shock : Keadaan kesehatan yang mengancam jiwa ditandai dengan ketidakmampuan tubuh untuk menyediakan oksigen untuk
mencukupi kebutuhan jaringan.
4. Effusi pleura : Suatu keadaan terdapatnya cairan dengan jumlah berlebihan.
5. Asidosis metabolik : Kondisi dimana keseimbangan asam basa tubuh terganggu karena adanya peningkatan produksi asam atau
berkurangnya produksi bikarbonat.
6. Anoksia jaringan : Suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara pernafasan, mengakibatkan oksig
en berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan karbondioksida (hiperkapnea).
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami demam berdarah dengue yaitu perdarahan massif dan dengue shock syndrome (DSS)
atau sindrom syok dengue (SSD). Syok sering terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun. Syok ditandai dengan nadi yang lemah dan cepat s
ampai tidak teraba, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau sampai nol, tekanan darah menurun dibawah 80 mmHg atau sampai nol, terjad
i penurunan kesadaran, sianosis di sekitar mulut dan kulit ujung jari, 24 hidung, telinga, dan kaki teraba dingin dan lembab, pucat dan oliguria at
au anuria (Pangaribuan 2017).

Anda mungkin juga menyukai