DESEMBER 2022
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
PERDARAHAN SUBARACHNOID
Disusun Oleh :
Pembimbing
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2022
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : K1B122017
Fakultas : Kedokteran
Telah menyelesaikan laporan kasus dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian
Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo pada Juni 2022.
Pembimbing
2
PERDARAHAN SUBARACHNOID
A. Pendahuluan
3
1. Duramataer
Dura kranialis atau pachymeninx adalah suatu struktur fibrosa yang
kuat dengan suatu lapisan dalam (meningeal) dan lapisan luar (periostal).
Kedua lapisan dural yang melapisi otak umumnya bersatu, kecuali di tempat
di tempat dimana keduanya berpisah untuk menyediakan ruang bagi sinus
venosus (sebagian besar sinus venosus terletak di antara lapisan-lapisan
dural), dan di tempat dimana lapisan dalam membentuk sekat di antara
bagian-bagian otak. Duramater lapisan luar melekat pada permukaan dalam
cranium dan juga membentuk periosteum, dan mengirimkan perluasan
pembuluh dan fibrosa ke dalam tulang itu sendiri; lapisan dalam berlanjut
menjadi dura spinalis.Septa kuat yang berasal darinya membentang jauh ke
dalam cavum cranii. Di antara kedua hemispherium terdapat invaginasi yang
disebut falx cerebri. Ia melekat pada crista galli dan meluas ke crista
frontalis ke belakang sampai ke protuberantia occipitalis interna, tempat
dimana duramater bersatu dengan tentorium cerebelli yang meluas ke dua
sisi. Falx cerebri membagi pars superior cavum cranii sedemikian rupa
sehingga masing-masing hemispherium aman pada ruangnya sendiri.
Tentorium cerebelli terbentang seperti tenda yang menutupi cerebellum dan
letaknya di fossa cranii posterior. Tentorium melekat di sepanjang sulcus
transversus os occipitalis dan pinggir atas os petrosus dan processus
clinoideus. Di sebelah oral ia meninggalkan lobus besar yaitu incisura
tentorii, tempat lewatnya trunkus cerebri. Saluran-saluran vena besar, sinus
dura mater, sinus dura mater terbenam dalam dua lamina dura. 5,6
4
Gambar 2. Penampang sagittal menings4
2. Arachnoidea
Membrana arachnoidea melekat erat pada permukaan dalam dura dan
hanya terpisah dengannya oleh suatu ruang potensial, yaitu spatium
subdural. Ia menutupi spatium subarachnoideum yang menjadi liquor
cerebrospinalis, cavum subarachnoidalis dan dihubungkan ke piamater oleh
trabekulae dan septa-septa yang membentuk suatu anyaman padat yang
menjadi sistem rongga-rongga yang saling berhubungan. Dari arachnoidea
menonjol ke luar tonjolan-tonjolan mirip jamur ke dalam sinus-sinus
venosus utama yaitu granulationes pacchioni (granulationes/villi
arachnoidea). Sebagian besar villi arachnoidea terdapat di sekitar sinus
sagitalis superior dalam lacunae lateralis. Diduga bahwa liquor
cerebrospinali memasuki circulus venosus melalui villi. Pada orang lanjut
usia villi tersebut menyusup ke dalam tulang (foveolae granulares) dan
berinvaginasi ke dalam vena diploe. 3,4
Cavum subaracnoidea adalah rongga di antara arachnoid dan piamater
yang secara relatif sempit dan terletak di atas permukaan hemisfer cerebrum,
namun rongga tersebut menjadi jauh bertambah lebar di daerah-daerah pada
dasar otak. Pelebaran rongga ini disebut cisterna arachnoidea, seringkali
5
diberi nama menurut struktur otak yang berdekatan. Cisterna ini
berhubungan secara bebas dengan cisterna yang berbatasan dengan rongga
sub arachnoid umum. Cisterna magna diakibatkan oleh pelebaran-pelebaran
rongga di atas subarachnoid di antara medulla oblongata dan hemisphere
cerebellum; cistena ini bersinambung dengan rongga subarachnoid spinalis.
Cisterna pontin yang terletak pada aspek ventral dari pons mengandung
arteri basilaris dan beberapa vena. Di bawah cerebrum terdapat rongga yang
lebar di antara ke dua lobus temporalis. Rongga ini dibagi menjadi cisterna
chiasmaticus di ats chiasma opticum, cisterna supraselaris di atas diafragma
sellae, dan cisterna interpeduncularis di antara peduncle cerebrum. Rongga
di antara lobus frontalis, parietalis, dan temporalis dinamakan cisterna
fissure lateralis (cysterna sylvii).3,4
6
ependim dan pembuluh-pembuluh darah choroideus untuk membentuk
pleksus choroideus dari ventrikel-ventrikel ini. Pia dan ependim berjalan di
atas atap dari ventrikel keempat dan membentuk tela choroidea di tempat
itu.5,6
C. Definisi
Pendarahan subarakhnoid ialah suatu kejadian saat adanya darah pada
rongga subarakhnoid yang disebabkan oleh proses patologis. Perdarahan
subarakhnoid ditandai dengan adanya ekstravasasi darah ke rongga
subarakhnoid yaitu rongga antara lapisan dalam (piamater) dan lapisan tengah
(arakhnoid matter) yang merupakan bagian selaput yang membungkus otak
(meninges).7
D. Epidemiologi
SAH merupakan jenis stroke yang paling jarang terjadi, namun memiliki
angka morbiditas dan mortalitas yang paling tinggi serta beban perawatan
kesehatan yang lebih berat. Angka kejadian SAH berdasarkan European
Registers of Stroke (EROS) dan The Spanish Society of Neurology mencapai 9
kasus/100.000 orang dan mengalami peningkatan kejadian setelah usia 50 tahun
dengan persentase lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria. Di Amerika
Serikat, prevalensi SAH mencapai 5% hingga 10% dari semua jenis stroke.
Insiden SAH yang disebabkan oleh ruptur aneurisma sangat bervariasi di seluruh
dunia dari 2 kasus/100.000 orang di Cina hingga 22,5 kasus per 100.000 orang
di Finlandia 8
Subarachnoid Haemorrhage diperkirakan sekitar 7-15% dari seluruh
gangguan peredaran darah otak. Prevalensi kejadiannya sekitar 62% timbul
pertama kali pada usia 40-60 tahun, serta diperkirakan 6,5-26,4 dari 100.000
kasus subarachnoid hemoragik terjadi setiap tahunnya. Factor-faktor tertentu
meningkatkan resiko terjadinya perdarahan. Aneurisma ditemukan pada
kebanyakan orang dan jarang terjadi sebelum umur 40 tahun. Namun,
malformasi arteri vena bisa timbul mulai kelahiran. Pada kasus tertentu, terdapat
predisposisi faktor genetik aneurisma atau malformasi arteri vena. Dan jika
7
penyebabnya adalah AVM (malformasi arteriovenosa) maka insidensnya lebih
sering pada laki- laki daripada wanita. Faktor lain yang dapat berimplikasi,
namun tidak secara langsung berhubungan terhadap subarachnoid hemoragik,
antara lain aterosklerosis, merokok, konsumsi alkohol berlebihan, dan
penggunaan obat-obat terlarang, seperti kokain. Peranan langsung dari tekanan
darah tinggi, masih belum jelas. 5,7
E. Etiologi
Sekitar 80% SAH non trauma disebabkan oleh rupture aneurisma
intracranial. Jenis aneurisma yang paling umum terjadi yaitu aneurisma sakular.
Aneurisma pada arteri komunikans anterior merupakan lokasi aneurisma
tersering, diikuti arteri serebral tengah, arteri komunians posterior dan arteri
karotis interna. Penyebab lain SAH termasuk vascular malformation dan
penyakit vascular lainnya seperti vasculitis.4,8,9
Perdarahan subarachnoid secara spontan sering berkaitan dengan
pecahnya aneurisma (85%), kerusakan dinding arteri pada otak. Dalam banyak
kasus PSA merupakan kaitan dari pendarahan aneurisma. Penelitian
membuktikan aneurisma yang lebih besar kemungkinannya bisa pecah.
Selanjunya 10% kasus dikaitkan dengan non aneurisma perimesencephalic
hemoragik, dimana darah dibatasi pada daerah otak tengah. Aneurisma tidak
ditemukan secara umum. 5% berikutnya berkaitan dengan kerusakan rongga
arteri, gangguan lain yang mempengaruhi vessels, gangguan pembuluh darah
pada sum-sum tulang belakang dan perdarahan berbagai jenis tumor.10
F. Faktor Risiko
Faktor risiko ruptur aneurisma dibagi menjadi dua, yaitu faktor yang
dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko
yang dapat dimodifikasi antara lain : hipertensi, kebiasaan merokok, konsumsi
alkohol, diabetes melitus berkaitan dengan SAH tipe perimensensefalik, dan
penggunaan obat simpatomimetik. Faktor risiko SAH yang tidak dapat
dimodifikasi antara lain: usia ( terbanyaak pada usia 40-60 tahum), jenis kelamin
(wanita>pria), riwayat aneurisma sebelumnya, riwayat keluarga pada kerabat
8
tingkat pertama (meningkat risiko 3-4 kali lipat) penyakit genetik (autosomal
dominant, polycystic kidney disease, type IV Ehlers-Danlos Syndrome).5,8,9
G. Patofisiologi
Mekanisme patofisiologi SAH melibatkan early brain injury (EBI) dan
delayed cerebral ischemia (DCI) termasuk vasospasme serebral. Pembentukan
aneurisma terjadi dengan lesi vaskuler awal setelah interaksi faktor biologis,
fisik, dan eksternal tertentu. Gaya tangensial (shear stress) pada dinding
pembuluh darah akibat aliran darah menyebabkan aneurisma atau dilatasi dan
degenerasi dinding pembuluh darah. Endotelium merupakan struktur yang
pertama kali mengalami kerusakan. Struktur ini berperan dalam sensitivitas
perubahan tekanan dinding vaskuler dan menyesuaikan diameter lumen sesuai
dengan tingkat shear stress untuk mempertahankan fisiologi dan menentukan
keseluruhan proses remodelling.9
Inflamasi memainkan peran penting pada pembentukan dan pecahnya
aneurisma. Aktivasi proinflamasi terjadi selama remodeling vaskular pada
daerah dengan shear stress yang tinggi. Aktivasi proinflamasi termasuk aktivasi
endotel menginduksi sintesis nitrit oksida (NO) dan down-regulasi endothelial
constitutional equivalent (eNOS), induksi matrix metalloproteinases (MMP)
seperti MMP-2, MMP-9, dan sitokin proinflamasi lain seperti interleukin (IL)-
10, IL-1β, IL-6, tumor necrosis factor (TNF)-α serta kaskade komplemen dan
koagulasi. Sistem komplemen berkaitan dengan aneurisma intrakranial dan
degenerasi dinding pembuluh darah.9
Segera setelah aneurisma pecah, akan terjadi transient global cerebral
ischemia dan patologi lainnya yang disebut EBI. EBI didefinisikan sebagai
perkembangan kerusakan otak pada 72 jam pertama setelah perdarahan. Stress
oksidatif memainkan peran penting pada pekembangan EBI setelah SAH dengan
memproduksi radikal reactive oxygen species (ROS) termasuk superoxide anion
9
fungsi mintokondria. Sementara itu, vasospasme serebral dianggap berkontribusi
pada DCI. Vasospasme serebral merupakan penurunan difus dan reversible
caliber pembuluh darah karena kontriksi otot polos arteri setelah SAH.9
Dinamika vascular selama vasospasme termasuk konstriksi pembuluh
darah kecil yang menyebabkan disfungsi endotel, neuroinflamasi intramural,
kontraksi otot polos pembuluh darah pial di pembuluh darah otak. Endothelin-1
(ET-1) yang bekerja pada reseptor endotelium A sel otot polos vakular
10
H. Klasifikasi
I. Manifestasi klinis
Gejala awal yang umum dan merupakan gejala khas SAH, yaitu “the
worst headache of my life”. Nyeri kepala parah yang biasanya muncul
mendadak dan mencapai intensitasnya maksimum daam hitungan detik atau
menit (thunderclap headache).4 Sebelunya didahului nyeri kepala sentinel 2-8
minggu sebelum perdarahan subarachnoid. Perdarahan biasanya terjadi selama
masa stress fisik atau psikologis, namun lebih sering terjadi selama aktivitas
sehari-hari.8,11
Gejala rangsang meningeal (misal kaku kuduk, low back pain, nyeri
tungkai bilateral): ini terlihat pada lebih dari 75% kasus PSA, namun
kebanyakan membutuhkan waktu berjam-jam untuk terbentuk.12
11
Sekitar 25% orang mengalami gejala-gejala yang mengindikasikan
kerusakan pada bagian spesifik pada otak yaitu: kelemahan atau lumpuh pada
salah satu bagian tubuh, kehilangan perasa pada salah satu bagian tubuh,
kesulitan memahami dan menggunakan Bahasa (afasia).8,11
J. Diagnosis
12
K. Pemeriksaan Penunjang
1. CT-Scan
13
Pemeriksaan CT scan berfungsi untuk mengetahui adanya massa
intracranial. Pada pembesaran ventrikel yang berhubungan dengan darah
(densitas tinggi) dalam ventrikel atau dalam ruang subarachnoid. Computed
Tomography (CT), pada CT dapat dilihat distribusi darah, sehingga dapat
dilihat lokasi aneurisma yang pecah. CT juga menunjukkan fokal
intraparenkim atau perdarahan subdural, pembesaran ventrikel, aneurisma
besar dan infark akibat vasospasme. Gambaran perdarahan pada CT scan
berupa gambaran hiperdens.14
14
2. CT Angiografi
15
Gambar 6. CT Angiography Subarachnoid Hemorrhage 14
16
4. Trans Cranial Doppler (TCD)
L. Penatalaksanaan
17
stroke iskemik, emboli paru, atau thrombosis vena dalam karena dikaitkan
dengan kejadian iskemik serebral.11,12
Rebleeding
- Menghilangkan aneurisma dari sirkulasi direkomendasikan pada fase awal setelah pecahnya
anuerisma. Menghilangkan aneurisma dapat dilakukan dengan teknik endovaskular atau
clipping.
- Bed rest, analgetik, dan agen antihipertensi berguna sebagai koadjuvan perawatan. Posisi
kepala ditinggikan 30° untuk memfasilitasi drainase vena.
- Agen antifibrinolitik, bila digunakan pada tahap awal untuk waktu singkat, mungkin dapat
dipertimbangkan sebagai cara untuk mencegah perdarahan ulang pada pasien dengan
untreated anuerisma untuk beberapa waktu dan tidak berisiko
tinggi vasospasme.
Mencegah vasospasme
- Pemberian nimodipine dini secara oral atau intravena untuk meningkatkan gambaran klinis dan
prognosis. Nimodipine memiliki efek melindungi neurovaskular. Dosis perfusi intravena 0,2
mg/mL pada 10 mL/jam atau terapi oral dengan 2 tablet dari
30 mg/4 jam.
18
Tatalaksana vasospasme
- Rekomendasi: tatalaksana awal anurisma dan mempertahankan normovolemia dengan
pemberiankristaloid.
- Tatalaksana hipertensi dengan atau tanpa hipervolemia dapat dipertimbangkan sebagai
tatalaksana alternatif untuk vasospasme.
- Intervensi neurovaskular dapat dilakukan pada vasospasme resisten atau pasien yang
mengalami efek samping sistemik karena peningkatan volemia
dan tekanan darah.
Komplikasi neurologis
- Drainase ventrikel dengan ventriculostomy bermanfaat pada pasien dengan gejala akut
hidrosefalus. Pemberian profilaksis agen antiepilepsi tidak
diindikasikan secara umum pada semua pasien SAH.
M. Komplikasi
Komplikasi SAH dibagi menjadi tiga, yaitu fase akut, fase sub-akut, dan
fase lanjut. Komplikasi fase akut SAH yang paling serius adalah perdarahan
ulang yang umumnya terjadi pada 3 hari pertama setelah perdarahan awal
yang dikaitkan dengan prognosis buruk dan skala Fisher yang lebih tinggi.
Hidrosefalus merupakan komplikasi awal yang muncul beberapa jam setelah
kejadian. Hidrosefalus akut (tipe noncommunicating/obstruksi) yang
berkontribusi terhadap EBI disebabkan oleh efek massa atau bekuan darah di
dalam ventrikel dan aqueduct menghalangi aliran CSF normal.4,15,16
19
Hidrosefalus kronik merupakan komplikasi lanjut pada perdarahan
subaraknoid yang disebabkan oleh partisi dalam ruang araknoid mencegah
reabsorpsi CSF yang normal dan menyebabkan dilatasi sistem ventrikel.13
Komplikasi lain yang dapat terjadi pada SAH, yaitu hiponatremia (Na<135
mEq/dl) yang diduga akibat mekanisme cerebral salt wasting (CSW) dan
syndrome of inappropiate secretion of antideuretic hormone (SIADH).
Komplikasi demam pada SAH biasanya merupakan demam noninfeksius.15,16
N. Prognosis
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Patel, A. R., Patel, A,R., Desai S. 2019 The Underlying Stroke Etiology: A
Comparison of Two Classifications in a Rural Setup.Cureus 11(7):2-3.
2. Abbott, A.L., Silvestrini, M., Topakian, R., Golledge, J., Brunser, A.M., De
Borst, et al. 2017. Optimizing the Definitions of Stroke, Transient Ischemic
Attack, and Infarction for Research and Application in Clinical Practice:2-3
3. Kementerian Kesehatan RI. 2018
4. Vivancos, J., Gilo, F., Frutos, R., Maestre, J., Pastor, G.A., Quintana, F.2017.
Clinical Management Guidelines for Subarachnoid Hemorrhage, Diagnosis and
Treatment. Neuroglia; 29(6):353-370
5. Anonym. Sub Arachnoid Hemorrhage.
www.neurosurgery.mgh.harvard.edu/Neurovascular. Accessed 23 Februari 2018
6. Greenberg MS. SAH and Aneurysm. In: Handbook of Neurosurgery. 10th ed.
Lakeland, Fla: Greenburg Graphics,Inc; 2012:1034-1054
7. Caplan, L.R.2009. Subarachnoid Hemorrhage, Aneurysm, and Vascular
Malformations. In: Stroke A Clinical Approach. 4th ed.
Philadelphia,PA:Saunders Elsevier;:446-486
8. Lawton, M. T., & Vates, G. E. Subarachnoid Hemorrhage. N ENGL J MED
2017; 377(3):257– 266.
9. Reis, C., Ho, W.M., Akyol, O., Chen, S., Applegate, R., Z hang, J. 2017.
Pathophysiology of Subarachnoid Hemorrhage, Early Brain Injury, and Delayed
Cerebral Ischemia. Primer on Cerebrovascular Disease 2nd eDITION: Elsevier;
125-130
10. Lombardo, M.C. 2008. Penyakit Serebrovaskular dan Nyeri Kepala Dalam:
Price SA eds. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 4th ed.
Jakarta: EGC
11. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2016. Panduan Praktik Klinis
Neurologi [Internet] [Cited 16 Oktober 2020]. Available from:
http://snars.web.id/ppkneurologi/ppkneurologi.pdf.
21
12. Marcolini, E., & Hine, J. Approach to the Diagnosis and Management of
Subarachnoid Hemorrhage. West J of Emerg Med 2019; 20(2):203–21.
13. Lindsay KW. Sub Arachnoid Haemmorhage. In: Neurology and Neurosurgery
Illustrated, 4th ed. Churchill Livingstone,Elsevier;2004: 273-298
14. Kelly MP, Guillaume TJ, Lenke LG. Subarachnoid Hemmoraghe and Its
Complication. Neurosurg Clin N Am 2015; 29:296-321.
15. Danière, F., Gascou, G., Champfleur, N., Machi, P., Leboucq, N., Riquelme,
et al Complications and follow up of subarachnoid hemorrhages. Diagnostic
and Interventional Imaging: Elsevier Masson SAS. 2015; 96(7–8):677–686.
16. Chen, S., Luo, J., Reis, C., Manaenko, A., & Zhang, J. Hydrocephalus after
Subarachnoid Hemorrhage: Pathophysiology, Diagnosis, and Treatment.
BioMed Research International. 2017:1–8.
22