Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

HIDROCEPHALUS PADA BAYI

Reza Rahma Tazkia

21904101039

Pembimbing:

dr. Yahya Ari Pramono, Sp.BS

KEPANITERAAN KLINIK MADYA

ILMU BEDAH SYARAF

RSUD “KANJURUHAN” KEPANJEN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,

dan hidayah-Nya dan sholawat serta salam untuk Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun

menuju jalan kebenaran. Serta semua pihak yang telah membantu sehingga penyusunan laporan

kasus ini dapat terselesaikan tanpa kendala berarti.

Penulisan Referat ini disusun untuk memenuhi Tugas Coass Kepaniteraan Klinik, Bagian

Ilmu Bedah Syaraf. Laporan kasus ini membahas tentang “Hidrocephalus pada Bayi”.

Saya berharap REFERAT ini dapat berguna dan digunakan sebagaimana mestinya. Saya

menyadari dalam pembuatan tugas ini jauh dari sempurna secara keseluruhan, oleh karena itu

saya dengan tangan terbuka menerima saran yang membangun sehingga dapat membantu

penyempurnaan dan pengembangan dalam penyelesaian referat selanjutnya.

Demikian, semoga dapat bermanfaat bagi semua. Amin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Kepanjen, 07-04-2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hidrosefalus berasal dari kata “hidro” yang berarti air dan “chepalus” yang berarti kepala.

Meskipun hidrosefalus dikenal sebagai “air di otak”, “air" ini sebenarnya cairan serebrospinal

(CSS) yaitu cairan bening yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang. Dari istilah

medis, hidrosefalus dapat diartikan sebagai penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif

yang menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan

pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid. Keadaan ini disebabkan oleh karena

terdapat ketidak seimbangan antara produksi, sirkulasi dan absorpsi dari CSS. Bila akumulasi

CSS yang berlebihan terjadi diatas hemisfer serebral, keadaan ini disebut higroma subdural atau

koleksi cairan subdural. Hidrosefalus juga bisa disebut sebagai gangguan hidrodinamik CSS.

Kondisi seperti cerebral atrofi juga mengakibatkan peningkatan abnormal CSS dalam susunan

saraf pusat (SSP). 1

Fungsi utama dari CSS adalah untuk menyediakan keseimbangan dalam sistem saraf. CSS

merupakan cairan yang mengelilingi otak. Berfungsi untuk mengurangi berat otak dalam

tengkorak dan menyediakan bantalan mekanik dan melindungi otak dari trauma yang mengenai

tulang tengkorak. CSS merupakan medium transportasi untuk menyingkirkan bahan-bahan yang

tidak diperlukan dari otak seperti CO2, laktat, dan ion Hidrogen. CSS juga bertindak sebagai

saluran untuk transport intraserebral. Hormon-hormon dari lobus posterior hipofise,

hipothalamus, melatonin dari fineal dapat dikeluarkan ke CSS dan transportasi ke sisi lain

melalui intraserebral.CSS juga mempertahankan tekanan intracranial dengan cara pengurangan

CSS dengan mengalirkannya ke luar rongga tengkorak, baik dengan mempercepat pengalirannya
melalui berbagai foramina, hingga mencapai sinus venosus, atau masuk ke dalam rongga

subarachnoid lumbal yang mempunyai kemampuan mengembang sekitar 30%.2

1.2 Tujuan

1.2.1 Mengetahui tentang pengertian hidrosefalus.

1.2.2 Mengetahui tentang definisi, klasifikasi, gejala, tatacara dignosa dan tatalaksana

hidrosefalus

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat Teoritis

Penulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang

hidrosefalus.

1.3.2 Manfaat Praktis

Penulisan ini dapat menjadi bahan rujukan bagi dokter klinisi dalam menangani pasien

dengan hidrosefalus saat praktek.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hidrosefalus

Hidrosefalus adalah pembesaran ventrikulus otak sebagai akibat peningkatan jumlah cairan

serebrospinal (CSS) yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi, sirkulasi dan

absorbsinya. Kondisi ini juga bisa disebut sebagai gangguan hidrodinamik CSS. Kondisi seperti

cerebral atrofi juga mengakibatkan peningkatan abnormal CSS dalam susunan saraf pusat (SSP).

Dalam situasi ini, hilangnya jaringan otak meninggalkan ruang kosong yang dipenuhi secara

pasif dengan CSS. Kondisi seperti itu bukan hasil dari gangguan hidrodinamik dan dengan

demikian tidak diklasifikasikan sebagai hidrochefalus. 3,4

2.2 Klasifikasi Hidrosefalus

Hidrosefalus dapat dikelompokkan berdasarkan dua kriteria besar yaitu secara patologi dan

secara etiologi. 5

Hidrosefalus Patologi dapat dikelompokkan sebagai :

1. Obstruktif (non-communicating) - terjadi akibat penyumbatan sirkulasi CSS yang

disebabkan oleh kista, tumor, pendarahan, infeksi, cacat bawaan dan paling umum,

stenosis aqueductal atau penyumbatan saluran otak.

2. Non – obstruktif (communicating) - dapat disebabkan oleh gangguan keseimbangan CSS,

dan juga oleh komplikasi setelah infeksi atau komplikasi hemoragik.

Hidrosefalus Etiologi dapat dikelompokkan sebagai :

1. Bawaan (congenital) - sering terjadi pada neonatus atau berkembang selama intra-uterin.
2. Diperoleh (acquired) - disebabkan oleh pendarahan subarachnoid, pendarahan

intraventrikular, trauma, infeksi (meningitis), tumor, komplikasi operasi atau trauma

hebat di kepala.

2.3 Etiologi Hidrosefalus

Pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorpsi yang normal akan

menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang terjadi, misalnya terlihat

pelebaran ventrikel tanpa penyumbatan pada adenomata pleksus koroidalis. Penyebab

penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak yaitu kelainan bawaan, infeksi,

neoplasma dan perdarahan.7

1. Kelainan bawaan7

a. Stenosis Akuaduktus Sylvius- merupakan penyebab terbanyak. 60%-90% kasus

hidrosefalus terjadi pada bayi dan anak-anak. Umumnya terlihat sejak lahir atau

progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.

b. Spina bifida dan cranium bifida – berhubungan dengan sindroma Arnord-Chiari

akibat tertariknya medulla spinalis, dengan medulla oblongata dan serebelum

letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan

sebagian atau total.

c. Sindrom Dandy-Walker - atresiakongenital foramen Luschka dan Magendi dengan

akibat hidrosefalus obstruktif dengan pelebaran system ventrikel, terutama ventrikel

IV yang dapat sedemikian besarnya hingga merupakan suatu kista yang besar di

daerah fossa posterior.

d. Kista arachnoid - dapat terjadi congenital maupun didapat akibat trauma sekunder

suatu hematoma.
e. Anomali pembuluh darah – akibat aneurisma arterio-vena yang mengenai arteria

serebralis posterior dengan vena Galeni atau sinus tranversus dengan akibat obstruksi

akuaduktus.

2. Infeksi - Timbul perlekatan menings sehingga terjadi obliterasi ruang subarachnoid.

Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS terganggu

oleh obstruksi mekanik eksudat purulen di akuaduktus Sylvius atau sisterna basalis.

Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah

sembuh dari meningitisnya. Secara patologis terlihat penebalan jaringan piamater dan

arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. Pada meningitis serosa tuberkulosa,

perlekatan meningen terutama terdapat di daerah basal sekitar sisterna kiasmatika dan

interpendunkularis, sedangkan pada meningitis purulenta lokasinya lebih tersebar.7

3. Neoplasma - hidrosefalus oleh obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap tempat

aliran CSS. Pada anak, kasus terbanyak yang menyebabkan penyumbatan ventrikel IV

dan akuaduktus Sylvius bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari

serebelum, sedangkan penyumbatan bagian depan ventrikel III biasanya disebabkan suatu

kraniofaringioma.7

4. Perdarahan - perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak dapat menyebabkan

fibrosis leptomeningen pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat

organisasi dari darah itu sendiri.7

2.4 CSF (Cairan Cerebrospinal)

CSF merupakan cairan yang tidak berwarna yang dihasilkan terutama di plexus choroidea

ventrikel lateral, ventrikel ke-2 dan ventrikel ke-4, serta sebagian kecil (±20%) dari ruang
interstisial dan permukaan ependim dari dinding ventrikel. Sedangkan, di kompartemen spinalis,

CSF dihasilkan dari duramater yang membungkus radiks-radiks saraf (tabel 2.1).

Tabel 2.1 Site of Cerebrospinal Fluid Production


Compartement Site
Intracranial Choroid plexus of the lateral, third and fourth

ventricel

Ependymal lining

Intertitial space
Spinal Dura of the nerve root sleeves

Sekitar 95% CSF diproduksi dari plexus choroidea di ventrikel lateral. CSF juga berada

pada sisterna, ruang subarachnoidea, dan yang melingkupi otak dan medulla spinalis. Beberapa

karakteristik CSF :

1. Pada bayi memiliki total CSF sekitar 50 ml, sedangkan pada dewasa 150 ml, dengan 50%

berada di masing-masing otak dan spinal.

2. Pada bayi akan memperoduksi CSF 25 ml/hari, pada dewasa 0,3-0,35 ml/menit (± 500

ml/hari).

3. Tekanan intrakranial pada bayi 9-12 cmH2O, sedangkan pada dewasa 18-20 cmH2O.

4. Secara umum produksi CSF tidak tergantung pada tekanan intrakranial (ICP), namun

absorbsi CSF tergantung kepada ICP yang diatur oleh vili-vili arachnoidal di sekitar

sinus-sinus duramater.

Perjalanan dari CSF berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan, dimulai dari

ventrikel lateral menuju ke Foramen interventriculare Monro ke ventrikel ke-3, kemudian

melalui Aquaduktus Sylvius menuju ke ventrikel ke-4, selanjutnya akan melalui Foramen

Magendie dan Luschka untuk beredar di dalam ruang subarachnoidea (Gambar 2.1).
Gambar 2.1. Anatomi perjalanan sirkulasi CSF

Dari ruang subarachnoidea, CSF akan di absorbsi ke dalam sirkulasi vena melalui

granulationes arachnoidea. Diregulasi dalam produksi, sirkulasi, dan absorbsi dari CSF akan

memberikan gejala atau tanda hidrosefalus.

Beberapa tipe hidrosefalus dapat dikelompokan sebagai over produksi CSF, seperti pada

tumor plexus choroidalis. Namun, pada kebanyakan kasus, hidrosefalus terjadi karena adanya

obstruksi di sepanjang aliran CSF. Beberapa penyebab hidrosefaus berdasarkan anatomi CSF:

A. Tumor pada ventrikel lateral dapat menyebabkan hidrosefalusnkarena adanya efek massa

dan overproduksi CSF bila tumor berasal dari plexus choroidea. Tumor yang banyak

terdapat di ventrikel lateral termasuk diantaranya meningioma, glioma, dan tumor plexus

choroidea. Tumor plexus choroidea jarang didapatkan, sering terjadi pada anak usia

dibawah 2 tahun, dengan insidensi 1% dari semua tumor intrakranial.

B. Obstruksi pada foramen interventrikuler Monro dapat disebabkan oleh atresia kongenital,

adanya membran, atau gliosis akibat perdarahan, hal-hal tersebut akan menyebabkan

pembesaran ventrikel unilateral (ventrikulomegali unilateral).


C. Gangguan pada ventrikel ke-3 karena adanya kista dan tumor akan menyebabkan

hidrosefalus obstruktif. Kista koloid yang ditemukan pada aspek anterior-superior

ventrikel ke-3, yang insidensinya kurang dari 2% dari tumor intrakranial pada populasi

orang dewasa, yang memberikan gejala hidrosefalus obstruktif akut sampai kronik pada

foramen Monro.

D. Obstruksi juga dapat terjadi pada level Aquaductus Sylvius, terutama pada neonatus yang

memiliki diameter kecil (0,2-0,5 mm). Obstruksi pada level ini akan memberikan

gambaran pelebaran ventrikel ke-3 sampai dengan ventrikel lateral. Malformasi kongeital

pada level ini bisa meliputi stenosis aquaduct, forking, pembentukan septa, dan gliosis

subependimal akibat infeksi intrauterin (Gambar 2.2).


Gambar 2.2. bayi umur 3 bulan dengan hidrosfalus karna stenosis aquaduktus. Pelebaran

ventrike lateral, ventrikel 3 dan ventrikel 4. A.TI-weighted axial noncontrast magnetic

resonance image (MRI) B. TI-weighted sagital and coronal noncontrast (MRI)

E. Kelainan pada ventrikel ke-4 dan basal foramen juga bisa menjadi lokasi obstruksi aliran

CSF yang menyebabkan hidrosefalus. Malformasi Dandy-Walker yang terjadi pada bayi

dengan gambaran pembesaran kistik di fossa posterior yang disebabkan hipoplasia dari

vermis cerebellum dan atrofi cerebellum, yang juga berhubungan dengan hidrosefalus,

dan dapat disertai dengan gangguan kongenital lainnya (Gambar 2.3).


Gambar 2.3 Anak kecil dengan Dandy-Walkeer malformation dan Shunted

hydrocephalus.

Tumor pada fossa posterior dan ventrikel ke-4 akan memberikan gambaran hidrosefalus

akut atau kronis, disertai dengan gejala lain yang mengikutinya sesuai dengan lesinya. Pada

populasi orang dewasa, tumor yang banyak terdapat di fossa posterior meliputi metastasis,

glioma, neuroma, meningioma, dan hemangioblastoma. Pada anak-anak, tumor infratentorial

kebanyakan akan menyebabkan hidrosefalus seperti pada medulloblastoma, ependimoma,

astrositoma cerebelli, dan brainstem glioma. Kelainan kongenital lainnya seperti pada

Malformasi Chiari akan menyebabkan hidrosefalus obstrukstif di sekitar basis kranium.

Obstruksi dari aliran CSF juga dapat disebabkan pada level granulationes arachnoidea karena

gangguan absorbsi CSF.

2.5 Patofisiologi Hidrosefalus

Hidrosefalus terjadi akibat dari tiga mekanisme yaitu; produksi cairan yang berlebihan,

peningkatan resistensi aliran cairan, peningkatan tekanan sinus venosa. Konsekuensi dari tiga

mekanisme diatas adalah peningkatan tekanan intrakranial sebagai upaya mempertahankan


keseimbangan sekresi dan absorbsi. Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel masih belum

dipahami dengan jelas, namun hal ini bukanlah hal yang sederhana sebagaimana akumulasi

akibat dari ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi. Mekanisme terjadinya dilatasi

ventrikel cukup rumit dan berlangsung berbeda-beda tiap saat tiap saat selama perkembangan

hidrosefalus. Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari :

1. Kompensasi sistem serebrovaskular

2. Redistribusi dari liquor serebropinal atau cairan ekstraseluler atau keduanya dalam susunan

sistem saraf pusat.

3. Perubahan mekanis dari otak (peningkatan elastisitas otak, gangguan viskoelastisitas

otak,kelainan turgor otak)

4. Efek tekanan denyut liquor serebrospinal (masih diperdebatkan)

5. Hilangnya jaringan otak

6. Pembesaran volume tengkorak (pada penderita muda) akibat adanya regangan abnormal

pada sutura cranial.

Produksi cairan yang berlebihan hampir semua disebabkan oleh tumor pleksus khoroid

(papiloma dan karsinoma). Adanya produksi yang berlebihan akan menyebabkan tekanan

intrakranial meningkat dan mempertahankan keseimbangan antara sekresi dan absorbsi liqour,

sehingga akhirnya ventrikel akan membesar. Adapula beberapa laporan mengenai produksi

liqour yangberlebihan tanpa adanya tumor pada pleksus khoroid, disamping akibat

hiperviaminosis. Peningkatan resisten yang disebabkan oleh gangguan aliran akan meningkatkan

tekanan cairan secara proporsional dalam upaya mempertahankan resorbsi yang seimbang.

Derajat peningkatan resistensi aliran cairan dan kecepatan perkembangan gangguan

hidrodinamik berpengaruh pada klinis penderita.


2.6 Gambaran Klinis

Gambaran klinis penderita hidrosefalus berkaitan dengan usia penderita. Berikut

gambaran klinis hidrosefalus pada bayi :

Pada bayi kepala dengan mudah membesar sehingga akan didapatkan gejala :

a. Kepala makin membesar

b. Fontanel (ubun-ubun) anterior yang tegang dan cembung.

c. Peningkatan lingkar kepala rata-rata 0,5-2 cm tiap minggu.

d. Gangguan menyusui, dan muntah.

e. Vena-vena kepala prominen (kulit kepala tipis- kilap, rambut halus)

f. Ubun-ubun melebar dan tegang

g. Sutura melebar

h. “Cracked-pot sign” yaitu bunyi seperti pot kembang yang retak atau buah semangka

pada perkusi kepala.

i. Perkembangan motorik terlambat

j. Perkembangan mental terlambat

k. Tonus otot meningkat, hiperrefleksia (refleks lutut/archiles)

l. “Cerebral cry” yaitu tangisan pendek, bernada tinggi dan bergetar

m. Nistagmus horizontal

n. “Sunset phenomena” yaitu bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan

tulang-tlang supraorbita, sklera tampak diatas iris, sehingga iris seakan-akan seperti

matahari yang akan terbenam.

2.7 Pemeriksaan dan Diagnosis

 Pemeriksaan fisik :
a. Pemgukuran lingkar kepala secara berkala. Pegukuran ini penting untuk melihat

pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal.

b. Transluminasi.(penyebaran cahaya di regio frontal 2,5 cm, regio oksipital 1 cm.

 Pemeriksaan darah :

a. Tidak dilakukan pemeriksaan darah khusus untuk pasien hodrosefalus.

 Pemeriksaan cairan serebrospinal :

a. Analisis cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan aau meningitis

untuk mengetahui kadar protein dan menyingkirkan kemungkinan ada infeksi sisa.

 Pemeriksaan radiologi:

a. X-foto kepala tampak kranium yang membesar atau sutura yang melebar

b. USG kepala : dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.

c. CT-Scan kelapa : untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan sekaligus

mengevaluasi struktur-struktur intraserebral lainnya.

2.8 Diagnosis Banding

Berdasaran gambaran radiologi, hidrosefalus memiliki gambaran yang ha,pr sama dengan

holoprosencephaly, hydraencephaly dan atrofi cerebri.

1. Holoprosencephaly - Holoprosencephaly muncul karena kegagalan proliferasi dari

jaringan otak untuk membentuk dua hemisfer. Salah satu tipe terberat dari

holoprosencephaly adalah bentuk alobaris karena biasa diikuti oleh kelainan wajah,

ventrikel lateralis, septum pelusida dan atrofi nervus optikus. Bentuk lain dari

holoprosencephaly adalah semilobaris holoprosencephaly dimana otak cenderung untuk

berproliferasi menjadi dua hemisfer. Karena terdapat hubungan antara pembentukan


wajah dan proliferasi saraf, maka kelainan pada wajah biasanya ditemukan pada pasien

holoprosencephaly.

2. Hydranencephaly - Hydranencephaly muncul karena adanya iskemik pada distribusi

arteri karotis interna setelah struktur utama sudah terbentuk. Oleh karena itu, sebagian

besar dari hemisfer otak digantikan oleh CSS. Adanya falx cerebri membedakan antara

hydranencephaly dengan holoprosencephaly. Jika kejadian ini muncul lebih dini pada

masa kehamilan maka hilangnya jaringan otak juga semakin besar. Biasanya korteks

serebri tidak terbentuk, dan diharapkan ukuran kepala kecil tetapi karena CSS terus di

produksi dan tidak diabsorbsi sempurna maka terjadi peningkatan TIK yang

menyebabkan ukuran kepala bertambah dan terjadi ruptur dari falx serebri.

3. Atrofi Serebri - Secara progresif volume otak akan semakin menurun diikuti dengan

dilatasi ventrikel karena penuaan. Tetapi Atrofi didefinisikan sebagai hilangnya sel atau

jaringan, jadi atrofi serebri dapat didefinisikan sebagai hilangnya jaringan otak (neuron

dan sambungan antarneuron). Biasanya disebabkan oleh penyakit-penyakit degeneratif

seperti multiple sklerosis, korea huntington dan Alzheimer. Gejala yang muncul

tergantung pada bagian otak yang mengalami atrofi. Dalam situasi ini, hilangnya jaringan

otak meninggalkan ruang kosong yang dipenuhi secara pasif dengan CSS.

2.9 Penatalaksanaan

 Farmakologis :

Mengurangi volume cairan serebrospinal :

a. Acetazolamide 25 mg/KgBB/ hari PO dibagi dalam 3 dosis. Dosis dapat dinaikkan

25mg/KgBB/hari (maksimal 100mg/KgBB/hari).

b. Furosemide 1 mg/KgBB/hari PO dibagi menjadi 3-4 dosis.


Catatan : lakukan pemeriksaan serum elektrolite secara berkala unutk mencegah

terjadinya efek samping dari penggunaan obat diuretik.

c. Bila ada tanda-tanda infeksi maka dianjurkan memberikan antiobiotik disesuaikan

dengan kuman penyebab.

 Pembedahan :

(lihat bagan penatalaksanaan pasien dengan hidrosefalus)

 Ventriculoperitoneal shunting

Cara umum untuk mengobati hidrosefalus. Dalam ventriculoperitoneal (VP) shunting,

tube dimasukkan melalui lubang kecil di tengkorak ke dalam ruang (ventrikel) dari otak

yang berisi cairan serebrospinal (CSF). Tube ini terhubung ke tube lain yang berjalan di

bawah kulit sampai ke perut, di mana ia memasuki rongga perut (rongga peritoneal).

Shunt memungkinkan CSS mengalir keluar dari ventrikel dan ke rongga perut di mana

ia diserap. Biasanya, katup dalam sistem membantu mengatur aliran cairan.10

Gambar 2.4. Tatalaksana Operatif VP Shunt


Gambar 2.5. Gambar Bagan Penatalaksanaan Hidrosefalus

2.10 Komplikasi

a. Kejang

b. Hernia Serebri

c. Renjatan
2.11 Prognosis

Prognosis untuk individu didiagnosis dengan hidrosefalus sulit untuk diprediksi,

meskipun ada beberapa korelasi antara penyebab spesifik dari hydrosefalus dan hasil. Prognosis

bergantung kepada jika adanya gangguan terkait, ketepatan waktu diagnosis, dan keberhasilan

pengobatan. Individu yang terkena dan keluarga mereka harus menyadari bahwa hidrosefalus

dapat menimbulkan risiko baik dari segi kognitif maupun pembangunan fisik.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hidrosefalus adalah pembesaran ventrikulus otak sebagai akibat peningkatan jumlah cairan

serebrospinal (CSS) yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi, sirkulasi dan

absorbsinya. Kondisi ini juga bisa disebut sebagai gangguan hidrodinamik CSS. Kondisi seperti

cerebral atrofi juga mengakibatkan peningkatan abnormal CSS dalam susunan saraf pusat (SSP).

Dalam situasi ini, hilangnya jaringan otak meninggalkan ruang kosong yang dipenuhi secara

pasif dengan CSS. Tatacara peenegakan hidrosefalus pada bayi dengan melihat gejala klinisnya,

melakukan pemeriksaan fisik serta penunjang yaitu CT Scan. Tatalaksana dari hidrosefalus

sendiri dapat diberikan sesuai dengan penyebabnya jika penyebab dari hidrosefalus produksi

cairan CSS yang berlebihan maka diberikan diuretik dengan kontrol elektrolit. Jika penyebab

hidrosefalus adalah obstruksi maka hilangkan penyebab obstruksi, jika tumor maka dilakukan

pembedahan serta konsultasi pada spesialis bedah saraf. Tatalaksana operatif dengan VP shunt

untuk hidrosefalus.

3.2 Saran

1. Dalam penegakan diagnosis hidrosefalus diperlukan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan

sarana pemeriksaan penunjang yang memadai.

2. Perlu dilakukan literature review yang lebih mendalam sehingga referat ini dapat

menyajikan informasi yang lebih komprehensif dan dapat menjadi tambahan wawasan

bagi pembaca dan penulis.


DAFTAR PUSTAKA

1 U.S. Department Of Health And Human Services. Public Health Service National Institutes

Of Health.

2 Dr. Iskandar Japardi (2002). Cairan Serebrospinal. USU Digital Library, Fakultas

Kedokteran Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara.

3 Jason G. Mandell et. All. 2010. Journal of Neurosurgery: Pediatrics. July 2010 Volume 6,

Number 1.

4 Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 27, No. 3, Februari 2013; Korespondensi: Farhad Bal'afif.

Laboratorium Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang, Jl. Jaksa

Agung Suprapto No.2 Malang,

5 Milani Sivagnanam and Neilank K. Jha (2012). Hydrocephalus: An Overview,

Hydrocephalus.

6 Harold L. Rekate, M.D. January 2003. Hydrocephalusassociation 2nd Edition. San Francisco,

California.

7 Said Alfin Khalilullah (2011). Review Article Hidrosefalus. RSUD dr.Zainoel Abidin

Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

8 Stephen L Nelson Jr, MD, PhD. Hydrochephalus.

9 Rukaiya K.A. Hamid, Mbbs, Ffarcs, Md, and Philippa Newfield, Md. (2001). Pediatric

Neuroanesthesia Hydrocephalus.

10 Dr. BC Warf (2008). Strategy for treatment of Hydrocephalus in developing countries.

Anda mungkin juga menyukai