MENINGITIS
Disusun Oleh:
Muthi’ah Nabillah
1102014175
Pembimbing:
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
otak dan spinal cord (Meningitis Foundation of America). Classic triad dari
meningitis adalah demam, leher kaku, sakit kepala, dan perubahan di status mental
. Sistem saraf pusat manusia dilindungi dari benda-benda asing oleh Blood Brain
Barrier dan oleh tengkorak, sehingga apabila terjadi gangguan pada pelindung
tersebut, sistem saraf pusat dapat diserang oleh benda-benda patogen. (Angka
kejadian meningitis mencapai 1-3 orang per 100.000 orang (Centers for Disease
antara lain: pasien yang mengalami defek dural, sedang menjalani spinal
Patogen penyebab meningitis berbeda pada setiap grup umur. Pada neonatus,
streptococcus, Listeria monocytogenes, dan Escherichia coli. Pada bayi dan anak-
influenza (bila lebih muda dari 4 tahun dan belum divaksinasi), meningococcus
Sedangkan penyebab meningitis bukan infeksi yang paling sering antara lain sel-
Meningitis juga dapat disebabkan oleh tindakan medis. 0,8 sampai 1,5% pasien
meningitis. Dan meningitis terjadi 1 dari setiap 50.000 kasus pasien yang menjalani
Secara keseluruhan, mortality rate pasien meningitis adalah 21%, dengan kematian
(van de Beek, 2010). Di Afrika, antara tahun 1988 dan 1997, dilaporkan terdapat
704.000 kasus dengan jumlah kematian 100.000 orang. Di antara tahun 1998 dan
angka ini dapat saja lebih besar di kenyataan karena kurang bagusnya sistem
B. Epidemiologi
oleh bakteri terjadi di Niamey – Nigeria pada tahun 1991 – 1996 dengan
TINJAUAN PUSTAKA
1. Dura mater (lapisan luar) adalah selaput keras pembungkus otak yang
berasal dari jaringan ikat tebal dan kuat. Durameter pada tempat tertentu
mengandung rongga yang mengalirkan darah vena dari otak. Dura kranialis
atau pachymeninx adalah suatu struktur fibrosa yang kuat dengan suatu
lapisan dalam (meningeal) dan lapisan luar (periostal). Kedua lapisan dural
Duramater lapisan luar melekat pada permukaan dalam cranium dan juga
falx cerebri. Ia melekat pada crista galli dan meluas ke crista frontalis ke
dura mater dengan pia mater membentuk sebuah kantong atau balon berisi
arachnoidea melekat erat pada permukaan dalam dura dan hanya terpisah
septa yang membentuk suatu anyaman padat yang menjadi system rongga-
seringkali diberi nama menurut struktur otak yang berdekatan. Cisterna ini
subarachnoid spinalis. Cisterna pontin yang terletak pada aspek ventral dari
terdapat rongga yang lebar di antara ke dua lobus temporalis. Rongga ini
3. Pia mater (lapisan sebelah dalam) merupakan selaput tipis yang terdapat
pada permukaan jaringan otak. Ruangan diantara arakhnoid dan pia mater
disebut sub arakhnoid. Pada reaksi radang, ruangan ini berisi sel radang.
ependim berjalan di atas atap dari ventrikel keempat dan membentuk tela
Meningen’s Membran
B. Definisi Meningitis
yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang
superfisial.3
1. Meningitis Bakterial
(Pradana, 2009).4
1. S. Pneumonie
2. N. Meningitis
4. L. Monocytogenes
5. H. Influenza
6. Staphylococcus aureus
sering terjadi. Tetapi tidak setiap bakteri mempunyai cara yang sama
dalam menyebabkan meningitis. H. Influenza dan N. Meningitidis
junction dari sel epitel kolumnar. Sekali masuk aliran darah, bakteri
juga diganggu oleh bentuk cair dari cairan cerebrospinal itu sendiri
(Roos, 2005).5
(Roos, 2005)5
2. Meningitis Tuberkulosa
3. Meningitis viral
dari jenis sel yang terkena. Pada herpes simpleks, virus ini akan
hal ini akan berlanjut terganggunya fungsi sel dan akhirnya terjadi
antara lain :
antara lain:
1. Cryptococcus neoformans
2. Coccidioides immitris
Listeria.2
aseptik(viral).
E. Patofisiologi
jaringan yang ada di dekat selaput otak,misalnya Abses otak, Otitis Media,
selselplasma. Eksudat yang terbentuk terdiri dari dua lapisan, bagian luar
F. Diagnosis
Trias gejala klasik dari meningitis bakteri terdiri dari demam, sakit kepala
dan kaku kuduk positif. Gejala tersebut timbul dalam beberapa jam atau dalam 1-2
hari. Studi yang dilakukan pada 696 kasus pada orang dewasa dengan meningitis
bakteri, Van de Beek et al mendapatkan pada 95% pasien memiliki 2 gejala dari 4
gejala: demam, sakit kepala, kaku kuduk, dan status mental yang berubah (Van de
Beek et al, 2006). Adapun gejala lain yang muncul seperti nausea, fotofobia,
pasien dari segala usia mungkin akan kejang (30% pada dewasa dan anak-anak,
40% pada neonatus dan bayi). Pada pasien yang yang telah diberi antibiotic, kejang
akan jadi satu-satunya gejala yang muncul, demam dan perubahan status mental
jarang terjadi pada sebagian meningitis yang diobati daripada yang tidak diobati
(Berkhout, 2008)
Meningitis yang disebabkan oleh mumpsvirus ditandai dengan gejala anoreksia dan
malaise, kemudian diikuti oleh pembesaran kelenjar parotid sebelum invasi kuman
ke susunan saraf pusat (Jaijakul, 2012). Meningitis yang disebabkan oleh echovirus
ditandai dengan keluhan sakit kepala, muntah, sakit tenggorok, nyeri otot, demam,
dan disertai dengan timbulnya ruam makopapular yang tidak gatal di daerah wajah,
leher, dada, badan, dan ekstremitas. Gejala yang tampak pada meningitis Coxsackie
virus yaitu tampak lesi vesikuler pada palatum, uvula, tonsil, dan lidah dan pada
tahap lanjut timbul keluhan berupa sakit kepala, muntah, demam, kaku leher, dan
stadium prodormal selama 2-3 minggu dengan gejala ringan dan nampak seperti
gejala infeksi biasa. Pada anak-anak, permulaan penyakit bersifat subakut, sering
tanpa demam, muntah-muntah, nafsu makan berkurang, murung, berat badan turun,
mudah tersinggung, cengeng, opstipasi, pola tidur terganggu dan gangguan
kesadaran berupa apatis. Pada orang dewasa terdapat panas yang hilang timbul,
gejala penyakit lebih berat dimana penderita mengalami nyeri kepala yang hebat
dan kadang disertai kejang terutama pada bayi dan anak-anak. Tanda-tanda
rangsangan meningeal mulai nyata, seluruh tubuh dapat menjadi kaku, terdapat
Stadium III atau stadium terminal ditandai dengan kelumpuhan dan gangguan
kesadaran sampai koma. Pada stadium ini penderita dapat meninggal dunia dalam
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
a. Kaku kuduk
c. Brudzinski II
pada sendi lutut, kemudian tungkai atas difleksikan pada sendi panggul.
Akan timbul gerakan reflektorik berupa fleksi tungkai kolateral pada sendi
d. Brudzinski III
Penekanan pada kedua pipi tepat dibawah ossa xygomatikus, akan disusul
gerakan fleksi reflektorik berupa fleksi pada kedua siku dan gerakan
e. Brudzinski IV
f. Kernig’s sign
Pada posisi awal fleksikan tungkai atas pada sudut 90̊ terhadap badan dan
fleksikan tungkai bawah 90̊ terhadap tungkai atas, setelah itu kita
ekstensikan tungkai bawah pada sendi lutut. Kurang dari 135̊ pasien
mengeluh nyeri atau ada tahanan atau terdapat fleksi tungkaikolateral. Pada
a. Darah Lengkap
b. BUN kreatinin
c. Pungsi Lumbal
dura lewat processus spinosus L4-L5 / L5-S1 untuk mengambil cairan otak (liquor
Cerebro Spinalis).
Indikasi :
a. Urgent : ( suspek)
- Perdarahan subarahnoid.
b. Biasa : ( suspek )
Kontra Indikasi :
Prosedur:
Pasien tidur miring dengan posisi fleksi maksimal pada sendi lutut, panggul dan
perawat.
Tentukan tempat LP dengan cara : dari atas tarik ke dawah sampai memotong
tetes.
Pasien diobservasi dalam keadaan tidur tengkurap paling sedikit 2 jam sambil
Apabila tidak terdapat efek samping LP (sakit kepala, pusing dll), setelah
Ukur tekanan LCS dengan cara mengukur tinggi cairan yang mengisi
manometer dalam satuan milimeter air. Normal tekanan LCS adalah 50-
200mm.
Analisis LCS
1. Uji Pandy
LCS diteteskan ke dalam tabung reaksi yang telah diisi 1 ml carbolic acid.
Intepretasi:
2. Uji Nonne
Masukan 0,5 ml LCS ditetskan ke dalam tabung reaksi yang diisi dengan 1
Intepretasi:
Kadar protein tinggi bila didapati cincin putih pada perbatasan antara cairan
- Sel
- Glukosa
Glukosa menurun pada infeksi TBC dan kokus (bakteri). Pada infeksi virus
glukosa normal
(WBCs)/mm3
Meningitis
500mg/dl)
lymphocytes
Pemeriksaan Radiologis
G. Penatalaksanaan
1. Terapi umum
c. terapi 5B
2. Terapi Spesifik
a. Meningitis Bakterial
BBB, aktif dalam CSS bersifat asam dan diberikan secara intravena.
b. Meningitis TB
pertama
c. Meningitis Virus
tiap 8 jam.
Kortikosteroid 5,8
Pengertian terbaru dalam patogenesis meningitis telah menyebabkan pengujian
beberapa terapi. Terutama di antara tindakan ini adalah penggunaan steroid.
Namun pada eksperimen meningitis menggunakan model binatang
penggunaan steroid dikaitkan dengan penurunan penetrasi antibiotik ke LCS
dan aktivitas bakterisid dari beberapa antibiotik seperti vancomisin. Tetapi data
klinis menunjukkan bahwa penggunaan steroid memberikan manfaat dalam
kasus tertentu karena dapat mengurangi tingkat peradangan. Karena itu
kortikosteroid digunakan sebagai pengobatan tambahan pada meningitis.
H. Prognosis
I. Komplikasi
antara lain:
kelumpuhan.
5. Abses otak, terjadi karena radang yang berisi pus atau nanah di otak.
6. Arteritis pembuluh darah otak, yang dapat mengakibatkan infark otak
pendengaran.
terganggu.
J. Pencegahan meningitis
a. Pencegahan Primer
Rubella).1
lain seperti DPT, Polio dan MMR. Vaksinasi Hib dapatmelindungi bayi dari
berikan 2 dosis dengan interval waktu satu bulan, anak 1-5 tahun cukup
diberikan satu dosis. Jenisimunisasi ini tidak dianjurkan diberikan pada bayi
over crowded (luas lantai > 4,5 m2 /orang),ventilasi 10 – 20% dari luas
seperti mencuci tangan yang bersihsebelum makan dan setelah dari toilet.
b. Pencegahan Sekunder
Meningitis Purulenta
setofaksim, seftriakson.
penisilin, seftriakson.
dan seftriakson.
untuk belajar.
mengurangicacat.
BAB III
KESIMPULAN
dan medula spinalis) dan disebakan oleh organisme bakteri atau jamur.
perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu meningitis serosa dan
meningitis purulenta.
3. Keluhan utama pada penderita meningitis yang sering adalah panas badan
kesadaran.
iv. Nyeri yang berhubungan dengan iritasi selaput dan jaringan otak.
5. Intervensi yang bisa dilakukan pada diagnosa Perubahan perfusi jaringan otak
iv. Hindari posisi tunngkai ditekuk atau gerakan – gerakan klien, anjurkan
v. Tinggikan sedikit kepala klien dengan hati – hati, cegah gerakan yang
1. Aninditha T, Wiratman W. 2017 Buku Ajar Neurologi. 1st ed. Azmi IN,
Universitas Indonesia
https://www.cdc.gov/meningitis/index.html
http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi23.pdf: 708-16
URL : http://content.nejm.org/cgi/reprint/336/10/708.pdf
http://www.patient.co.uk/doctor/EncephalitisandMeningoencephalitis.htm
URL : http://spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=503