PENDAHULUAN
Susunan syaraf pusat dan selaput pembungkusnya yang terlindungi dengan baik
oleh tulang tengkorak dan tulang belakang oleh sebab tertentu dapat mengalami
terjadi pada selaput otak dan sumsung tulang belakang atau meninges disebut
meningitis. Pada umumnya meningitis disebabkan oleh infeksi kuman patogen yang
menginvasi meninges melalui pembuluh darah dibagian lain dari tubuh, seperti virus,
bakteri, spiroketa, fungus, protozoa dan metazoa. Penyebab paling sering adalah virus
Meningitis menyebabkan berbagai macam gejala klinis dari ringan sampai berat
seperti demam, mual-muntah, nafsu makan menurun, sakit kepala, kejang, penurunan
kesadaran, dan defisit neurologis lain yang dapat berlangsung lama atau menetap dan
Meningitis dapat mengenai semua ras, di Amerika Serikat dilaporkan ras kulit
hitam lebih banyak menderita meningitis dibandingkan ras kulit putih. Pada sebagian
besar kasus, sekitar 70% kasus meningitis terjadi pada anak dibawah usia 5 tahun dan
orang tua diatas usia 60 tahun. Insidens rate meningitis akibat bakteri di Amerika
1
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2007, angka kematian
akibat meningitis dan ensefalitis mencapai 0,8% dari seluruh kematian yang terjadi
pada semua golongan umur. Pada penelitian tersebut didapatkan meningitis dan
ensefalitis menempati peringkat ke-7 atau 3,2% dari seluruh kematian akibat penyakit
perhatian bagi pihak pemerintah maupun kalangan medis, oleh karena itu pemahaman
2
BAB II
TINJAUAN UMUM
Untuk mengetahui apa itu meningitis tentu kita harus tahu terlebih dulu
mengenai apa itu meninges dan bagaimana struktur anatominya karena meningitis
merupakan penyakit yang menyerang di bagian ini. Otak dan medulla spinalis dilapisi
oleh meningens yang melindungi struktur saraf yang halus, membawa pembuluh
3
darah dan dengan sekresi sejenis cairan yaitu cairan serebrospinal (Wordpress, 2009).
a. Duramater
Duramater secara konvensional terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan endosteal
dan lapisan meningeal (Snell RS., 2006). Duramater merupakan selaput yang keras,
terdiri atas jaringan ikat fibrosa yang melekat erat pada permukaan dalam dari
suatu ruang potensial (ruang subdura) yang terletak antara duramater dan arakhnoid,
otak menuju sinus sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging Veins,
superior mengalirkan darah vena ke sinus transversus dan sinus sigmoideus. Laserasi
dari sinus-sinus ini dapat mengakibatkan perdarahan hebat (Komisi trauma IKABI,
2004).
kranium (ruang epidural). Adanya fraktur dari tulang kepala dapat menyebabkan
laserasi pada arteri-arteri ini dan menyebabkan perdarahan epidural. Yang paling
sering mengalami cedera adalah arteri meningea media yang terletak pada fossa
4
b. Selaput Arakhnoid
Selaput arakhnoid merupakan lapisan yang tipis dan tembus pandang (Komisi
trauma IKABI, 2004). Selaput arakhnoid terletak antara piamater sebelah dalam dan
dura mater sebelah luar yang meliputi otak. Selaput ini dipisahkan dari duramater
oleh ruang potensial, disebutspatium subdural dan dari piamater oleh spatium
subarakhnoid yang terisi oleh liquor serebrospinalis (Snell RS., 2006). Perdarahan
2004).
c. Piamater
Piamater melekat erat pada permukaan korteks serebri (Komisi trauma IKABI,
2004). Piamater adalah membrana vaskular yang dengan erat membungkus otak,
meliputi gyri dan masuk kedalam sulci yang paling dalam. Membrana ini
masuk kedalam substansi otak juga diliputi oleh piamater (Snell RS., 2006).
beberapa substansi, seperti antibiotik dan bahan kimia dan toksin bakteri dari darah
ke jaringan syaraf. Sawar darah otak ini terjadi akibat kurangnya permeabilitas yang
menjadi ciri kapiler darah jaringan saraf. Taut kedap, yang menyatukan sel-sel
endotel kapiler ini secara sempurna merupakan unsur utama dari sawar ini.
Sitoplasma sel-sel andotel ini tidak bertingkap, dan terlihat sangat sedikit vesikel
pinositotik di sini. Perluasan cabang sel neuroglia yang melingkari kapiler ikut
5
Sawar ini terletak antara darah dan cairan serebrospinal serta cairan otak. Sawar
juga terdapat pada plexus koroideus dan membran kapiler jaringan, pada dasarnya di
seluruh parenkim otak kecuali di beberapa daerah di hipotalamus, kelenjar pineal dan
area postrema, tempat zat berdifusi dengan lebih mudah ke dalam ruang jaringan.
Sawar darah otak pada umumnya sangat permeabel terhadap air, karbondioksida,
oksigen, dan sebagian besar zat larut lipid, seperti alkohol dan zat anestesi; sedikit
permeabel terhadap elektrolit, seperti natrium, klorida, dan kalium; dan hampir tidak
permeabel terhadap protein plasma dan banyak molekul organik berukuran besar
6
Dengan menggunakan mikroskop elektron memperlihatkan bahwa lumen kapiler
Pleksus koroid terdiri atas lipatan-lipatan ke dalam dari pia mater yang
menyusup ke bagian dalam ventrikel. Dapat ditemukan pada atap ventrikel ketiga dan
keempat dan sebagian pada dinding ventrikel lateral. Plexus koroid merupakan
struktur vaskular yang terbuat dari kapiler fenestra yang berdilatasi. Pleksus koroid
terdiri atas jaringan ikat longgar dari pia mater, dibungkus oleh epitel selapis kuboid
atau silindris, yang memiliki karakteristik sitologi dari sel pengangkut ion. Fungsi
7
utama pleksus koroid adalah membentuk cairan serebrospinal, yang hanya
mengandung sedikit bahan padat dan mengisi penuh ventrikel, kanal sentral dari
metabolisme susunan saraf pusat dan merupakan alat pelindung, berupa bantalan
cairan dalam ruang subarachnoid. Cairan itu jernih, memiliki densitas rendah (1.004-
1.008 gr/ml), dan kandungan proteinnya sangat rendah. Juga terdapat beberapa sel
deskuamasi dan dua sampai lima limfosit per milliliter. Cairan serebrospinal mengalir
melalui ventrikel, dari sana ia memasuki ruang subarachnoid. Disini vili araknoid
keluar cairan dari ventrikel menimbulkan keadaan yang disebut hidrosefalus, yang
8
Gambar 4. Fisiologi Cairan Serebrospinal (Mackenna & CallaHnder, 1997)
2.2 Meningitis
serebrospinal (CSS). Peradangan yang terjadi pada meningens, yaitu membran atau
selaput yang melapisi otak dan medulla spinalis, dapat disebabkan berbagai
organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah
1996). Efek peradangan dapat mengenai jaringan otak yang disebut dengan
2.2.2 Epidemiologi
dengan 180.000 kematian dan 75.000 gangguan pendengaran yang berat. Setidaknya
25.000 kasus baru meningitis bakterial muncul tiap tahunnya di Amerika Serikat,
tetapi penyakit ini jauh lebih sering ditemukan di negara-negara sedang berkembang.
9
Epidemiologi dari meningitis dapat dibagi 4 yaitu :
1. Orang/Manusia
Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan dan
distribusi terlihat lebih nyata pada bayi. Meningitis purulenta lebih sering terjadi pada
bayi dan anak-anak karena sistem kekebalan tubuh belum terbentuk sempurna.
berkembang adalah pada anak usia kurang dari 6 bulan, sedangkan di Amerika
Serikat terjadi pada anak usia 6-12 bulan. Sebelum tahun 1990 atau sebelum adanya
12.000 kasus meningitis Hib dilaporkan terjadi pada umur < 5 tahun.Insidens
Rate pada usia < 5 tahun sebesar 40-100 per 100.000. Setelah 10 tahun penggunaan
2. Tempat
rendah, lingkungan yang padat (seperti asrama, kamp-kamp tentara dan jemaah haji),
dan penyakit ISPA. Penyakit meningitis banyak terjadi pada negara yang sedang
Meningitis belt, yang luas wilayahnya membentang dari Senegal sampai ke Ethiopia
meliputi 21 negara. Kejadian penyakit ini terjadi secara sporadis dengan Insidens
Rate 1-20 per 100.000 penduduk dan diselingi dengan KLB besar secara
10
periodik.11 Di daerah Malawi, Afrika pada tahun 2002 Insidens Rate meningitis yang
1996).
3. Waktu
Kejadian meningitis lebih sering terjadi pada musim panas dimana kasus-
kasus infeksi saluran pernafasan juga meningkat. Di Eropa dan Amerika utara
insidensi infeksi Meningococcus lebih tinggi pada musim dingin dan musim semi
terjadi selama musim panas karena pada saat itu orang lebih sering terpapar agen
4. Agen Infeksi
meningitis Meningococcus yang terjadi di Arab Saudi selama ibadah haji tahun
11
2000 menunjukkan bahwa 64% merupakan serogroup W135 dan 36% serogroup
sakit flu biasa dan umumnya penderita dapat sembuh sendiri. Pada waktu terjadi
KLB Mumps, virus ini diketahui sebagai penyebab dari 25 % kasus meningitis
aseptik pada orang yang tidak diimunisasi. Virus Coxsackie grup B merupakan
2.2.3 Etiologi
tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan
diatas bahwa meningitis itu disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis
dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : meningitis purulenta dan meningitis
12
3) Faktor predisposisi : jenis kelamin lakilaki lebih sering dibandingkan dengan
wanita.
terakhir kehamilan.
Faktor Usia
Kebanyakan meningitis disebabkan oleh virus dan bakteri terjadi pada anak-
anak dibawah usia 5 thn namun, sejak pertengahan tahun 1980-an, setelah
adanya vaksin untuk anak, pasien miningitis bergeser dari usia 15 bln sampai
25 thn.
penitipan anak ( day care) akan meningkatkan resiko meningitis. Hal ini
berkumpul.
13
Ibu hamil
Pada wanita yang hamil, ada peningakatan kontraksi listeriosis, yaitu infeksi
bereaiko terkena.
Faktor Imunitas
o Bayi yang lahir terang bulan ( prematur) dan berat kelahiran rendah
meningitis
a) Meningitis Kriptikokus
14
Adalah meningitis yang disebabkan oleh jamur kriptikokus. Jamur ini bisa
masuk ketubuh kita saat kita menghirup debu atau tahi burung yang kering.
Kriptikokus ini dapat menginfeksikan kulit, paru, dan bagian tubuh lain.
Meningitis kriptikokus ini paling sering terjadi pada orang dengan CD4
dibawah100.
Diagnosis: Darah atau cairan sumsum tulang belakang dalam dites untuk
kriptokokus dengan dua cara. Tes yang disebut ‘CRAG’ mencari antigen
dilakukan dan dapat member hasil pda hari yang sama. Tes biakan akan
membutuhkan waktu satu minggu atau lebih untuk menunjukan hasil positif.
Cairan sumsum tulang belakang juga dapat dites secara cepat bila diwarnai
b) Viral Meningitis
Termasuk penyakit ringan. Gejalannya mirif dengan sakit flu biasa, dan
biasanya meningkat dimusim panas karena pada saat itu orang lebih sering
terpapar agen pengantar virus. Banyak virus yang bisa menyebabkan viral
meningitis. Anatara lain virus herpes dan virus penyebab flu perut. (Anonim.,
2007).
c) Bakterial Meningitis
Disebabkan oleh bakteri tertentu dan merupakan penyakit serius. Salah satu
15
kemerahan atau kecoklatan pada kulit. Bercak ini akan berkembang menjadi
memar yang mengurangi suplai ke daerah organ-organ lain dalam tubuh dapat
perangsangan menigen seperti kaku kuduk, suhu badan naik turun, nadi sangat
e) Meningitis purulenta
Gejala : demam tinggi, menggigil, nyeri kepala yang terus menerus, kaku
Pneudomonas aeruginosa.
otak, darah tepi, elektrolit darah, biakan dan test kepekaan sumber infeksi,
(Harsono,2013)
16
Berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu meningitis serosa dan
meningitis purulenta.
a. Meningitis serosa
Meningitis serosa adalah radang selaput otak arakhnoid dan piamater yang
b. Meningitis purulenta
yang meliputi otak dan medulla spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus
2.2.6 Patofisiologi
1. Meningeal Invasion
sepenuhnya. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan pejamu, agen infeksi dan faktor
lingkungan. Pada bayi yang belum menghasilkan antibody spesifik dapat mudah
terkena meningitis oleh bakteri gram negatif, sedangkan pada bayi yang agak besar
telah kehilangan IgG yang diperolehnya melalui plasenta dan mudah terkena infeksi
17
meningokokus dan H. Influenzae. Pada orang dewasa dengan gangguan sistem imun
syaraf pusat. Konsentrasi kuman yang tinggi didalam darah akibat suatu infeksi
dibagian lain tubuh atau karena proses transmisi kuman karena kontak antar individu
dapat menyebabkan invasi kuman pada meninges (Mahar, 2008). Virus setelah
melakukan perlekatan dan invasi terhadap sel pejamu dapat bereplikasi dan menyebar
organ atau jaringan tubuh yang lain. Virus / bakteri menyebar secara hematogen
perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan yang ada di dekat selaput otak,
misalnya Abses otak, Otitis Media, Mastoiditis, Trombosis sinus kavernosus dan
Sinusitis. Penyebaran kuman bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur
pada pia dan araknoid, CSS (Cairan Serebrospinal) dan sistem ventrikulus (Harsono,
1996).
2. Induksi Inflamasi
melalui mediator yang berperan seperti interleukin, tumor necrosis factor-α (TNF-α),
18
interferon, prostaglandin, nitrit oksida, platelet activation factor (PAF) dan mediator
mengalami hiperemi; dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel
eksudat. Dalam beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam
minggu kedua sel- sel plasma. Eksudat yang terbentuk terdiri dari dua lapisan, bagian
Sawar darah otak, menjaga susunan syaraf pusat terhadap bahaya yang datang
permeabilitas dari kapiler otak yang sebelumnya kedap dan selektif terhadap berbagai
macam zat, menjadi permeabel sehingga terjadi kebocoran plasma dan dapat
Dengan demikian peradangan akan terus terjadi tidak hanya pada pembuluh darah.
Selain itu Proses radang yang mengenai vena-vena di korteks dapat menyebabkan
trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuron- neuron. Trombosis serta
Pada meningitis yang disebabkan oleh virus, cairan serebrospinal tampak jernih
19
4. Perubahan Aliran Serebrospinal dan Tekanan Intrakranial
Aliran cairan serebrospinal dapat terhambat oleh karena terjadi trombosis atau
perlekatan vili vena pada sinus akibat peradangan yang berperan dalam absorbsi
yang berfungsi untuk memproduksi cairan serebrospinal jika terkena radang akan
sehingga terjadi kompresi pada otak dan pembuluh darah, menurunkan aliran suplai
nutrisi dan oksigen. Jika proses ini tidak dicegah dapat menimbulkan atrofi jaringan
otak, defisit neurologis, berupa parese nervus kranialis dan hemiparese, penurunan
20
Gambar 5. Bagan Alur Patofisiologi Meningitis
21
2.2.7 Manifestasi Klinis
Gejala klasik berupa trias meningitis mengenai kurang lebih 44% penderita
meningitis bakteri dewasa. Trias meningitis tersebut sebagai berikut (Hasbu, 2013).
1. Demam
2. Nyeri kepala
3. Kaku kuduk.
Meningitis karena virus ditandai dengan cairan serebrospinal yang jernih serta
rasa sakit penderita tidak terlalu berat. Pada umumnya, meningitis yang disebabkan
diikuti oleh pembesaran kelenjer parotid sebelum invasi kuman ke susunan saraf
pusat. Pada meningitis yang disebabkan oleh Echovirus ditandai dengan keluhan sakit
kepala, muntah, sakit tenggorok, nyeri otot, demam, dan disertai dengan timbulnya
ruam makopapular yang tidak gatal di daerah wajah, leher, dada, badan, dan
ekstremitas. Gejala yang tampak pada meningitis Coxsackie virus yaitu tampak lesi
vaskuler pada palatum, uvula, tonsil, dan lidah dan pada tahap lanjut timbul keluhan
22
berupa sakit kepala, muntah, demam, kaku kuduk, dan nyeri punggung (Soedarto,
2004).
dan gastrointestinal. Meningitis bakteri pada neonatus terjadi secara akut dengan
gejala panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernafasan, kejang, nafsu makan
berkurang, dehidrasi dan konstipasi, biasanya selalu ditandai dengan fontanella yang
biasanya dimulai dengan gangguan saluran pernafasan bagian atas, penyakit juga
bersifat akut dengan gejala panas tinggi, nyeri kepala hebat, malaise, nyeri otot dan
nyeri punggung. Cairan serebrospinal tampak kabur, keruh atau purulent (Harsono,
1996).
Meningitis Tuberkulosa terdiri dari tiga stadium, yaitu stadium I atau stadium
prodormal selama 2-3 minggu dengan gejala ringan dan nampak seperti gejala infeksi
biasa. Pada anak-anak, permulaan penyakit bersifat subakut, sering tanpa demam,
tersinggung, cengeng, opstipasi, pola tidur terganggu dan gangguan kesadaran berupa
apatis. Pada orang dewasa terdapat panas yang hilang timbul, nyeri kepala,
konstipasi, kurang nafsu makan, fotofobia, nyeri punggung, halusinasi, dan sangat
23
Stadium II atau stadium transisi berlangsung selama 1 – 3 minggu dengan
gejala penyakit lebih berat dimana penderita mengalami nyeri kepala yang hebat,
gangguan kesadaran dan kadang disertai kejang terutama pada bayi dan anak-anak.
hemiparese atau quadripare, seluruh tubuh dapat menjadi kaku, terdapat tanda-tanda
Stadium III atau stadium terminal ditandai dengan kelumpuhan semakinSparah dan
gangguan kesadaran lebih berat sampai koma. Pada stadium ini penderita dapat
meninggal dunia dalam waktu tiga minggu bila tidak mendapat pengobatan
pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesa
Pada anamnesa dapat diketahui adanya trias meningitis seperti demam, nyeri
kepala dan kaku kuduk. Gejala lain seperti mual muntah, penurunan nafsu makan,
1993). Anamnesa dapat dilakukan pada keluarga pasien yang dapat dipercaya jika
24
2. Pemeriksaan Fisik
kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan tahanan
pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot.
b. Pemeriksaan Kernig
ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mengkin tanpa rasa nyeri.
Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135°
kepala pasien yang sedang berbaring , tangan pemeriksa yang satu lagi
25
positif (+) bila gerakan fleksi kepala disusul dengan gerakan fleksi di sendi
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi
bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut
kontralateral.
Pasien tidur terlentang tekan pipi kiri kanan dengan kedua ibu jari
Pasien tidur terlentang tekan simpisis pubis dengan kedua ibu jari tangan
26
g. Pemeriksaan Lasegue
satu tungkai diangkat lurus. Tungkai satunya lagi dalam keadaan lurus.
Tanda lasegue positif (+) jika terdapat tahanan sebelum mencapai sudut 70°
3. Pemeriksaan Penunjang
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein
tekanan intrakranial.
kultur negatif.
27
Tabel berbagai kemungkinan agen infeksi pada cairan serebrospinal, yaitu :
(mm H2
O)
demonstrated in
60% of Gram
of cultures
in LCM be
and slightly
mumps elevated
culture, PCR
28
antigen, culture
be workup
slightly
elevated
workup
(Hasbu, 2013)
29
4) Glukosa serum digunakan sebagai perbandingan terhadap glukosa
atau jika tidak dapat dilakukan oleh karena suatu sebab seperti adanya hernia
Pneumoniae, N. Meningitidis.
2) Nasofaring
3) Sputum
4) Urin
5) Lesi kulit
Scan dan MRI. Foto thorax untuk melihat adanya infeksi sebelumnya pada
30
meningeal, namun jika tidak ditemukan bukan berarti meningitis dapat
disingkirkan.
berikut ini adalah indikasi CT-Scan kepala sebelum dilakukan lumbal pungsi
yaitu :
fokal)
4) Papiledema
5) Gangguan kesadaran
enhancement kontras yang lebih konveks. Pada fase lanjut dapat pula
31
Gambar 7. CT-Scan pada Meningitis Bakteri. Didapatkan ependimal enhancement
32
2.3 Penatalaksanaan
a) Antibiotik
sedikitnya 5 hari, dilanjutkan dengan pengobatan per oral 5 hari bila tidak ada
o Cari tanda infeksi fokal lain yang mungkin menyebabkan demam, seperti
o Jika demam masih ada dan kondisi umum anak tidak membaik setelah 3–
33
Jika diagnosis belum jelas, pengobatan empiris untuk meningitis TB dapat
bulan.
pertama.
34
b) Steroid
2–3 minggu.
Pengobatan simtomatis :
1. Meningitis Virus
meningitis virus adalah terapi suportif seperti pemberian analgesik, antpiretik, nutrisi
35
yang adekuat dan hidrasi. Meningitis enteroviral dapat sembuh sendiri dan tidak ada
sesegera mungkin jika kemungkinan besar meningitis disebabkan oleh virus herpes.
Beberapa ahli tidak menganjurkan pemberian asiklovir untuk herpes kecuali jika
2013).
toksisitasnya hanya diberikan pada kasus berat dengan kultur CMV positif atau pada
2. Meningitis Bakteri
menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Oleh karena itu pemberian
Feature
cefotaxime or an aminoglycoside
36
ceftriaxone*
vancomycin*
ceftriaxone
ceftriaxone
shunt
suspected pathogen.
(Hasbu, 2013)
a. Neonatus-1 bulan
37
1) Usia 0-7 hari, Ampicillin 50 mg/kgBB IV/ 8 jam atau dengan
2) Usia 8-30 hari, 50-100 mg/kgBB IV/ 6 jam atau dengan tambahan
maksimal 4 g/hari)
1) Dosis anak
maksimal 4 g/hari)
2) Dosis dewasa
38
Cefotaxime – 2 g IV/ 4 jam
12 jam
atau 10-15 mg/kgBB IV/ 12 jam atau ampicillin (50 mg/kgBB IV/ 6
jam).
(biasanya digunakan dexamethason 0,25 mg/kgBB/ 6 jam selama 2-4 hari). meskipun
39
pendengaran dan gejala neurologis sisa tetapi secara umum tidak dapat mengurangi
motilitas .
3. Meningitis Sifilitika
Terapi pilihan pada meningitis sifilitika adalah penisilin G kristal aqua dengan
dosis 2-4 juta unit/hari setiap 4 jam selama 10-14 hari, sering pula diikuti pemberian
penisilin G benzatin IM dengan dosis 2.4 juta unit. Pilihan alternatif adalah penisilin
G prokain dosis 2.4 juta unit/hari IM dan probenesid dosis 500 mg oral setiap 6 jam
selama 14 hari, diikuti pemberian penisilin G benzatin IM dengan dosis 2.4 juta unit.
40
Pasien dengan meningitis sifilitika disertai HIV dapat diberikan yang serupa. Oleh
karena penisilin G merupakan obat pilihan, pasien dengan alergi penisilin harus
serebrospinal harus dilakukan secara teratur setiap 6 bulan sekali, hal ini penting
4. Meningitis Fungal
mempertahankan kadar dalam serum (40-60 µg/ml) selama 4 minggu. Setelah terjadi
resolusi, sebaiknya terapi dilanjutkan selama minimal 4 minggu. Dapat pula diberikan
sebagai follow-up golongan azol seperti flukonazol dan itrakonazol (Hasbu, 2013).
5. Meningitis Tuberkulosa
41
Tabel 3. Dosis Obat Antituberkulosis (Pedoman Nasional, 2006)
mengurangi inflamasi pada proses lisis bakteri karena obat anti tuberkulosis.
Biasanya dipilih dexamethason dengan dosis 60-80 mg/hari yang diturunkan secara
6. Meningitis Parasitik
dapat memperparah gejala klinis dan bahkan menyebabkan kematian sebagai akibat
dari peradangan hebat yang merupakan respon terhadap proses penghancuran cacing.
Diagnosis dini dan pemberian dosis tinggi IV amfoterisin B atau mikonazol dan
42
2.4 Komplikasi Meningitis
Komplikasi meningitis pada onset akut dapat berupa perubahan status mental,
edema serebri dan peningkatan tekanan intrakranial, kejang, empiema atau efusi sub
quadriparesis, kebutaan. Pada onset lanjut dapat terjadi epilepsi, ataxia, abnormalitas
gangguan fungsi hipotalamus atau disfungsi endokrin, kolaps vasomotor dan bahkan
2.5 Prognosis
dan lama penyakit sebelum diberikan antibiotik. Penderita usia neonatus, anak-anak
dan dewasa tua mempunyai prognosis yang semakin jelek, yaitu dapat menimbulkan
purulenta, tetapi 50% dari penderita yang selamat akan mengalami sequelle (akibat
Pada meningitis Tuberkulosa, angka kecacatan dan kematian pada umumnya tinggi.
Prognosa jelek pada bayi dan orang tua. Angka kematian meningitis TBC
43
dipengaruhi oleh umur dan pada stadium berapa penderita mencari pengobatan.
Penderita meningitis karena virus biasanya menunjukkan gejala klinis yang lebih
yang jauh lebih baik. Sebagian penderita sembuh dalam 1 – 2 minggu dan dengan
1. Pencegahan Primer
pada bayi agar dapat membentuk kekebalan tubuh. Vaksin yang dapat
lain seperti DPT, Polio dan MMR ( Japardi, 2002). Vaksinasi Hib dapat
44
Pemberian imunisasi vaksin Hib yang telah direkomendasikan oleh WHO,
pada bayi 2-6 bulan sebanyak 3 dosis dengan interval satu bulan, bayi
7-12 bulan di berikan 2 dosis dengan interval waktu satu bulan, anak 1-
5 tahun cukup diberikan satu dosis. Jenis imunisasi ini tidak dianjurkan
crowded (luas lantai > 4,5 m2 /orang), ventilasi 10 – 20% dari luas lantai
personal hygiene seperti mencuci tangan yang bersih sebelum makan dan
45
2. Pencegahan Sekunder
saat masih tanpa gejala (asimptomatik) dan saat pengobatan awal dapat
dengan diagnosis dini dan pengobatan segera. Deteksi dini juga dapat
darah dan pemeriksaan X-ray (rontgen) paru (Sugianto, 2002). Selain itu
3. Pencegahan Tertier
46
(Flecther, 1992). Fisioterapi dan rehabilitasi juga diberikan untuk
47
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Meningitis merupakan suatu penyakit akibat inflamasi yang terjadi pada selaput
otak yaitu meninges. Meningitis dapat terjadi karena adanya faktor resiko tertentu
seperti pada usia yang kurang dari 5 tahun atau lebih dari 60 tahun, kekebalan tubuh
yang menurun, adanya penyakit sistemik atau penyakit lain sebelumnya seperti
tuberkulosis, mastoiditis dan sinusitis, atau adanya riwayat kontak dengan penderita
tertentu. Misalnya pada afrika ada suatu istilah yang disebut the african meningitis
dan bakteri. Meningitis akibat virus biasanya dapat sembuh dengan sendirinya,
morbiditas yang lama akibat gejala sisa neurologis atau bahkan menyebabkan
kematian. Pembuatan diagnosis yang segera dan manajemen terapi yang sesuai dapat
meningitis tergantung pada usia, tingkat keparahan penyakit, agen penyebab infeksi
Pengobatan meningitis secara farmakologi terdiri dari terapi utama dan terapi
48
meningitis (primer), upaya untuk menghentikan perjalanan penyakit dengan
pengenalan dan pengobatan dini (sekunder), dan untuk mengurangi komplikasi dan
gejala sisa (tertier), sehingga diharapkan pasien dapat tetap menjalani aktivitas
secara maksimal dalam ruang lingkup yang luas, kematian dan kecacatan akibat
3.2 Saran
sangat penting untuk dapat memberikan pengobatan meningitis yang efisien agar
49
DAFTAR PUSTAKA
Allan, dkk., 2004. Practice Guidelines for the Management of Bacterial Meningitis.
Journal. Infectious Diseases of America (IDSA).
Djauzi, S., Sundaru, H., 2003. Imunisasi Dewasa. Penerbit FK UI, Jakarta.
Fletcher, Robert H., dkk., 1992. Epidemiologi Klinik. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Guyton & Hall, 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. EGC, Jakarta.
Harsono, 2003. Kapita Selekta Neurologi Edisi Kedua. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Harsono, 1996. Buku Ajar Neurologi Klinis, Edisi Pertama. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Hasan, R., Alatas, H., 2002. Ilmu Kesehatan Anak, Buku Kuliah Infomedika.
Jakarta.
50
Hasbu, Rodrigo, May 7, 2013. Meningitis. Article. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/232915-overview#showall
Junqueira & Carneiro, 2005. Basic Histology Text & Atlas. 11 edition. McGraw-Hill
Companies, New York.
Mahar M & Priguna S, 2008. Neurologi Klinis Dasar. Cetakan ke-12. PT. Dian
Rakyat, Jakarta.
Nofareni, 2003. Status Imunisasi BCG dan Faktor Lain yang Mempengaruhi
Terjadinya Meningitis Tuberkulosa. USU Digital Library.
Available at http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6245/1/anak-
nofareni.pdf
51
Pedoman Nasional, 2006. Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
R. Putz & R. Pabst, 2007. Sobotta. Jilid 1. Jakarta : EGC. Hal : 261.
Soegijanto, S., 2002. Ilmu Penyakit Anak: Diagnosa dan Penatalaksanaan, Edisi
Pertama. Salemba Medika, Jakarta.
52