CEDERA KEPALA
Pembimbing :
Dr. Julintari Bidramnanta Sp.S
Disusun oleh :
Vivy Desyanti
030.11.303
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................... 2
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................... 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Cedera kepala atau head injury adalah trauma mekanik pada kepala yang
terjadi baik secara langsung atau tidak langsung yang kemudian berakibat kepada
gangguan fungsi neurologis, fungsi fisik, kognitif, psikososial, yang bersifat
sementara atau permanen.1
Cedera kepala adalah salah satu penyebab kematian utama dikalangan usia
produktif antara 15-44 tahun. Secara global insiden cedera kepala meningkat dengan
tajam terutama karena peningkatan penggunaan kendaraan bermotor. WHO
memperkirakan bahwa pada tahun 2020 kecelakaan lalu lintas akan menjadi
penyebab penyakit dan trauma ketiga terbanyak di dunia.2
Berdasarkan data Riskesdas 2013 Sulawesi Utara menduduki urutan ke 2
untuk angka kejadian kecelakaan di jalan raya dengan persentase 50,5%. Kecelakaan
lalu lintas terutama kecelakaan sepeda motor terhitung sebagai salah satu penyebab
cedera kepala tersering. 1
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
Skin (kulit) yang tebal dan mengandung rambut serta kelenjar minyak
(sebasea)
Aponeuris Galea, merupakan lapisan terkuat berupa fascia yang melekat pada
otot.
Loose areolar tissue (jaringan areolar longgar) terdiri dari vena- vena tanpa
katup yang menghubungkan scalp, vena diploica dan sinus vena intracranial.
Perikranium
Merupakan periosteum yang melapisi tulang tengkorak, melekat erat pada
sutura dan berhubungan dengan endosteum.
2. Tulang Tengkorak
Terdiri dari kalvaria dan basis kranii. Tulang tengkorak terdiri dari beberapa
tulang yaitu frontal, parietal, temporal dan oksipital. Basis cranii dibagi atas 3 fosa
yaitu fosa anterior tempat lobus frontalis, fosa media tempat temporalis dan fosa
posterior ruang bagi bagian bawah batang otak dan serebelum.
Duramater
Duramater adalah membran yang tebal dan paling dekat dengan tengkorak.
Dura mater, bagian terluar, adalah lapisan fibroelastik sel, tidak mengandung
kolagen ekstraselular, dan memiliki ruang ekstraselular yang signifikan.
Lapisan tengah meningens terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan endosteal,
yang terletak paling dekat dengan calvaria (tengkorak), dan lapisan
meningeal dalam, yang terletak lebih dekat ke otak. Lapisan ini berisi
pembuluh darah besar yang bercabang menjadi kapiler dan berjalan ke pia
mater. (3)
Pada cedera otak, pembuluh-pembuluh vena yang berjalan pada permukaan
otak menuju sinus sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging Veins
(jembatan vena) dapat mengalami robekan dan menyebabkan perdarahan subdural.
6
Sinus sagitalis superior mengalirkan darah vena ke sinus transversus dan sinus
sigmoideus. Laserasi dari sinus-sinus ini dapat mengakibatkan perdarahan hebat.
Arteri meningea terletak antara duramater dan permukaan dalam dari kranium
(ruang epidural). Adanya fraktur dari tulang kepala dapat menyebabkan laserasi pada
arteri-arteri ini dan menyebabkan perdarahan epidural. Yang paling sering mengalami
cedera adalah arteri meningea media yang terletak pada fosa temporalis (fosa media).
Selaput Arakhnoid
Selaput arakhnoid merupakan lapisan yang tipis dan tembus pandang. Selaput
ini dipisahkan dari dura mater oleh ruang potensial, disebut spatium subdural dan
dari pia mater oleh cavum subarachnoid yang terisi oleh liquor serebrospinalis.
Perdarahan sub arakhnoid umumnya disebabkan akibat cedera kepala.
Piamater
Piamater (dalam Bahasa latin disebut tender mother) adalah lapisan
dengan banyak pembuluh darah dan terdiri dari jaringan penyambung yang
halus serta dilalui pembuluh darah yang memberi nutrisi pada jaringan saraf.
Piamater adalah lapisan yang sangat tipis terdiri dari jaringan fibrosa tertutup di
permukaan luarnya dengan selembar sel datar yang tidak permeabel terhadap air.
Piamater ditembus oleh pembuluh darah ke otak dan sumsum tulang belakang,
dan kapiler yang memberikan nutrisi pada otak.
4. Otak
Otak merupakan suatu struktur gelatin dengan berat pada orang dewasa
sekitar 14 kg. Otak terdiri dari beberapa bagian yaitu proensefalon (otak depan)
terdiri dari serebrum dan diensefalon, mesensefalon (otak tengah) dan
rhombensefalon (otak belakang) terdiri dari pons, medula oblongata dan
serebellum. Fisura membagi otak menjadi beberapa lobus. Lobus frontal
berkaitan dengan fungsi emosi, fungsi motorik dan pusat ekspresi bicara. Lobus
parietal berhubungan dengan fungsi sensorik dan orientasi ruang. Lobus temporal
7
b. Patofisiologi spesifik
Cedera kepala disebabkan oleh kerusakan langsung pada jaringan kepala akibat
trauma, gangguan perfusi cerebral dan juga gangguan metabolisme pada otak yang
dapat menyebabkan ischemia like pattern yang menyebabkan akumulasi asam
laktat akibat terjadi glikolisis anaerob, peningkatan permeabilitas membran, dan
edema. Metabolisme anaerob menyebabkan pembentukan energi yang tidak adekuat,
cadangan ATP menurun, dan kegagalan pada pompa ion pada jalur pembentukan ATP
dalam menghasilkan energi.(8)
Tahapan kedua dari kaskade patofisiologi ditandai dengan depolarisasi
membrane terminal bersama dengan perangsangan produksi neurotransmiter yang
berlebihan (yaitu glutamat, aspartat), aktivasi N-methyl-D-aspartat, -amino-3hidroksi-5-metil-4 isoxazolpropionate. Proses ini mengarah kepada terjadinya proses
katabolik di intaseluler. Ca2 + mengaktifkan peroksidase lipid, protease, dan
phospholipase yang meningkatkan konsentrasi intraseluler asam lemak bebas dan
radikal bebas. Selain itu, aktivasi caspases (protein ICE-seperti), translocases, dan
endonuklease memulai perubahan struktural progresif membran biologis dan DNA
nucleosomal (fragmentasi DNA dan menghambat perbaikan DNA). Peristiwa ini
menyebabkan membran degradasi pembuluh darah dan struktur selular dan akhirnya
nekrosis dan apoptosis.(8) Prostaglandin merupakan mediator inflamasi yang
diproduksi oleh membran lipid yang mengalami kerusakan, juga meningkat secara
signifikan dalam plasma pasien dengan cedera kepala sedang sampai berat selama 2
minggu pertama setelah cedera. Pasien dengan kadar prostaglandin yang lebih tinggi
memiliki hasil signifikan lebih buruk daripada mereka memiliki kadar prostaglandin
yang sedikit. Baru-baru ini, peningkatan sel T reaktif terhadap antigen mielin
ditemukan pada 10 pasien dengan cedera kepala berat. Meskipun ukuran sampel
terbatas, pasien dengan peningkatan reaktivitas T-sel memiliki hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan pasien lain yang sel T nya tidak reaktif.(9)
10
edema
otak
berkaitan
dengan
kerusakan
struktural
dan
Edema otak vasogenik disebabkan oleh gangguan mekanis atau autodigestive atau
kerusakan fungsional dari lapisan sel endotel dari pembuluh otak. Disintegrasi
dinding endotel pembuluh darah otak memungkinkan ion dan protein mentransfer
tidak terkendali dari intravaskular ke ekstraseluler kompartemen (interstitial) otak
dengan menyebabkan akumulasi air. Edema sitotoksik adalah keadaan dimana
ditandai dengan akumulasi cairan dikompartemen intraseluler neuron, astrosit, dan
mikroglia. Patologi ini disebabkan oleh permeabilitas membran sel meningkat,
kegagalan pompa ion karena deplesi energi, dan reabsorpsi seluler zat terlarut
osmotik aktif. Cedera kepala juga menyebabkan peradangan yang mengaktivasi
sitokin-sitokin pro inflamasi sehingga terjadi inflamasi pada otak.
KLASIFIKASI CEDERA KEPALA(11)
Cedera kepala diklasifikasikan berdasarkan:
a. Mekanisme cedera kepala
Berdasarkan mekanismenya cedera kepala dibagi atas cedera kepala tumpul dan
cedera kepala tembus. Cedera kepala tumpul biasanya berkaitan dengan
kecelakaan mobil atau motor, jatuh atau terkena pukulan benda tumpul. Sedang
cedera kepala tembuus disebabkan oleh peluru atau tusukan.
b. Beratnya cedera (Glasgow Coma Scale) (3)
Kategori
SKG
Gambaran Klinik
CT Scan otak
Minimal
15
Normal
Ringan
13-15
Sedang
9-12
Abnormal
3-8
Abnormal
Catatan :
1. Tujuan klasifikasi ini untuk pedoman triase di gawat darurat
12
Vault
Vault merupakan fraktur yang terjadi pada atap tengkorak (calvarium) yang
disebut dengan fracture calvarium, Fraktur linier pada kalvaria ini dapat terjadi jika
gaya langsung yang bekerja
menyebabkan tulang kepala bending dan terjadi fragmen fraktur yang masuk
kedalam rongga intrakranial. Gaya yang menyebabkan terjadinya fraktur tersebut
cukup besar maka kemungkinan terjadinya hematom intrakranial cukup besar Jika
gambar fraktur tersebut kesegala arah disebut Steallete fracture, jika fraktur
mengenai sutura disebut diastase fraktur
-
Basilar
Merupakan fraktur yang terjadi pada dasar tengkorak, disebut fraktur basis
anosmia
Media
Gejala dan tanda klinis :
-
Posterior
13
Penunjang diagnostik:
-
Scaning otak resolusi tinggi dan irisan 3 mm (50% +) (high resolution and
thin section)
Depress fracture
Apabila fragmen dari fraktur masuk rongga intrakranial minimal setebal
tulang fragmen tersebut. Fraktur depresi dibagi 2 berdasarkan pernah tidaknya
fragmen berhubungan dengan udara luar,yaitu:
1. Fraktur Depresi Tertutup
Biasanya tidak dilakukan tindakan operatif kecuali bila fraktur tersebut
menyebabkan gangguan neurologis, misal kejang-kejang, hemiparese/ plegi,
penurunan kesadaran. Tindakan yang dilakukan adalah mengangkat fragmen tulang
yang menyebabkan penekanan pada jaringan otak.
2. Fraktur Depresi Terbuka
Semua fraktur depresi terbuka harus dilakukan tindakan operatif debridemant
untuk mencegah terjadinya proses infeksi (meningoencephalitis) yaitu mengangkat
fragmen yang masuk, membuang jaringan nekrosis, benda asing, evakuasi hematom,
kemudian menjahit durameter secara water tight/kedap air kemudian fragmen
tulang dapat dikembalikan ataupun dibuang.
2. Lesi Intrakranial
Lesi intrakranial dapat diklasifikasikan sebagai fokal atau difusa, walau kedua
bentuk cedera ini sering terjadi bersamaan. Lesi fokal termasuk hematoma epidural,
14
Hematoma Epidural
Bila ditindak segera, prognosis biasanya baik karena penekan gumpalan darah yang
kondisi seperti ini seringkali tampak memar di sekitar mata dan di belakang telinga.
Sering juga tampak cairan yang keluar pada saluran hidung atau telinga. Pasien
seperti ini harus di observasi dengan teliti. Setiap orang memiliki kumpulan gejala
yang bermacam-macam akibat dari cedera kepala. Banyak gejala yang muncul
bersaman pada saat terjadi cedera kepala.(11)
Tanda diagnostik klinik dari Epidural Hematom adalah(12)
1. Lucid interval (+)
2. Kesadaran makin menurun
3. Late Hemiparese kontralateral lesi
4. Pupil anisokor
5. Babinsky (+) kontralateral lesi
6. Fraktur di daerah temporal
Pada tahap kesadaran sebelum stupor atau koma, bisa dijumpai hemiparese atau
serangan epilepsi fokal. Pada perjalanannya, pelebaran pupil akan mencapai
maksimal dan reaksi cahaya pada permulaan masih positif menjadi negatif. Inilah
tanda sudah terjadi herniasi tentorial. Terjadi pula kenaikan tekanan darah dan
bradikardi. Pada tahap akhir, kesadaran menurun sampai koma dalam, pupil
kontralateral juga mengalami pelebaran sampai akhirnya kedua pupil tidak
menunjukkan reaksi cahaya lagi yang merupakan tanda kematian. Gejala-gejala
respirasi yang bisa timbul berikutnya, mencerminkan adanya disfungsi rostrocaudal
batang otak.
Jika Epidural hematom di sertai dengan cedera otak seperti memar otak,
interval bebas tidak akan terlihat, sedangkan gejala dan tanda lainnya menjadi kabur.
Dengan pemeriksaan CT Scan akan tampak area hiperdens yang tidak selalu
homogen, bentuknya biconvex sampai planoconvex, melekat pada tabula interna dan
mendesak ventrikel ke sisi kontralateral ( tanda space occupying lesion ). Batas
16
dengan korteks licin, densitas duramater biasanya jelas, bila meragukan dapat
diberikan injeksi media kontras secara intravena sehingga tampak lebih jelas.
Hematoma subdural(13)
Hematoma subdural(SDH) adalah perdarahan yang terjadi diantra duramater
dan arakhnoid. Hematoma subdural(SDH) adalah jenis yang paling umum
dibandingkan dengan EDH, ditemukan sekitar 30% penderita dengan cedera
kepala berat. Terjadi paling sering akibat robeknya jembatan vena antara kortek
cerebral dan drainasi sinus. Namun SDH juga dapat berkaitan dengan laserasi
permukaan atau substansi otak. Fraktura tengkorak mungkin ada atau tidak.
Selain itu, kerusakan otak yang mendasari hematoma subdural akut biasanya
sangat lebih berat dan prognosisnya lebih buruk dari hematoma epidural.
Mortalitas umumnya 60%, namun mungkin diperkecil oleh tindakan operasi
yang sangat segera dan pengelolaan medis agresif. Subdural hematom terbagi
menjadi akut, subakut, dan kronis. (13-14)
17
19
Perdarahan Subarakhnoid
Perdarahan subarakhnoid traumatika didapatkan gejala kaku kuduk, nyeri
kepala, dan bisa terdapat gangguan kesadaran.(6) Pada pemeriksaan penunjang CT
scan didapatkan gambaran hiperdens di ruang subarkhnoid.
perdarahan dapat terjadi pada sisi benturan (coup) atau pada sisi lainnya
(countrecoup). Defisit neurologi yang didapatkan sangat bervariasi dan tergantung
pada lokasi dan luas perdarahan.
4. Cedera difus
Diartikan sebagai suatu keadaan patologis penderita koma (penderita tidak
sadar setelah mengalami benturan kepala) tanpa gambaran SOL pada CT scan atau
MRI. Cedara otak difus merupakan kerusakan otak yang disebabkan oleh kecelakaan
lalu lintas berkecepatan tinggi sehingga terjadi mekanisme akselerasi dan deselerasi.
Angulasi, rotasi, dan peregangan yang timbul menyebabkan robekan pada serabut
saraf pada berbagai tempat yang sifatnya menyeluruh (difus). Klasifikasi cedera difus
berdasarkan gambaran patologi(3):
1. Diffuse Axonal Injury (DAI)
Adanya Kerusakan akson yang menyeluruh dalam hemisfer cerebri, korpus
kalosum, batang otak, dan serebelm (pedunkulus).
2. Diffuse Vascular Injury (DVI)
Perdarahan kecil-kecil yang menyebar pada seluruh hemisfer. Keadaan ini dapat
menyebabkan pasien meninggal dalam hitungan menit. Pada DVI, terjadi kerusakan
menyeluruh pada endotel mikrovaskuler otak.
PENEGAKAN DIAGNOSIS(12)
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
1. Anamnesis
Trauma kapitis dengan / tanpa gangguan kesadaran atau dengan interval lucid
Linier
Impresi
terbuka / tertutup
Gambaran kontusio
Hematoma epidural
Hematoma subdural
Perdarahan subarakhnoid
Hematoma intraserebral
Otorrhea, Rhinorrhea
Refleks kornea
Funduskopi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Foto polos kepala
Tidak semua penderita dengan cedera kepala diindikasikan untuk pemeriksaan
kepala karena masalah biaya dan kegunaan yang sekarang makin ditinggalkan.
Jadi indikasi meliputi jejas lebih dari 5 cm, luka tembus (tembak/tajam), adanya
corpus alineum, deformitas kepala (dari inspeksi dan palpasi), nyeri kepala yang
menetap, gejala fokal neurologis, gangguan kesadaran. Pada kecurigaan adanya
fraktur depresi maka dilakukan foto polos posisi AP/lateral dan oblique.
b. CT-Scan (dengan atau tanpa kontras)
Indikasi CT Scan adalah :
1. Nyeri kepala menetap atau muntah muntah yang tidak menghilang
setelah pemberian obatobatan analgesia/anti muntah.
2. Adanya kejang kejang, jenis kejang fokal lebih bermakna terdapat lesi
intrakranial dibandingkan dengan kejang general.
23
24
25
C = Circulation (sirkulasi)
Pertahankan Tekanan Darah. Sistolik > 90 mmHg. Pasang sulur intravena.
Berikan cairan intravena drip, NaCl 0,9% atau Ringer. Hindari cairan
hipotonis. Bila perlu berikan obat vasoptesor dan / inotropik.
D = Disability (yaitu untuk mengetahui lateralisasai dan kondisi umum dengan
pemeriksaan cepat status umum dan neurologi )
-
Luka-luka
CT scan otak.
26
F = Manajemen Terapi
-
Penanganan luka-luka
ICH (perdarahan intraserebrai) pasca trauma. Indikasi operasi ICH pasca trauma :
a. Penurunan kesadaran progresif.
b. Hipertensi dan bradikardi dan tanda-tanda gangguan nafas (Cushing reflex).
c. Perburukan defisit neurologi fokal.
27
28
5. Defisit memori
29
Pada sebagian pasien yang mengalami cedera kepala dapat mengalami gangguan
memori. Misalnya pasien lupa kejadian yang dialaminya. Selain itu pasien juga
bisa lupa namanya sendiri.
6. Mood, tingkah laku dan kognitif
Gangguan kognitif dan tingkah laku lebih menonjol dibanding gangguan fisik
setelah cedera kepala dalam jangka lama. Penelitian Pons Ford, menunjukkan 2
tahun setelah cedera kepala masih terdapat gangguan kognitif, tingkah laku atau
emosi termasuk problem daya ingat pada 74 %, gangguan mudah lelah (fatigue)
72%, gangguan kecepatan berpikir 67%. Sensitif dan Iritabel 64%, gangguan
konsentrasi 62%.
7. Sindroma post kontusio
Merupakan komplek gejala yang berhubungan dengan cedera kepala 80% pada 1
bulan pertama, 30% pada 3 bulan pertama dan 15% pada tahun pertama:
Somatik : nyeri kepala, gangguan tidur, vertigo/dizzines, mual, mudah lelah,
sensitif terhadap suara dan cahaya, kognitif: perhatian, konsentrasi, memori,
Afektif: iritabel, cemas, depresi, emosi labil.
PROGNOSIS
Apabila penanganan pasien yang mengalami cedera kepala sudah mendapat
terapi yang agresif, terutama pada anak-anak biasanya memiliki daya pemulihan yang
baik. Penderita yang berusia lanjut biasanya mempunyai kemungkinan yang lebih
rendah untuk pemulihan dari cedera kepala.(15) Kecacatan yang dihasilkan dari cedera
kepala tergantung pada tingkat keparahan cedera, lokasi cedera, usia dan status
kesehatan umum individu tersebut.(16) Beberapa kecacatan umum yang dapat terjadi
pada pasien dengan cedera kepala yaitu masalah kognisi (berpikir, memori, dan
penalaran), pengolahan sensorik (penglihatan, pendengaran, sentuhan, rasa, dan bau),
komunikasi (ekspresi dan pemahaman), dan perilaku atau kesehatan mental (depresi,
kecemasan, perubahan kepribadian , agresi, bertindak, dan ketidaktepatan sosial).
30
31
BAB III
RINGKASAN
Cedera kepala atau head injury adalah trauma mekanik pada kepala yang
terjadi baik secara langsung atau tidak langsung yang kemudian berakibat kepada
gangguan fungsi neurologis, fungsi fisik, kognitif, psikososial, yang bersifat
sementara atau permanen.
Cedera kepala merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat
menyebabkan gangguan fisik dan mental yang kompleks. Gangguan yang
ditimbulkan dapat bersifat sementara maupun menetap, seperti defisit kognitif,
psikis, intelektual, serta gangguan fungsi fisiologis lainnya. Hal ini disebabkan oleh
karena trauma kepala dapat mengenai berbagai komponen kepala mulai dari bagian
terluar hingga terdalam, termasuk tengkorak dan otak.
Terjadinya cedera kepala, kerusakan dapat terjadi dalam dua tahap, yaitu
kerusakan primer yang merupakan akibat yang langsung dari suatu proses mekanik
dan kerusakan sekunder yang terjadi akibat berbagai proses patologis yang timbul
sebagai tahap lanjutan dari kerusakan primer.
Aspek-aspek terjadinya cedera kepala dikelompokan menjadi beberapa
klasifikasi yaitu berdasarkan mekanisme cedera kepala, beratnya cedera kepala, dan
morfologinya. Kerusakan otak sering kali menyebabkan kelainan fungsi yang
menetap. Kelainan fungsi yang terjadi juga tergantung kepada bagian otak mana yang
terkena.
Gejala yang timbul juga tergantung bagian otak yang terkena dampak dari
cedera. Penatalaksanaan cedera kepala dibagi menjadi primary survey dan secondary
survey, dimana keduanya bertujuan untuk menyelamatkan jiwa pasien, mengobati
kelainan yang terjadi, dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Prognosis dari cedera kepala tergantung pada tingkat keparahan cedera, lokasi
cedera, dan usia dan status kesehatan umum individu.
Daftar Pustaka
32
13. Meagher JR. Subdural Hematom. 2015. Diakses tanggal 01 November 2015
pukul 10.00: www.medscape.com.
14. National Institute of Neurological Disorder and stroke. Subdural Hematom
CT
Scan.
2015.
Diakses
tanggal
01
November
2015
pukul
11.00:www.ninds.nih.gov.
15. Reilly P, Bullock L. Head injury. 1997. Published in London. ISBN 0 412
585405.
16. Khisner S. Complications and Prognosis of Head Injury. 2015. Diakses
tanggal 04 November 2015 pukul 14.30: www.medscape.com.
34