Anda di halaman 1dari 35

REFERAT

TUMOR METASTASE PARU

Pembimbing:
dr. Dede Gunawan

Disusun Oleh:
xxxx xxxxx xxxxx
DEPARTEMEN PULMONOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014

LATAR BELAKANG1
Metastasis merupakan kemampuan suatu jaringan tumor yang menempel serta hidup
dan berkembang lebih lanjut pada jaringan tubuh lain. Misalnya kanker payudara dapat
bermetastasis hingga ke paru-paru dan menyebabkan gangguan proses pernapasan.
Struktur paru merupakan tempat yang paling sering terjadi metastasis pada pasien
dengan penyakit keganasan, dan biasanya rongga thoraks merupakan tempat utama terdeteksi
suatu metastasis paru, pada penderita tumor yang banyak memiliki akses pembuluh darah.
Sebagai contoh, tumor tumor yang dapat bermetastasis ke paru antara lain : Ca ginjal,
osteosarcoma, choriocarsinoma, melanoma, teratoma testis, dan Ca tiroid. Kebanyakan,
metastasis paru berasal dari tumor payudara, kolorektal, prostat, bronchial, leher kepala, dan
Ca ginjal.
Adanya metastasis paru merupakan tanda bahwa penyakit yang diderita telah
menjalar, dan membuat prognosis menjadi buruk. Tingkat kematian tergantung kepada
keadaan tumor primernya.
Metastasis paru juga memperlihatkan adanya suatu keganasan dalam suatu penyakit.
Namun, tidak ada kaitannya baik pria maupun wanita, insiden pada keduanya tidak berbeda
terlalu jauh. Insiden terjadinya tumor, meningkat sesuai umur, begitu juga frekuensi
metastasis paru. Bahkan pada anak anak pun dapat kita lihat adanya metastasis paru, seperti
pada wilms tumor.
Jalur metastasis bisa melalui aliran darah, aliran limfe maupun proses terlepas
langsung menempel pada tempat tertentu. Metastasis hanya terjadi pada tumor ganas. Tumor
jinak tidak pernah bermetastasis.
Metastasis paru ini umumnya terjadi karena output dari jantung kanan dan system
limfatik yang mengalir melewati pembuluh darah paru. Awalnya fragmen tumor terlepas dari
fokus primernya melalui vena, dan terbawa sebagai emboli tumor ke paru melalui sirkulasi
sistemik. Mayoritas fragmen ini akan tersangkut pada arteri kecil dan arteriol, di mana pada
tempat tersebut, fragmen tumor tersebut dapat berproliferasi dan meluas ke parenkim paru
akhirnya akan membentuk nodul. Biasanya nodul ini terletak pada ruang subpleura maupun

di dasar paru daripada di apeks paru, karena pada bagian bagian basal inilah banyak aliran
darah.
Jarang sekali emboli tumor tetap berada pada daerah interstisial perivaskular, dan
menyebar sepanjang saluran limfatik yang berada di hilus maupun perifer paru. Mekanisme
ini biasanya terjadi pada pasien dengan limfangitis karsinomatosa. Yang kedua, juga jarang
terjadi, mekanisme berlangsung secara retrograde, menyebar dari kelenjar getah bening hilus
melalui saluran limfe.
Nodul pada paru merupakan manifestasi yang paling umum dari neoplasma sekunder
paru. Nodul biasanya terbentuk dari emboli tumor yang tumbuh karena invasi tumor kapiler.
Emboli tumor mengalir melalui vena sistemik dan arteri pulmonalis, dan akhirnya akan
menyangkut di pembuluh darah kecil paru, kemudian menyebar ke seluruh paru. Nodul pada
paru biasanya multiple, sferis dan bervariasi ukurannya. Biasanya metastasis yang terjadi
melalui arteri bronkialis, pembuluh limfe paru, dan aspirasi transbronkial, juga yang
menembus lubang pada pleura jarang terjadi.
Limfangitis karsinomatosis paling sering terjadi disebabkan oleh Ca mammae, paru, usus,
pancreas, maupun prostat. Biasanya hal ini sebagai hasil dari metastasis secara hematogen ke
kapiler kapiler paru, dan juga invasi ke saluran limfe paru perifer. Penyebaran retrograde
dari nodulus di hilus, mediastinal, maupun invasi langsung dari saluran limfe diafragma
sangat jarang terjadi. Metastasis endobronkial, yang jarang terjadi juga berhubungan dengan
tumor mammae, colon dan ginjal seperti juga melanoma dan sarcoma1.

PEMBAHASAN
DEFINISI
Keganasan pada paru yang merupakan penyebaran dari proses keganasan di
organ/tempat lain1. Sebagian besar karsinoma paru berasal dari sel-sel di dalam paru; tetapi
karsinoma paru bisa juga berasal dari karsinoma di bagian tubuh lainnya yang menyebar ke
paru. Karsinoma paru merupakan karsinoma yang paling sering terjadi, baik pada pria
maupun wanita2.
ETIOLOGI :

1. Penyebaran langsung dari pusat primer


Yang melibatkan paru, pleura maupun struktur mediastinum. Penyebaran seperti ini
sering didapati pada tumor thyroid, Ca esophagus, thymoma, dan keganasan thymus,
limfoma, dan tumor ganas sel induk.
2. Penyebaran hematogen
Dari emboli tumor ke arteri paru, atau arteri bronchial. Hal ini biasanya
memperlihatkan adanya nodul pada paru dan umumnya sering pada tumor tumor primer
yang memiliki pembuluh darah.
Tumor ganas anak yang sering bermetastasis ke paru adalah tumor wilms,
neuroblastoma, sarcoma osteogenik, sarkoma Ewing. Sedangkan tumor ganas pada orang
dewasa adalah karsinoma payudara, tumor tumor ganas alat cerna, ginjal dan testis.
3. Penyebaran melalui saluran limfe
Yang melibatkan paru, pleura, maupun kelenjar getah bening paru. Paru dapat terkena
metastasis akibat sel tumor yang menjalar melalui saluran limfe yang berasal dari metastasis
hematogen, metastasis kelenjar getah bening hilus, maupun tumor abdomen bagian atas.
Penyebaran melalui saluran limfe dari tumor yang berada ekstrathoraks ke kelenjar getah
bening paru juga dapat melalui duktus thorasikus, dengan keterlibatan retrograde kelenjar
getah bening hilus dan parenkim paru. Tumor yang biasanya bermetastasis dengan cara ini
umumnya adalah Ca mammae, abdomen, pankreas, prostat, serviks, dan thyroid.
Anak sebar melalui saluran limfogen sering menyebabkan pembesaran kelenjar
mediastinum yang dapat mengakibatkan penekanan pada trakea, esophagus, dan vena kava
superior dengan keluhan keluhannya.
3

Pada anak biasa menetap di saluran limfe peribronkhial atau perivaskular yang secara
radiologik memberi gambaran bronkovaskular yang kasar secara dua sisi atau satu sisi
hemitoraks atau gambaran garis garis berdensitas tinggi yang halus seperti rambut.
4. Penyebaran melalui ruang pleura
Misalnya invasi tumor primer ke pleura (misalnya thymoma) ataupun Ca paru.
5. Penyebaran endobronkhial
Dari tumor jalan nafas. Mekanisme metastasis ini jarang terjadi. Penyebaran ini
biasanya terjadi pada pasien dengan Ca bronkhioloalveolar. Namun dapat dilihat juga pada
kanker paru lainnya.3
2.3 Klasifikasi1
2.3.1 Klasifikasi berdasarkan Gambaran Metastase
Noduler milier, coin lession hingga cannon ball (diameter 3-4 cm)/golf ball
(diameter 4-5 cm)
Limfangitis
Efusi pleura
Intra alveolar dan endobronchial
Noduler

Milier contohnya pada : Ca tiroid, paru atau mammae dll

Cannon ball / golf ball contohnya pada : sarcoma, carsinoma, seminoma,


colon, ginjal.

Metastasis Milier

Cannon ball / coin lesion

Nodul paru merupakan gambaran manifestasi metastasis paru yang umum didapati.
Pada kebanyakan kasus, nodul ini tersebar secara hematogen, sehingga tempat
predominannya berada di dasar paru yang menerima lebih banyak darah daripada lobus atas
paru.
Nodul nodul ini biasanya bertepi jelas dan berbentuk bulat maupun berlobulasi.
Nodul yang berdinding tipis dapat terlihat pada keadaan terdapatnya darah yang mengelilingi
nodul tersebut.
Kavitasi dari metastasis jarang muncul seperti pada tumor primer paru, namun dapat
muncul kira kira pada 5% kasus.kavitasi dapat terlihat sebagai nodul yang sangat kecil.
Namun begitu, struktur kavitas ini berbeda secara histologis. Kavitasi sering terjadi pada Ca
sel skuamosa dan Ca sel transisional, tapi juga bisa terjadi pada adenokarsinoma, sebagian
dari kolon, juga pada sarkoma.1 kavitasi ini juga dapat meningkatkan resiko terjadinya
pneumothoraks.3
Kalsifikasi

pada

metastasis,

sering

terlihat

pada

sarkoma

osteogenik,

chondrosarkoma, synovial sarkoma, Ca tiroid, dan adenokarsinoma mucinosa. 6


1.

Nodul soliter
Metastasis paru yang soliter jarang terjadi, kira kira hanya sebanyak 2 10% dari

seluruh nodul soliter. Lesi primer yang paling sering membuat nodul soliter yaitu Ca kolon,
osteosarkoma, Ca ginjal, testes, maupun Ca mammae. Dan juga melanoma maligna. Ca
kolon, khususnya pada area rectosigmoid, menghasilkan kira kira sepertiga kasus yang
berhubungan dengan metastasis paru yang soliter.2 Harus dipikirkan bahwa banyak pasien
yang menunjukkan suatu nodul soliter pada foto polos dada, memiliki nodul nodul multiple
saat diperiksa dengan CT, dengan 1 nodul dominan.6
Biasanya sulit untuk menghilangkan pemikiran adanya nodul soliter metastasis dari
Ca paru primer pada foto thoraks, maupun CT Scan. Pada HRCT Scan, kira kira 1,5 x dari
nodul nodul metastasis memperlihatkan tepi yang tidak rata. Nodul nodul tersebut dapat
bulat maupun oval, atau dapat pula memiliki batas yang berlobus lobus. Tepi yang ireguler
dengan spikulasi dapat merupakan akibat dari reaksi desmoplastik maupun infiltrasi tumor
pada batas sekitar daerah limfatik maupun bronkovaskular.6
6

2. Nodul multiple
Metastasis noduler biasanya terjadi multiple. biasanya nodul nodul ini bervariasi
besarnya, memperlihatkan episode yang berbeda dari emboli tumor, ataupun tingkat
pertumbuhan yang berbeda. Penampakan ini jarang terjadi pada keadaan penyakit nodular
yang jinak, seperti sarkoidosis. Kadang kadang, semua metastasis berukuran sama. Saat
banyak nodul yang terlihat, mereka biasanya terdistribusi ke seluruh paru. Ketika hanya
sedikit terlihat gmabaran metastasis, maka biasanay tempat predominannya di subpleura.
Jumlah dan ukuran nodul nodul tersebut sangat bervariasi.nodul dapat terlihat
sangat kecil (miliar) dan sangat banyak. Hal seperti ini biasanya dapat kita lihat pada tumor
dengan perdarahan yang baik (seperti Ca tiroid, renal cell Ca, adenokarsinoma, sarkoma) dan
juga dapat memperlihatkan sebaran dari emboli tumor yang masif.2
Limfangitis metastase

Metastasis limfangitis
Meskipun penyebaran dipembuluh limfe dapat disebabkan oleh neoplasma maligna,
namun hal ini biasanya mucul dari tumor yang berasal dari mammae, abdomen, pankreas,
paru, atau prostat. Fenomena ini juga disebabkan oleh Ca paru primer, khususnya small cell
Ca dan adenokarsinoma. Biasanya juga berhubungan dengan pleura.
Gambaran radiologi klasik terdiri dari penebalan septum interlobularis (5 10 mm
atau lebih kecil) dan terdapat corakan bronkovaskular yang ireguler. Gambaran ini mudah
7

dilihat pada lobus bawah pada kedau paru. Komponen nodular dari penyebaran intraparenkim
dapat berhubungan dengan limfangitis karsinomatosis. Hilus dan mediastinal limfadenopati
dapat muncul pada 20 40% pasien, dan efusi pleura dapat timbul pada 30 50% pasien.
Diagnosis dini dari limfangitis karsinomatosis biasanya sulit dilihat dengan temuan foto
thoraks biasa, yang biasanya ditemukan normal pada 30 50% kasus. Namun dapat
didiagnosis secara dini dengan menggunakan HRCT Scanning.
Pleural metastase
Contohnya pada : Ca mammae, Ca gaster dll

Efusi pleura metastasis pleura

Tipe alveolar / pnemonic / peribronchial


Contohnya pada : Ca paru, Ca esofagus, Ca mammae

Metastase alveolar/pneumonik

2.4 Patofiologi15,16,17,18
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia
hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi
perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura,
biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
9

menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal.
Gejala gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan
dingin.Wheezing dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat
badan biasanya menunjukkan adanya metastasis paru.

2.5 Gejala Klinis15,16,17,18


Gejala biasanya muncul pada pasien pasien yang mengalami metastasis multiple (80
95%). Dyspneu dapat terjadi sebagai akibat dari masa tumor yang menggantikan jaringan
parenkim paru, obstruksi jalan nafas, maupun efusi pleura. Dyspneu yang tiba tiba
berhubungan dengan perkembangan yang cepat dari suatu efusi pleura, pneumothoraks,
maupun perdarahan ditempat lesi. Batuk yang kmungkinan akibat iritasi yang disebabkan
oleh massa tumor di paru. Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum,
tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam
berespon terhadap infeksi sekunder.
Walaupun pada metastasis paru pasien dapat dikatakan tanpa gejala akibat
metastasisnya, namun pasien hampir selalu memiliki gejala akibat tumor primer yang
dideritanya. Ketika metastasis paru ditemui tanpa adanya gejala gejala pada tempat yang
diduga pusat tumornya, maka kita harus curiga akan adanya silent tumor, seperti tumor
pankreas maupun kandung empedu.
Pasien dengan limfangitis karsinomatosa biasanya mengalami dyspneu yang
progresif, dan batuk kering. Metastasis endobronkhial biasanya menyebabkan wheezing atau
hemoptosis. Metastasis yang menjalar ke pleura dapat menyebabkan nyeri pleura, dan
metastasis apikal, dapat menyebabkan sindrom pancoast. Hipertrofi pulmoner osteoarthropati
biasanya jarang terjadi. Pneumothorax merupakan komplikasi yang jarang dengan metastasis
paru, kecuali bagi penderita osteosarkoma sebagai tumor primernya. Pada kasus kasus
sebelumnya, sampai 5% pasien dapat mengalami pneumothorax lebih sering pada saat
menjalani kemoterapi.

2.6 Diagnosis

10

2.6.1 Anamnesis
Umumnya pada anamnesis dapat dijumpai dahak berdarah, batuk berdarah, nyeri
dada, sesak napas, lemah, dan penurunan berat badan.8
2.6.2 Pemeriksaan Fisik 9, 10
Sering dijumpai pada pemeriksaan fisik adalah pembengkakan kelenjar getah bening
di atas collarbone, massa di abdomen, suara pernapasan melemah, suara askultasi yang
abnormal, nyeri dada ketika palpasi, expanded veins pada dada, leher, unequal pupils serta
pembengkakan wajah
2.6.3 Pemeriksaan Penunjang
a.Laboratorium
- Sitologi sputum9
Dahak yang dibatukkan ditampung dan diperiksa untuk
memastikan ada tidaknya cancer cells.
- Pemeriksaan biomarker11
Spesimen dikumpul dari penderita diperiksa untuk menemukan
molecular biologik marker (metastatic marker).
b. Bronkoskopi12
Bronkoskopi adalah tindakan yang dilakukan untuk melihat keadaan intra
bronkus dengan menggunakan alat bronkoskop. Prosedur diagnostik dengan
bronkoskop ini dapat menilai lebih baik pada mukosa saluran napas; normal,
hiperemis atau lesi infiltrat yang memperlihatkan mukosa yang compang-camping.
Teknik ini juga dapat menilai penyempitan atau obstruksi akibat kompresi dari luar
atau massa intrabronkial/tumor intra bronkus. Prusedur ini juga dapat menilai ada
tidaknya pembesaran kelenjar getah bening, yaitu dengan menilai karina yang terlihat
tumpul akibat pembesaran kelenjar getah bening subkarina atau intra bronkus.
c. Pemeriksaan Radiologi
Beberapa contoh gambaran radiologis Metastasis pada Paru 1
11

Metastasis dari Tiroid tipe miliar

Metastasis Karsinoma Paru tipe miliar

12

Limfangitis
payudara

karsinomatosa
dengan

Tension

dari

kanker

pneumotoraks

kanan dan efusi pleura kiri

Unilateral

limphangitis

karsinomatosa

dari

Karsinoma Bronkus di hilus kanan

13

Unilateral

limphangitis

karsinomatosa

dari

Karsinoma Prostat

Tipe Coin Lession / golf ball metastasis dari


karsinoma sel ginjal

14

Wanita tua, 60 thn dengan riwayat pembedahan


perut sebelumnya. Jantung dan paru-paru dalam
batas normal. Ada dua densitas jaringan lunak di
zona atas pada akhir anterior kanan kosta kedua

Laki-laki,70 thn dengan post prostatektomi dan


sedang

menjalani

terapeutik

orkidektomi

bilateral.
Ada beberapa nodul di kedua bidang paru-paru.
Luas kehancuran mulai rusuk pertama yang tepat
dengan hilangnya beberapa korteks lateral.

15

Kalsifikasi (anak panah) pada metastasis paru


dari condrosarkoma

Masa kavitas karena Wegener granulomatosa

16

Metastasis pulmonal dari carcinoma sel anus


menunjukkan kavitas.

Cavitating

metastasis

pada

post

total

laryngectomy karena karsinoma sel skuamosa


laringeus 2 tahun sebelumnya.
Frontal dada sinar rontgen diperoleh sebelum
kemoterapi menunjukkan beberapa massa (anak
panah) di kedua paru-paru. Catatan : eksentrik
kecil kavitasi (panah) dari massa di paru kiri atas.

17

Metastasis pulmonal dari carcinoma sel anus


menunjukkan kavitas (proyeksi lateral,pasien
yang sama dengan gambar sebelumnya)

Metastasis pulmonal multiple dari osteosarkoma

18

Penyebaran yang luas pada metastasis pulmonal

d. CT- Scan
CT Scan menjadi suatu modalitas pilihan untuk mendeteksi metastasis tumor dan
untuk perencanaan pembedahan dan follow up pasien dengan metastasis paru.
Sensitivitasnya lebih tinggi daripada foto thoraks biasa, maupun tomografi linear (yang telah
digantikan dengan CT) dihasilkan dari kurangnya superimposisi dari strukturnya dan
tingginya resolusi kontras dari nodul nodul jaringan lunak di parenkim paru. Sebagian lesi
pada apeks dan basal yang dekat dengan jantung, mediastinum dan pleura dapat tidak terlihat
hanya dengan foto thoraks biasa, namun dengan CT Scan, gambaran tersebut dapat terlihat.
Meskipun CT Scan dapat mendeteksi nodus nodus sebesar 3 mm, dimana pada foto
thoraks biasa jarang dapat mendeteksi nodul yang besarnya < 7 mm namun sensitivitas CT
terbentur dengan spesifisitasnya. Banyak nodul nodul yang terlihat pada CT Scan yaitu
granuloma, dan bukan merupakan sebuah metastasis. Spesifisitas dari CT Scan tergantung
kepada tipe dan stadium dari keganasan primer dan dari tingkat kejadian nodul jinak pada
suatu populasi.
Berbagai hal yang dapat dicurigai sebagai metastasis paru dibandingkan suatu nodul jinak :
1. Lesi yang tidak terkalsifikasi
2. Lesi berbentuk sferis maupun ovoid lebih jarang daripada lesi bentuk linear maupun
ireguler
3. Lesi yang berada dekat dengan pembuluh darah
19

4. Lesi yang mengalami penipisan pada bagian distalnya


5. Lesi yang mengalami perubahan retikuler
Pertumbuhan dari suatu nodul paru juga merupakan indikator untuk kelainan metastasis.
Metastasis dapat terjadi dalam waktu 2 10 bulan.
Emboli intravaskuler dapat dilihat pada pemeriksaan histology, namun biasanya jarang
terlihat di CT Scan, karena mereka berada dalam arteri yang kecil maupun arteriol. Lebih
jarang lagi, emboli ini terlihat sebagai penebalan pada arteri arteri perifer.
Pada kasus tumor pembuluh darah, seperti angiosarkoma dan koriokarsinoma, HRCT
Scan dapat mendeteksi adanya gambaran Halo dari jaringan sekitar nodul metastasis.
Indikasi CT Scan
Indikasi untuk CT Scan tergantung kepada temuan foto polos, yaitu jika dicurigai
adanya neoplasma yang menyebar di paru, dan untuk melihat kemajuan setelah dilakukan
pengobatan.
Jika pada foto polos biasa memperlihatkan adanya gambaran metastasis, maka CT
Scan tidak diperlukan untuk menunjukkan adanya lesi tambahan. Jika pada pemeriksaan foto
polos tampak normal pada pasien dengan teratoma atau osteosarkoma dan tanpa gejala
metastasis dimanapun, maka penelusuran terhadap metastasis paru dapat merubah
pengobatan pasien. Jika foto polos mendeteksi adanya metastasis yang soliter maupun jika
ada rencana untuk pembedahan terhadap metastasis paru, maka CT Scan menjadi indikasi.
Limfangitis karsinomatosa
Meskipun penyebaran disepanjang saluran limfe dapat diakibatkan oleh suatu tumor
ganas, namun paling sering berasal dari tumor yang mammae, abdomen, paru, pancreas,
maupun prostat. Penyebaran melalui saluran limfe juga dapat terjadi dari Ca paru primer,
khususnya small cell Ca dan adenokarsinoma, dan terdapat sekitar 35% dari autopsi yang
dilakukan terhadap pasien dengan tumor yang padat.
HRCT merupakan alat pilihan untuk limfangitis karsinomatosis. Diagnosis dengan
foto polos biasa dapat sulit, karena dapat terlihat normal dalam 30 50% kasus yang ada.
Penebalan noduler maupun yang halus dari septum interlobularis dan interstisial

20

peribronkhovaskuler dapat muncul pada HRCT Scan, dan gambaran paru normal pun terlihat
dengan baik.

High-resolution CT scan memperlihatkan penebalan yang kasar dan ireguler dari


septum interlobularis yang disebabkan oleh limfangitis karsinomatosa dari renal cell
Ca. dapat dilihat adanya efusi pleura bilateral.
False Positif / Negatif
Nodul yang berukuran < 3 mm sering tidak terdeteksi dengan CT Scan. False positif
dapat terjadi karena hamartoma, granuloma (yang berasal dari tuberculosis, histoplasmosis,
granulomatosis Wegener), sarkoidosis, silikosis, infark yang kecil, sedikit fibrosis pada suatu
zona paru, dan kelenjar getah bening intrapulmoner.

21

Cavitas metastasis (72 thn,pria) dengan karsinoma sel skuamosa di Bronkus utama kiri.
CT scan paru-paru diperoleh beberapa nodul metastasis di kedua paru-paru. Ada
beberapa cavitas nodul (anak panah) di kedua lobus bawah. Catatan : penebalan
dinding rongga yang tidak teratur.

22

Cavitas metastasis dengan pneumotoraks dan perdarahan dari kulit kepala


angiosarcoma (86 thn,orang tua) yang mengalami serangan tiba-tiba dyspnea dan
Hemoptisis. Frontal dada sinar rentgen menunjukkan bilateral pneumothoraces
(panah). Sebuah drainase kateter terlihat di sebelah kiri hemithorax. CT scan
menunjukkan beberapa variabel-ukuran rongga berdinding tipis dan bilateral
pneumothorak

Gambar A
23

Gambar B
Calcified metastasis (44 th,perempuan tua) yang telah menjalani eksisi luas paha kiri
massa, yang terbukti osteosarcoma, 7 tahun sebelumnya. (a) foto polos PA
menunjukkan beberapa pelemahan nodular area di kedua paru-paru. Sebuah fokus
kalsifikasi (panah) dicurigai dalam nodul di lobus atas kiri. (b) Transverse contrastenhanced CT scan diperoleh pada tingkat lengkungan aorta kalsifikasi dengan jelas
menunjukkan (tanda panah) di dalam nodul.

24

Gambar A

Gambar B

Hemorrhagik metastasis (42 thn,wanita) dengan koriokarsinoma dengan Hemoptisis.(a)


Foto toraks PA menunjukkan nodular tidak jelas dan setengah-setengah pelemahan di
kedua paru-paru. (b) Transverse CT scan paru-paru menunjukkan beberapa
pelemahan nodular daerah dengan daerah sekitarnya tanah opacity (panah). Bidang
tanda opacity disebabkan oleh pendarahan di sekitar nodul metastasis. Kavitasi kecil
(panah) terlihat di dalam massa di paru kanan.

25

Gambar A

Gambar B
Endobronchial metastasis (59 thn,laki-laki) dengan carcinoma sel ginjal, dispneu. (a)
Foto toraks proyeksi PA menunjukkan kolaps paru atas kiri (panah) di para hiler (b)
CT scan memperlihatkan masa di endobronkial (panah) di orificium lobus kiri atas
dengan kolaps bronkus lobaris (panah)

26

CT toraks menunjukkan metastasis kecil multiple

2.7 Penatalaksanaan
a. Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
b. Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
i.

Rawat rumah (Hospital care) pada kasus terminal.

Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun
keluarga.
ii.

Suportif.

Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi,


tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.
1.Pembedahan4
27

Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin
fungsi paru paru yang tidak terkena kanker.
a.Toraktomi eksplorasi: Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru
atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
b.Pneumonektomi: Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua
lesi bisa diangkat.
c.Lobektomi (pengangkatan lobus paru). Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada
satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur;
tumor jinak tuberkulois.
d.Resesi segmental. Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
e.Resesi baji. Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit
peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru paru
berbentuk baji (potongan es).
f.Dekortikasi. Merupakan pengangkatan bahan bahan fibrin dari pleura viscelaris).
2.Radiasi:
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga
sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi
efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
3.Kemoterapi:5,6
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk
melengkapi bedah atau terapi radiasi.
Pasien dengan keganasan memiliki kondisi dan kelemahan-kelemahan yang apabila
diberikan kemoterapi dapat terjadi untolerable side efek, sebelum memberikan
kemoterapi harus dipertimbangkan:

28

1. Menggunakan kriteria Eastren Cooperative Oncology Group (ECOG) yaitu status


penampilan < 2.
2. Jumlah lekosit lebih dari 3000/ml.
3. Jumlah trombosit lebih dari 120.000/ul.
4. Cadangan sumsum tulang masih adekuat misalnya Hb lebih dari 10 gr%.
5. Kliren kreatinin diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam).
6. Bilirubin kurang dari 2 ml/dl, SGOT dan SGPT dalam batas normal.
7. Elektrolit dalam batasnormal.
8. Mengingat toksisitas obat sebaiknya tidak diberikan diatas umur 70 tahun.
Status penampilan penderita ini mengambil indikator kemampuan pasien, dimana
penyakit kanker semakin berat pasti akan mempengaruhi penampilan pasien. Hal ini juga
menjadi faktor prognostik dan faktor yang menetukan pilihan terapi yang tepat pada
pasien sesuia dengan status penampilannya.
Skala status penampilan menurut ECOG ialah:
Grade 0

: masih sepenuhnya aktif, tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas dan

pekerjaan sehari-hari.
Grade 1

: hambatan pada pekerjaan berat, namun masih mampu bekerja kantor ataupun

pekerjaan rumah yang ringan.


Grade 2

: hambatan melakukan banyak pekerjaan, 50 % waktunya untuk tiduran dan

hanya bisa mengurus perawata dirinya sendiri, tidak dapat melakukan pekerjaan lain.
Grade 3

: hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu, lebih dari 50 % waktunya

untuk tiduran.
Grade 4

: sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun, hanya dikursi atau tiduran

terus.
Kemoterapi dapat diberikan jika memenuhi syarat antara lain keadaan umum baik, skala
Karnofsky diatas > 70, fungsi hati, ginjal dan homeostatik (darah) baik dan masalah finansial
dapat diatasi. Syarat homeostatik yang memenuhi syarat ialah: HB >10 gr%, leukosit >
4000/dl, trombosit > 100000/dl.

29

Kemoterapi Ajuvan

Kemoterapi ialah segolongan obat-obatan yang dapat menghambat pertumbuhan kanker dan
bahkan membunuh sel kanker. Obat-obat anti kanker ini dapat digunakan sebagai terapi
tunggal (active single agent), tetapi sebagian besar berupa kombinasi karena dapat lebih
meningkatkan potensi sitotoksik terhadap sel kanker. Selain itu sel-sel yang resisten terhadap
salah satu obat mungkin sensitif

terhadap obat lainnya. Dosis obat sitostatik dapat

dikurangi sehingga efek samping menurun.

Platinum Based

Kemoterapi merupakan pilihan terapi lini pertama pada hampir 70 sampai 80% pasien
Non-small cell Lung Carcinoma (NSCLC) yang luas (stadium III) atau yang sudah
bermetastase (stadium IV), yang merupakan 80 %-85% dari kasus kanker paru. Standar lini
pertama kemoterapi pada pasien dengan performance status baik (0/1) ialah platinum-based
(Cisplatin atau Carboplatin) yang dikombinasikan dengan generasi ketiga sitotoksik agen
(gemcitabine, vinorelbine, paclitaxel, atau docetaxel).7
Kemoterapi untuk kanker paru minimal berupa regimen yang terdiri

dari lebih satu

obat anti kanker dan diberikan dengan siklus 21 atau 28 hari setiap siklusnya.
Kemoterapi untuk SCLC (small cell lung cancer) diberikan sampai enam siklus dengan
Cisplatin based regimen, yang diberikan ialah Cisplatin dengan Etoposide, Cisplatin dengan
Irinotecan dimana pada keadaan tertentu Cisplatin dapat digantikan dengan Karboplatin dan
Irinotecan digantikan dengan Docetaxel.
Kemoterapi untuk NSCLC (non-small cell lung cancer) dapat diberikan enam siklus
(pada kasus tertentu dapat diberikan lebih dari 6 siklus) dengan platinum based regimen
yang diberikan sebagai terapi lini pertama adalah; Karboplatin/Cisplatin dengan Etoposide,
Karboplatin/Cisplatin dengan Gemcitabin, Karboplatin/Cisplatin dengan Paklitaksel,
Karboplatin/Cisplatin dengan Doksetaksel

30

KESIMPULAN
1. Metastasis pada paru adalah keganasan pada paru yang merupakan penyebaran dari
proses keganasan di organ/tempat lain.
2. Struktur paru merupakan salah satu tempat yang paling sering terjadi metastasis.
3. Mekanisme penyebaran metastasis paru meliputi penyebaran langsung dari pusat
primer, penyebaran hematogen, penyebaran melalui saluran limfe, penyebaran
melalui ruang pleura, penyebaran endobronkhial.
4. Computed Tomography (CT) scan memiliki resolusi yang lebih tinggi daripada foto X
Raya dada, dan dapat memperlihatkan nodul nodul yang lebih kecil daripada
teknik lainnya.

31

DAFTAR PUSTAKA

1. Monica,

NS.

Metastase

Paru.

Available

from:

https://www.scribd.com/doc/95630056/Referat-Metastase-Paru-New. [Cited : 2 Jun


2012].
2. Goldstarw P, Asamura H, Bunn P, Crowley J, Jett J, Rami-Porta R, et al. 7th edition
on TNM for lung and pleural tumours. In: Staging manual in thoracic Oncology.
International Association for the Study of Lung Cancer. Ed. Golstraw P.Editorial Rx
Press. Orange Park, 2009, p: 56-65
3. American Thoracic Society. Management of malignant tumors. Am J Respir Crit Care
Med 2008; 162: 2010.
4. Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah.
Jakarta : EGC
5. Mansjoer, Arif.2010. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jakarta : Mediaesculapius.
FKUI
6. Alsagaff, Hood & Mukty, Abdul (Editor). 2010. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru.
Cetakan kesepuluh, Airlangga University Press. Surabaya.
7. Center for Disease Control and Prevention, 2010. Lung Cancer Prevention. Available
from: http://www.cdc.gov/cancer/lung/basic_info/prevention.htm. [Accessed
11 Oktober 2014]
8. Yi-Bin Chen, MD. Lung Metastases.Leukemia/Bone Marrow Transplant Program,
Massachusetts

General

Hospital,

Boston,

MA.

Available

from:http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000097.htm. [Cited: 24 May


2014].

32

9. Canadian

Cancer

Society.

Lung

Metastases.

Available

from:

http://www.cancer.ca/en/cancer-information/cancer-type/metastatic-cancer/lungmetastases/diagnosis/?region=on [cited: Jun 2014]


10. Arnold

Wax.

Lung

Cancer

Diagnosis.

Available

from:

http://www.webmd.com/lung-cancer/guide/lung-cancer-diagnosis. [Cited: 25 Jun


2012]
11. D' Amico TA. Predicting the sites of metastases from lung cancer using molecular
biologic markers.Available from:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11603427
12. Kasuma, D. Penilaian Visualisasi Pemeriksaan Bronkoskopi Serat Optik Lentur
Dengan Konfirmasi Pemeriksaan Sitologi Bronkus Dalam Menegakkan Diagnosis
Kanker

Paru.

Available

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22561/3/Chapter%20II.pdf.

from:
[Cited

Oktober 2011]
13. Hasan, Iscac. Lung, Metastasis. [online 2009] [cited 2009 oktober 11]. Available from
: http://emedicine.medscape.com/article/358090-media
14. Carpenito, L. J. 1995. Buku Saku : Diagnosis Keperawatan. Edisi ke-6. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC : Jakarta

15. Elizabeth, J. Corwin.2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG

16. Price, Sylvia A and Wilson, Lorraine M. 1988. Patofisiologi. Konsep Klinik Prosesproses Penyakit. Jakarta : EGC.

17. Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi 3. Balai
Penerbit FKUI : Jakarta.
18. Underwood, J.C.E. 1999. Patologi Umum dan Sistematik. Edisi 2. EGC:Jakarta.
33

34

Anda mungkin juga menyukai