Anda di halaman 1dari 31

REFERAT

METASTASIS THORAX
Bab I

Pendahuluan

Metastasis merupakan kemampuan suatu jaringan tumor yang menempel serta hidup
dan berkembang lebih lanjut pada jaringan tubuh lain. Misalnya kanker payudara dapat
bermetastasis hingga ke paru-paru dan menyebabkan gangguan proses pernapasan. Struktur
paru merupakan tempat yang paling sering terjadi metastasis pada pasien dengan penyakit
keganasan, dan biasanya rongga thoraks merupakan tempat utama terdeteksi suatu metastasis
paru, pada penderita tumor yang banyak memiliki akses pembuluh darah. Sebagai contoh,
tumor – tumor yang dapat bermetastasis ke paru antara lain : Ca ginjal, osteosarcoma,
choriocarsinoma, melanoma, teratoma testis, dan Ca tiroid. Kebanyakan, metastasis paru
berasal dari tumor payudara, kolorektal, prostat, bronchial, leher kepala, dan Ca ginjal.
Adanya metastasis paru merupakan tanda bahwa penyakit yang diderita telah menjalar, dan
membuat prognosis menjadi buruk. Tingkat kematian tergantung kepada keadaan tumor
primernya.1,2

Metastasis pada daerah thorax paling sering terjadi pada paru yaitu sekitar 20-54%
keganasan di luar thoraks. Paru-paru adalah tempat metastasis kedua yang paling sering dari
keganasan di luar thoraks. Dua puluh persen dari penyakit metastasis terletak di paru-paru.
Perkembangan metastasis paru pada pasien dengan keganasan mengindikasikan perluasan
penyakit dan pasien tergolong dalam stadium IV pada sistem TNM (tumor, nodus,
metastasis). Keadaan tersebut mempunyai prognosis buruk dan perubahan rencana terapi.
Pencitraan memainkan peran penting dalam skrining dan deteksi metastasis paru. Pencitraan
juga digunakan sebagai konfirmasi keganasan penyakit secara histologis. Pada pasien dengan
fungsi kardiorespirasi yang buruk dan memiliki faktor komorbiditas.1,2,3

Foto thoraks (CXR) adalah modalitas pencitraan awal yang digunakan dalam deteksi
adanya metastasis paru pada pasien dengan keganasan. CT scan Thoraks tanpa kontras lebih
sensitif dibandingkan foto thoraks. Untuk pasien dengan keganasan tulang atau jaringan
lunak, melanoma maligna, dan keganasan kepala dan leher, CT scan thoraks harus dilakukan
sebagai evaluasi awal. Pada pasien dengan kanker ginjal atau testis primer, CT scan thoraks
harus dilakukan berdasarkan adanya penyakit metastasis di tempat lain. CT scan seringkali
diperlukan untuk mendapatkan sampel dari penyakit yang dicurigai metastasis. Beberapa
pilihan thermal ablation dapat digunakan untuk pengobatan metastasis paru yang dilakukan
dengan petunjuk dari CT scan.
Bab II

Tinjauan Pustaka

2.1 Metastasis
Metastasis adalahpertumbuhankanker ke dalam kelenjar limfe dan organ yang
berjarak, baik melalui jalurlimfogen maupun hematogen. Pembentukan metastasis
secara klinis merupakan sifat terpenting dari pertumbuhan kanker karena metastasis
ini biasanya tidak dapat ditangani dan sangat menentukan prognosis.5

2.2 Patofisiologis
Keganasan dapat mencapai thorax- paru-paru melalui 5 jalur yang berbeda -
hematogen melalui arteri pulmonum atau arteri bronchial, jalur limfatik, rongga
pleura, saluran napas, atau invasi langsung.
Paling sering adalah penyebaran hematogen, yang terjadi pada tumor yang
memiliki perjalanan vena langsung ke thoraxparu-paru. Ini termasuk kanker kepala
dan leher, tiroid, adrenal, ginjal, dan testis, serta melanoma maligna dan
osteosarkoma. Ketika tumor primer menyerang sistem vena, sel-sel tumor
membentuk emboli ke paru-paru melalui arteri pulmonum atau bronchial. Sebagian
besar sel-sel tumor yang mencapai paru kapiler dan arteriol hancur. Namun , beberapa
sel tumor melewati dinding pembuluh darah dan bermetastasis dalam ruang alveolar
atau intersisial.
Penyebaran limfatik terjadi ke paru-paru, pleura, atau mediastinum.
Penyebaran limfatik terjadi baik secara antegrade melalui invasi limfatik diafragma
dan atau permukaan pleura atau secara retrograde dari nodul jaringan limfatik yang
mengalami metastasis. Penyebaran limphangitis tergantung pada pertumbuhan tumor
pada saluran limfatik, yang terlihat pada interstitium aksial ( peribronchovascular dan
centrilobular interstitium ) dan interstitium perifer ( septa interlobular dan subpleural).
Tumor awalnya menyebar melalui rute hematogen ke arteriol paru dan kapiler
dengan penyebaran retrograde dari metastasis nodal hilus atau tumor perut bagian
atas, tetapi kemudian meluas melalui dinding pembuluh darah, menyerang limfatik
peribronchovascular dengan pertahanan rendah, dan menyebar di sepanjang limfatik.
Metastasis melalui limfatik dan jaringan ikat perilymphatik terlihat secara
histopatologi pada 56% pasien dengan metastasis paru. Penyebaran limfatik juga
terjadi pada kelenjar getah bening mediastinum melalui saluran toraks, dengan
penyebaran retrograde selanjutnya ke kelenjar getah bening hilus dan kemudian paru-
paru.
Penyebaran dalam ruang pleura dapat terjadi oleh invasi pleura oleh tumor
primer paru, seperti kanker paru-paru atau thymoma.
Penyebaran sel tumor endobronkial terjadi dengan tumor saluran napas. Hal
ini lebih sering terjadi pada karsinoma bronchoalveolar, jarang ditemukan pada
kanker paru-paru, dan papillomatosis trakeobronkial .
Invasi langsung dari paru-paru terjadi pada tumor yang berdekatan dengan
paru-paru, termasuk tiroid, esofagus, mediastinum, saluran napas, dan struktur
kardiovaskular.3,6
Aliran balik vena yang mengandung cairan limfatik dari jaringan tubuh
mengalir ke paru-paru melalui sistem vaskular paru, dengan demikian, semua tumor
memiliki potensi untuk metastase ke paru-paru. Metastasis paru terlihat pada 20-54%
keganasan di luar paru pada otopsi. Payudara, kolorektal, paru-paru, ginjal, kepala
dan leher, dan kanker rahim adalah tumor primer yang paling umum dengan
metastasis paru-paru pada otopsi. Koriokarsinoma, osteosarcoma, tumor testis,
melanoma ganas, sarkoma Ewing, dan kanker tiroid sering bermetastasis ke paru-
paru, namun angka kejadiannya rendah. Kanker kolorektal, yang menyumbang 10%
dari semua kanker, menyumbang 15% dari semua kasus metastasis paru.

2.3 Manisfentasi Klinis


2.4 Daerah thorax yang sering menjadi tempat metastasis
Kelaianan dapat terlihat baik dengan menggunakan foto polos atau CT. Penyakit yang
bermetastasis ke dada dapat melibatkan satu daerah atau lebih daerah berikut : paru,
pleura, kelenjar limfe, Invasi lokal : tulang.

Paru
Setiap keganasan sebenarnya dapat menimbulkan deposit sekunder di paru. Deposit
biasanya tampak sebagai lesi opak bulat, berbatas jelas, multiple dengan berbagai
ukuran pada lapangan paru. CT sangat sensitive dalam mendeteksi metastasis yang
tidak terlihat dengan sinar-X dada dan berguna dalam memantau respon terhadap
kemoterapi. Lesi opak yang hanya berukuran beberapa millimeter dapat terlihat
dengan mudah. Kavitasi kadang terlihat, jika ada biasanya menunjukkan adanya
metastasis dari karsinoma sel skuamosa.
Pleura
Metastasis ke pleura sering berasal dari karsinoma payudara, dan tampak sebagai lesi
masa, walaupun manifestasi yang paling sering adalah efusi pleura, yang menutupi
kelainan yang mendasari.
Kelenjar Limfe
CT sangat akurat dalam mendeteksi pembesaran kelenjar limfe hilus dan mediastinum
(kelenjar yang berukuran kurang dari 1 cm dan bukan merupakan metastasis).
Limfangitis karsinomatosa-deposit sekunder pada kelenjar limfe sentral dapat
menyebabkan kongesti limfatik dengan pola pulmonal linear yang menyebar kearah
luar dari kelenjar hilus, garis septum, dan efusi pleura.
Invasi lokal
Perikardium yang menyebabkan efusi pericardium yang bersifat ganas ; kompresi atau
obstruksi vena kava superior; paralisis nervus frenikus; tomor Pancoast.
System skeletal : iga, tulang belakang torakal, bahu. Deposit dapat bersifat litik,
misalnya dari payudara, sklerotik dari pancoast, atau gabungan keduanya.

2.5 Klasifikasi Gambaran Metastasis


- Noduler à milier, coin lession hingga cannon ball (diameter 3-4 cm)/golf ball
(diameter 4-5 cm)
- Limfangitis
- Efusi pleura
- Intra alveolar dan endobronchial

Noduler

– Milier à contohnya pada : Ca tiroid, paru atau mammae dll

– Cannon ball / golf ball à contohnya pada : sarcoma, carsinoma, seminoma,


colon, ginjal.
Metastasis Milier

Cannon ball / coin lesion


Nodul paru merupakan gambaran manifestasi metastasis paru yang umum
didapati. Pada kebanyakan kasus, nodul ini tersebar secara hematogen, sehingga
tempat predominannya berada di dasar paru yang menerima lebih banyak darah
daripada lobus atas paru.
Nodul – nodul ini biasanya bertepi jelas dan berbentuk bulat maupun
berlobulasi. Nodul yang berdinding tipis dapat terlihat pada keadaan terdapatnya
darah yang mengelilingi nodul tersebut.

Kavitasi dari metastasis jarang muncul seperti pada tumor primer paru, namun
dapat muncul kira – kira pada 5% kasus.kavitasi dapat terlihat sebagai nodul yang
sangat kecil. Namun begitu, struktur kavitas ini berbeda secara histologis. Kavitasi
sering terjadi pada Ca sel skuamosa dan Ca sel transisional, tapi juga bisa terjadi pada
adenokarsinoma, sebagian dari kolon, juga pada sarkoma. 7 kavitasi ini juga dapat
meningkatkan resiko terjadinya pneumothoraks.2

Kalsifikasi pada metastasis, sering terlihat pada sarkoma osteogenik,


chondrosarkoma, synovial sarkoma, Ca tiroid, dan adenokarsinoma mucinosa. 3

1. Nodul soliter

Metastasis paru yang soliter jarang terjadi, kira – kira hanya sebanyak 2 – 10%
dari seluruh nodul soliter. Lesi primer yang paling sering membuat nodul soliter
yaitu Ca kolon, osteosarkoma, Ca ginjal, testes, maupun Ca mammae. Dan juga
melanoma maligna. Ca kolon, khususnya pada area rectosigmoid, menghasilkan
kira – kira sepertiga kasus yang berhubungan dengan metastasis paru yang
soliter.2 Harus dipikirkan bahwa banyak pasien yang menunjukkan suatu nodul
soliter pada foto polos dada, memiliki nodul – nodul multiple saat diperiksa
dengan CT, dengan 1 nodul dominan.3

Biasanya sulit untuk menghilangkan pemikiran adanya nodul soliter metastasis


dari Ca paru primer pada foto thoraks, maupun CT Scan. Pada HRCT Scan, kira –
kira 1,5 x dari nodul – nodul metastasis memperlihatkan tepi yang tidak rata.
Nodul – nodul tersebut dapat bulat maupun oval, atau dapat pula memiliki batas
yang berlobus – lobus. Tepi yang ireguler dengan spikulasi dapat merupakan
akibat dari reaksi desmoplastik maupun infiltrasi tumor pada batas sekitar daerah
limfatik maupun bronkovaskular.3

2. Nodul multiple

Metastasis noduler biasanya terjadi multiple. biasanya nodul – nodul ini


bervariasi besarnya, memperlihatkan episode yang berbeda dari emboli tumor,
ataupun tingkat pertumbuhan yang berbeda. Penampakan ini jarang terjadi pada
keadaan penyakit nodular yang jinak, seperti sarkoidosis. Kadang – kadang,
semua metastasis berukuran sama. Saat banyak nodul yang terlihat, mereka
biasanya terdistribusi ke seluruh paru. Ketika hanya sedikit terlihat gmabaran
metastasis, maka biasanay tempat predominannya di subpleura.

Jumlah dan ukuran nodul – nodul tersebut sangat bervariasi.nodul dapat


terlihat sangat kecil (miliar) dan sangat banyak. Hal seperti ini biasanya dapat kita
lihat pada tumor dengan perdarahan yang baik (seperti Ca tiroid, renal cell Ca,
adenokarsinoma, sarkoma) dan juga dapat memperlihatkan sebaran dari emboli
tumor yang masif.1,8

Limfangitis Metastase

Metastasis limfangitis

Meskipun penyebaran dipembuluh limfe dapat disebabkan oleh neoplasma


maligna, namun hal ini biasanya mucul dari tumor yang berasal dari mammae,
abdomen, pankreas, paru, atau prostat. Fenomena ini juga disebabkan oleh Ca paru
primer, khususnya small cell Ca dan adenokarsinoma. Biasanya juga berhubungan
dengan pleura.

Gambaran radiologi klasik terdiri dari penebalan septum interlobularis (5 – 10


mm atau lebih kecil) dan terdapat corakan bronkovaskular yang ireguler. Gambaran
ini mudah dilihat pada lobus bawah pada kedau paru. Komponen nodular dari
penyebaran intraparenkim dapat berhubungan dengan limfangitis karsinomatosis.
Hilus dan mediastinal limfadenopati dapat muncul pada 20 – 40% pasien, dan efusi
pleura dapat timbul pada 30 – 50% pasien. Diagnosis dini dari limfangitis
karsinomatosis biasanya sulit dilihat dengan temuan foto thoraks biasa, yang biasanya
ditemukan normal pada 30 – 50% kasus. Namun dapat didiagnosis secara dini dengan
menggunakan HRCT Scanning.

Pleural Metastase

Contohnya pada : Ca mammae, Ca gaster dll

Efusi pleura – metastasis pleura


 Tipe alveolar / pnemonic / peribronchial

Contohnya pada : Ca paru, Ca esofagus, Ca mammae

Metastase alveolar/pneumonik
Beberapa contoh gambaran radiologis Metastasis pada Paru 3

Metastasis dari Tiroid tipe miliar

Metastasis Karsinoma Paru tipe miliar


Limfangitis karsinomatosa dari kanker
payudara dengan Tension pneumotoraks
kanan dan efusi pleura kiri

Unilateral limphangitis karsinomatosa dari


Karsinoma Bronkus di hilus kanan
Unilateral limphangitis karsinomatosa dari
Karsinoma Prostat

Tipe Coin Lession / golf ball metastasis dari


karsinoma sel ginjal
Wanita tua, 60 thn dengan riwayat pembedahan
perut sebelumnya. Jantung dan paru-paru dalam
batas normal. Ada dua densitas jaringan lunak di
zona atas pada akhir anterior kanan kosta kedua

Laki-laki,70 thn dengan post prostatektomi dan


sedang menjalani terapeutik orkidektomi
bilateral.
Ada beberapa nodul di kedua bidang paru-paru.
Luas kehancuran mulai rusuk pertama yang tepat
dengan hilangnya beberapa korteks lateral.
Kalsifikasi (anak panah) pada metastasis paru
dari condrosarkoma

Masa kavitas karena Wegener granulomatosa


Metastasis pulmonal dari carcinoma sel anus
menunjukkan kavitas.

Cavitating metastasis pada post total


laryngectomy karena karsinoma sel skuamosa
laringeus 2 tahun sebelumnya.

Frontal dada sinar rontgen diperoleh sebelum


kemoterapi menunjukkan beberapa massa (anak
panah) di kedua paru-paru. Catatan : eksentrik
kecil kavitasi (panah) dari massa di paru kiri atas.
Metastasis pulmonal dari carcinoma sel anus
menunjukkan kavitas (proyeksi lateral,pasien
yang sama dengan gambar sebelumnya)

Metastasis pulmonal multiple dari osteosarkoma


Penyebaran yang luas pada metastasis pulmonal

Kondisi yang mungkin menjadi diferensial diagnosis nodul soliter termasuk


lesi jinak seperti hamartoma, granuloma (misalnya pada tuberculosis, histoplasmosis,
granulomatosis Wegener), abses pulmonal, infark, fibrosis fokal, dan neoplasma
bronchial primer.

Kondisi yang mungkin menjadi diferensial diagnosis nodul multiple hampir


sama seperti metastasis paru pada nodul soliter, yaitu abses granulomatosa, infark
multiple, dan sarkoidosis
Dan kondisi yang mungkin menjadi diferensial diagnosis limfangitis
karsinomatosa yaitu edema pulmonal dan fibrosis paru. 3

2.6 Computed Tomography3


Temuan radiologis

CT Scan menjadi suatu modalitas pilihan untuk mendeteksi metastasis tumor


dan untuk perencanaan pembedahan dan follow – up pasien dengan metastasis
paru. Sensitivitasnya lebih tinggi daripada foto thoraks biasa, maupun tomografi
linear (yang telah digantikan dengan CT) dihasilkan dari kurangnya superimposisi
dari strukturnya dan tingginya resolusi kontras dari nodul – nodul jaringan lunak
di parenkim paru. Sebagian lesi pada apeks dan basal yang dekat dengan jantung,
mediastinum dan pleura dapat tidak terlihat hanya dengan foto thoraks biasa,
namun dengan CT Scan, gambaran tersebut dapat terlihat.
Teknik pemeriksaan

CT multisection adalah suatu teknik pilihan untuk mendeteksi adanya


metastasis paru. Lebih cepat dan lebih sensitive daripada CT Spiral yang
terdahulu.

High Resolution CT (HRCT) marupakan teknik pilihan untuk mengevaluasi


limfangitis karsinomatosa. Dengan menggunakannya, diambil potongan setebal 1
– 2 mm tiap 10 mm pada seluruh lapangan dada. Resolusi spasial dimaksimalkan
dengan mempersempit kolimasi (1 – 2 mm) dan algoritma rekonstruksi resolusi
tinggi.

Nodul pada paru

Meskipun CT Scan dapat mendeteksi nodus – nodus sebesar 3 mm, dimana


pada foto thoraks biasa jarang dapat mendeteksi nodul yang besarnya < 7 mm
namun sensitivitas CT terbentur dengan spesifisitasnya. Banyak nodul – nodul
yang terlihat pada CT Scan yaitu granuloma, dan bukan merupakan sebuah
metastasis. Spesifisitas dari CT Scan tergantung kepada tipe dan stadium dari
keganasan primer dan dari tingkat kejadian nodul jinak pada suatu populasi.

Berbagai hal yang dapat dicurigai sebagai metastasis paru dibandingkan suatu
nodul jinak :

1. Lesi yang tidak terkalsifikasi


2. Lesi berbentuk sferis maupun ovoid lebih jarang daripada lesi bentuk linear
maupun ireguler
3. Lesi yang berada dekat dengan pembuluh darah
4. Lesi yang mengalami penipisan pada bagian distalnya
5. Lesi yang mengalami perubahan retikuler

Pertumbuhan dari suatu nodul paru juga merupakan indikator untuk kelainan
metastasis. Metastasis dapat terjadi dalam waktu 2 – 10 bulan.
Emboli intravaskuler dapat dilihat pada pemeriksaan histology, namun
biasanya jarang terlihat di CT Scan, karena mereka berada dalam arteri yang kecil
maupun arteriol. Lebih jarang lagi, emboli ini terlihat sebagai penebalan pada
arteri – arteri perifer.
Pada kasus tumor pembuluh darah, seperti angiosarkoma dan koriokarsinoma,
HRCT Scan dapat mendeteksi adanya gambaran Halo dari jaringan sekitar nodul
metastasis.

Indikasi CT Scan

Indikasi untuk CT Scan tergantung kepada temuan foto polos, yaitu jika
dicurigai adanya neoplasma yang menyebar di paru, dan untuk melihat kemajuan
setelah dilakukan pengobatan.
Jika pada foto polos biasa memperlihatkan adanya gambaran metastasis, maka
CT Scan tidak diperlukan untuk menunjukkan adanya lesi tambahan. Jika pada
pemeriksaan foto polos tampak normal pada pasien dengan teratoma atau
osteosarkoma dan tanpa gejala metastasis dimanapun, maka penelusuran terhadap
metastasis paru dapat merubah pengobatan pasien. Jika foto polos mendeteksi
adanya metastasis yang soliter maupun jika ada rencana untuk pembedahan
terhadap metastasis paru, maka CT Scan menjadi indikasi.

Limfangitis karsinomatosa

Meskipun penyebaran disepanjang saluran limfe dapat diakibatkan oleh suatu


tumor ganas, namun paling sering berasal dari tumor yang mammae, abdomen,
paru, pancreas, maupun prostat. Penyebaran melalui saluran limfe juga dapat
terjadi dari Ca paru primer, khususnya small cell Ca dan adenokarsinoma, dan
terdapat sekitar 35% dari autopsi yang dilakukan terhadap pasien dengan tumor
yang padat.
HRCT merupakan alat pilihan untuk limfangitis karsinomatosis. Diagnosis
dengan foto polos biasa dapat sulit, karena dapat terlihat normal dalam 30 – 50%
kasus yang ada. Penebalan noduler maupun yang halus dari septum interlobularis
dan interstisial peribronkhovaskuler dapat muncul pada HRCT Scan, dan
gambaran paru normal pun terlihat dengan baik.
High-resolution CT scan memperlihatkan penebalan yang kasar dan ireguler dari
septum interlobularis yang disebabkan oleh limfangitis karsinomatosa dari renal cell
Ca. dapat dilihat adanya efusi pleura bilateral.

Tingkat ketelitian

Penemuan pada CT Scan tidak spesifik dan tidak dapat membedakan antara
metastasis dengan lesi jinak seperti granuloma dan kelenjar getah bening paru.
Spesifisitas CT Scan lebih tinggi pada daerah yang jarang terjadi granuloma.

Sensitivitas yang lebih baik dari CT Scan (sebagai contoh multisection CT,
dan Spiral), semakin rendah pula spesifisitasnya, karena semakin banyak nodul jinak
yang terdeteksi. Hal ini khususnya terjadi pada daerah endemic histoplasmosis.

False Positif / Negatif

Nodul yang berukuran < 3 mm sering tidak terdeteksi dengan CT Scan. False
positif dapat terjadi karena hamartoma, granuloma (yang berasal dari tuberculosis,
histoplasmosis, granulomatosis Wegener), sarkoidosis, silikosis, infark yang kecil,
sedikit fibrosis pada suatu zona paru, dan kelenjar getah bening intrapulmoner.
Cavitas metastasis (72 thn,pria) dengan karsinoma sel skuamosa di
Bronkus utama kiri. CT scan paru-paru diperoleh beberapa nodul metastasis di
kedua paru-paru. Ada beberapa cavitas nodul (anak panah) di kedua lobus
bawah. Catatan : penebalan dinding rongga yang tidak teratur.
Cavitas metastasis dengan pneumotoraks dan perdarahan dari kulit kepala
angiosarcoma (86 thn,orang tua) yang mengalami serangan tiba-tiba dyspnea
dan Hemoptisis. Frontal dada sinar rentgen menunjukkan bilateral
pneumothoraces (panah). Sebuah drainase kateter terlihat di sebelah kiri
hemithorax. CT scan menunjukkan beberapa variabel-ukuran rongga
berdinding tipis dan bilateral pneumothorak

Gambar A
Gambar B

Calcified metastasis (44 th,perempuan tua) yang telah menjalani eksisi luas paha
kiri massa, yang terbukti osteosarcoma, 7 tahun sebelumnya. (a) foto polos PA
menunjukkan beberapa pelemahan nodular area di kedua paru-paru. Sebuah
fokus kalsifikasi (panah) dicurigai dalam nodul di lobus atas kiri. (b) Transverse
contrast-enhanced CT scan diperoleh pada tingkat lengkungan aorta kalsifikasi
dengan jelas menunjukkan (tanda panah) di dalam nodul.

Gambar A
Gambar B

Hemorrhagik metastasis (42 thn,wanita) dengan koriokarsinoma dengan


Hemoptisis.(a) Foto toraks PA menunjukkan nodular tidak jelas dan setengah-
setengah pelemahan di kedua paru-paru. (b) Transverse CT scan paru-paru
menunjukkan beberapa pelemahan nodular daerah dengan daerah sekitarnya
tanah opacity (panah). Bidang tanda opacity disebabkan oleh pendarahan di
sekitar nodul metastasis. Kavitasi kecil (panah) terlihat di dalam massa di paru
kanan.

Gambar A
Gambar B

Endobronchial metastasis (59 thn,laki-laki) dengan carcinoma sel ginjal,


dispneu. (a) Foto toraks proyeksi PA menunjukkan kolaps paru atas kiri
(panah) di para hiler (b) CT scan memperlihatkan masa di endobronkial
(panah) di orificium lobus kiri atas dengan kolaps bronkus lobaris (panah)

CT toraks menunjukkan metastasis kecil multiple


2.7 Magnetic Resonance Imaging3

Temuan radiologis

Spin – echo MRI dengan 0.35 –T magnet dapat mendeteksi adanya nodul disekitar
pembuluh darah, yang hampir selalu tidak terlihat dengan CT Scan. Namun, nodul
yang terletak dekat dengan diafragma terkadang luput juga dengan MRI
dikarenakan adanya gerakan selama respirasi.

Diantara beberapa bagian MRI, bagian Short-tau inversion- recovery memiliki


sensitivitas tertinggi. False positif jarang terjadi pada pemeriksaan CT Scan,
namun tidak begitu dengan MRI dikarenakan adanya gerakan diafragma,
khususnya pada lobus bawah paru. Sampai saat ini, CT Scan masih menjadi suatu
alat pilihan. Menurut sebuah studi, turbo spin – echo (TSE) konvensional lebih
sensitif dalam mendeteksi metastasis paru dibandingkan dengan single – shot
TSE, maupun 3D gradient – echo sequences.

2.8 Ultrasonography 3,8


Temuan radiologis
USG hanya memiliki peran yang sangat terbatas dalam evaluasi metastasis paru.
USG dapat digunakan dalam aspirasi efusi pleura untuk mendeteksi sel-sel ganas
dan untuk memperoleh spesimen biopsi dari nodul pleura (lihat gambar di bawah).
Lesi parenkim di daerah subpleural dapat dilakukan biopsi menggunakan
pedoman ultrasound. USG Endoskopi dengan bronkoskopi digunakan dalam
evaluasi dan biopsi nodul paru dan kelenjar getah bening mediastinum dan
hilus.NUCLEAR IMAGING 8
Ultrasound Sebagai Pedoman Yang Digunakan Untuk Aspirasi
Transthoracic Dari Efusi Malignan.
2.9 Nuclear Imaging 3

Temuan radiologis

Kedokteran nuklir biasanya tidak digunakan sebagai teknik imaging primer untuk
mendeteksi metastasis pulmonal. Fluorodeoxyglucose–positron emission
tomography (FDG-PET) memiliki peranan penting dalam mengevaluasi dan
mengatasi kelainan paru, termasuk nodul soliter pada paru, Ca paru, dan penyakit
pleura. Meskipun pemeriksaan radiologis konvensional seperti foto polos dan CT
Scan masih esensial untuk mendeteksi metastasis paru, namun FDG-PET dapat
memberikan informasi baru dalam melihat adanya suatu kelainan. FDG-PET
berguna untuk membedakan nodul jinak pada paru dengan adanya keganasan
paru. Perkembangan terbaru dari bidang radiologi, seperti radiotracers dan
delayed imaging, dapat lebih jauh menggantikan peran FDG-PET Scan dalam
mendeteksi nodul paru dan kanker.

Kombinasi antara mesin PET-CT akan mempengaruhi perjalanan pengobatan


pasien kanker dan juga dapat digunakan untuk perencanaan radioterapi.
Interpretasi dari PET Scan terhadap korelasi anatomik perlu ditingkatkan. PET-CT
Fusion imaging dapat mempersatukan temuan dari 2 pemeriksaan radiologis
dalam pemeriksaan perbandingan. Temuan yang baik dari FDG-PET dapat juga
disalah artikan sebagai variasi fisiologis yang dapat menunjang suatu keganasan
jika dilanjutkan dengan pemeriksaan CT Scan. Begitu juga sebaliknya, temuan
dari CT Scan yang diperkirakan sebuah tumor, perubahan reaktif, maupun fibrosis
juga dapat diklarifikasi dengan menggunakan informasi yang didapat
menggunakan FDG-PET.
Tingkat sensitivitas
Kebanyakan false – negative dari FDG-PET disebabkan oleh mikrometastasis
dan lesi yang besarnya < 10 mm. jadi CT Scan dapat dikatakan lebih sensitif
daripada FDG-PET dalam mendeteksi lesi paru yang kecil.

False Positif / Negatif

Variasi fisiologis, tumor jinak, dan penyakit radang dapat meningkatkan tingkat
kesalahan yang pada FDG menyerupai keganasan.1
Bab III

Kesimpulan

1. Metastasis pada paru adalah keganasan pada paru yang merupakan penyebaran dari
proses keganasan di organ/tempat lain.
2. Struktur paru merupakan salah satu tempat yang paling sering terjadi metastasis.
3. Mekanisme penyebaran metastasis paru meliputi penyebaran langsung dari pusat
primer, penyebaran hematogen, penyebaran melalui saluran limfe, penyebaran
melalui ruang pleura, penyebaran endobronkhial.
4. Computed Tomography (CT) scan memiliki resolusi yang lebih tinggi daripada foto X
–Raya dada, dan dapat memperlihatkan nodul – nodul yang lebih kecil daripada
teknik lainnya.
5. High Resolution CT (HRCT) merupakan pemeriksaan pilihan untuk memperlihatkan
adanya limfangitis karsinomatosis dan penjalarannya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Webb, W Richard. Thoracic imaging. Pulmonary and cardiovascular radiology.


Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.2005.hal 112 – 124.
2. Sutton, David. A Textbook of radiology and imaging .Volume 1. Edisi 5. Churcill
Livingstone. 1994. Hal 403 – 407.
3. Hasan, Iscac. Lung, Metastasis. [online 2009] [cited 2009 oktober 11]. Available
from : http://emedicine.medscape.com/article/358090-media
4. Guidice, M. E. D., et al., 2014. Guideline for Referral of Patient with Suspected Lung
Cancer by Family Physician and Other Primary Care Providers. Toronto: Canadian
Family Physician, pp. 711-716
5. Bosman FT. Aspek-aspek fundamental kanker. Dalam : van de Velde CJH, Bosman
FT, Wagener DJTh. Onkologi. Edisi 5. Alih bahasa : Yogyakarta :Gajah Mada
University Press;1999.hal.10-14
6. Maleuka, RG. Radiologi diagnostik. Pustaka Candika Press. Yogyakarta. 2007. Hal
63 – 65.
7. Patel, R. Pradip. Lecture Notes : Radiologi. Edisi 2. Jakarta. Penerbit Erlangga. 2007.
Hal 34 – 35
8. Rasad, Sjahriar. Radiologi diagnostik. Edisi 2. Jakarta. Balai penerbit FKUI. 2006.
Hal 148 – 151.

Anda mungkin juga menyukai