METASTASIS THORAX
Bab I
Pendahuluan
Metastasis merupakan kemampuan suatu jaringan tumor yang menempel serta hidup
dan berkembang lebih lanjut pada jaringan tubuh lain. Misalnya kanker payudara dapat
bermetastasis hingga ke paru-paru dan menyebabkan gangguan proses pernapasan. Struktur
paru merupakan tempat yang paling sering terjadi metastasis pada pasien dengan penyakit
keganasan, dan biasanya rongga thoraks merupakan tempat utama terdeteksi suatu metastasis
paru, pada penderita tumor yang banyak memiliki akses pembuluh darah. Sebagai contoh,
tumor – tumor yang dapat bermetastasis ke paru antara lain : Ca ginjal, osteosarcoma,
choriocarsinoma, melanoma, teratoma testis, dan Ca tiroid. Kebanyakan, metastasis paru
berasal dari tumor payudara, kolorektal, prostat, bronchial, leher kepala, dan Ca ginjal.
Adanya metastasis paru merupakan tanda bahwa penyakit yang diderita telah menjalar, dan
membuat prognosis menjadi buruk. Tingkat kematian tergantung kepada keadaan tumor
primernya.1,2
Metastasis pada daerah thorax paling sering terjadi pada paru yaitu sekitar 20-54%
keganasan di luar thoraks. Paru-paru adalah tempat metastasis kedua yang paling sering dari
keganasan di luar thoraks. Dua puluh persen dari penyakit metastasis terletak di paru-paru.
Perkembangan metastasis paru pada pasien dengan keganasan mengindikasikan perluasan
penyakit dan pasien tergolong dalam stadium IV pada sistem TNM (tumor, nodus,
metastasis). Keadaan tersebut mempunyai prognosis buruk dan perubahan rencana terapi.
Pencitraan memainkan peran penting dalam skrining dan deteksi metastasis paru. Pencitraan
juga digunakan sebagai konfirmasi keganasan penyakit secara histologis. Pada pasien dengan
fungsi kardiorespirasi yang buruk dan memiliki faktor komorbiditas.1,2,3
Foto thoraks (CXR) adalah modalitas pencitraan awal yang digunakan dalam deteksi
adanya metastasis paru pada pasien dengan keganasan. CT scan Thoraks tanpa kontras lebih
sensitif dibandingkan foto thoraks. Untuk pasien dengan keganasan tulang atau jaringan
lunak, melanoma maligna, dan keganasan kepala dan leher, CT scan thoraks harus dilakukan
sebagai evaluasi awal. Pada pasien dengan kanker ginjal atau testis primer, CT scan thoraks
harus dilakukan berdasarkan adanya penyakit metastasis di tempat lain. CT scan seringkali
diperlukan untuk mendapatkan sampel dari penyakit yang dicurigai metastasis. Beberapa
pilihan thermal ablation dapat digunakan untuk pengobatan metastasis paru yang dilakukan
dengan petunjuk dari CT scan.
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Metastasis
Metastasis adalahpertumbuhankanker ke dalam kelenjar limfe dan organ yang
berjarak, baik melalui jalurlimfogen maupun hematogen. Pembentukan metastasis
secara klinis merupakan sifat terpenting dari pertumbuhan kanker karena metastasis
ini biasanya tidak dapat ditangani dan sangat menentukan prognosis.5
2.2 Patofisiologis
Keganasan dapat mencapai thorax- paru-paru melalui 5 jalur yang berbeda -
hematogen melalui arteri pulmonum atau arteri bronchial, jalur limfatik, rongga
pleura, saluran napas, atau invasi langsung.
Paling sering adalah penyebaran hematogen, yang terjadi pada tumor yang
memiliki perjalanan vena langsung ke thoraxparu-paru. Ini termasuk kanker kepala
dan leher, tiroid, adrenal, ginjal, dan testis, serta melanoma maligna dan
osteosarkoma. Ketika tumor primer menyerang sistem vena, sel-sel tumor
membentuk emboli ke paru-paru melalui arteri pulmonum atau bronchial. Sebagian
besar sel-sel tumor yang mencapai paru kapiler dan arteriol hancur. Namun , beberapa
sel tumor melewati dinding pembuluh darah dan bermetastasis dalam ruang alveolar
atau intersisial.
Penyebaran limfatik terjadi ke paru-paru, pleura, atau mediastinum.
Penyebaran limfatik terjadi baik secara antegrade melalui invasi limfatik diafragma
dan atau permukaan pleura atau secara retrograde dari nodul jaringan limfatik yang
mengalami metastasis. Penyebaran limphangitis tergantung pada pertumbuhan tumor
pada saluran limfatik, yang terlihat pada interstitium aksial ( peribronchovascular dan
centrilobular interstitium ) dan interstitium perifer ( septa interlobular dan subpleural).
Tumor awalnya menyebar melalui rute hematogen ke arteriol paru dan kapiler
dengan penyebaran retrograde dari metastasis nodal hilus atau tumor perut bagian
atas, tetapi kemudian meluas melalui dinding pembuluh darah, menyerang limfatik
peribronchovascular dengan pertahanan rendah, dan menyebar di sepanjang limfatik.
Metastasis melalui limfatik dan jaringan ikat perilymphatik terlihat secara
histopatologi pada 56% pasien dengan metastasis paru. Penyebaran limfatik juga
terjadi pada kelenjar getah bening mediastinum melalui saluran toraks, dengan
penyebaran retrograde selanjutnya ke kelenjar getah bening hilus dan kemudian paru-
paru.
Penyebaran dalam ruang pleura dapat terjadi oleh invasi pleura oleh tumor
primer paru, seperti kanker paru-paru atau thymoma.
Penyebaran sel tumor endobronkial terjadi dengan tumor saluran napas. Hal
ini lebih sering terjadi pada karsinoma bronchoalveolar, jarang ditemukan pada
kanker paru-paru, dan papillomatosis trakeobronkial .
Invasi langsung dari paru-paru terjadi pada tumor yang berdekatan dengan
paru-paru, termasuk tiroid, esofagus, mediastinum, saluran napas, dan struktur
kardiovaskular.3,6
Aliran balik vena yang mengandung cairan limfatik dari jaringan tubuh
mengalir ke paru-paru melalui sistem vaskular paru, dengan demikian, semua tumor
memiliki potensi untuk metastase ke paru-paru. Metastasis paru terlihat pada 20-54%
keganasan di luar paru pada otopsi. Payudara, kolorektal, paru-paru, ginjal, kepala
dan leher, dan kanker rahim adalah tumor primer yang paling umum dengan
metastasis paru-paru pada otopsi. Koriokarsinoma, osteosarcoma, tumor testis,
melanoma ganas, sarkoma Ewing, dan kanker tiroid sering bermetastasis ke paru-
paru, namun angka kejadiannya rendah. Kanker kolorektal, yang menyumbang 10%
dari semua kanker, menyumbang 15% dari semua kasus metastasis paru.
Paru
Setiap keganasan sebenarnya dapat menimbulkan deposit sekunder di paru. Deposit
biasanya tampak sebagai lesi opak bulat, berbatas jelas, multiple dengan berbagai
ukuran pada lapangan paru. CT sangat sensitive dalam mendeteksi metastasis yang
tidak terlihat dengan sinar-X dada dan berguna dalam memantau respon terhadap
kemoterapi. Lesi opak yang hanya berukuran beberapa millimeter dapat terlihat
dengan mudah. Kavitasi kadang terlihat, jika ada biasanya menunjukkan adanya
metastasis dari karsinoma sel skuamosa.
Pleura
Metastasis ke pleura sering berasal dari karsinoma payudara, dan tampak sebagai lesi
masa, walaupun manifestasi yang paling sering adalah efusi pleura, yang menutupi
kelainan yang mendasari.
Kelenjar Limfe
CT sangat akurat dalam mendeteksi pembesaran kelenjar limfe hilus dan mediastinum
(kelenjar yang berukuran kurang dari 1 cm dan bukan merupakan metastasis).
Limfangitis karsinomatosa-deposit sekunder pada kelenjar limfe sentral dapat
menyebabkan kongesti limfatik dengan pola pulmonal linear yang menyebar kearah
luar dari kelenjar hilus, garis septum, dan efusi pleura.
Invasi lokal
Perikardium yang menyebabkan efusi pericardium yang bersifat ganas ; kompresi atau
obstruksi vena kava superior; paralisis nervus frenikus; tomor Pancoast.
System skeletal : iga, tulang belakang torakal, bahu. Deposit dapat bersifat litik,
misalnya dari payudara, sklerotik dari pancoast, atau gabungan keduanya.
Noduler
Kavitasi dari metastasis jarang muncul seperti pada tumor primer paru, namun
dapat muncul kira – kira pada 5% kasus.kavitasi dapat terlihat sebagai nodul yang
sangat kecil. Namun begitu, struktur kavitas ini berbeda secara histologis. Kavitasi
sering terjadi pada Ca sel skuamosa dan Ca sel transisional, tapi juga bisa terjadi pada
adenokarsinoma, sebagian dari kolon, juga pada sarkoma. 7 kavitasi ini juga dapat
meningkatkan resiko terjadinya pneumothoraks.2
1. Nodul soliter
Metastasis paru yang soliter jarang terjadi, kira – kira hanya sebanyak 2 – 10%
dari seluruh nodul soliter. Lesi primer yang paling sering membuat nodul soliter
yaitu Ca kolon, osteosarkoma, Ca ginjal, testes, maupun Ca mammae. Dan juga
melanoma maligna. Ca kolon, khususnya pada area rectosigmoid, menghasilkan
kira – kira sepertiga kasus yang berhubungan dengan metastasis paru yang
soliter.2 Harus dipikirkan bahwa banyak pasien yang menunjukkan suatu nodul
soliter pada foto polos dada, memiliki nodul – nodul multiple saat diperiksa
dengan CT, dengan 1 nodul dominan.3
2. Nodul multiple
Limfangitis Metastase
Metastasis limfangitis
Pleural Metastase
Metastase alveolar/pneumonik
Beberapa contoh gambaran radiologis Metastasis pada Paru 3
Berbagai hal yang dapat dicurigai sebagai metastasis paru dibandingkan suatu
nodul jinak :
Pertumbuhan dari suatu nodul paru juga merupakan indikator untuk kelainan
metastasis. Metastasis dapat terjadi dalam waktu 2 – 10 bulan.
Emboli intravaskuler dapat dilihat pada pemeriksaan histology, namun
biasanya jarang terlihat di CT Scan, karena mereka berada dalam arteri yang kecil
maupun arteriol. Lebih jarang lagi, emboli ini terlihat sebagai penebalan pada
arteri – arteri perifer.
Pada kasus tumor pembuluh darah, seperti angiosarkoma dan koriokarsinoma,
HRCT Scan dapat mendeteksi adanya gambaran Halo dari jaringan sekitar nodul
metastasis.
Indikasi CT Scan
Indikasi untuk CT Scan tergantung kepada temuan foto polos, yaitu jika
dicurigai adanya neoplasma yang menyebar di paru, dan untuk melihat kemajuan
setelah dilakukan pengobatan.
Jika pada foto polos biasa memperlihatkan adanya gambaran metastasis, maka
CT Scan tidak diperlukan untuk menunjukkan adanya lesi tambahan. Jika pada
pemeriksaan foto polos tampak normal pada pasien dengan teratoma atau
osteosarkoma dan tanpa gejala metastasis dimanapun, maka penelusuran terhadap
metastasis paru dapat merubah pengobatan pasien. Jika foto polos mendeteksi
adanya metastasis yang soliter maupun jika ada rencana untuk pembedahan
terhadap metastasis paru, maka CT Scan menjadi indikasi.
Limfangitis karsinomatosa
Tingkat ketelitian
Penemuan pada CT Scan tidak spesifik dan tidak dapat membedakan antara
metastasis dengan lesi jinak seperti granuloma dan kelenjar getah bening paru.
Spesifisitas CT Scan lebih tinggi pada daerah yang jarang terjadi granuloma.
Sensitivitas yang lebih baik dari CT Scan (sebagai contoh multisection CT,
dan Spiral), semakin rendah pula spesifisitasnya, karena semakin banyak nodul jinak
yang terdeteksi. Hal ini khususnya terjadi pada daerah endemic histoplasmosis.
Nodul yang berukuran < 3 mm sering tidak terdeteksi dengan CT Scan. False
positif dapat terjadi karena hamartoma, granuloma (yang berasal dari tuberculosis,
histoplasmosis, granulomatosis Wegener), sarkoidosis, silikosis, infark yang kecil,
sedikit fibrosis pada suatu zona paru, dan kelenjar getah bening intrapulmoner.
Cavitas metastasis (72 thn,pria) dengan karsinoma sel skuamosa di
Bronkus utama kiri. CT scan paru-paru diperoleh beberapa nodul metastasis di
kedua paru-paru. Ada beberapa cavitas nodul (anak panah) di kedua lobus
bawah. Catatan : penebalan dinding rongga yang tidak teratur.
Cavitas metastasis dengan pneumotoraks dan perdarahan dari kulit kepala
angiosarcoma (86 thn,orang tua) yang mengalami serangan tiba-tiba dyspnea
dan Hemoptisis. Frontal dada sinar rentgen menunjukkan bilateral
pneumothoraces (panah). Sebuah drainase kateter terlihat di sebelah kiri
hemithorax. CT scan menunjukkan beberapa variabel-ukuran rongga
berdinding tipis dan bilateral pneumothorak
Gambar A
Gambar B
Calcified metastasis (44 th,perempuan tua) yang telah menjalani eksisi luas paha
kiri massa, yang terbukti osteosarcoma, 7 tahun sebelumnya. (a) foto polos PA
menunjukkan beberapa pelemahan nodular area di kedua paru-paru. Sebuah
fokus kalsifikasi (panah) dicurigai dalam nodul di lobus atas kiri. (b) Transverse
contrast-enhanced CT scan diperoleh pada tingkat lengkungan aorta kalsifikasi
dengan jelas menunjukkan (tanda panah) di dalam nodul.
Gambar A
Gambar B
Gambar A
Gambar B
Temuan radiologis
Spin – echo MRI dengan 0.35 –T magnet dapat mendeteksi adanya nodul disekitar
pembuluh darah, yang hampir selalu tidak terlihat dengan CT Scan. Namun, nodul
yang terletak dekat dengan diafragma terkadang luput juga dengan MRI
dikarenakan adanya gerakan selama respirasi.
Temuan radiologis
Kedokteran nuklir biasanya tidak digunakan sebagai teknik imaging primer untuk
mendeteksi metastasis pulmonal. Fluorodeoxyglucose–positron emission
tomography (FDG-PET) memiliki peranan penting dalam mengevaluasi dan
mengatasi kelainan paru, termasuk nodul soliter pada paru, Ca paru, dan penyakit
pleura. Meskipun pemeriksaan radiologis konvensional seperti foto polos dan CT
Scan masih esensial untuk mendeteksi metastasis paru, namun FDG-PET dapat
memberikan informasi baru dalam melihat adanya suatu kelainan. FDG-PET
berguna untuk membedakan nodul jinak pada paru dengan adanya keganasan
paru. Perkembangan terbaru dari bidang radiologi, seperti radiotracers dan
delayed imaging, dapat lebih jauh menggantikan peran FDG-PET Scan dalam
mendeteksi nodul paru dan kanker.
Variasi fisiologis, tumor jinak, dan penyakit radang dapat meningkatkan tingkat
kesalahan yang pada FDG menyerupai keganasan.1
Bab III
Kesimpulan
1. Metastasis pada paru adalah keganasan pada paru yang merupakan penyebaran dari
proses keganasan di organ/tempat lain.
2. Struktur paru merupakan salah satu tempat yang paling sering terjadi metastasis.
3. Mekanisme penyebaran metastasis paru meliputi penyebaran langsung dari pusat
primer, penyebaran hematogen, penyebaran melalui saluran limfe, penyebaran
melalui ruang pleura, penyebaran endobronkhial.
4. Computed Tomography (CT) scan memiliki resolusi yang lebih tinggi daripada foto X
–Raya dada, dan dapat memperlihatkan nodul – nodul yang lebih kecil daripada
teknik lainnya.
5. High Resolution CT (HRCT) merupakan pemeriksaan pilihan untuk memperlihatkan
adanya limfangitis karsinomatosis dan penjalarannya.
DAFTAR PUSTAKA