Anda di halaman 1dari 3

The 11th University Research Colloquium 2020

Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Kesehatan Mental Di Mata Mahasiswa

Akhmad Liana Amrul Haq1*, Imron2


1
Prodi Psikologi, Fakultas Psikologi dan Humaniora, Universitas Muhammadiyah Magelang
2
Prodi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Magelang
*Email: akuamrulhaq@ummgl.ac.id

Abstrak
Keywords: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
Kesehatan Mental, mahasiswa mengetahui arti tentang kesehatan mental dan bagaimana
Mahasiswa menjaga agar mental mahasiswa bisa selalu sehat. Subjek dalam
penelitian ini adalah 76 mahasiswa dengan berbagai macam jurusan.
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah membagikan
kuisoner kepada responden. Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan wawancara tidak terstruktur.Hasil dari
penelitian ini adalah 76 mahasiswa saat ditanya sejauh mana
mahasiswa mengetahui arti tentang kesehatan mental didapatkan
hasil bahwa 17 mahasiswa (22,4%) menjawab bisa menyesuaikan
diri, dapat menyelesaikan masalah dan mampu bangkit dari
keterpurukan, 58 mahasiswa (76,3%) menjawab tidak gila, tidak
masuk rumah sakit jiwa, dan tidak berbicara sendiri, sementara hanya
1 mahasiswa (1,3%) tidak tahu apa itu kesehatan mental. Sedangkan
untuk pertanyaan bagaimana menjaga agar mental mahasiswa bisa
selalu sehat, 62 mahasiswa (82%) menyatakan bahwa meningkatkan
religiusitas merupakan salah satu cara untuk menjaga agar selalu
sehat mental sementara sisanya berjumlah 14 mahasiswa (18%)
menyatakan memperbanyak teman atau jaringan sosial dapat
meningkatkan kesehatan mental.

1. PENDAHULUAN hidup sangat dipengaruhi oleh persepsi


Kesehatan mental merupakan dua kata individu menilai kualitas hidupnya.
yang dialih bahasakan dari istilah Mental Sedangkan orang yang kognisinya negatif
Hygiene, yaitu suatu disiplin ilmu yang akan memunculkan depresi, dan kondisi
membahas kesehatan jiwa, Fokus utama depresi memungkinkan seseorang untuk
yang menjadi perhatian objek materi merubah pola pikirnya menjadi negatif atas
kesehatan mental adalah manusia, suatu persoalan (Zulkarnain, 2019).
sedangkan objek formalnya berkenaan Pada era modernisasi seperti ini
dengan persoalan/masalah yang seringkali mengabaikan nilai-nilai mental
dihadapinya (Wijaya, 2019). Orang yang dan moral dalam menyelesaikan setiap
sehat mental tentu akan merasakan permasalahan yang ada, mengutip
kepuasan dalam hidupnya, dan kepuasan pendapat (Idaiani & Riyadi, 2018) pada era
milenial seperti ini masalah-masalah

174
The 11th University Research Colloquium 2020
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

kesehatan mental bukanlah hal yang tabu sendiri, sementara hanya 1 mahasiswa
lagi untuk dibicarakan mengingat tidak (1,3%) tidak tahu apa itu kesehatan mental.
sedikit dari generasi muda penerus bangsa Sedangkan untuk pertanyaan bagaimana
yang terkena penyakit mental dan itu jauh menjaga agar mental mahasiswa bisa
lebih berbahaya karena hal tersebut sukar selalu sehat, 62 mahasiswa (82%)
untuk dilihat secara kasat mata, berbeda menyatakan bahwa meningkatkan
jika seseorang mengalami penyakit fisik, religiusitas merupakan salah satu cara
akan ada gejala-gejala tertentu yang bisa untuk menjaga agar selalu sehat mental
dilihat langsung oleh mata manusia. Belum sementara sisanya berjumlah 14
lama ini seperti diberitakan (Rubiah, 2020) mahasiswa (18%) menyatakan
ada seorang mahasiswa Indonesia yang memperbanyak teman atau jaringan sosial
memperkosa 190 orangdi Inggris, berita ini dapat meningkatkan kesehatan mental.
tidak hanya menggemparkan Inggris tetapi Saat pertanyaan pertama yang
juga Indonesia. Tujuan dari penelitian ini diajukan adalah “sejauh mana mahasiswa
adalah untuk mengetahui sejauh mana mengetahui arti tentang kesehatan mental”
mahasiswa mengetahui arti tentang 58 mahasiswa (76,3%) masih menganggap
kesehatan mental dan bagaimana menjaga bahwa sehat mental adalah kondisi
agar mental mahasiswa bisa selalu sehat. seseorang yang tidak gila, mayoritas
jawaban ini berbanding lurus dengan yang
2. METODE disampaikan oleh (Putri, Wibhawa, &
Subjek dalam penelitian ini adalah 76 Gutama, 2015) artinya, pengetahuan
mahasiswa dengan berbagai macam masyarakat Indonesia mengenai mental
jurusan. Pendekatan yang digunakan dalam yang sehat masih dalam lingkup yang
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, sempit. Sejatinya menurut (Putri et al.,
metode yang digunakan dalam penelitian 2015) individu yang sehat secara mental
ini adalah wawancara tidak terstruktur, dapat berfungsi secara normal dalam
menurut (Haris Herdiansyah, 2011) menjalankan hidupnya khususnya saat
metode ini memiliki ciri-ciri pertanyaan menyesuaikan diri untuk menghadapi
sangat terbuka, Selain menggunakan masalah-masalah yang akan ditemui
wawancara peneliti juga membagikan sepanjang hidup seseorang dengan
kuisoner kepada responden untuk mencari menggunakan kemampuan pengolahan
informasi lebih detail terhadap masalah stress, dari pengertian ini sehat mental
penelitian. Seluruh data yang di dapat tidak selalu identik dengan orang gila
melalui hasil wawancara dan kuisioner karena seluruh fungsi mental yang dimiliki
akan di analisis menggunakan pendekatan oleh seseorang harus dapat bekerja secara
analisis induksi, analisis data ini lebih maksimal.
merupakan pembentukan abstraksi Pertanyaan kedua yang diajukan
berdasarkan bagian-bagian yang telah adalah “bagaimana menjaga agar mental
dikumpulkan kemudian dikelompok- mahasiswa bisa selalu sehat” 62
kelompokkan. (Haris Herdiansyah, 2011) mahasiswa (82%) menyatakan dengan cara
meningkatkan religiusitas, (Ariadi, 2019)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN menjelaskan dari perspektif Islam sehat
mental merupakan suatu kemampuan diri
Berdasarkan kuisioner yang dibagikan
individu dalam mengelola fungsi-fungsi
kepada 76 mahasiswa dengan pertanyaan
kejiwaan dan terciptanya penyesuaian
sejauh mana mahasiswa mengetahui arti
dengan diri sendiri, orang lain, maupun
tentang kesehatan mental didapatkan hasil
lingkungan sekitarnya secara dinamis
bahwa 17 mahasiswa (22,4%) menjawab
berdasarkan Al-Qur’an dan as-Sunnah
bisa menyesuaikan diri, dapat
sebagai pedoman hidup menuju ke
menyelesaikan masalah dan mampu
kebahagiaan dunia dan akhirat. Pendapat
bangkit dari keterpurukan, 58 mahasiswa
ini menguatkan bahwa dengan
(76,3%) menjawab tidak gila, tidak masuk
meningkatkan religiusitas seseorang akan
rumah sakit jiwa, dan tidak berbicara
belajar menyesuaikan diri dengan dirinya,

175
The 11th University Research Colloquium 2020
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

lingkungannya dan pencipta-Nya untuk Putri, A. W., Wibhawa, B., & Gutama, A.
mendapatkan kebahagiaan dunia dan S. (2015). KESEHATAN MENTAL
akhirat. MASYARAKAT INDONESIA
(Karyani & Himam, 2016) (PENGETAHUAN, DAN
mengusulkan sebuah konsep sekolah yang KETERBUKAAN MASYARAKAT
tidak hanya mengembangkan kemampuan
TERHADAP GANGGUAN
kognitif, namun juga memperomosikan
sekolah yang sehat mental, sebagai KESEHATAN MENTAL). Prosiding
perguruan tinggi tidak sulit bagi sebuah Penelitian Dan Pengabdian Kepada
universitas untuk mempromosikan gerakan Masyarakat, 2(2).
sehat mental. https://doi.org/10.24198/jppm.v2i2.13535

4. KESIMPULAN Rubiah, H. (2020). Sosok Reynhard


Berdasarkan pemaparan diatas dapat Sinaga, Mahasiswa Indonesia yang
disimpulkan bahwa pengetahuan Perkosa 190 Pria di Inggris, Bukan Orang
mahasiswa terkait dengan pengetahuan Biasa Artikel ini telah tayang di
mengenai kesehatan mental masih tribunjabar.id dengan judul Sosok
menganggap bahwa sehat mental adalah Reynhard Sinaga, Mahasiswa Indonesia
kondisi seseorang yang tidak gila dan yang Perkosa 190 Pria di Inggris, Bukan
dengan meningkatkan religiusitas maka Orang Biasa, https://. Tribun Jabar.
mental seseorang akan semakin sehat.

REFERENSI
Wijaya, Y. D. (2019). Kesehatan Mental
di Indonesia : Kini dan Nanti. Buletin
Jagaddhita, 1(1), 1–4. Retrieved from
Ariadi, P. (2019). Kesehatan Mental https://buletin.jagaddhita.org/id/publicatio
dalam Perspektif Islam. Syifa’ MEDIKA: ns/276147/kesehatan-mental-di-indonesia-
Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 3(2), kini-dan-
118.
https://doi.org/10.32502/sm.v3i2.1433

Haris Herdiansyah. (2011). Metodologi


Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba
Humanika.

Idaiani, S., & Riyadi, E. I. (2018). Sistem


Kesehatan Jiwa di Indonesia: Tantangan
untuk Memenuhi Kebutuhan. Jurnal
Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan
Kesehatan, 70–80.
https://doi.org/10.22435/jpppk.v2i2.134

Karyani, U., & Himam, F. (2016).


Merancang Perubahan di Sekolah untuk
Menjadi Sekolah yang Mempromosikan
Kesehatan Mental. Indigenous: Jurnal
Ilmiah Psikologi, 1(1), 48.
https://doi.org/10.23917/indigenous.v1i1.1
782

176

Anda mungkin juga menyukai