Anda di halaman 1dari 10

TEKANAN DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

Errick Endra Cita1, Yuanita2


1
Universitas Tribhuwana Tunggadewi, Malang East Java 2Madani Health Sciences College
Yogyakarta, Indonesia
*Corresponding author: endracitta@gmail.com

ABSTRACT
Diabetes mellitus (DM) in Indonesia rose from 6.9 percent in 2013 to 8.5 percent in 2018. DM caused
1.5 million deaths in 2012. Blood sugar that is higher than the maximum limit resulted in an
additional 2.2 million deaths, by increasing the risk of cardiovascular disease. The pattern of blood
pressure changes during the development of hypertension in patients with or without diabetes mellitus.
DM and hypertension often occur together. Knowing the common causes and mechanisms of disease
enable a more effective and proactive approach to prevention and treatment. The purpose of this study
is to identify the characteristic relationship of patients with Diabetes Mellitus Type II (DM Type II) to
blood pressure. Research with quantitative correlational methods with cross sectional approach and
sampling techniques using consecutive samples with a total of 51 Type II DM patients. Analysis of the
data used with the Spearman test. Correlation test results with a significance value of p are 0,000 and
0.004. Blood Glucose Levels and Mood / mood have a significant correlation with blood pressure and
have a strong and moderate correlation.
Keywords: blood pressure, diabetes mellitus type II
ABSTRAK
Diabetes Melitus (DM) di Indonesia naik dari 6,9 persen pada 2013 menjadi 8,5 persen di pada tahun
2018. DM menyebabkan 1,5 juta kematian pada tahun 2012. Gula darah yang lebih tinggi dari batas
maksimum mengakibatkan tambahan 2,2 juta kematian, dengan meningkatkan risiko penyakit
kardiovaskular. Pola tekanan darah berubah selama perkembangan hipertensi pada pasien dengan atau
tanpa diabetes mellitus. DM dan hipertensi sering terjadi bersamaan. Mengetahui penyebab umum dan
mekanisme penyakit memungkinkan pendekatan yang lebih efektif dan proaktif dalam pencegahan dan
pengobatannya. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifkasi hubungan karakteristik dari pasien
Diabetes Melitus Tipe II (DM Tipe II) terhadap tekanan darah. Penelitian dengan metode kuantitatif
korelasional dengan pendekatan cross sectional dan teknik pengambilan sampel menggunakan
konsekutif sampel dengan berjumlah 51 pasien DM Tipe II. Analsisa data yang digunakan dengan uji
Spearman. Hasil uji korelasi dengan nilai signifikansi p adalah 0.000 dan 0.004 . Kadar Glukosa
Darah dan Mood/suasana hati mempunyai korelasi yang signifikan terhadap tekanan darah dan
mempunyai kekuatan korelasi kuat dan sedang.
Kata kunci : Tekanan darah, Diabetes Melitus Tipe II

PENDAHULUAN
Diabetes merupakan masalah kesehatan menular prioritas yang harus segera
masyarakat yang penting dan menjadi ditangani. Jumlah kasus dan prevalensi
salah satu dari empat penyakit tidak Diabetes Melitus (DM) terus meningkat.
Secara global, diperkirakan 422 juta orang Tekanan darah tinggi dilaporkan pada
dewasa hidup dengan diabetes pada tahun lebih dari dua pertiga pasien dengan DM
2014, dibandingkan dengan 108 juta pada Tipe II, dan perkembangannya bertepatan
tahun 1980. Prevalensi DM di dunia telah dengan perkembangan hiperglikemia. Pada
meningkat hampir dua kali lipat sejak pasien dengan diabetes, hipertensi
tahun 1980, meningkat dari 4,7% menjadi memberikan peningkatan risiko penyakit
8,5% pada populasi orang dewasa. DM kardiovaskular. Tekanan darah lebih
menyebabkan 1,5 juta kematian pada tahun rendah dari 140/85 mm Hg adalah tujuan
2012 (WHO, 2016). terapi yang wajar pada pasien dengan
diabetes tipe 2 menurut bukti uji klinis.
Prevalensi DM di Indonesia, jika Orang dengan DM terkontrol memiliki
dibandingkan dengan tahun 2013, risiko kardiovaskular yang serupa dengan
prevalensi DM berdasarkan diagnosis pasien tanpa diabetes tetapi dengan
dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun hipertensi. (Ferrannini & Cushman, 2012).
hasil Riskesdas 2018 meningkat menjadi
2%. Prevalensi DM berdasarkan diagnosis Pola tekanan darah berubah selama
dokter dan usia ≥ 15 tahun yang terendah perkembangan tekanan darah tinggi pada
terdapat di Provinsi NTT, yaitu sebesar pasien dengan atau tanpa diabetes mellitus
0,9%, sedangkan prevalensi DM tertinggi (Tsimihodimos et al., 2018). Diabetes dan
di Provinsi DKI Jakarta sebesar 3,4% hipertensi sering terjadi bersamaan.
(Kemenkes RI, 2018). Gula darah yang Mengetahui penyebab umum dan
lebih tinggi dari batas maksimum mekanisme penyakit memungkinkan
mengakibatkan tambahan 2,2 juta pendekatan yang lebih efektif dan proaktif
kematian, dengan meningkatkan risiko dalam pencegahan dan pengobatannya
penyakit kardiovaskular (WHO, 2016). (Cheung, 2010). Berdasarkan hasil tinjuan
referensi tersebut tujuan dari penelitian ini
Diabetes adalah faktor risiko utama adalah mengindentifikasi faktor-faktor
untuk penyakit kardiovaskular. Gangguan yang berhubungan dengan tekanan darah
pembuluh darah termasuk retinopati dan pada pasien DM Tipe II.
nefropati, penyakit pembuluh darah perifer,
stroke, dan penyakit arteri koroner. METODE
Diabetes juga memengaruhi otot jantung,
menyebabkan gagal jantung sistolik dan Penelitian dengan metode kuantitatif
diastolic (Muhlestein et al., 2003). korelatif dengan pendekatan cross-
sectional digunakan untuk
Nilai tekanan darah yang tinggi mengidentifikasi hubungan faktor-faktor
merupakan temuan umum pada pasien yang mempengaruhi dari tekanan darah
dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 (DM Tipe pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di
II) dan dianggap mencerminkan, salah satu Rumah Sakit di Yogyakarta.
setidaknya sebagian, dampak resistensi Populasi dan sampel pada penelitian ini
insulin yang mendasari pada pembuluh adalah pasien rawat jalan dengan Diabetes
darah dan ginjal. Penelitian-penelitian Melitus Tipe II.
sebelumnya menunjukkan bukti bahwa
gangguan metabolisme karbohidrat lebih Variabel bebas dalam penelitian ini
sering terjadi pada individu dengan adalah lama menederita Diabetes Tipe 2,
hipertensi. mood (suasana hati), status gizi, gula
darah sewaktu. Teknik pengambilan
sampel non probability sampling yaitu diapatkan nilai minimum 70 mmHg dan
consecutive sampling. Besar sampel pada nilai maksimum tekanan darah 90 mmHg.
penelitian ini sebesar 51 responden
menggunakan rumus (Dahlan, 2013) : Status gula darah sewaktu berdasarkan
tabel 2 nilai rata-rata 250.94 mg/dl
n=
{ Zα + Zβ
0,5∈ [ ( 1+r ¿¿ (1−r )}2
+3
dengan nilai maksimum 525 mg/dl dan
nili minimum 101 mg/dl. Kondisi
psikologis berupa mood/alam persasaan
Zα = deviat baku alpha = 5% , =1,64 pada pasien DM Tipe II pada penelitian di
Zβ = deviat baku beta =10% , = 1,28 dapatkan rata-rata skor 1.86 dengan nilai
r = kolerasi, hubungan moderat =0,4 minimum 1 dan maksimum 4 dengan
intepretasi mood pasien skor 1 adalah
kondisi mood sangat menyenangkan dan
Instrumen penelitian yang digunakan skor 7 kondisi mood sangat sedih. Data
adalah lembar observasi, Blood glucose hasil penelitian yang lain lebih lengkapnya
monitoring system GE100, dapat dilihat di tabel 3.
Spygnomanometer (Automatic Blood
Pressure Monitor HEM-7130), timbangan Hasil uji korelasi variabel Gula Darah
berat badan, alat pengukur tinggi badan Sewaktu (GDS) dan Mood/suasana hati
dan FACES Test (Pengkuran mood pasien (tabel 4) dengan hasil mempunyai korelasi
skor 1 adalah kondisi mood sangat yang signifikan dengan nilai signifikansi p
menyenangkan dan skor 7 kondisi mood masing-masing adalah 0.000 dan 0.004
sangat sedih) (Puertas et al., 2004). dengan tingkat kekuatan hubungan GDS
Analisis data untuk mengetahui antara dua terhadap tekanan darah adalah kuat dan
variabel penelitian menggunakan tingkat kekuatan hubungan mood/suasana
spearman (Dahlan, 2013). hati teradap tekanan darah dengan hasil
sedang.
HASIL
Varibel penelitian Lama Menderita
Tekanan darah pada pasien DM Tipe II DM Tipe II dan Status gizi memiliki hasil
sebagaimana tercantum dalam tabel 3 nilai korelasi yang tidak signifikan, dengan
rata-rata tekanan darah 130.20/80.25 tingkat korelasi lemah pada variabel lama
mmHg dengan tekanan darah sistolik menderita DM Tipe II terahadap
dengan nilai minimum adalah 110 mmHg tekananan darah dan tidak ada korelasi
dan nilai maksimum tekanan darah sistolik atara status gizi dengan tekanan darah
adalah 160 mmHg. Tekanan darah diastolic pada pasien DM Tipe II.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Deskripsi Pasien DM Tipe II
No Deskripsi Pasien DM Tipe II Frekuensi Persentase (%)
1 Golongan Umur (Tahun)
30-50 13 25.5
51-70 27 52.9
71-90 11 21.6
Jumlah 51 100
2 Jenis Kelamin
Laki-laki 16 31.4
Perempuan 35 68.6
Jumlah 51 100
3 Pendidikan %
SD 27 52.9
SMP 14 27.5
SMA 9 17.6
Akademi/PT 1 2.0
Jumlah 51 100
4 Pekerjaan
Tidak Bekerja 6 11.8
Buruh 2 3.9
Petani 20 39.2
Wiraswasta/pedagang 9 17.6
Pegawai swasta 13 25.5
PNS 1 2.0
Jumlah. 51 100
5 Lama Menderita DM
1-4 Tahun 23 45.1
5-8 Tahun 28 54.9
Jumlah 51 100
6 Staus Gizi
Kurus berat (76.5% Hipertensi) 39 76.5
Kurus ringan (15.7% Hipertensi) 8 15.7
Normal (7.8% Hipertensi) 4 7.8
Kegemukan (Tingkat ringan) 0 0
Gemuk (Tingakt berat) 0 0
Jumlah 51 100

Tabel. 2 Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Pada Pasien DM Tipe II


No Tekanan Darah Frekuensi Persentase (%)
1 Rentang Normal 20 39.2
2 Pre Hipertensi 2 3.9
3 Hipertensi Tingkat I 24 47.1
4 Hipertensi Tingkat II 5 9.8
Jumlah Total 51 100

Tabel 3. Deskripsi Variabel Penelitian Pada Pasien DM Tipe II


No Variabel Penelitian n Median Rerata±s.b.
(minimum-maksimum )
1 Tekanan Darah Sistolik 51 130(110-160) 130.20±15.03
2 Tekanan Darah Diastolik 51 90(70-90) 82.75±8.26
3 Lama Menderita DM 51 5(1-7) 4.27±1.67
4 Gula Darah Sewaktu (GDS) 51 229(101-525) 250.94±108.45
5 Status Gizi 51 15.64(13.44-19.16) 15.89±1.38
6 Mood (Suasana hati) 51 2(1-4) 1.86±0.72
Tabel 4. Hasil Uji Korelasi Spearman Variabel Penelitian pada Pasien DM Tipe II
Variabel Terikat
Tekanan Darah Tekanan Darah
No Variabel Bebas
Sistolik Diastolik
r p n r p n
1 Lama Menderita DM -0.077 0.589 51 0.067 0.642 51
2 Gula Darah Sewaktu (GDS) 0.680 0.000 51 0.559 0.000 51
3 Status Gizi -0.041 0.776 51 -0.140 0.326 51
4 Mood (Suasana hati) 0.307 0.028 51 0.397 0.004 51

PEMBAHASAN
Hasil temuan pada penelitan ini angiotensin II, yang menginduksi stres
menunjukkan bahwa dari 51 pasien DM oksidatif dan kerusakan endotel (Giacchetti
Tipe II memiliki nilai tekanan darah et al., 2005).
mayoritas mengalami Hipertensi (56.9%)
dengan variasi hasil tekanan darah yaitu Hipertensi dan diabetes mengubah
hipertensi tingkat I dan hipertensi tingkat struktur dan fungsi sel endotel. Dalam
II. Hasil tekanan darah sistolik dengan nilai pembuluh ukuran besar dan sedang dan di
minimum adalah 110 mmHg dan nilai ginjal, disfungsi endotel menyebabkan
maksimum tekanan darah sistolik adalah proliferasi sel otot polos pembuluh darah
160 mmHg. Tekanan darah diastolic dan vasokonstriksi sel mesangial.
diapatkan nilai minimum 70 mmHg dan Perubahan pada sel otot polos ini
nilai maksimum tekanan darah 90 mmHg. menyebabkan aterosklerosis dan
glomerulosklerosis. Demikian pula,
Kadar Glukosa Darah Terhadap proliferasi sel endotel kapiler retina
Tekanan Darah menyebabkan retinopati. Oleh karena itu,
kerusakan sel endotel bertanggung jawab
Hasil temuan pada penelitian ini atas komplikasi diabetes dan kerusakan ini
menunjukkan bahwa GDS mempunyai dipercepat oleh bersamaan adanya
hubungan yang kuat terhadap perubahan hipertensi (Hsueh & Anderson, 1992).
tekanan darah pada pasien DM Tipe II.
Penelitian ini menujukan nilai GDS Banyak literatur menjelaskan efek
maksimum adalah 525 mg/dl dan nilai hiperglikemia pada dinding pembuluh
GDS minimum 101 mg/dl. Ada beberapa darah. Melalui peningkatan jumlah produk
mekanisme menjelaskan frekuensi tinggi akhir glikasi, oksigen reaktif, dan sorbitol,
hipertensi di antara pasien dengan DM hiperglikemia dapat menyebabkan
Tipe II, termasuk efek stimulasi dari vasokonstriksi (melalui perubahan
hiperinsulinemia pada dorongan simpatik, endotelin dan oksida nitrat) dan deposisi
pertumbuhan otot polos, dan retensi matriks ekstraseluler. Hiperglikemia dapat
natrium-cairan dan efek rangsang. menyebabkan perubahan fungsi dan
hiperglikemia pada sistem renin- struktur vaskular yang menyebabkan
angiotensin (RAS) (Peti-Peterdi, 2010) hipertensi (Ceriello, 2006)(Brownlee,
(Ferrannini & Cushman, 2012). Dalam hal 2005).
ini, hiperglikemia meningkatkan jaringan
Peningkatan tekanan darah merupakan mengubah glikogen yang tersedia di hati
kontributor utama risiko kejadian penyakit kembali menjadi glukosa untuk
kardiovaskular yang lebih tinggi pada meningkatkan kadar dalam aliran darah.
diabetes mellitus. Sebagian besar (70% -
80%) pasien dengan diabetes mellitus tipe Episode hiperglikemik, ketika kadar
2 mengalami hipertensi. Kehadiran glukosa naik di atas 130 mg / dL saat puasa
hipertensi pada pasien dengan diabetes dan 180 mg / dL setelah makan, juga dapat
mellitus tipe 2 meningkatkan risiko MI, menyebabkan kebingungan pada orang
stroke, dan semua penyebab kematian. dengan diabetes tipe 1. Ini kurang umum
Selain itu, koeksistensi kedua kondisi pada diabetes tipe 2.
meningkatkan risiko gagal jantung, Selama hiperglikemia akut, fungsi
nefropati, dan kejadian mikrovaskular kognitif terganggu dan keadaan mood
lainnya (Deedwania, 2005). menjadi memburuk pada sekelompok
Mood/Suasana hati terhadap Tekanan orang dengan DM Tipe II. Temuan ini
Darah sangat penting secara praktis karena
hiperglikemia intermiten atau kronis adalah
Data hasil penelitian menunjukkan umum pada orang dengan diabetes tipe 2
bahwa mood/suasana hati memiliki dan dapat mengganggu banyak kegiatan
korelasi yang signifikan terhadap tekanan sehari-hari melalui efek buruk pada fungsi
darah dengan dan memiliki kekuatan kognitif dan suasana hati (Sommerfield et
tingkat hubungan sedang. Kondisi al., 2004). Ketidaknyamanan emosional
mood/suasana hati pada pasien DM Tipe II yang kita rasakan ketika dihadapkan pada
memiliki nilai skor maksimum 4 dan nilai situasi stres, tubuh kita bereaksi dengan
skor minimum 1 dengan intepretasi bahwa melepaskan hormon stres (adrenalin dan
semakin tinggi skor maka kondisi mood kortisol) ke dalam darah. Hormon-hormon
semakin buruk atau sangat menyedihkan. ini mempersiapkan tubuh untuk respons
“fight or flight” dengan membuat jantung
Diabetes dapat memengaruhi suasana berdetak lebih cepat dan pembuluh darah
hati seseorang, menyebabkan perubahan menyempit agar inti tubuh mendapatkan
cepat dan buruk. Perubahan kadar gula lebih banyak darah ke inti tubuh dan
darah dapat memengaruhi suasana hati dan ekstremitas.
status mental seseorang. Ketika gula darah
kembali ke kisaran normal, gejala-gejala Penyempitan pembuluh darah dan
ini sering sembuh. Fluktuasi glukosa darah peningkatan denyut jantung memang
dapat menyebabkan perubahan suasana meningkatkan tekanan darah, tetapi hanya
hati yang cepat, termasuk suasana hati sementara ketika reaksi stres hilang,
yang rendah dan mudah marah. Hal ini tekanan darah kembali ke tingkat semula.
terutama selama episode hipoglikemik, di Ini disebut stres situasional, dan efeknya
mana kadar gula darah turun di bawah 70 umumnya jangka pendek dan hilang ketika
miligram per desiliter (mg / dL). peristiwa stres berakhir (American Heart
Association, 2016).
Namun beberapa orang dengan gula
darah rendah, mereka mengalami perasaan Dalam sebuah penelitian dengan tujuan
sedikit euphoria. Tubuh melepaskan untuk menentukan secara eksperimental
senyawa sensasi menyenangkan dengan apakah membaca teks sedih meningkatkan
melepaskan adrenalin dalam upaya untuk tekanan darah individu atau tidak. Subjek
dibawa ke ruangan yang tenang dan risiko 33,9 kali untuk mengalami hipertensi
beristirahat selama lima menit dalam posisi dibandingkan dengan individu yang
duduk. Sebelum membaca teks sedih dan memiliki durasi menderita DM <5 tahun
tekanan darah diukur di lengan kanan. (p= 0,001; 95%CI = 4,19-274,84) (Puspa et
Kemudian teks sedih 900 kata dibaca oleh al., 2017). Ketika seseorang terlebih dahulu
sukarelawan dan segera setelah selesai, mengalami diabetes, maka hazard ratio
tekanan darah diukur kembali. Ada untuk terjadi hipertensi pada tahun ke 5
perbedaan yang signifikan ketika nilai adalah sebesar 2,359 (95%CI = 1,700-
tekanan darah sistolik dibandingkan 3,724; p<0,0001) (Fukui et al., 2011).
sebelum dan sesudah pembacaan teks sedih Lama menderita DM dapat menyebabkan
pada subyek. Kesimpulannya setelah terjadinya komplikasi. Pada DM terjadi
membaca teks sedih, tekanan darah sistolik paparan hiperglikemia kronik yang
individu meningkat (Oğuz et al., 2018). menyebabkan terjadinya komplikasi baik
Studi kuantitatif meninjau dan menilai mikrovaskuler maupun makrovaskuler.25
hubungan antara faktor psikologis
(misalnya, kecemasan, kemarahan, depresi) Penderita dengan DM Tipe II
dan pengembangan hipertensi. Secara membutuhkan lebih banyak pengetahuan
keseluruhan, ada dukungan moderat untuk tentang peningkatan risiko yang mereka
faktor psikologis sebagai prediktor miliki dari peningkatan tekanan darah,
perkembangan hipertensi, dengan meskipun ini saja tidak mungkin untuk
dukungan terkuat untuk variabel meningkatkan kontrol tekanan darah.
kemarahan, kecemasan, dan depresi Strategi untuk meningkatkan derajat
(Rutledge & Hogan, 2002). kontrol dan tanggung jawab yang diambil
untuk mengendalikan tekanan darah perlu
Lama Menderita DM Tipe II terhadap dikembangkan dan mungkin memerlukan
Tekanan Darah pengembangan spesifik keterampilan
partisipatif dan negosiasi di antara para
Mayoritas penderita DM Tipe II pada penderita dengan DM Tipe II.
penelitian ini menderita diabetes sudah 5-8 Meningkatkan partisipasi penderita DM
tahun sebesar 54,9 % dan 1-4 tahun sebesar Tipe II dalam perawatan mereka sendiri
47,1%. Jumlah pederita DM Tipe II paa akan membutuhkan tenaga kesehatan
penelitian ini dengan hipertensi sebesar (dokter dan perawat) untuk bekerja dengan
56,9 % dan dengan nilai tekanan darah cara yang berbeda sesuai dengan
rentang normal sebesar 43,1%, jadi dapat keilmuannya.
disimpulkan bahwa sebagian besar
penderita DM Tipe II pada penelitian ini Status Gizi DM Tipe II terhadap
dengan Hipertensi. Hasil analisis Tekanan Darah
menunjukkan bahwa lama menederita
diabetes tidak terdapat hubungan terhadap Hasil temuan pada penelitian ini
tekanan darah dan memiliki kekuatan menunjukkan bahwa tidak ada korelasi
hubungan yang lemah. Perubahan tekanan antara status gizi dengan tekanan darah,
darah pada pasien DM Tipe II tergantung mayoritas pendirita DM Tipe II memiliki
pada pengelolaan tekanan darah dan gaya status gizi kurus pada tingkat berat sebesar
hidup terhadap penyakit Diabetes. 76.5%, kurus tingkat ringan 15.7% dan
status gizi normal hanya 7.8%. Mayoritas
Individu yang memiliki durasi penderita DM Tipe II pada status gizi
menderita DM selama ≥5 tahun memiliki kurus berat mengalami hipertensi sebesar
45,1% dan mayoritas pada status gizi insulin yang disebabkan karena penurunan
kurang berat sebesar 31,37%. Hasil cadangan sel beta dan penurunan lemak
penelitian menunjukkan tidak ditemukan bebas massa tubuh karena penurunan
penderita diabetes dengan status gizi cairan intra dan ekstraseluler (Kahn, 2003).
kegemukan atau pun gemuk. Kejadian
hipertensi dari hasil penelitian ini Kesimpulan
menunjukkan bahwa hipertensi juga dapat Hasil temuan pada penelitian ini
terjadi pada penderita DM Tipe II dengan menunjukkan bahwa kadar gula darah,
status gizi kurang berat ataupun ringan, mood/suasana hati dan sewaktu
IMT (Indeks Masa Tubuh) pasien mempunyai hubungan yang kuat terhadap
dengan malnutrisi adalah lebih rendah perubahan tekanan darah pada pasien DM
dibandingkan dengan pasien dengan risiko Tipe II. Suasana hati yang sedih dan kadar
malnutrisi dan pasien dengan status gizi glukosa darah dapat mempengaruhi
normal, pada 37,5% kasus dengan tekanan darah dan terjadinya peninkatan
malnutrisi dan 63,2% dengan risiko tekanan darah. Status gizi secara statistik
malnutrisi, IMT> 25 kg / m2 dan lebih tidak signifikan teradap tekanan darah pada
tinggi. Tekanan darah diastolik secara pasien DM Tipe II.
signifikan lebih rendah pada pasien dengan
malnutrisi dibandingkan dengan mereka
yang berisiko malnutrisi dan status gizi REFERENSI
normal (p = 0,013). Tekanan darah sistolik American Heart Association. (2016).
tidak signifikan terhadap status gizi dengan Managing Stress to Control High
nilai tekakanan darah rata-rata Blood PressureNo Title. American
123.63±16.24 mmHg, untuk malnutrisi Heart Association.
berat 126.25 ±15.98 mmHg, tekan darah https://www.heart.org/en/health-
rata-rata resiko kurang nutrisi dengan topics/high-blood-pressure/changes-
127.21±18.62 mmHg dan status nutrisi you-can-make-to-manage-high-blood-
normal dengan tekanan darah rata-rata pressure/managing-stress-to-control-
122.48 ±15.70 mmHg. Meskipun secara high-blood-pressure
statistik tidak signifikan sebagian besar
pasien dengan kekurangan gizi terdiagnosis Brownlee, M. (2005). The pathobiology of
diabetes berada dalam lima tahun pertama diabetic complications: A unifying
sedangkan pasien dengan risiko mechanism. Diabetes, 54(6), 1615–
kekurangan gizi sebagian besar memiliki 1625.
penyakit selama lebih dari 20 tahun. Durasi https://doi.org/10.2337/diabetes.54.6.
menderita diabetes yang lama dan kontrol 1615
gula darah yang buruk merupakan faktor
Ceriello, A. (2006). Controlling oxidative
mungkin telah berperan dalam tingginya
stress as a novel molecular approach
tingkat kekurangan gizi dalam kelompok
to protecting the vascular wall in
pasien diabetes dengan malnutrisi (Gul
diabetes. Current Opinion in
Yildirim et al., 2018).
Lipidology, 17(5), 510–518.
Pada pasien dengan durasi waktu https://doi.org/10.1097/01.mol.00002
menderita diabetes yang lama, akan 45256.17764.fb
berdampak meningkatnya penurunan kadar
Cheung, B. M. Y. (2010). The
Hypertension–Diabetes Continuum. 003
Journal of Cardiovascular
Pharmacology, 55(4). Gul Yildirim, Z., Uzunlulu, M., Telci
https://journals.lww.com/cardiovascul Caklili, O., Mutlu, H. H., & Oguz, A.
arpharm/Fulltext/2010/04000/The_Hy (2018). Malnutrition rate among
pertension_Diabetes_Continuum.5.as hospitalized patients with type 2
px diabetes mellitus. Progress in
Nutrition, 20(2 SE-Original articles),
Dahlan, M. S. (2013). Statistik untuk 183–188.
Kedokteran dan Kesehatan: https://doi.org/10.23751/pn.v20i2.616
Deskriptif, Bivariat dan Multivariat, 4
Dilengkapi Aplikasi dengan
Menggunakan SPSS Edisi 5 (A. Suslia Hsueh, W. A., & Anderson, P. W. (1992).
(ed.); 5th ed.). Salemba Medika. Hypertension, the endothelial cell, and
the vascular complications of diabetes
Deedwania, P. C. (2005). Diabetes and mellitus. Hypertension (Dallas, Tex. :
hypertension, the deadly duet: 1979), 20(2), 253–263.
importance, therapeutic strategy, and https://doi.org/10.1161/01.hyp.20.2.25
selection of drug therapy. Cardiology 3
Clinics, 23(2), 139–152.
https://doi.org/10.1016/j.ccl.2004.06.0 Kahn, S. E. (2003). The relative
06 contributions of insulin resistance and
beta-cell dysfunction to the
Ferrannini, E., & Cushman, W. C. (2012). pathophysiology of Type 2 diabetes.
Diabetes and hypertension: the bad Diabetologia, 46(1), 3–19.
companions. Lancet (London, https://doi.org/10.1007/s00125-002-
England), 380(9841), 601–610. 1009-0
https://doi.org/10.1016/S0140-
6736(12)60987-8 Kemenkes RI. (2018). Hasil Riset
Kesehatan Dasar Tahun 2018.
Fukui, M., Tanaka, M., Toda, H., Senmaru, Kementrian Kesehatan RI, 53(9),
T., Sakabe, K., Ushigome, E., Asano, 1689–1699.
M., Yamazaki, M., Hasegawa, G.,
Imai, S., & Nakamura, N. (2011). Muhlestein, J. B., Anderson, J. L., Horne,
Risk factors for development of B. D., Lavasani, F., Allen Maycock,
diabetes mellitus, hypertension and C. A., Bair, T. L., Pearson, R. R., &
dyslipidemia. Diabetes Research and Carlquist, J. F. (2003). Effect of
Clinical Practice, 94(1), e15-8. fasting glucose levels on mortality
https://doi.org/10.1016/j.diabres.2011. rate in patients with and without
07.006 diabetes mellitus and coronary artery
disease undergoing percutaneous
Giacchetti, G., Sechi, L. A., Rilli, S., & coronary intervention. American
Carey, R. M. (2005). The renin- Heart Journal, 146(2), 351–358.
angiotensin-aldosterone system, https://doi.org/10.1016/S0002-
glucose metabolism and diabetes. 8703(03)00235-7
Trends in Endocrinology and
Metabolism: TEM, 16(3), 120–126. Oğuz, S., Bayrak, B., Genç, A., & Camcı,
https://doi.org/10.1016/j.tem.2005.02. G. (2018). THE EFFECT OF SAD
TEXT ON BLOOD PRESSURE. Psychosomatic Medicine, 64(5), 758–
Pakistan Heart Jounal, 51, 204–210. 766.
https://doi.org/10.1097/01.psy.000003
Peti-Peterdi, J. (2010). High glucose and 1578.42041.1c
renin release: the role of succinate and
GPR91. Kidney International, 78(12), Sommerfield, A. J., Deary, I. J., & Frier, B.
1214–1217. M. (2004). Acute hyperglycemia
https://doi.org/10.1038/ki.2010.333 alters mood state and impairs
cognitive performance in people with
Puertas, G., Patel, V., & Marshall, T. type 2 diabetes. Diabetes Care,
(2004). Are visual measures of mood 27(10), 2335–2340.
superior to questionnaire measures in https://doi.org/10.2337/diacare.27.10.
non-Western settings? Social 2335
Psychiatry and Psychiatric
Epidemiology, 39(8), 662–666. Tsimihodimos, V., Gonzalez-Villalpando,
https://doi.org/10.1007/s00127-004- C., Meigs, J. B., & Ferrannini, E.
0800-2 (2018). Hypertension and Diabetes
Mellitus: Coprediction and Time
Puspa, G., Marek, S., & Adi, M. S. (2017). Trajectories. Hypertension (Dallas,
Faktor-faktor yang Berpengaruh Tex. : 1979), 71(3), 422–428.
Terhadap Terjadinya Hipertensi Pada https://doi.org/10.1161/HYPERTENS
Penderita Diabetes Melitus Tipe II IONAHA.117.10546
( Studi di Wilayah Puskesmas
Kabupaten Pati ) Risk Factors WHO. (2016). Global Report on Diabetes.
Affecting Hypertension in ( Studies at In WHO (Vol. 978).
Primary Healthcare Centers in Pati https://www.who.int/publications/i/ite
District ). Jurnal Litbang, XIII(1), 47– m/9789241565257
59.
Rutledge, T., & Hogan, B. E. (2002). A
quantitative review of prospective
evidence linking psychological factors
with hypertension development.

Anda mungkin juga menyukai