Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Ners Indonesia, Vol. 8, No.

2, Maret 2018

EFEKTIVITAS TERAPI DZIKIR TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH


PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II

1 2 3
Habiburrahman , Yesi Hasneli , Yufitriana Amir
1,2,3
PSIK Universitas Riau
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau Jalan Pattimura No 9 Gedung G Pekanbaru Riau
Kode Pos 28131 Indonesia
Email: hbr24616@gmail.com

Abstrak

Diabetes melitus adalah suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah karena
kegagalan sekresi insulin atau penggunaan insulin yang tidak adekuat. Untuk mencegah terjadinya
komplikasi diabetes melitus perlu dilakukan pengendalian kadar glukosa darah secara komprehensif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas terapi dzikir terhadap kadar glukosa darah pada
penderita diabetes melitus tipe II. Penelitian ini menggunakan desain quasy eksperiment dengan rancangan
non equivalent control group. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Rejosari. Jumlah sampel
sebanyak 34 responden yang diambil sesuai kritetria inklusi dan menggunakan teknik purposive sampling,
dibagi menjadi 17 reponden kelompok eksperimen dan 17 responden kelompok kontrol. Alat ukur yang
digunakan adalah lembar observasi kadar glukosa darah yang diukur menggunakan glucometer. Analisa yang
digunakan adalah analisa univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dan bivariat menggunakan uji
dependent t test dan independent t test. Rata-rata kadar glukosa darah kelompok eksperimen sebelum
diberikan terapi dzikir adalah 175,65 mg/dl dan setelah diberikan terapi dzikir sebanyak dua kali sehari
selama tiga hari berturut-turut terjadi penurunan menjadi 167,06 mg/dl. hasil uji statistik menunjukkan
penurunan kadar glukosa darah secara signifikan dengan p value (0,001) < α (0,05). Hal ini disimpulkan
bahwa terapi dzikir dapat menurunkan kadar glukosa darah secara efektif pada penderita diabetes melitus
tipe II. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu intervensi keperawatan untuk menurunkan
kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus tipe II.

Kata kunci: Diabetes melitus, dzikir, glukosa darah

Abstract

Diabetes mellitus is a disease characterized by elevated blood glucose levels caused by insulin secretion
failureness or inadequate use of insulin. To prevent the occurrence of complications of diabetes mellitus
need to be controlled blood glucose levels comprehensively. The aims of this reseach was to determine the
effectiveness dhikr therapy on blood glucose levels in people with diabetes mellitus type II. The design of
this research was quasy experiment designed by non equivalent control group. The research was conducted
in the work area of Rejosari Health Center. The total sample were 34 respondents who fit the inclusion
criteria and chosen by purposive sampling, which was divided into 17 experimental group respondents and
17 respondents control group. Measuring instrument that used was observation sheet of blood glucose level
measured using a glucometer. The analysis used is univariate analysis to know the frequency distribution
and bivariate using dependent t test and independent t test. The mean blood glucose level of the
experimental group before dhikr therapy was 175.65 mg/dl and after being given dhikr therapy twice daily
for three consecutive days decreased to 167.06 mg/dl. Statistical test results showed decreased blood
glucose levels significantly with p value (0.001) < α (0.05). It is concluded that dhikr therapy can lower
blood glucose levels effectively in people diabetes mellitus with type II. The result is expected to be one of
the nursing intervention to diabetes mellitus type II patient’s blood glucose level decrease.

Keywords: Blood glucose, dhikr, diabetes mellitus

PENDAHULUAN kelainan metabolik akibat gangguan hormonal


Diabetes melitus (DM) adalah keadaan yang menimbulkan berbagai komplikasi
hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh

132
Habiburrahman1, Yesi Hasneli2, Yufitriana Amir3, Efektivitas Terapi Dzikir Terhadap Kadar
Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe Ii

darah (Rendy dan Margareth, 2012). DM 2015 dan meningkat menjadi 1.938 jiwa pada
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa tahun 2016 (RSUD Arifin Ahmad, 2017).
darah yang disebabkan karena jumlah insulin DM dibagi menjadi dua kategori, yaitu
yang kurang atau jumlah insulin yang cukup DM tipe I yang ditandai dengan kurangnya
tetapi fungsinya kurang efektif (Waspadji dkk, produksi insulin, dan DM tipe II yang ditandai
2012). dengan penggunaan insulin yang kurang
Prevalensi DM di dunia semakin efektif (Nurarif & Kusuma, 2013). DM tipe II
meningkat. World Health Organization adalah yang terbanyak yaitu sekitar 90%-95%
(WHO) memperkirakan pada negara (Kariadi, 2009).
berkembang pada tahun 2025 akan muncul DM dapat disebabkan oleh banyak
80% kasus baru (WHO, 2016). Berdasarkan faktor, diantaranya adalah faktor
data dari studi global oleh International keturunan/genetik, autoimun, perubahan gaya
Diabetes Federation (IDF) menunjukkan hidup, obesitas, pola makan, kurangnya
bahwa jumlah penderita DM dari keseluruhan aktifitas fisik, proses menua, perokok dan stres
penduduk dunia pada tahun 2015 mencapai (Kurniadi & Nurrahmi, 2015). Perubahan gaya
415 juta orang, jika tidak ditangani secara hidup, obesitas, pola makan, kurangnya
optimal jumlah ini diperkirakan akan aktifitas fisik, proses menua, perokok dan stres
meningkat menjadi 642 juta orang pada tahun merupakan faktor yang menyebabkan
2040 (IDF, 2015). tingginya angka kejadian DM tipe II (Darryl &
International Diabetes Federation (IDF) Barnes, 2012).
memperkirakan bahwa sebanyak 183 juta DM jika tidak ditangani secara optimal
orang tidak menyadari bahwa mereka dapat mengakibatkan berbagai macam
menderita DM. Sebesar 80% orang dengan komplikasi seperti gangguan makrovaskuler
DM bertempat tinggal di negara dan mikrovaskuler (Permana, 2008).
berpenghasilan menengah dan rendah karena Gangguan makrovaskuler dapat meliputi
faktor penghasilan yang relatif rendah serta penyakit jantung dan stroke. Sedangkan
gaya hidup yang kurang sehat (IDF, 2015). gangguan mikrovaskular dapat meliputi
Menurut Chaugh (2011) penderita DM di nefropati, retinopati, dan neurofati hingga
Indonesia menduduki urutan ke empat dengan dapat menyebabkan gangren diabetik hingga
prevalensi DM pada tahun 2030 diperkirakan berakhir dengan tindakan amputasi (Krisnatuti,
mencapai 21,3 juta jiwa dibawah Cina (79,4 2014).
juta jiwa), India (42,3 juta jiwa) dan US (30,3 Stres erat hubungannya dengan kejadian
juta jiwa). Kejadian DM di Pekanbaru DM. Stres menyebabkan produksi berlebih
meningkat dari tahun ke tahun, jumlah pada hormon glukagon dan kortisol. Hormon-
penderita DM tercatat 1.793 jiwa pada tahun hormon ini meningkatkan produksi glukosa

133
Jurnal Ners Indonesia, Vol. 8, No. 2, Maret 2018

oleh hati dan mengganggu penggunaan dapat dikatakan sebagai dzikrullah (Rasyid,
glukosa dalam jaringan otot serta lemak 2011).
dengan cara melawan kerja insulin (Tandra, Terapi dzikir dapat digunakan untuk
2009). relaksasi yang dapat memberikan ketenangan
Penelitian yang dilakukan oleh dan ketentraman jiwa (Harahap & Dalimunte,
Muflihatin (2015) tentang hubungan tingkat 2008). Dzikir juga mempunyai fungsi
stres dengan kadar glukosa darah pasien DM penenang sebagaimana tercantum dalam surat
tipe II di RSUD Abdul Wahab Syahranie Ar-Ra’d ayat 28 yang artinya “ingatlah, hanya
Samarinda menunjukkan ada hubungan yang dengan berdzikir kepada Allah lah hati
signifikan antara tingkat stres dan kadar menjadi tentram” (Ya’qub, 2008). Penilitian
glukosa darah pasien DM tipe II dengan nilai yang dilakukan oleh Retnowati dan Maimunah
p = 0.01 (p < 0,05). Oleh karena itu diperlukan (2011) tentang pengaruh pelatihan relaksasi
manajemen keperawatan yang tepat untuk dengan dzikir untuk mengatasi kecemasan ibu
mengatasi stres pada pasien selain terapi medis hamil pertama, hasil penelitian didapatkan
sehingga glukosa darah pasien dapat bahwa relaksasi dengan dzikir secara
terkontrol. signifikan dapat mengurangi kecemasan dalam
Salah satu teknik yang dapat diterapkan menghadapi kehamilan pertama. Hal ini
dalam mengatasi stres dan juga kecemasan terlihat pada taraf signifikansi yaitu p (0,008)
yaitu terapi dzikir yang merupakan teknik < α (0,01).
relaksasi yang bersifat religius. Dzikir atau Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh
mengingat Allah SWT memiliki lingkup yang Safitri, Armiyati, dan Astuti (2013) tentang
sangat luas, atau bahkan bisa dikatakan pengaruh kombinasi relaksasi nafas dalam dan
sebagai segala aktifitas atau perbuatan yang meditasi dzikir terhadap kadar gula darah pada
dilakukan dengan tujuan untuk mengharap pasien DM tipe II di Kelurahan Sendangmulyo
ridha Allah SWT (Amin, 2008). Dzikir kepada Semarang menunjukan ada perbedaan yang
Allah SWT bisa dengan cara kita menjalankan signifikan pada kadar gula darah sebelum dan
kewajiban dan perintah agama, seperti sesudah pada kelompok perlakuan dengan
melaksanakan sholat wajib atau sunnah, nilai p = 0,00 (p < 0,05) namun berbeda
mengerjakan puasa di bulan ramadhan dan dengan kelompok kontrol yang menunjukan
puasa sunnah, menjalankan ibadah haji dan tidak ada perbedaan kadar gula darah sebelum
umroh, menunaikan zakat, serta membaca Al- dan sesudah dengan nilai p = 0,06 (p > 0,05).
Qur’an (seperti membaca ayat kursi) dan Rata-rata penurunan kadar gula darah pada
mengucapkan shalawat (Muhammad, 2007). kelompok perlakuan 66,27 mg/dl (27,78%),
Segala aktifitas yang dapat mengantarkan kita sedangkan pada kelompok kontrol hanya 4,60
untuk teringat dan mengingat Allah, maka mg/dl (2,01%).

134
Habiburrahman1, Yesi Hasneli2, Yufitriana Amir3, Efektivitas Terapi Dzikir Terhadap Kadar
Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe Ii

Murottal Al-Quran merupakan salah satu Rancangan ini memberikan perlakuan pada
jenis dzikir. Menurut Heru (2008) murottal Al- kelompok eksperimen sedangkan kelompok
Quran dapat mengakibatkan terjadinya kontrol tidak diberikan perlakuan. Pada kedua
pelonggaran pembuluh nadi dan penambahan kelompok perlakuan diawali pengukuran awal
kadar darah dalam kulit, diiringi dengan (pre test) dan setelah pemberian perlakuan
penurunan frekuensi detak jantung. Penelitian dilakukan pengukuran kembali (post test)
yang dilakukan oleh Hasneli (2016) tentang (Setiadi, 2013).
pengaruh pijat kaki titik 17 dan mendengarkan Populasi pada penelitian ini adalah
murottal Al-Quran terhadap kadar gula seluruh penderita DM yang berada dalam
glukosa darah pesien diabetes tipe II, cakupan wilayah kerja Puskesmas Rejosari,
didapatkan hasil ada pengaruh yang signifikan Kota Pekanbaru. Pengambilan sampel
(p = 0,00) dari pijat kaki titik 17 dan menggunakan teknik purposive sampling
mendengarkan murottal Al-Quran terhadap dengan kriteria inklusi yaitu terdiagnosa
penurunan kadar glukosa darah pesien diabetes penyakit DM tipe II, beragama Islam, berusia
tipe II. 30 tahun keatas, berdomisili di wilayah kerja
Berdasarkan studi pendahuluan dengan Puskesmas Rejosari, mampu melafalkan
metode wawancara terhadap 10 orang pasien kalimat dzikir (subhanallah, alhadulillah, laa
yang dilakukan peneliti pada tanggal 24 - 25 ilaahaillallah, allahu akbar, allahumma
Maret 2017 di Puskesmas Rejosari diperoleh shollii ‘alaa sayyidinaa muhammad, dan ayat
10 orang responden penderita diabetes melitus kursi), dan bersedia menjadi responden
tipe II belum mengetahui tentang efektivitas penelitian. Sampel berjumlah 34 orang yang
terapi dzikir terhadap kadar glukosa darah. dibagi menjadi 17 orang kelompok eksperimen
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dan 17 orang kelompok kontrol.
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Alat pengumpul data yang digunakan
pada penderita DM dengan judul “Efektivitas adalah glucometer dan tasbih. Glucometer
terapi dzikir terhadap kadar glukosa darah digunakan untuk mengukur kadar glukosa
pada penderita DM tipe II”. darah pre test dan post test pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen, sedangkan
METODOLOGI PENELITIAN tasbih merupakan alat bantu yang digunakan
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah responden untuk menghitung jumlah dzikir
Puskesmas Rejosari, Kota Pekanbaru yang saat melakukan terapi dzikir. Analisa data
dimulai dari Februari sampaiJuli 2017. yang digunakan yaitu analisa univariat untuk
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif mengetahui distribusi frekuensi dan analisa
dengan desain quasi experiment menggunakan bivariat menggunakan Dependent t Test dan
rancangan non equivalent control group.

135
Jurnal Ners Indonesia, Vol. 8, No. 2, Maret 2018

Independent t Test untuk melihat pengaruh Square, sedangkan umur, pendidikan terakhir,
terapi dzikir terhadap kadar glukosa darah. dan pekerjaan menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov karena uji Chi Square tidak
HASIL PENELITIAN memenuhi syarat, dalam hal ini ketiga variabel
1. Analisa univariat merupakan cell 2x k. Hasil uji homogenitas
Tabel 1 didapatkan p value umur 0,734, jenis kelamin
Distribusi karakteristik responden
1,000, pendidikan 0,954, pekerjaan 0,734, dan
Kelompok Kelompok
Eksperimen Kontrol
Jumlah p lama menderita DM 1,000. Berdasarkan nilai
(n=34) value
Karakteristik (n=17) (n=17)
N % N % N % uji statistik pada setiap karakteristik responden
Umur
36-45 1 5,9 4 23,5 5 14,7
menunjukkan nilai p value > α (0,05), hal ini
46-55 8 47.1 9 52,9 17 50,0 0,734
56-65 8 47,1 4 23,5 12 35,3 menunjukkan bahwa karakteristik kedua
Jenis
Kelamin
kelompok responden berdasarkan umur, jenis
4 23,5 5 20,0 9 26,5
Laki-laki 1,000
Perempuan
13 76,5 12 80,0 25 73,5 kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan lama
Pendidikan
SD 3 17,6 2 11,8 5 14,7 menderita DM adalah homogen.
SMP 5 29,4 7 41,2 12 35,3
0,954
SMA 7 41,2 3 17,6 10 29,4 Tabel 2
PT 2 11.8 5 29,4 7 20,6
Pekerjaan Distribusi kadar glukosa darah sebelum dan
PNS 1 5,9 2 11,8 3 8,8 sesudah intervensi pada kelompok eksperimen
Wiraswasta 3 17,6 6 35,3 9 26,5 0,734
IRT 13 76,5 9 52,9 22 64,7 dan kontrol yang tidak diberikan intervensi
Lama
Menderita Variabel N Mean SD Min Max
DM
Eksperimen
≤10 tahun 15 88,2 14 82,4 29 85,3
>10 tahun 2 11,8 3 17,6 5 14,7
1,000 Pre test 17 175,65 22,441 139 215
Total 17 100 17 100 34 100 Post test 17 167,06 20,656 136 201
Kontrol
Pre test 17 159,88 24,905 123 203
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 34 Post test 17 151,35 21,946 126 206

responden yang diteliti, distribusi responden


Tabel 2 menunjukkan rata-rata kadar
menurut umur yang terbanyak adalah 46-55
glukosa darah pada kelompok eksperimen
tahun sebanyak 50% (17 responden), jenis
sebelum intervensi adalah 175,65 mg/dl,
kelamin terbanyak adalah perempuan
standar deviasinya 22,441 mg/dl dengan nilai
sebanyak 73,5% (25 responden), tingkat
minimum yaitu 139 mg/dl dan nilai
pendidikan terbanyak adalah SMP sebanyak
maksimumnya sebesar 215 mg/dl. Rata-rata
35,3% (12 responden), pekerjaan terbanyak
kadar glukosa darah pada kelompok kontrol
adalah IRT (ibu rumah tangga) sebanyak
adalah 159,88 mg/dl, standar deviasinya
64,7% (22 responden), dan lama menderita
24,905 mg/dl sedangkan nilai minimum
DM yang terbanyak adalah ≤10 tahun
sebesar 123 mg/dl dan maksimumnya yaitu
sebanyak 85,3% (29 responden).
203 mg/dl. Tabel di atas juga menunjukkan
Uji homogenitas karakteristik responden
rata-rata kadar glukosa darah sesudah
berdasarkan jenis kelamin dan lama menderita
intervensi pada kelompok eksperimen adalah
diabetes melitus (DM) menggunakan uji Chi

136
Habiburrahman1, Yesi Hasneli2, Yufitriana Amir3, Efektivitas Terapi Dzikir Terhadap Kadar
Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe Ii

167,06 mg/dl, standar deviasinya 20,656 mg/dl


dengan nilai minimumnya adalah 136 mg/dl Tabel 4
Perbedaan kadar glukosa darah sesudah
dan nilai maksimumnya sebesar 201 mg/dl.
intrvensi pada kelompok eksperimen dan
Nilai rata-rata kadar glukosa darah pada kelompok kontrol yang tidak diberikan
intervensi
kelompok kontrol sebesar 151,35 mg/dl
standar deviasi sebesar 21,846 mg/dl dengan Variabel Mean p value
Kelompok
nilai minimum 126 mg/dl dan maksimumnya eksperimen
Post test 167,06
0,039
adalah 206 mg/dl. Kelompok
kontrol
Post test 151,35

2. Analisa bivariat
Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata
Tabel 3
kadar glukosa darah post test pada kelompok
Perbedaan kadar glukosa darah sebelum dan
sesudah intervensi pada kelompok eksperimen eksperimen adalah 167,06 mg/dl sedangkan
dan kelompok kontrol
rata-rata kadar glukosa darah post test pada
Kadar glukosa kelompok kontrol adalah 151,35 mg/dl. Hasil
Mean p value
darah
Kelompok uji Independent t Test diperoleh p value
eksperimen
Pre test 175,65 0,001 (0,039) < α (0,05). Hal ini menunjukkan
Post test 167,06
Kelompok bahwa terapi dzikir efektif terhadap kadar
kontrol
Pre test 159,88 glukosa darah pada penderita DM tipe II.
0,148
Post test 151,35

Tabel 3 menunjukkan bahwa pada PEMBAHASAN


kelompok eksperimen rata-rata kadar glukosa 1. Karakteristik responden
darah pretest 175,65 mg/dl dan posttest 167,06 a. Usia
mg/dl. Berdasarkan uji Dependent t Test pada Usia responden dibagi menjadi tiga
diperoleh p value (0,001) < α (0,05), hasil ini kelompok berdasarkan pembagian umur oleh
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang Depkes RI (2009) yaitu dewasa akhir (36-45),
signifikan antara rata-rata kadar glukosa darah lansia awal (46-55), dan lansia akhir (56-65).
sebelum dan sesudah intervensi. Sedangkan Hasil penelitian diperoleh mayoritas responden
pada kelompok kontrol rata-rata kadar glukosa terbanyak berada pada rentang usia antara 46-
darah pretest 159,88 mg/dl dan posttest 151,35 55 tahun yaitu sebanyak 17 orang (50%). Hasil
mg/dl. Berdasarkan uji Dependent t Test yang sama juga diperoleh pada penelitian yang
diperoleh p value (0,148) > α (0,05), hasil ini dilakukan oleh Firdaus (2016) terhadap 34
berarti bahwa tidak ada perbedaan yang responden yang dirawat jalan di RSUD Arifin
signifikan antara rata-rata kadar glukosa darah Ahmad Pekanbaru, menunjukkan bahwa
pre test dan post test pada kelompok kontrol.

137
Jurnal Ners Indonesia, Vol. 8, No. 2, Maret 2018

mayoritas responden DM tipe II berada dalam sehingga translokasi GLUT-4 juga menurun
kelompok usia lansia awal. sehingga kadar glukosa darah cepat meningkat
Sejalan dengan hasil penelitian (Sudoyo et al., 2009). Hal ini menunjukkan
Wicaksono (2011) yang menunjukkan bahwa bahwa aktivitas fisik dapat mempengaruhi
terdapat hubungan bermakna antara umur kadar glukosa darah pada penderita DM.
dengan kejadian DM tipe II dan menyatakan c. Jenis kelamin
bahwa orang dengan umur > 45 tahun Hasil penelitian diperoleh mayoritas
memiliki resiko 9 kali lebih besar terkena responden yang berjenis kelamin perempuan
penyakit DM tipe II dibandingkan dengan yaitu sebanyak 25 orang (73,5%). Hasil
orang yang berumur kurang dari 45 tahun. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Awad,
ini didukung oleh Gibney et al (2008), Langi dan Pendalaki (2011) yang
mengungkapkan prevalensi DM menunjukkan menunjukkan bahwa mayoritas responden DM
peningkatan yang spesifik menurut usia karena tipe II adalah perempuan. Hal ini disebabkan
seiring bertambahnya usia, sel menjadi karena adanya perubahan hormonal pada
semakin resisten terhadap insulin, menurunkan perempuan yang memasuki masa menopause.
kemampuan tubuh untuk menyerap glukosa, Estrogen pada dasarnya berfungsi untuk
selanjutnya pengeluaran insulin dari sel beta menjaga keseimbangan kadar gula darah dan
pankreas menurun dan terhambat. Hasil dari meningkatkan penyimpanan lemak, serta
kombinasi tersebut menyebabkan terjadinya progesteron yang berfungsi untuk
hiperglikemi sehingga dapat menyebabkan menormalkan kadar gula darah dan membantu
seorang berisiko terkena penyakit DM tipe II. menggunakan lemak sebagai energi (Smaltzer
b. Pekerjaan & Bare, 2011).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perempuan juga berisiko tinggi terkena
mayoritas responden tidak bekerja atau tidak DM dibandingkan laki-laki karena perempuan
memiliki aktivitas yang tetap dalam penelitian cenderung mengalami stres. Pada keadaan
ini adalah ibu rumah tangga (IRT) yaitu yang stres terus menerus dapat menyebabkan
sebanyak 22 orang (64,7%). Hasil penelitian terjadinya peningkatan hormon kortisol secara
ini sejalan dengan penelitian yang telah konstan, terus menerus, dan dapat
dilakukan oleh Setyorogo dan Trisnawati menyebabkan ketidakseimbangan tubuh. Hal
(2013) yang menyatakan bahwa pekerjaan erat ini dapat menyebabkan terjadinya resistensi
kaitannya dengan kejadian DM, pekerjaan insulin dan peningkatan lipid dalam darah.
seseorang mempengaruhi tingkat aktivitas Jika berlangsung terus menerus maka akan
fisiknya. Penurunan aktivitas fisik yang akan berlanjut menjadi DM tipe II (Yuhelma, 2015).
mengakibatkan penurunan jumlah reseptor d. Pendidikan
insulin yang siap berikatan dengan insulin

138
Habiburrahman1, Yesi Hasneli2, Yufitriana Amir3, Efektivitas Terapi Dzikir Terhadap Kadar
Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe Ii

Hasil penelitian diperoleh mayoritas kontrol. Kelompok eksperimen diberikan


responden memiliki tingkat pendidikan SMP terapi dzikir selama +10 menit sebanyak 2 kali
sebanyak 12 orang (35,3%). Tingkat sehari selama tiga hari berturut-turut. Menurut
pendidikan memiliki pengaruh terhadap Potter dan Perry (2009) mengatakan bahwa
kejadian penyakit DM. Orang yang tingkat waktu yang dibutuhkan dalam terapi supaya
pendidikannya tinggi biasanya akan memiliki dapat memberikan efek teraupetik adalah
banyak pengetahuan tentang kesehatan. minimal selama 10 menit. Pada kelompok
Dengan adanya pengetahuan tersebut orang kontrol tidak diberikan perlakuan seperti
akan memiliki kesadaran dalam menjaga kelompok eksperimen.
kesehatannya (Irawan, 2010). Pengukuran kadar glukosa darah
e. Lama menderita DM dilakukan pada kelompok kontrol dan
Hasil penelitian diperoleh mayoritas eksperimen. Pengukuran kadar glukosa darah
lama menderita DM tipe II yaitu kurang dari pada kelompok kontrol didapatkan nilai mean
10 tahun sebanyak 29 orang (85,3%). Hasil ini pretest adalah 159,88 mg/dl dan nilai mean
sejalan dengan penelitian oleh Sihombing posttest yaitu 151,35 mg/dl. Berdasarkan hasil
(2012) menunjukkan bahwa lamanya uji Dependent t Test diperoleh p value (0,148)
menderita DM dari sebagian besar responden > α (0,05). Hal ini berarti tidak ada pengaruh
adalah kurang dari 10 tahun. Durasi DM yang signifikan antara mean kadar gula darah
berkaitan dengan resiko terjadinya komplikasi pada kelompok kontrol.
DM. Hal ini didukung oleh Adikusuma, Pengukuran kadar glukosa darah pada
Perwitasari, dan Supadmi (2012) yang kelompok eksperimen didapatkan hasil mean
menunjukkan faktor utama pencetus sebelum diberikan terapi dzikir pada kelompok
komplikasi pada DM adalah durasi DM. DM eksperimen adalah 175,65 mg/dl dan hasil
apabila tidak dikelola dengan baik dapat mean kadar glukosa darah sesudah diberikan
mengakibatkan terjadinya berbagai penyulit terapi yaitu 167,06 mg/dl. Berdasarkan hasil
menahun, seperti penyakit jantung koroner, uji Dependent t Test diperoleh p value (0,001)
penyakit serebrovaskuler, gangguan pada < α (0,05). Hal ini berarti ada pengaruh yang
mata, ginjal, saraf, dan yang paling umum signifikan antara mean kadar gula darah pada
terjadi adalah hipertensi (PERKENI, 2015). kelompok eksperimen sebelum dan sesudah
diberikan terapi dzikir.
2. Efektivitas terapi dzikir terhadap kadar Hasil uji Independent t Test mean kadar
glukosa gula darah sesudah intervensi pada kelompok
Penelitian ini dilakukan pada 34 eksperimen dan kontrol yang tidak diberikan
responden yang dibagi ke dalam 2 kelompok, intervensi menunjukkan nilai p value (0,039)
yaitu kelompok eksperimen dan kelompok < α (0,05), artinya H0 ditolak. Hal tersebut

139
Jurnal Ners Indonesia, Vol. 8, No. 2, Maret 2018

dapat disimpulkan bahwa terapi dzikir efektif penurunan rata-rata kadar glukosa darah
terhadap kadar glukosa darah pada penderita tertinggi pada kelompok terapi dzikir yaitu
DM tipe II. 153,73 mg/dl, sedangkan selisih penurunan
Salah satu dzikir yang digunakan dalam rata-rata kadar glukosa darah kelompok
penelitian ini adalah murottal Al-Quran Ayat relaksasi benson yaitu 117,81 mg/dl. Hal ini
Kursi. Hal ini sejalan dengan penelitian menunjukkan bahwa terapi dzikir lebih efektif
Hasneli (2016) yang menunjukkan bahwa pijat dalam menurunkan kadar glukosa darah jika
kaki titik 17 dengan kombinasi murottal Al- dibandingkan dengan terapi benson.
Quran efektif menurunkan kadar glukosa Hal ini didukung oleh penelitian Safitri,
darah pada penderita DM tipe II dengan nilai p Armiyati, dan Astuti (2013) tentang pengaruh
value 0,00 (p < 0,05). Hal ini dapat dilihat kombinasi relaksasi nafas dalam dan meditasi
pada hasil penurunan kadar glukosa darah pre dzikir terhadap kadar gula darah pada pasien
test (140 mg/dl) dan post test (119 mg/dl) yaitu DM tipe II di Kelurahan Sendangmulyo
sebesar 21 mg/dl. Semarang menunjukan ada perbedaan yang
Heru (2008) menjelaskan bahwa bacaan signifikan pada kadar glukosa darah sebelum
Al-Quran dengan tempo yang lambat (<60 dan sesudah pada kelompok perlakuan dengan
ketukan/menit) serta harmonis dapat nilai p value (0,00) < α (0,05) namun berbeda
menurunkan hormon-hormon stres, dengan kelompok kontrol yang menunjukan
mengaktifkan hormon endorphin, tidak ada perbedaan kadar glukosa darah
meningkatkan perasaan rileks dan sebelum dan sesudah dengan nilai p value
mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas (0,06) > α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh relaksasi nafas dalam yang dikombinasikan
sehingga menurunkan tekanan darah serta dengan terapi dzikir efektif dalam menurunkan
memperlambat pernafasan, detak jantung, kadar glukosa darah pada pasien DM tipe II.
denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. Terapi dzikir merupakan teknik relaksasi
Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih dengan pemusatan pikiran dengan bacaan
lambat tersebut sangat baik menimbulkan dzikir yang diulang-ulang. Relaksasi dapat
ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang menurunkan kadar glukosa darah pada
lebih dalam metabolisme yang lebih baik. penderita DM dengan cara menekan kelebihan
Penelitian terkait terapi dzikir lainnya pengeluaran hormon-hormon yang dapat
adalah penelitian yang dilakukan oleh Yanti meningkatkan kadar glukosa darah yaitu
(2012) tentang “Perbandingan efektivitas kortisol dan glukagon (Tandra, 2009). Kortisol
terapi dzikir dengan relaksasi benson terhadap memiliki efek meningkatkan metabolisme
glukosa darah pasien diabetes melitus di glukosa, sehingga asam amino, laktat, dan
Sumatra Barat” menunjukkan bahwa selisih piruvat diubah di hati menjadi glukosa

140
Habiburrahman1, Yesi Hasneli2, Yufitriana Amir3, Efektivitas Terapi Dzikir Terhadap Kadar
Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe Ii

(glukoneogenesis) akhirnya menaikkan kadar simpatis dan mengaktifkan kerja sistem saraf
glukosa darah. Glukagon meningkatkan kadar parasimpatis (Sholeh, 2010). Saraf
glukosa darah dengan cara mengkonversi parasimpatis memberikan beberapa perubahan
glikogen di hati menjadi glukosa, sehingga fisiologis tubuh seperti penurunan nadi,
glukosa darah meningkat (Smeltzer & Bare, pernafasan, tekanan darah, penurunan
2011). ketegangan otot dan penurunan kecepatan
Pada kondisi stres sistem saraf simpatis metabolisme.
akan bekerja sehingga terjadi percepatan kerja Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
jantung, peningkatan tekanan darah, nadi, terapi dzikir dapat menurunkan kadar glukosa
pernafasan, menyebabkan ketegangan otot dan darah pada penderita DM tipe II. Terapi dzikir
meningkatkan metabolisme didalam tubuh. memberikan efek relaksasi yang akan
Hal ini menyebabkan banyak glukosa dalam menghambat produksi hormon yang dapat
darah yang harus diubah menjadi energi dan meningkatkan kadar glukosa darah dengan
dibawa insulin ke bagian sel-sel tubuh. Tetapi cara menekan kortisol menghambat
pada penderita DM, kondisi kekurangan metabolisme glukosa (glukoneogenesis) dan
insulin tidak memungkinkan untuk membawa menekan pengeluaran glukagon mengkonversi
glukosa darah yang berlebih ke seluruh bagian glikogen di hati menjadi glukosa. Bacaan
sel-sel tubuh, sehingga kondisi stres dapat dzikir dengan tempo yang lambat (<60
memperberat kondisi penderita DM tipe II. ketukan/menit) serta harmonis akan
Irnayanti (2017) menjelaskan bahwa mengaktifkan hormon endorphin yang
secara medis orang yang terbiasa berdzikir berfungsi untuk meningkatkan perasaan rileks,
mengingat Allah secara otomatis otak akan mengurangi stress, mengurangi ketegangan
berespon terhadap pengeluaran endorphin. dalam tubuh serta mempengaruhi kerja
Endorphin memiliki efek memicu perasaan kardiovaskuler, memperbaiki sistem kimia
tenang, senang, atau bahagia. Hormon ini tubuh dan memperbaiki metabolisme tubuh.
diproduksi oleh sistem saraf pusat dan kelenjar
hipofisis. Endorphin juga mampu SIMPULAN
menimbulkan perasaan euporia, nyaman, Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan
menciptakan ketenangan, dan memperbaiki rata-rata responden berusia 46-55 tahun
susasana hati seseorang sehingga membuat dengan mayoritas pendidikan SMP dan status
orang berenergi. pekerjaan ibu rumah tangga (IRT). Selain itu,
Dzikir dapat memberikan efek relaksasi diperoleh nilai rata-rata kadar glukosa darah
dan ketenangan jiwa (Subandi, 2009). Dzikir pada kelompok eksperimen sebelum
akan membuat seseorang merasa tenang melakukan terapi dzikir adalah 175,65 mg/dl,
sehingga kemudian menekan kerja sistem saraf setelah dilakukan terapi dzikir sebanyak dua

141
Jurnal Ners Indonesia, Vol. 8, No. 2, Maret 2018

kali sehari dalam waktu tiga hari berturut-turut komplikasi diabetes melitus lebih lanjut seperti
terjadi penurunan rata-rata kadar glukosa gangguan sensitivitas saraf perifer, kesemutan,
darah secara signifikan menjadi 167,06 mg/dl gangguan penglihatan komplikasi lainnya.
dan hasil uji Dependent t Test didapatkan p 4. Bagi Peneliti Selanjutnya
value (0,001) < α (0,05). Hasil penelitian ini dapat dijadikan
Hasil uji Independent t Test diperoleh p sebagai evidence based dan tambahan
value (0,039) < α (0,05). Hal ini disimpulkan informasi untuk mengembangkan penelitian
bahwa melakukan terapi dzikir sebanyak dua lebih lanjut tentang manfaat lain dari terapi
kali sehari dalam waktu tiga hari berturut-turut dzikir terhadap kesehatan dengan jumlah
mampu menurunkan kadar glukosa darah seara sampel yang lebih banyak dan teknik
efektif pada penderita diabetes melitus tipe II. penelitian yang lebih baik seperti kontrol yang
Hal ini disebabkan karena responden rutin lebih ketat terhadap faktor-faktor yang dapat
melaksanakan terapi dzikir dan adanya mempengaruhi fluktuasi kadar glukosa darah.
motivasi dari diri sendiri dan keluarga untuk Peneliti selanjutnya juga dapat melakukan
menjaga kesehatannya. penelitian tentang seberapa besar pengaruh
dari masing-masing faktor yang dapat
SARAN mempengaruhi kadar glukosa darah, supaya
1. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan peneliti dapat mengetahui faktor manakah
Hasil penelitian ini dapat menambah yang lebih besar berperan dalam
ilmu pengetahuan serta wawasan dan sumber mempengaruhi kadar glukosa darah.
informasi bagi mahasiswa keperawatan
mengenai terapi dzikir dalam menurunkan DAFTAR PUSTAKA
kadar glukosa darah sehingga dapat dijadikan Adikusuma, W., Perwitasari, D. A., &
Supadmi, W. (2014). Evaluasi
sebagai salah satu bentuk alternatif pengobatan
kepatuhan pasien diabetes melitus tipe 2
lainnya. di rumah sakit umum pku
muhammadiyah bantul, yogyakarta.
2. Bagi Penderita Diabetes Melitus
Diperoleh pada tanggal 07 Juni 2017
Terapi dzikir dapat digunakan oleh dari
http://www.journal.uad.ac.id/index.php/
penderita diabetes melitus tipe II dalam
Media-Farmasi/article/view/1880/1237.
menurunkan kadar glukosa darah secara Amin, S. M.. (2008). Energi dzikir. Jakarta:
Amzah.
efisien dan efektif.
Awad, N., Langi, Y. A., & Pandelaki, K.
3. Bagi Pihak Pusksmas (2013). Gambaran faktor resiko pasien
diabetes melitus tipe II di poliklinik
Bagi pihak puskesmas hendaknya
endokrin bagian/SMF FK-Unsrat RSU
melakukan tindakan secara dini terhadap Prof. Dr. RD kandou manado periode
mei 2011-oktober 2011. Diperoleh pada
pasien diabetes melitus. Tindakan tersebut
tanggal 06 Juni 2017 dari
bertujuan untuk mencegah terjadinya

142
Habiburrahman1, Yesi Hasneli2, Yufitriana Amir3, Efektivitas Terapi Dzikir Terhadap Kadar
Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe Ii

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eb Irnayanti. (2017). Efektifitas terapi dzikir


iomedik/article/view/1160/936. terhadap tingkat kecemasan pada pasien
Chugh, S.N. (2011). Jaypee gold standard pre operatif open reductif fiksasi
mini atlas series: diabetes. New Delhi: internal. Skripsi PSIK UR. Tidak
Brothers Medical Publishers. dipublikasikan.
Darryl & Barnes. (2012). Diabetes panduan Kariadi, K. (2009). Diabetes siapa takut.
untuk mengendalikan glukosa darah. Bandung: Qanita.
Yogyakarta: Salemba Medika. Krisnatuti, dkk. (2014). Diet sehat untuk
Depkes RI (2009). Profil kesehatan indonesia. penderita diabetes mellitus. Jakarta:
Diperoleh pada tanggal 07 Juni 2017 Penerbit Swadaya.
dari Kurniadi, H., & Nurrahmani, U. (2015). Stop!
www.depkes.go.id/resources/download/.. Gejala penyakit jantung koroner,
./profil-kesehatan-indonesia-2009.pdf. kolesterol tinggi, diabetes melitus,
Firdaus, I. D. (2016). Efektivitas pendidikan hipertensi. Yogyakarta: Istana Medis.
kesehatan berdasarkan health belief Muflihatin, S. K. (2015). Hubungan tingkat
model terhadap pengetahuan dan stres dengan kadar glukosa darah
kesadaran diri pasien tentang pasien diabetes melitus tipe 2 di rsud
perawatan kaki diabetes. Skripsi PSIK abdul wahab syahranie samarinda.
UR. Tidak dipublikasikan. Jurnal Ilmu Kesehatan vol. 3. Diperoleh
Gibney, M.J., Margetts, B. M., Kearney, J. M., tanggal 11 Maret 2017 dari
& Lenore. (2008). Gizi kesehatan http://jurnal.stikesmuda.ac.id/index.php/
masyarakat (Andry Hartono, alih 571k35a/article/view/8/6.
bahasa). Jakarta: EGC Muhammad, A. R. (2007). Jangan asal dzikir.
Harahap, A.K., & Dalimunthe, P.R. (2008). Bandung: Pustaka Hidayah.
Dahsyatnya doa dan dzikir. Jakarta: PERKENI. (2015). Konsensus: Pengelolaan
Kultum Media. dan pencegahan diabetes melitus tipe 2
Hasneli, Y. (2016). Pengaruh pijat kaki titik di Indonesia. Diperoleh tanggal 7
17 dan mendengarkan murottal al-quran Desember 2016 dari
terhadap kadar glukosa darah pasien http://pbperkeni.or.id/newperkeni/wp-
diabetes tipe 2. Pekanbaru: Tidak content/plugins/download attachments/
dipublikasikan. includes/ download.php?id=109.
Heru. (2008). Ruqyah syar’i berlandaskan Permana, H. (2008). Komplikasi kronik dan
kearifan local. Diperoleh tanggal 12 penyakit penyerta pada diabetes.
November 2016 dari Bandung: Universitas Padjadjaran.
http://trainermuslim.com/feed/rss. Potter, P. A., & Perry, A.G. (2009).
International Diabetes Federation. (2015). Fundamentals of nursing. (edisi 7).
Diabetes evidence demands real action Phillipines: Elsevier
from the un summit on non- Rasyid, H. (2011). Konsep dzikir menurut al-
communicable diseases. Diperoleh quran dan urgensinya bagi masyarakat
tanggal 16 Januari 2017 dari modern. Jakarta: Insan Cemerlang.
http://www.idf.org/diabetes-evidence- Rendy & Margareth, (2012). Asuhan
demands-real-action-un-summit-non- keperawatan medikal bedah dan
communicable-diseases. penyakit dalam. Yogjakarta: Nuha
Irawan, D. (2010). Prevalensi dan faktor Medika.
risiko kejadian diabetes melitus tipe 2 di Retnowati, S., & Maimunah, A. (2011).
daerah urban indonesia (analisa data Pengaruh pelatihan relaksasi dengan
sekunder riskesdas 2007). Thesis dzikir untuk mengatasi kecemasan ibu
Universitas Indonesia. Diperoleh pada hamil pertama. Diperoleh tanggal 14
tanggal 06 Juni 2017 dari Desember 2016 dari http://ejournal.uin-
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/202671 malang.ac.id/index.php/psiko/article/vie
01-T%2028492-Prevalensi%20dan w/1543/2717.
%20faktor-full%20text.pdf.

143
Jurnal Ners Indonesia, Vol. 8, No. 2, Maret 2018

RSUD Arifin Ahmad, (2016). Data rekam Wicaksono, R.P. (2011). Faktor-faktor yang
medik: Jumlah kunjungan penderita berhubungan dengan kejadian diabetes
diabetes. Pekanbaru: RSUD Arifin melitus tipe 2 studi kasus di poliklinik
Ahmad. penyakit dalam rumah sakit dr. kariadi.
Safitri, H., Armiyati, Y., & Astuti, R. (2013). Diperoleh tanggal 08 Juni 2017 dari
Pengaruh kombinasi relaksasi nafas http://eprints.undip.ac.id/37123/.
dalam dan meditasi dzikir terhadap World Health Organization. (2016). Global
kadar gula darah pada pasien diabetes report on diabetes. Diperoleh tanggal 06
mellitus tipe II di kelurahan April 2017 dari
sendangmulyo semarang. Jurnal http://www.who.int/diabetes/global-
Keperawatan vol. 1. Diperoleh tanggal report/en.
06 maret 2017 dari Ya’qub, M. H. (2008). Akrab dengan dzikir.
http://jurma.unimus.ac.id/index.php/pera Solo: Aqwam.
wat/article/view/199/199. Yanti, N. (2012). Perbandingan efektivitas
Setiadi. (2013). Konsep dan praktik penulisan terapi dzikir dengan relaksasi benson
riset keperawatan edisi 2. Yogyakarta: terhadap glukosa darah pasien diabetes
Graha ilmu. melitus di sumatra barat. Thesis
Setyorogo, S.K dan Trisnawati, K. (2013). Universitas Indonesia Diperoleh pada
Faktor risiko kejadian diabetes melitus tanggal 07 Juni 2017 dari
tipe II di puskesmas kecamatan lib.ui.ac.id/file?file=digital/20314824-
cengkareng jakarta barat tahun 2012. T30917-Perbandingan
Diperoleh pada tanggal 06 Juni 2017 %20efektifitas.pdf.
dari Yuhelma, Hasneli, Y., & Nauli, F. A. (2016).
www.academia.edu/download/40771315 Identifikasi dan analisi komplikasi
/jurnal_kesehatan_DM_epid_non.PDF makrovaskuler dan mikrovaskuler pada
Sholeh, M. 2010. Terapi shalat tahajjud: pasien diabetes mellitus. Diperoleh pada
menyembuhkan berbagai penyakit. tanggal 06 Juni 2017 dari
Jakarta: PT. Mizan Publika. https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSI
Sihombing, D. (2012). Gambaran perawatan K/article/view/8343/8012.
kaki dan sensasi sensorik kaki pada
pasien diabetes melitus tipe 2 di
poliklinik DM RSUD. Diperoleh pada
tanggal 07 Juni 2017 dari
http://journal.unpad.ac.id/ejournal/article
/view/677.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2011).
Texbook of medical surgical nursing.
Philadelphia: Lippincott William &
Wilkins.
Subandi, M.A. 2009. Psikologi dzikir.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudoyo, A. W., Setyohadi, B., Alwi, I.,
Marcellus, & Setiadi, S. (2009). Buku
ajar ilmu penyakit dalam. (Edisi 5).
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FK UI.
Tandra, H. (2009). Kiss diabetes goodbye.
Surabaya: Jaring Pena.
Waspadji, S. dkk. (2012), Petunjuk praktis
bagi penyandang diabetes tipe 2.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

144

Anda mungkin juga menyukai