Anda di halaman 1dari 14

TERAPI RELAKSASI

BENSON DAN
MUROTTAL AL-QUR’AN
TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA
DARAH PADA LANSIA DENGAN DM TIPE 2
Muhamad Rayhan Yudha Pratama
 Diabetes Melitus adalah penyakit gangguan metabolik yang
disebabkan oleh gagalnya organ pankreas dalam memproduksi
hormon insulin secara memadai. Penyakit ini bisa dikatakan
PENGERTIAN sebagai penyakit kronis karena dapat terjadi secara menahun.
Berdasarkan penyebabnya diabetes melitus di golongkan menjadi
tiga jenis, diantaranya diabetes melitus tipe 1, tipe 2 dan diabetes
melitus gestasional (Kemenkes RI, 2020).
 DM tipe 2 adalah penyakit kronis dengan karakteristik terjadi
Pengertian peningkatan glukosa darah (hiperglikemia) dalam tubuh.
Penyebab dari DM adalah gangguan pada sekresi insulin, aksi
Diabetes insulin atau keduanya. DM tipe 2 disebabkan oleh perpaduan
antara gangguan aksi insulin (resistensi insulin) dan defisiensi
Melitus II insulin yang terjadi secara relatif sebagai kompensasi sekresi
insulin yang tidak adekuat (IDAI, 2015).
 Etilogi atau penyebab Diabetes Melitus (DM) adalah yaitu genetik
atau faktor keturunan, yang mana penderita Diabetes Melitus
yang sudah dewasa lebih dari 50% berasal dari keluarga yang
menderita Diabetes Melitus dengan begitu dapat dikatakan
Etiologi bahwa Diabetes Melitus cenderung diturunkan, bukan ditularkan.
Faktor lainnya yaitu nutrisi, nutrisi yang berlebihan (overnutrition)
Diabetes merupakan faktor risiko pertama yang diketahui menyebabkan
Melitus II Diabetes Melitus, semakin lama dan berat obesitas akibat nutrisi
berlebihan, semakin besar kemungkinan terjangkitnya Diabetes
Melitus (dr Prapti dan Tim Lentera, 2003). Sering mengalami
stress dan kecanduan merokok juga merupakan faktor penyebab
Diabetes Melitus.
 Organisasi profesi yang berhubungan dengan Diabetes Melitus
Klasifikasi seperti American Diabetes Association (ADA) telah membagi jenis
Diabetes Melitus berdasarkan penyebabnya. PERKENI dan IDAI
Diabetes sebagai organisasi yang sama di Indonesia menggunakan
Melitus II klasifikasi dengan dasar yang sama seperti klasifikasi yang dibuat
oleh organisasi yang lainnya (Perkeni, 2015).
 Otot dan hati yang mengalami resistensi insulin menjadi
Patofisiologi penyebab utama DM tipe 2. Kegagalan sel beta pankreas untuk
dapat bekerja secara optimal juga menjadi penyebab dari DM tipe
Diabetes 2 (Perkeni, 2015). DM tipe 2 adalah jenis DM yang paling umum
diderita oleh penduduk di Indonesia. Kombinasi faktor risiko,
Melitus II resistensi insulin dan sel-sel tidak menggunakan insulin secara
efektif menyebabkan DM tipe 2 (NIDDK, 2014).
 Faktor risiko DM tipe 2 dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu
faktor risiko sosiodemografi, perilaku dan gaya hidup dan keadaan
klinis dan mental (Irawan, 2010). Faktor risiko sosiodemografi
diabetes melitus tipe 2 adalah umur, jenis kelamin, pendidikan dan
Faktor resiko pekerjaan. Aktifitas fisik, konsumsi sayur dan buah, asap rokok
dan alkoholisme termasuk ke dalam faktor risiko pola hidup pada
Diabetes diabetes melitus tipe 2. Indeks massa tubuh, lingkar perut,
Melitus II tekanan darah, kadar kolesterol dan stress adalah faktor risiko
kondisi klinis dan mental diabetes melitus tipe 2. Selain itu, ada
juga faktor risiko riwayat kesehatan keluarga terutama riwayat
diabetes melitus (Fitriyani, 2012). Faktor-faktor risiko penyakit DM
tipe 2 menurut garnita (2016) antara lain sebagai berikut :
1. .Riwayat DM keluarga / Genetik DM tipe 2 sangat dipengaruhi
oleh faktor genetik.
2. Berat lahir Bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram
atau keadaan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) mempunyai
risiko lebih tinggi menderita DM tipe 2 pada saat dewasa.
3. Stress
4. Umur
5. Jenis kelamin
6. Pendidikan
7. Pekerjaan
8. Penghasilan
9. Pola makan
10. Aktivitas fisik Perilaku hidup sehat dapat dilakukan dengan
melakukan aktivitas fisik yang teratur.
 Gejala penyakit DM dari satu penderita ke penderita lain berbeda-
beda, bahkan ada penderita yang tidak menunjukkan gejala
apapun sampai saat tertentu.
a.Permulaan gejala
Ditunjukkan dengan gejala utama, meliputi :
1) Banyak minum (Polidipsi)

Manisfestasi 2) Banyak kencing (Poliuria)


3) Banyak makan (Polifagia Bila keadaan tersebut tidak segera
Klinis Stroke diobati, akan timbul gejala: 1) Banyak minum 2) Banyak kencing 3)
Berat badan turun dengan cepat (bisa 5-10 kg dalam waktu 2-4
minggu).
4) Mudah Lelah
5) Bila tidak lekas diobati akan timbul rasa mual, bahkan penderita
akan jatuh koma, yang disebut koma diabetik (Misnadiarly, 2006:
15).
b. Gejala Kronik Penyakit DM
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM adalah sebagai berikut:
1) Kesemutan
2) Kulit terasa panas (wedangen) atau seperti tertusuk-tusuk jarum.
3) Terasa tebal di kulit, sehingga kalau berjalan seperti di atas bantal atau kasur.
4) Kram.
5) Capai.
6) Mudah mengantuk.
7) Mata kabur, biasanya sering ganti kaca mata.
8) Gatal di sekitar kemaluan, terutama wanita.
 Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang dapat
menimbulkan berbagai macam komplikasi, antara lain : a.
Komplikasi Komplikasi metabolik akut Kompikasi metabolik akut pada
penyakit diabetes melitus terdapat tiga macam yang
Diabetes berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar glukosa
darah jangka pendek, diantaranya : 1) Hipoglikemia Hipoglikemia
Melitus II (kekurangan glukosa dalam darah) timbul sebagai komplikasi
diabetes yang disebabkan karena pengobatan yang kurang tepat
(Smeltzer and Bare, 2008).
 Penatalaksanaan DM tipe 2 bertujuan untuk meningkatkan
Penatalaksanaan kualitas hidup dengan cara mengendalikan kadar gula darah,
menurunkan risiko komplikasi. Untuk mencapai tujuan tersebut
Diabetes Melitus diperlukan pengolahan DM tipe 2 secara holistik yang mencakup
II pengendalian gula darah, tekanan darah dan lipid profil (Perkeni,
2011).
URAIAN
Artikel 1 Artikel 2
Judul Artikel PENGARUH TERAPI RELAKSASI BENSON DAN MUROTTAL AL- RELAKSASI BENSON DAN TERAPI MUROTTAL SURAT AR-RAHMAAN
QUR’AN TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA MENURUNKAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA PENDERITA DIABETES
LANSIA DENGAN DM TIPE 2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MELITUS TIPE 2 DI KECAMATAN MAOS
JONGAYA KOTA MAKASSAR
Penulis Sitti Rahmatia 1, Rusni Mato 2, Yosephin Sari Pairunan3, Yeni Nofiani Esti Oktaviani Purwasih1, Iman Permana2, Yanuar
Langkadja 4 Primanda3
Alamat Jurnal https://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/ http://e-journal.poltekkesjogja.ac.id/index.php/caring/article/view/599
mediakeperawatan/article/view/1547
Problem Setelah dilakukannya terapi relaksasi benson dan murottal Al-Quran kombinasi relaksasi Benson dan terapi murottal pada kelompok intervensi
kadar gula darah pada responden semakin membaik dikarenakan dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa secara signifikan.
terapi yang dilakukan terjadwal dan responden dan keluarga antusias Responden melakukan kombinasi kedua terapi dua kali sehari, pagi dan
dalam mengikuti semua instruksi, proses terapi dilakukan selama 7 sore, selama 7 hari. Hasil yang bermakna ini sesuai dengan hasil penelitian
hari dan terapi dilakukan 2x dalam sehari dan dibantu langsung oleh Hidayati (2015), menunjukkan ada perbedaan kadar glukosa darah
keluarga responden dalam memantau terapi yang diberikan sebelum dan sesudah mendengarkan murottal Al-Qur’an.
sehingga ada kerjasama yang baik dari peneliti responden dan
keluarga responden.
Intervention menggunakan glukometer sebagai alat ukur untuk mengukur kadar diberikan relaksasi Benson menggunakan VCD, kemudian diperdengarkan
gula darah sebelum dan setelah dilakukan terapi relaksasi dan CD murottal surat Ar-Rohman ayat 1-78 beserta terjemahannya.
memakai lembar observasi untuk melihat apakah terapi dilakukan Sedangkan kelompok kontrol hanya diberikan relaksasi Benson
sesuai dengan yang dianjurkan atau tidak, untuk mendengarkan menggunakan VCD. Perlakuan dilakukan 2 kali sehari, pada pagi dan sore
murottal digunakan MP3 surah Al-Fathihah dan terjemahannya selama 7 hari berturut-turut. Kemudian diukur GDP pada hari ke delapan di
menggunakan earphone pagi hari.
Comparison Di dalam jurnal ini tidak perbandingan Di dalam jurnal ini tidak perbandingan
Outcome terapi relaksasi benson dan murottal Al-Qur’an surah Ar-Rahman terhadap relaksasi Benson pada kelompok kontrol dapat menurunkan kadar glukosa
kadar glukosa darah puasa dan skor stres pasien Diabetes Mellitus Tipe 2, darah puasa secara signifikan. Hasil penurunan ini karena responden
hasilnya ada perbedaan selisih kadar glukosa darah dan skor stres melakukan teknik relaksasi ini dengan benar dan sesuai petunjuk. Selain
itu, responden juga tetap rutin mengkonsumsi obat antihiperglikemia
sesuai anjuran dokter.
 Berdasarkan uraian yang telah di jelaskan dapat di simpulkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara terapi benson dan
Murottal AlQur’an terhadap penurunan kadar gula darah pada
lansia dengan DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Jongaya Kota
Makassar.
 Ada perbedaan kadar glukosa darah puasa sebelum dan sesudah
Kesimpulan perlakuan pada kedua kelompok (p value kelompok intervensi =
hasil PICOT 0,000; p v alue kelompok kontrol= 0,000). Ada perbedaan selisih
kadar glukosa darah puasa antar kelompok (p value = 0,000).
dari artikel Pemberian kombinasi relaksasi Benson dan terapi murottal
menurunkan kadar GDP secara signifikan pada kelompok
yang diambil intervensi. Saran dari hasil penelitian ini antara lain perawat dapat
menerapkan intervensi relaksasi Benson maupun terapi murotal
surat Ar-Rahmaan untuk menurunkan kadar GDP pada pasien DM
tipe 2. Penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan penelitian lebih
dari 7 hari, agar responden dapat meresapi murotal yang didengar.
Pasien sebaiknya melakukan relaksasi Benson dan terapi murotal
surat Ar-Rahmaan 2 kali sehari untuk menurunkan kadar GDP.

Anda mungkin juga menyukai