Anda di halaman 1dari 5

PENGELOLAAN HIPERTERMI BERHUBUNGAN DENGAN

ADANYA PROSES INFLAMASI PADA NY.S DENGAN DIABETES


MELLITUS
DI RUANG TERATAI RSUD AMBARAWA
Deka Wahyu Ningrum1, Ummu Muntamah2, Tri Susilo3
123
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran
Dekawahyuningrum@yahoo.co.id
ABSTRAK
Hipertermi adalah adanya peningkatan suhu diatas normal dan
kulit terasa hangat dengan salah satu faktor yang berhubungan adalah
penyakit atau adanya inflamasi, dimana suhu tubuh dapat menjadi
lebih tinggi dari 37, 8

per oral dan 38, 8

per rektal.

Inflamasi sendiri dapat diartikan sebagai suatu gejala sistematik yang


mana salah satunya bisa ditandai dengan kenaikan suhu tubuh secara
mendadak. Kompres hangat adalah salah satu tindakan yang
digunakan untuk mengurangi suhu yang tinggi. Tujuan dari pembuatan
Karya Tulis Ilmiah ini adalah penulis mampu menggambarkan
pengelolaan hipertermi berhubungan dengan adanya inflamsi pada
pasien dengan Diabetes Mellitus.
Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa
perawatan pasien dalam hipertermi yaitu melakukan kompres hangat.
Pengelolaan dilakukan selama 2 hari dengan evaluasi didapatkan
bahwa suhu pasien mengalami penurunan yaitu dimana sebelumnya
38,7

menjadi 37,0 . Ini menandakan bahwa masalah sudah

teratasi sebagian, walaupun memang belum sesuai dengan intervensi


yang telah disusun. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan teknik wawancara, pemeriksaan fisik, observasi dan
pemeriksaan penunjang.
Hasil pengelolaan didapatkan panas yang tinggi dan
menyebabkan hipertermi. Saran bagi perawat agar lebih menguasai
mengenai konsep-konsep keperawatan pasien khususnya dengan
masalah hipertermi serta mampu menerapkannya di lapangan kerja.
Kata kunci : hipertemi, inflamasi, kompres hangat
Kepustakaan
: 29 (2005-2015)

PENDAHULUAN
Seiring dengan kemajuan di berbagai bidang dan peningkatan kemakmuran
masyarakat, secara global terjadi transisi epidemiologi dimana penyakit degeneratif
telah menggeser posisi penyakit infeksi dan kelaparan yang pernah mendominasi
dalam beberapa dekade. Salah satu penyakit degeneratif yang prevalensinya terus
meningkat adalah Diabetes Mellitus (DM), terutama DM tipe 2 (Suhaema, dkk,
2010)
Diabetes Milletus merupakan keadaan hiperglikemi kronik yang disertai
dengan kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. Diabetes milletus
klinis adalah suatau sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang
tidak semestinya sebagai akibat suatu defesiensi sekresi insulin atau berkurangnya
efektifitas biologis dari insulin atau keduanya (Rendy dan Margaretrh, 2012).
Dalam daftar rangking pembunuh manusia, DM menduduki peringkat
keempat di dunia dibandingkan dengan penyakit degeneratif maupun penyakit
infeksius lainnya. Menurut International Diabetes Federation (IDF) pemutakhiran ke5 tahun 2012, jumlah penderitanya semakin bertambah. Menurut estimasi IDF
tahun 2012, lebih dari 371 juta orang di seluruh dunia mengalami DM, 4,8 juta
orang meninggal akibat penyakit metabolik ini. Beberapa faktor Di beberapa
Negara di dunia, penyakit DM ini sering ditemukan. Prevelansi saat ini 2% di Inggris
dan 6,6% di AS. Dan meningkat dengan pesat akibat faktor gaya hidup atau diet.
Pada usia menengah dan manula, diakibatkan terutama oleh resistensi terhadap
kerja insulin dijaringan perifer. Penyakit ini juga dipengaruhi faktor genetik. Pada
Kongres Federasi Diabetes Internasional di Paris tahun 2003, terungkap bahwa
sekitar 194 juta orang di dunia mengidap penyakit ini. World Health Organization
(WHO) juga menyebutkan bahwa pada tahun 2025, jumlah penderita Diabetes
Mellitus akan melonjak sampai 333 juta orang (Abata, 2014 , Riskesdas, 2013 dan
VOA (Voice Of America).com)
Proporsi DM di Indonesia sebesar 6,9 persen dengan proporsi DM pada
perempuan cenderung lebih tinggi, daripada laki-laki. Jika dilihat berdasarkan
karakteristik tempat tinggal, proporsi GDP (Glukosa Darah Puasa) terganggu di
perdesaan lebih tinggi daripada di perkotaan. Sedangkan proporsi penduduk
dengan TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) mencapai 29,9 persen dan proporsi di
Perkotaan hampir sama dengan di perdesaan (Riskesdas, 2013).
Di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar 0,06 lebih rendah
dibanding tahun 2011 (0,09%). Prevalensi tertinggi adalah Kabupaten Semarang
sebesar 0,66%. Sedangkan prevalensi kasus DM tidak tergantung insulin lebih
dikenal dengan DM tipe II, mengalami penurunan dari 0,63% menjadi 0,55% pada
tahun 2012. Prevalensi tertinggi adalah Kota Magelang sebesar 7,93%. (Profil
Kesehatan Jawa Tengah, 2012).
Pada kelompok umur, kasus penyakit tidak menular (PTM) di Semarang
banyak terjadi pada penderita golongan umur 45 sampai 65 tahun. Karena pada
umur tersebut seseorang banyak melakukan aktivitas namun tidak diimbangi oleh
pola hidup sehat. Pada tahun 2013, ditemukan bahwa jumlah penderita penyakit
DM tipe 2 sebanyak 13.112 kasus, sedangkan untuk DM tipe 1 sebanyak 1.095
kasus. Sedangkan untuk kasus kematian pada tahun 2013 tercatat 237 jiwa
meninggal karena penyakit DM tipe 2 dan sebanyak 188 jiwa meninggal karena
penyakit DM tipe 1 (Profil kesehatan kota Semarang, 2013)

Menurut hasil pencarian data Rekam Medik RSUD Ambarawa pada tanggal 14
April 2015, selama satu tahun (Januari-Desember) sebanyak 402 kasus. Dan kasus
tertinggi terjadi pada bulan Mei yaitu 50 kasus.
Menurut Pratiwi (2007) Diabetes Mellitus terbanyak adalah pada usia 45
sampai 65 tahun. Dikarenakan oleh faktor herediter, life style (kebiasaan hidup) dan
faktor lingkungan. Kebanyakan pada usia ini, seseorang sering makani makanan
berlemak, tanpa melakukan olahraga. Hal ini menyebabkan peningkatan pada berat
badan. Padahal, diketahui bahwa obesitas atau kegemukan faktor terjangkitnya
penyakit Diabetes Mellitus.
METODE PENGELOLAAN
Pengkajian
pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,
verifikasi, dan komunikasi data tentang pasien. Teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah melalui tekhnik wawancara, pemeriksaan fisik observasi
dan data penunjang.
Rencana tindakan keperawatan
Pasien mengatakan bahwa dia demam dan suhu nya adalah 38,8. Jadi, telah
disusun rencana tindakan keperawatan pada hari senin tanggal 16 Maret 2015
untuk mengatasi hipertermi pada Ny.S diantaranya adalah:
1 Monitor TTV.
2 Lakukan kompres hangat
3 Berikan obat berupa antibiotik
4 Sarankan pasien untuk makan makanan tinggi protein
5 Cek darah pasien di laboratorium
6 Beri obat sesuai dengan resep dokter
7 Sarankan pasien untuk menggunakan kaos yang tipis dan cek GDS pasien degan
rutin.
Tindakan keperawatan
Penulis melakukan implementasi atau tindakan keperwatan kepada pasien
diantaranya adalah: memonitor tanda-tanda vital, melakukan kompres hangat,
menyarankan pasien untuk mengenakan kaos yag tipis dan mengukur GDS pasien.
Hasil pengelolaan
Hasil pengelolaan hipertermi pada Ny. S sesuai dengan evaluasi terakhir pada
hari selasa 17 maret 2013 pukul 7 pagi didapatkan data bahwa :
S :
Ny.S mengatakan bahwa panasnya sudah berkurang
O :
demam pasien sudah turun
Suhu pasien 37,2
A :
masalah sudah teratasi was solved
P :
lanjutkan intervensi:
1 Monitor vital sign
2 Lakukan kompres hangat
3 Anjurkan pasien menggunakan kaos yang tipis dan ukur GDS pasien
Pembahasan dan kesimpulan
Sesuai dengan hasil pengkajian data, penulis menetapkan disgnosa
hipertermi berhubungan dengan adanya proses inflamasi sebagai prioritas utama.

Karena hal tersebut merupakan keluhkan utama pesien dimana paisen mengatakan
bahwa ia merasa demam dan didapatkan bahwa suhu nya adalah 38,8. Rencana
keperawatan yang telah disusun oleh penulis adalah: Monitor TTV, lakukan kompres
hangat, Berikan obat berupa antibiotik, Sarankan pasien untuk makan makanan
tinggi protein, Cek darah pasien di laboratorium, Beri obat sesuai dengan resep
dokter.
Implementasi atau tindakan keperawatan yang dilakukan adalah
memonitor tanda-tanda vital, melakukan kompres hangat, menyarankan pasien
untuk mengenakan kaos yag tipis dan mengukur GDS pasien. Dan kesimpulannya
yang diperoleh dari kasus hipertermi pasien adalah masalah sudah teratasi.
Daftar Pustaka
Abata, A. Qorry (2014). Edisi Lengkap ilmu Penyakit Dalam Cetakan I. Madiun:
Yayasan PP Al-Furqon
Amin dan Hardhi (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan NANDA Edisi Revisi Jilid I. Yogyakarta: Medi Action
Andrean,
H
(2012).
Pengertian
Pemeriksaan
SGPT.
Diakses
Melalui
www.Alodokter.com (Sabtu 18 April 2015 Pukul 09.00 WIB)
Brunner & Suddarth (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi VIII Volume II.
Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Jual. (2006). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Text. Book: Hand
Book Of Nursing Diagnosis. Translator: Monica Ester. Jakarta: EGC
Christanto.(2014). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi IV Volume II. Jakarta: Media
Aesculapius
Dkk.Semarang. (2013). Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013. http://P.JATENG
Kota Semarang II (diakses pada hari Kamis 16 April 2015 Pukul 20.00 WIB)
DOLAND. (2012). Kamus Saku Kedokteran. Edisi 28. Jakarta: EGC Penerbit Buku
Kedokteran
Herdman Heather (2012). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta:
EGC
Margareth, TH, M. Clevo Rendy. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan
Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
Naga, S. Sholeh. (2012). Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Yogyakarta:
DIVA Press
Notoatmojo, S. (2007). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Cetakan II Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Nugroho, Taufan. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah dan
Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
Nursewlan.
(2012).
Pemeriksaan
Laboratorium.
Diakses
Melalui
www.Buletinkesehatan.com (Sabtu 18 April 2015 Pukul 11.00 WIB)
Padila. (2012).Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar: Fundamental Keperawatan. Edisi IV Volume I.
Jakarta: EGC
Potter & Perry. (2006). Buku Ajar: Fundamental Kperawatan. Edisi IV Volume II.
Jakarta: EGC
Pratiwi,
D.
(2007).
Artikel
Ilmiah
Epidemiologi
Diabetes
Mellitus.
http://ridwanamiruddin.me/category/artikel-ilmiah/page/4/ (Diakses pada hari
Jumat Tanggal 8 Mei 2015 Pukul 14.10 WIB)
Price, S.A, Wilson, L, M. (2015). Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-proses Penyakit.
Edisi VI Volume I. Jakarta: EGC

Profil Kesehatan Indonesia. (2013). Profil_Kesehatan_Indonesia_2013.pdf. Diakses


hari Selasa 14 April 2015 Pukul 20.00 WIB
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2012). 13_Profil_Kes.Prov.Jawa Tengah_2012.
Pdf. Diakses hari Kamis 16 April 2015 Pukul 14.00 WIB
Purnamasari.
(2014).
http://www.VOAIndonesia.com/content/jumlah-Penderitadiabetes-di-dunia-meningkat-tajam-125108109/95231.html diakses hari Senin
20 April 2015 Pukul 19.00 WIB
Purwanti & Ambarwati. (2008). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Suhu Tubuh Di
Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta. http://www.publikasi
Ilmiah.Ums.ac.id (diakses Hari Kamis 16 April 2015 Pukul 11.00 WIB)
Riset Kesehatan Dasar. (2013). Hasil Riskesdas 2013-I. Pdf. Diakses hari Selasa 14
April 2015 Pukul 19.00 WIB
RSUD. Ambarawa. (2015). Rekam Medik RSUD. Ambarawa
Sari, N. Retno. (2012). Diabetes Mellitus. Yogyakarta: Nuha Medika
Sudoyo, W. Aru. Dkk. (2006). Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV Jilid III. Jakarta: FKUI
Suhaema, dkk. (2010). Pengendalian Status Gizi, Kadar Glukosa Darah dan Tekanan
Darah Melalui Terapi Gizi Medis Pada Pasien DM Tipe 2 Rawat Jalan di RSU
Mataram NTB. http://www.Jurnal Gizi Klinik Indonesia.ac.id (diakses Selasa 14
April 2015 Pukul 13.00 WIB)
Wijaya, S. Andra dan Putri, M. Yessie.(2013). Keperawatan Medikal Bedah Volume II
Edisi I. Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai